PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN FUR COLOR CROSSES Wulan Azhar*, Endang Sujana**, Wiwin Tanwiriah** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: wulanazharr@gmail.com Abstract The resech about production performance of laying quail (Coturnix-coturnix japonica) come from black and brown fur color crosses was held on April 19 until June 12, 2016 at the Faculty of Animal Breeding Center quail Padjadjaran University. This study aims to find out the production performance of feed intake, feed conversion and egg production. The method used descriptive method. Research using 123 quails layer period from the age of 7-12 weeks. The results showed that the quail (Coturnix-Coturnix Japonica) come from black and brown fur coloe crosses from age 7-12 weeks of consuming feed intake ranged from 19.43 to 21.78 grams of egg production from 14.28 to 75.96 percent and the conversion ration of 2.55 to 32.48. Keywords : Performance production, Quail, Crosses. Abstrak Penelitian mengenai performa produksi puyuh petelur (Coturnix-coturnix japonica) hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat telah dilaksanakan pada tanggal 19 April sampai dengan 12 Juni 2016 di Breeding Center Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian bertujuan untuk mengetahui berapa besar performa produksi puyuh meliputi konsumsi ransum, produksi telur dan konversi ransum. Metode yang digunakan metode deskriptif. Penelitian menggunakan 123 ekor puyuh periode layer dari umur 7 12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puyuh (Coturnix-coturnix Japonica) hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat dari umur 7 12 minggu mengkonsumsi ransum berkisar 19,43 21,78 gram dengan produksi telur 14,28 75,96 persen dan konversi ransum 2,55 32,48. Kata kunci : Performa produksi, Puyuh, Persilangan. PENDAHULUAN Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan unggas yang bentuk badannya relatif kecil dan berkaki pendek. Badannya dipenuhi dengan bulu berwarna coklat dengan bercak abu- Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1
abu dan hitam (Wuryadi, 2011). Bobot tubuh puyuh bisa mencapai 150 gram/ekor, puyuh betina berukuran lebih besar dari puyuh jantan yaitu sekitar 143 gram/ekor dan ukuran puyuh jantan sekitar 117 gram/ekor (Wuryadi, 2013). Menurut Wuryadi (2013), Puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 42 hari. Umur pertama bertelur menunjukkan bahwa puyuh tersebut telah dewasa kelamin. Produktivitas burung puyuh dapat mencapai 250 300 butir/tahun dengan berat rata rata 10 g/butir. Wuryadi (2011) menambahkan bahwa Puyuh bertelur selama 15-18 bulan dengan puncak produksinya terjadi pada umur 3-5 bulan, dengan rata-rata produksi telur dalam satu populasi berkisar 78-85% (Slamet Wuryadi, 2011). Selanjutnya, produktivitasnya mulai menurun pada umur 14 bulan dan berhenti bertelur sekitar umur 30 bulan (Wuryadi, 2013). Berdasarkan faktor genetik, salah satu faktor utama yang mempengaruhi produksi telur yaitu bibit. Peternak pada umumnya membibitkan puyuh sendiri, sehingga peluang terjadinya inbreeding cukup tinggi. Inbreeding adalah perkawinan antar dua individu yang masih memiliki hubungan kekerabatan (Irawan, 2010). Dampak dari inbreeding adalah terjadinya penurunan pertumbuhan puyuh, produksi, maupun reproduksi (Kaharuddin dan Kususiyah, 2006). Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bibit puyuh unggul adalah dengan melakukan persilangan. Persilangan pada puyuh dapat dilakukan salah satunya dengan cara mengawinkan warna bulu. Tujuan persilangan berdasarkan warna bulu selain dari mengurangi inbreeding dan menaikan performa hasil silangannya melampaui rata-rata performa kedua bangsa tetuanya juga untuk memudahkan sexing (Hardjosubroto, 1994). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti Perfoma Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan Warna Bulu Hitam dan Coklat Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui performa produksi puyuh hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat yang meliputi konsumsi ransum, produksi telur dan konversi ransum. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2
BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix-coturnix Japonica) hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat yang berumur 7-12 minggu di Pusat Pembibitan Puyuh, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Puyuh yang digunakan sebanyak 123 ekor dengan koefisien variasi 0,39%. Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tempat pakan dan minum, baki untuk tempat penampungan ransum sisa, timbangan untuk menimbang ransum awal dan ransum sisa dan juga untuk menimbang telur, egg tray untuk tempat telur, alat tulis untuk proses pencatatan (recording), alat hitung kalkulator untuk menghitung jumlah konsumsi ransum, konversi ransum, dan produksi telur, alat kebersihan dan keperluan sanitasi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan data di lapangan. Data yang diambil di lapangan merupakan hasil dari pengamatan dan perhitungan meliputi konsumsi ransum, produksi telur dan konversi ransum puyuh petelur hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Lingkungan Penelitian Breeding Center Puyuh Petelur terletak di lingkungan kampus Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor, Kab. Sumedang 45363, Jawa Barat, Indonesia. Jatinangor memiliki suhu berkisar antara 22 32 0 C dengan kelembaban berkisar antara 60 97% dan kecepatan angina sebesar 25 km/jam (BMKG, 2016). Puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia adalah spesies Coturnix coturnix Japonica. Berdasarkan data recording Breeding Center Puyuh Petelur, umur puyuh yang dipelihara yaitu berumur 7 12 minggu, mulai berproduksi telur pada umur 7 minggu dengan puncak produksi yaitu pada umur 3 5 bulan. Puyuh dipelihara dalam kandang cage yang berukuran 0,6 m x 1 m tiap cage. Setiap satu cage dapat diisi puyuh sebanyak 30 ekor. Suhu optimum didalam kandang adalah 28 0 C dengan kelembaban 80%. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3
2. Konsumsi Ransum, Produksi Telur dan Konversi Ransum Tabel 1. Rataan Konsumsi Ransum, Produksi Telur dan Konversi Ransum Rataan Umur (Minggu) 7 8 9 10 11 12 Konsumsi Ransum 19.43 20.46 21.45 21.63 21.76 21.79 Produksi Telur 14.28 43.72 68.81 75.96 75.43 74.10 Konversi Ransum 32.48 4.70 2.88 2.55 2.64 2.71 Rataan konsumsi ransum pada puyuh umur 7 12 minggu berkisar antara 19,43 21,78 gram. Hasil penelitian ini mendekati pernyataan Marsudi dan Cahyo Saparinto (2012) yang menyatakan bahwa puyuh yang berumur 7-60 minggu diberikan ransum sebesar 20-22 gram/ekor/hari. Anggorodi (1995) menyatakan bahwa jumlah konsumsi ransum pada unggas dipengaruhi kondisi unggas, dan lingkungan, jika kondisi puyuh sedang sakit maka jumlah ransum yang dikonsumsi sedikit, begitu pula jika lingkungan di dalam kandang panas puyuh akan lebih banyak mengkonsumsi air dibanding ransum. Maka dari itu, jumlah ransum yang diberikan pada puyuh harus diperhatikan agar mengefisienkan penggunaan ransum. Rataan produksi telur puyuh petelur hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat, pada umur 7 12 minggu adalah sebesar 14,28 75,96 %. Pada tabel terlihat dari minggu ke minggu produksi telur meningkat sesuai umur puyuh hingga umur 10 minggu dan setelah itu produksi menurun pada minggu ke 12. Hal ini dikarenakan pemeliharaan puyuh dalam pemberian pakan kurang diperhatikan sehingga produksi telur pada minggu ke 11 sampai dengan minggu ke 12 menurun. Menurut Rasyaf (1991) ransum yang dikonsumsi, baik itu kuantitas dan kualitasnya mempengaruhi produksi telur. Jumlah ransum yang masuk ke dalam tubuh unggas untuk membentuk telur berkaitan dengan jumlah atau kuantitas ransum yang diberikan. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4
Produksi Telur (%) 78 76 74 72 70 68 66 64 75.96 75.43 74.10 68.81 9 10 11 12 Umur (Minggu) Gambar 1. Ilustrasi Produksi Telur Puyuh Produksi telur mencapai puncaknya pada umur 10 minggu yaitu sebesar 75,96 %, kemudian menurun pada umur 11 dan 12 minggu yaitu berturut turut menjadi 75,43 % dan 74,10 %. Rataan produksi telur puyuh pada umur 9 12 minggu yaitu sebesar 73,64 %. Menurut Wuryadi (2011) puncak produksi puyuh petelur terjadi pada umur 3-5 bulan (12-20 minggu) dengan rata-rata produksi telur dalam satu populasi berkisar 78-85 %. Rataan konversi ransum puyuh umur 7 minggu sebesar 32,48. Angka konversi tinggi biasanya diperoleh pada awal produksi, karena puyuh belum menghasilkan telur namun puyuh tersebut tetap mengonsumsi sejumlah ransum, kemudian konversi akan menurun sejalan meningkatnya produksi telur. Campbell (1984) menambahkan bahwa angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana semakin rendah angka konversi ransum berarti efisiensi penggunaan ransum semakin tinggi dan sebaliknya semakin tinggi angka konversi ransum berarti tingkat efisiensi ransum semakin rendah. Rataan konversi ransum pada umur 9 12 minggu yaitu sebesar 2,55 2,88 hasil penelitian ini lebih kecil disbanding penelitian Tiwari dan Panda (1978) yang menyatakan bahwa nilai rataan konversi ransum pada puyuh umur 51-100 hari (sekitar 9 12 minggu) adalah 4,3. Hal Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5
ini menunjukkan bahwa konversi ransum pada puyuh hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat sudah efisien dikarenakan angka konversi ransum yang sudah stabil. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa puyuh (Coturnix-coturnix Japonica) hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat dari umur 7 12 minggu mengkonsumsi ransum berkisar 19,43 21,78 gram dengan produksi telur 14,28 75,96 persen dan konversi ransum 2,55 32,48. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa puyuh (Coturnix-coturnix Japonica) hasil persilangan warna bulu hitam dan coklat memiliki performa yang baik sehingga berpotensi dibudidayakan lebih lanjut. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada kasih kepada dosen pembimbing utama Endang Sujana, S.Pt., MP. dan dosen pembimbing anggota Dr. Ir. Wiwin Tanwiriah, MP., yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1995.NutrisiAneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal. 149-160 Campbell, W., 1984.Principles of Fermentation Tegnology Pergaman Press, New York. Hardjosubroto, Wartomo. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan.Grasindo. Jakarta. Hal. 106,111, 114-116. Irawan, Bambang 2010. Genetika Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat.Airlangga Univesity Press. Surabaya. Hal. 225 Kaharudin, Desia dan Kususiyah.2006. Pengaruh Komposisi Genetik Hasil Persilangan Puyuh (coturnix-coturnix japonica) Tiga Daerah Asal Terhadap Performans Produksi Telur.Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 6 No. 1 Hal. 56 Marsudi dan Saparinto, Cahyo. 2012. Puyuh. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 37 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6
Rasyaf, M. 1991. Memelihara Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta. Tiwari K.S, dan B. Panda. 1978. Production and quality characteristic of quail eggs. Indian J of Poultry Sci 13 :n 27-32. Wuryadi, Slamet. 2011. BukuPintar Beternak dan Bisnis Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal. 16-18 2013.Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal.14-16. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7