BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya.(depkes RI, 2011)Kista

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,

Ovarian Cysts: A Review

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan hlus. Biasanya bertangkai, seringkali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

TUMOR JINAK OVARIUM A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

Gangguan Hormon Pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB II KONSEP DASAR. ovarium yang mempunyai struktur dinding yang tipis, mengandung cairan

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodic,

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI

Pemakaian Kontrasepsi Oral dalam Mencegah Kista Ovarium. The Effect of Effect of Oral Contraception in Preventing Ovarian Cysts

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

1 Universitas Kristen Maranatha

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

Referat Fisiologi Nifas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

Kanker Leher Rahim (serviks)

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai derajat Kesehatan Masyarakat yang setinggi-tingginya. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Lampiran 1: Data Rekam Medik Paien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode Januari Desember 2011

Kelenjar Prostat dan Permasalahan nya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Defenisi. endometrium kavum uteri tidak termasuk

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

Bab IV Memahami Tubuh Kita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

TANDA-TANDA KEHAMILAN

Medan, Maret 2014 Hormat saya,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoadmodjo, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003). B. Wanita Usia Subur Menurut Hartanto (2002), wanita usia subur adalah wanita yang sudah mengalami haid yang berumur antara 20-35 tahun dan secara operasional termasuk wanita yang umurnya kurang dari 20 tahun dan telah haid, atau wanita yang telah berumur lebih dari 35 tahun tetapi masih haid. C. Kista Ovarium 1. Pengertian Menurut Chyntia (2010) kista merupakan penyakit yang super halus, rumit dan unik, sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua wanita mempunyai resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri yang ukuran normalnya sebesar biji kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan telur yang masih muda atau follicle yang setiap bulannya akan membesar dan satu

diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur yang matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, follicle akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun, jika terjadi gangguan pada proses siklus ini, maka kista pun akan terjadi. 2. Jenis dan Karakter Kista Prawirohardjo (2002) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya. Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastik jinak diantaranya: a. Kistoma Ovarii Simpleks Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium. b. Kistadenoma Ovarii Musinosum Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah

akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista. c. Kistadenoma Ovarii Serosum Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum. d. Kista Dermoid Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium. Menurut Prawirohardjo (2002), kista nonneoplastik terdiri dari: a. Kista Folikel Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan

membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1 1,5 cm. Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri. b. Kista Korpus Luteum Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum

ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium. c. Kista Lutein Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan. d. Kista Inklusi Germinal Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus. e. Kista Endometriosis Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput

perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak. f. Kista Stein-Leventhal Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein- Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan. 3. Gejala Kista Ovarium dan Tanda-tanda Klinik Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar (Sarjadi, 1995). Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejalanya antara lain: perut

terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera (Moore, 2001). 4. Diagnosis Menurut Llwellyn (2001), kista ovarium jinak tumbuh secara tersembunyi dan sering tidak dapat dideteksi selama beberapa tahun. Tidak menyebabkan nyeri, tetapi jika membesar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan jarang menimbulkan gangguan menstruasi. Pemeriksaan abdomen dan vagina secara periodik akan dapat mendeteksi kista ini. Kista tanpa nyeri atau massa padat di cul-de-sac, atau di tempat ovarium, atau meluas ke abdomen, yang dengan palpasi bersifat kistik sampai padat, memberi tanda kista ovarium. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan skening ultrason abdomen atau transvagina, yang dapat membedakannya dari kehamilan, kegemukan, pseudosiesis, kandung kemih penuh atau degenerasi kistik dari mioma. Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa apabila pada pemeriksaan ditemukan kista di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), maka perlu ditentukan jenis kista tersebut. Pada kista ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari kista. Jika kista ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan kista itu konsistensinya kistik, perlu

dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Apabila sudah ditentukan bahwa kista yang ditemukan ialah kista ovarium, maka perlu diketahui apakah kista itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Kista nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan kista-kista akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perleketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri. Jika kista ovarium itu bersifat neoplastik, maka pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis diferensial. 5. Pencegahan terjadinya Kista Ovarium Chyntia (2010), menyatakan bahwa tidak ada upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi: pemeriksaan klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah, pemeriksaan petanda tumor (tumor marker), pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu.

6. Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium Menurut Prawirohardjo (2002), metoda-metoda yang selanjutnya dapat membantu menegakkan diagnosis antara lain: (1) Laparaskopi yaitu pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat kista, (2) Ultrasonografi yaitu dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas kista, apakah kista berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak, (3) Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista, (4) Parasentesis yaitu pungsi asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk. 7. Penanganan Kista Ovarium Menurut Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip bahwa kista ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak. Jika menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik

berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif. Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingoooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium. Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal. Llewellyn (2001) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat diamati kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan,

setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium. D. Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium Kista ovarium merupakan kista yang sering menyerang wanita, gejalanya adalah perut membuncit padahal tidak hamil. Merasakan sakit perut bagian bawah yang terasa tumpul, hilang timbul bisa diperut bagian bawah sebelah kiri ataupun sebelah kanan. Tidak jarang seorang calon ibu sangat kecewa karena dirinya gagal memperoleh momongan, padahal ia sempat merasa bahagia saat menyadari adanya tanda-tanda awal kehamilan selama 1 bulan terakhir seperti tidak datangnya menstruasi, perut terasa kembung dan tidak nyaman, serta adanya mual muntah. Namun saat dilakukan pemeriksaan, bukan kehamilan yang didapat, melainkan terdapatnya kista. Masalah kesuburan pada wanita sering dikaitkan dengan kista. Bahkan ada anggapan bila seseorang yang terkena kista ovarium akan sulit hamil. Tetapi pendapat itu tidak sepenuhnya benar, karena bukan berarti seorang wanita yang menderita kista tidak bisa memiliki anak, kehamilan masih bisa terjadi meski kemungkinannya lebih kecil. Bahkan, pada wanita yang mengalami kista coklat disarankan untuk segera menikah dan tidak menunda kehamilan, karena dengan kondisi tersebut bisa mencegah kista semakin besar dan memperburuk keadaannya akibat kista tersebut.

Adapun pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium ini tentu saja membuat dirinya menjadi khawatir karena takut tidak bisa hamil dan memiliki tekanan atas kondisinya dengan keluhan-keluhan yang dirasakannya. Apalagi dialami oleh wanita hamil yang didiagnosa juga terdapat kista pada kehamilannya. Tentunya ibu akan merasakan stress karena kista ovarium dalam kehamilan menyebabkan nyeri perut oleh karena putaran tangkai, pecah atau perdarahan bahkan dapat menyebabkan keguguran karena kista yang bertambah besar sehingga mengganggu kehamilannya. Tetapi semua itu bergantung dari jenis dan ukuran kistanya. Kista yang fisiologis umumnya akan menghilang dengan sendirinya namun tetap harus diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Pada kista yang patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat dan perlu dilakukan pengangkatan kista. E. Penelitian Kualitatif Fenomenologi Bogdan dan Taylor (1975, dalam Moleong, 2006) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan

dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai pendekatan perspektif dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Selain itu fenomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong, 2006). Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya seharihari (Moleong, 2006). Tingkat kepercayaan hasil penelitian berpegang kepada empat prinsip dan kriteria Linkoln dan Guba (1985, dalam Danim, 2003). Keempat prinsip dan kriteria tersebut ialah: (1) credibility; (2) dependability; (3) confirmability; (4) transferability. 1. Prinsip credibility merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti akan melakukan member check yaitu proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. 2. Prinsip dependability merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki keandalan atau reabilitas. Prinsip ini dipenuhi dengan peniliti mempertahankan konsistensi tekhnik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep dan membuat penafsiran atas fenomena. 3. Prinsip confirmability bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam bidang kualitatif fenomenologi. 4. Prinsip transferability mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Upaya untuk mentransfer hasil penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.