TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh
|
|
- Sugiarto Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan, 2008). Klasifikasi Coturnix-coturnix japonica menurut Vali (2008) adalah sebagai berikut: Ordo : Galformes Famili : Phasidae Genus : Coturnix-coturnix Spesies : Coturnix-coturnix japonica Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix japonica berbeda dengan nama yang umumnya digunakan yaitu Coturnix coturnix. C. japonica pada awalnya disebut burung jepang liar yang ditemukan pada abad kedelapan di Jepang. Burung puyuh tipe liar memiliki bulu dengan warna dominan coklat cinnamon dan gelap. Akan tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada dan pipi (Vali, 2008). C. japonica didomestikasi dan dijadikan sebagai burung kicau peliharaan sekitar abad ke-sebelas (Vali, 2008). Manfaat umum dari puyuh C. japonica yaitu (1) sebagai unggas penghasil telur dan daging dengan cita rasa yang unik, (2) biaya pemeliharaan murah yang diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang kecil ( gram), (3) memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga memungkinkan memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun, (4) tahan (resisten) terhadap wabah dan penyakit unggas, (5) memiliki produksi telur yang tinggi, (6) dapat digunakan sebagai hewan percobaan, dan (7) merupakan unggas dengan ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk menghasilkan telur dan daging (Vali, 2008). Periode pertumbuhan puyuh dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1) periode starter (0-3 minggu), (2) periode grower (3-5 minggu), dan (3) periode layer (>6 minggu) (Nugroho dan Mayun, 1986). Menurut Woodard et al. (1973) puyuh mencapai dewasa kelamin pada umur 6 minggu.
2 Puyuh merupakan ternak berdarah panas. Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa rataan suhu tubuh puyuh betina dewasa adalah antara 41,8-42,4 o C. Suhu lingkungan yang optimal untuk puyuh fully feathered adalah 24 o C dan untuk anak puyuh (day old quail) adalah 35 o C. Kelembapan lingkungan yang optimal untuk puyuh adalah antara 30%-80%. Anak puyuh yang baru menetas memiliki bobot tubuh sekitar 7 g, setelah mencapai dewasa kelamin bobot tubuh puyuh betina adalah sekitar 143 g, dan puyuh jantan adalah 117 g (Nugroho dan Mayun, 1986). Gambar 1. Puyuh Betina Performa Produksi Puyuh Konsumsi Pakan Konsumsi pakan dipengaruhi oleh berat badan, ukuran tubuh, tahapan produksi, keadaan energi pakan, dan suhu lingkungan (North dan Bell, 1992). Menurut Ferket dan Gernet (2006) konsumsi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan (komposisi nutrisi dalam ransum, kualitas pelet, dan formulasi ransum) dan manajemen (manajemen lingkungan, kepadatan kandang, ketersediaan pakan dan air minum, dan kontrol terhadap penyakit). Puyuh yang diberikan pakan dengan kandungan protein 24% selama periode pertumbuhan dan diberikan ransum dengan kandungan protein 20% pada periode bertelur, maka produksi telur terbaik adalah 80,2% (Nugroho dan Mayun, 1986). Menurut Woodard et al. (1973) kebutuhan protein puyuh dewasa adalah 20%-25% dan kebutuhan energi metabolisme adalah kcal/kg. Puyuh yang memperoleh ransum dengan kandungan protein 20% mampu menunjukkan
3 persentase produksi telur dan massa telur yang lebih tinggi dengan konversi ransum yang lebih rendah dibandingkan puyuh yang memperoleh ransum protein 18%. Konsumsi protein yang rendah mengakibatkan laju produksi yang rendah (Suprijatna et al., 2008). Tiwari dan Panda (1978) menyatakan bahwa konsumsi pakan puyuh berumur hari yaitu 17,5 g/ekor/hari, kemudian meningkat pada umur hari menjadi 22,1 g/ekor/hari, dan tidak meningkat lagi setelah berumur 100 hari. Tingkat konsumsi pakan puyuh dipengaruhi oleh tingkat energi dan palatabilitas pakan. Suprijatna et al. (2008) mengukur tingkat konsumsi pakan pada puyuh yang diberi pakan dengan kandungan protein kasar 20% adalah sebesar 17,27 g/ekor. Kepadatan kandang mempengaruhi konsumsi pakan puyuh karena berpengaruh terhadap suhu. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan naiknya suhu tubuh ayam. Peningkatan fungsi organ tubuh dan alat pernafasan merupakan gambaran dari aktifitas metabolisme basal pada suhu lingkungan tinggi menjadi naik. Meningkatnya laju metabolisme basal menurut Fuller dan Rendon (1977) disebabkan bertambahnya penggunaan energi akibat bertambahnya frekuensi pernafasan, kerja jantung, serta bertambahnya sirkulasi darah periferi. Pada suhu lingkungan yang tinggi diatas thermoneutral zone akan mengakibatkan kebutuhan energi lebih tinggi. Namun demikian, dengan adanya heat increment sebagai akibat pencernaan makanan dan metabolisme zat-zat makanan, akan menimbulkan beban panas bagi ayam dan akhirnya aktifitas metabolisme menjadi berkurang. Berkurangnya aktifitas metabolisme karena suhu lingkungan yang tinggi, dapat dilihat manifestasinya berupa menurunnya aktifitas makan dan minum sehingga konsumsi pakan puyuh rendah. Konversi Pakan Konversi pakan untuk produksi telur merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi (g) dengan produksi telur (butir) yang dihasilkan. Nilai konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan maka efisiensi penggunaan pakan semakin tinggi. Konversi pakan puyuh dipengaruhi oleh pakan yang diberikan, penyakit, manajemen pemeliharaan, dan bangsa puyuh (Ensminger, 1992).
4 Kepadatan kandang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konversi pakan. Pada kepadatan yang tinggi terjadi peningkatan suhu sehingga puyuh mengalami cekaman panas. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi yaitu berada diatas suhu nyaman puyuh akan menyebabkan stress. Puyuh yang stres membutuhkan banyak energi untuk menanggulangi stres akibat cekaman panas sehingga semakin banyak pakan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan basal dan untuk menghasilkan telur. Akibatnya, nilai konversi pakan menjadi lebih besar dan efisiensi penggunaan pakan rendah. Sedangkan pada kandang dengan kepadatan yang lebih rendah, suhu lingkungan lebih rendah sehingga ternak merasa nyaman dan tingkat stres rendah. Oleh karena itu, nutrisi dari pakan yang digunakan untuk produksi telur lebih besar sehingga menghasilkan nilai konversi pakan yang lebih rendah dengan nilai efisiensi penggunaan ransum yang tinggi. Namun puyuh yang dipelihara pada kandang dengan tingkat kepadatan yang terlalu kecil belum tentu menghasilkan konversi pakan yang rendah. Kepadatan yang terlalu rendah memungkinkan puyuh melakukan aktivitas gerak yang lebih besar sehingga energi banyak digunakan untuk melakukan aktivitas. Akibatnya, energi yang yang tersedia untuk produksi telur sedikit sehingga produksi telur puyuh menjadi rendah. Penurunan produksi telur telur mengakibatkan nilai konversi pakan tinggi dan efisiensi penggunaan pakan menjadi turun. Konversi pakan untuk produksi telur merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi (g) dengan produksi telur (butir) yang dihasilkan. Nilai konversi pakan digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan pakan (Ensminger, 1992). Semakin tinggi nilai konversi pakan maka efisiensi penggunaan pakan semakin rendah (Ensminger, 1992). Konversi pakan puyuh dipengaruhi oleh pakan yang diberikan, penyakit, manajemen pemeliharaan, dan bangsa puyuh (Ensminger, 1992). Puyuh yang diberi ransum dengan kandungan protein kasar 20% menghasilkan konversi pakan sebesar 5,65. Konversi pakan puyuh yang diberi ransum dengan kandungan protein 20% lebih rendah dibandingkan puyuh yang memperoleh ransum protein 18% (Suprijatna et al., 2008).
5 Produksi Telur Produksi telur ditentukan oleh strain unggas, umur pertama bertelur, lingkungan, konsumsi pakan, dan kandungan protein pakan (North dan Bell, 1992). Menurut Woodard et al. (1973) puyuh betina mulai bertelur pada umur 35 hari dan rata-rata pada umur 40 hari. Puncak produksi telur pada puyuh adalah pada umur 4-5 bulan ( hari). Produksi telur pada permulaan masa bertelur sedikit dan semakin meningkat sesuai dengan pertambahan umur puyuh. Telur yang dihasilkan pada permulaan bertelur berukuran kecil dan akan semakin besar sesuai dengan pertambahan umur sampai mencapai ukuran yang stabil. Induk yang mulai bertelur terlalu muda akan menghasilkan telur yang lebih kecil bila dibandingkan dengan telur yang dihasilkan oleh induk yang lambat mulai bertelur (Nugroho dan Mayun, 1986). Puyuh pada umumnya bertelur pada sore hari antara pukul dan sebagian kecil bertelur pada malam hari. Puyuh yang dipelihara pada lingkungan yang nyaman dapat menghasilkan rata-rata 250 butir telur per tahun (Woodard et al., 1973). Kepadatan kandang dapat mempengaruhi produksi telur puyuh. Kepadatan yang tinggi menyebabkan peningkatan suhu. Temperatur lingkungan yang terlalu tinggi diatas zona nyaman (thermoneutral zone) puyuh akan menyebabkan cekaman panas. Produksi telur puyuh yang maksimal dapat dicapai apabila puyuh dipelihara pada kondisi thermoneutral zone yaitu suhu lingkungan yang nyaman. Dalam kisaran suhu lingkungan yang optimal, puyuh dapat menggunakan pakan lebih efisien, karena puyuh tidak mengeluarkan energi yang besar untuk mengatasi temperatur lingkungan yang tidak normal. Pada lingkungan dengan temperatur yang tinggi, puyuh berusaha menjaga suhu tubuhnya dengan cara menyeimbangkan produksi panas dengan hilangnya panas. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan peningkatan suhu tubuh puyuh. Peningkatan fungsi organ tubuh dan alat pernafasan merupakan gambaran dari aktifitas metabolisme basal pada suhu lingkungan tinggi menjadi naik. Meningkatnya laju metabolisme basal disebabkan bertambahnya penggunaan energi akibat bertambahnya frekuensi pernafasan, kerja jantung, dan bertambahnya sirkulasi darah periferi. Pada suhu tinggi diperlukan energi yang lebih banyak untuk pengaturan
6 suhu tubuh dan mencegah stres, sehingga mengurangi penyediaan energi untuk produksi telur. Hal ini menyebabkan produksi telur puyuh rendah (Fuller dan Rendon, 1977). Kepadatan kandang yang optimal sangat penting untuk menghasilkan produksi telur puyuh yang maksimal. Mortalitas Menurut Wilson et al. (1978) mortalitas (kematian) yang tinggi terjadi pada puyuh berumur 2-5 minggu. Setelah umur tersebut jumlah kematian puyuh menurun. Kematian puyuh sangat dipengaruhi oleh bibit dan faktor lingkungan, antara lain manajemen pemeliharaan, pakan dan teknik pemberian pakan, sanitasi, temperatur, dan kelembapan lingkungan. Manajemen pemeliharaan sangat mempengaruhi tingkat kematian puyuh, terutama konstruksi kandang. Kandang yang tidak sesuai dengan kebutuhan puyuh akan menyebabkan puyuh stres, produksi telur turun, dan kecelakaan serta mortalitas meningkat. Kualitas Telur Puyuh Kualitas telur sangat mempengaruhi daya terima konsumen, seperti kebersihan, kesegaran, berat telur, kualitas kerabang, indeks kuning telur (yolk index), Haugh Unit (HU), dan komposisi kimianya (Stadelman, 1977; Song et al., 2000). Menurut North dan Bell (1992) kualitas telur ditentukan berdasarkan kualitas secara interior dan eksterior. Kualitas interior telur meliputi indeks kuning telur (yolk index), yolk ratio, albumen ratio, albumen index, dan Haugh Unit. Kualitas eksterior meliputi indeks telur, bobot telur, dan bobot kerabang telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor genetik dan lingkungan (Bednarczyk, 1991), kandungan zat makanan, temperatur lingkungan, genetik, penyakit, umur unggas (Wahju, 1997), dan sistem pemeliharaan (Romanoff dan Romanoff, 1963). Temperatur lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya aktivitas hormonal dalam merangsang alat-alat reproduksi unggas dan mengakibatkan penurunan kualitas putih dan kuning telur (North, 1972). Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa warna kerabang telur puyuh dipengaruhi oleh faktor genetik. Telur puyuh memiliki pola warna yaitu bercorak coklat, hitam, dan biru yang membedakannya dengan telur unggas lain. Pigmen yang
7 mempengaruhi warna kerabang telur puyuh adalah ooporphyrin and biliverdin. Pigmentasi kulit telur puyuh terjadi kurang lebih 3,5 jam di dalam uterus sebelum oviposition. Anatomi susunan telur dari luar ke dalam adalah kerabang telur, kerabang tipis, putih telur, dan kuning telur. Persentase berat dan komposisi isi telur secara umum tidak sama untuk segala jenis telur unggas. Komposisi dan proporsi telur ini bervariasi tergantung dari beberapa faktor, antara lain genetik, umur puyuh, pakan, temperatur lingkungan, dan cara pemeliharaan. Komposisi telur puyuh terdiri dari kuning telur (30%-33%), putih telur (52%-60%), dan kerabang telur (7%-9% dari berat telur utuh) (Yuwanta, 2010). HU Telur Nilai HU (Haugh Unit) digunakan untuk mengetahui kekentalan telur yang ditentukan berdasarkan hubungan logaritma tinggi albumen (mm) dengan berat telur (g). Nilai rataan HU telur puyuh adalah 87,1±2,39 (Tiwari dan Panda, 1978). Menurut Parizadian et al. (2011) nilai HU telur puyuh adalah 92,88. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan untuk mengukur nilai HU telur, yaitu (1) telur disimpan pada temperatur lebih dari 12 o C, (2) putih telur tidak rusak saat telur dipecahkan, (3) pengukuran tinggi putih telur kental dilakukan segera setelah telur dipecahkan, (4) pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat tripod micrometer, dan (5) untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dapat dilakukan pengukuran lebih dari satu kali. Bobot Telur Rataan bobot telur dipengaruhi oleh jenis atau tipe puyuh (Santos et al., 2011). Temperatur lingkungan dan konsumsi pakan juga dapat mempengaruhi bobot telur. Peningkatan temperatur lingkungan dapat menurunkan ukuran telur dan kualitas kerabang telur (North dan Bell, 1992). Telur puyuh memiliki bobot sekitar 10 g (sekitar 8% dari bobot badan induk) (Woodard et al.,1973) atau mendekati 11,91 g (Parizadian et al., 2011). Yuwanta (2010) menyatakan bahwa berat telur puyuh adalah antara 8-10 g. Berat kuning telur puyuh adalah 2,4-3,3 g, putih telur 4,16-6 g, dan kerabang telur 0,56-0,9 g/butir telur.
8 Bobot telur semakin meningkat secara gradual seiring pertambahan umur puyuh. Bobot telur puyuh tidak dipengaruhi oleh kepadatan kandang (Nagarajan et al., 1991). Puyuh yang berumur 8-9 minggu pada lingkungan dengan temperatur 22,5-32 o C dengan pemberian pakan mengandung protein 22%, menghasilkan telur dengan bobot 9,2 g. Puyuh berumur minggu dan minggu dengan pemberian pakan mengandung protein 22% menghasilkan telur dengan bobot 10,1 g dan 11,0 g (Eishu et al., 2005). Warna Kuning Telur Puyuh yang dipelihara pada kandang dengan kepadatan yang rendah menghasilkan telur dengan kualitas warna kuning telur yang lebih baik namun pengaruhnya tidak langsung (Nagarajan et al., 1991). Warna kuning telur dipengaruhi oleh pigmen karoten (Kang et al., 2003). Menurut Yuwanta (2010) warna kuning telur ditentukan oleh kandungan β-karoten yang terdapat pada kuning telur. Warna kuning telur unggas adalah kuning orange yang disebabkan adanya karotenoid yang mengandung banyak zeaxantin, kriptoxantin, dan lutein (xantofil). Setiap unggas memiliki kemampuan yang berbeda untuk mengubah pigmen karoten tersebut menjadi warna kuning telur (North dan Bell, 1992). Unggas yang mengkonsumsi pigmen karotenoid lebih tinggi akan menghasilkan intensitas warna kuning telur yang lebih tinggi. Kang et al. (2003) melaporkan bahwa penambahan likopen sebagai sumber karoten memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan warna kuning telur. Faktor penyebab warna kuning telur bervariasi, diantaranya bangsa unggas, genetik, kondisi kandang, penyakit, cekaman, oksidasi santofil, dan angka produksi telur (North dan Bell, 1992). Indeks Kuning Telur Nilai atau kualitas kuning telur dapat diketahui dengan mengukur indeks kuning telur yaitu perbandingan antara tinggi dengan diameter kuning telur. Pengukuran indeks kuning telur relatif lebih sederhana dan mudah dibanding dengan putih telur karena bentuk kuning telur lebih stabil dibanding putih telur (Yuwanta, 2010). Suprijatna et al. (2008) menyatakan nilai indeks kuning telur digunakan untuk mengetahui kekentalan kuning telur.
9 Puyuh yang dipelihara pada kandang dengan kepadatan yang rendah menghasilkan telur dengan nilai indeks kuning telur yang lebih besar (Nagarajan et al., 1991). Nilai indeks kuning telur juga dipengaruhi oleh suhu dan lama penyimpanan telur. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa pada telur ayam, indeks kuning telur pada saat oviposition adalah 0,45 kemudian menurun menjadi 0,30 apabila telur disimpan selama 25 hari pada suhu 25 o C. Penyimpanan telur pada suhu 0 o C selama 5,5 bulan mampu memberikan daya tahan indeks kuning telur sebesar 0,45. Menurut Suprijatna et al. (2008) nilai indeks kuning telur puyuh yang diberi pakan dengan kandungan protein kasar sebesar 20,1% adalah 0,422. Puyuh yang diberi pakan dengan kandungan protein kasar 18% menghasilkan telur dengan nilai indeks kuning telur sebesar 0,406. Bobot dan Tebal Kerabang Telur Kualitas kerabang telur dipengaruhi oleh umur puyuh dan pakan yang diberikan (Stadelman dan Cotterill, 1977). Temperatur lingkungan memiliki peranan penting terhadap kualitas kerabang telur puyuh. Temperatur lingkungan mulai mempengaruhi kualitas kerabang telur jika temperatur lebih dari 30 o C. Kualitas kerabang telur optimal jika temperatur lingkungan antara o C. Peningkatan temperatur lingkungan akan menurunkan soliditas kerabang telur puyuh (Yuwanta, 2010). Bobot kerabang telur puyuh adalah 0,759±0,010 g (Woodard dan Wilson, 1972) atau sekitar 0,56-0,9 g (Yuwanta, 2010). Berat kerabang telur berkisar antara 7%-9% dari bobot telur. Bobot kerabang telur dipengaruhi oleh tebal kerabang dan membran telur. Tebal kerabang telur dipengaruhi oleh jenis puyuh, umur, pakan yang diberikan, konsumsi pakan, dan penggunaan cahaya penerangan (Yuwanta, 2010). Menurut Suprijatna et al. (2008) puyuh yang diberikan pakan dengan kandungan protein kasar 20% menghasilkan telur dengan ketebalan kerabang telur yaitu 0,298 mm. Vilchez et al. (1992) menambahkan, tebal kerabang ditambah selaput telur berkisar antara 0,176-0,184 mm. Menurut Yuwanta (2010) pengukuran tebal kerabang telur dilakukan pada bagian ujung tumpul, tengah (ekuator), dan ujung lancip telur kemudian dibuat rata-rata.
10 Kepadatan Kandang Karakteristik produksi ternak ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Manajemen pemeliharaan, pakan, dan tipe perkandangan merupakan faktor lingkungan yang memiliki peranan yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan produktivitas puyuh. Bentuk dan tipe kandang, pencahayaan, serta kepadatan kandang merupakan faktor lingkungan yang penting pada produksi unggas (Esen et al., 2006). Kepadatan kandang merupakan luas kandang yang tersedia untuk setiap ekor puyuh atau jumlah puyuh yang dapat dipelihara pada luasan lantai kandang tertentu tanpa mengganggu aktivitas gerak dari unggas. Besarnya kepadatan kandang dipengaruhi oleh ukuran tubuh unggas, sistem kandang, temperatur lingkungan, dan ventilasi (Creswell dan Hardjosworo, 1979). Kandang berukuran sedang dengan panjang 100 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 27 cm dapat menampung ekor puyuh dewasa (Peraturan Menteri Pertanian, 2008). Luas lantai yang semakin besar cenderung mengakibatkan konsumsi ransum lebih rendah dan konversi ransum yang lebih baik. Dalam kisaran suhu lingkungan optimum, unggas dapat menggunakan pakan lebih efisien, karena puyuh tidak mengeluarkan energi untuk mengatasi suhu lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh puyuh. Luas lantai yang semakin sempit akan menurunkan pertumbuhan puyuh dan dapat juga meningkatkan mortalitas. Mortalitas yang tinggi pada kandang yang padat disebabkan oleh faktor stres dan persaingan di dalam kandang (Wilson et al.,1978). Stres panas pada puyuh akan menurunkan performa produksi. Menurut Bird et al. (2003) suhu lingkungan yang tinggi dapat menurunkan produksi telur. Produksi telur puyuh yang dipelihara pada suhu lingkungan tinggi lebih rendah dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu lingkungan rendah. Hal ini berkaitan dengan adanya perubahan-perubahan fisiologis dan biokimiawi dalam tubuh puyuh selama stres panas akibat suhu lingkungan yang tinggi tersebut. Pada suhu lingkungan tinggi diperlukan energi lebih banyak untuk pengaturan suhu tubuh, sehingga mengurangi penyediaan energi untuk produksi telur. Pada suhu lingkungan tinggi konsumsi pakan dan efisiensi penggunaan pakan turun, ini berarti berkurangnya nutrisi dalam tubuh dan akhirnya menurunkan produksi telur. Pada puyuh petelur dapat
11 menyebabkan penurunan produksi telur, berat, dan ukuran telur serta kualitas kerabang yang berupa tipisnya ketebalan kerabang. Pada puyuh betina dewasa, makanan yang dikonsumsi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi telur. Dengan terjadinya penurunan konsumsi pakan, maka yang lebih dahulu dipenuhi adalah kebutuhan hidup pokok, sehingga penurunan konsumsi pakan berakibat langsung terhadap penurunan produksi telur (Bird et al., 2003).
Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi
Lebih terperinciPERFORMA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) PADA KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA SKRIPSI PAINGAT PARDAMEAN SIPAYUNG
PERFORMA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) PADA KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA SKRIPSI PAINGAT PARDAMEAN SIPAYUNG DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis unggas darat yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena produktivitasnya cukup tinggi.
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Breeding Center Puyuh Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaranyang terletak di lingkungan Kampus Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Minum Data hasil pengamatan dan analisis rata-rata konsumsi air minum selama penelitian disajikan pada Tabel 3. Tabel 1. Rata-rata konsumsi air minum (ml/ekor/minggu)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian berupa konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan serta konsumsi lemak, protein, serat dan vitamin A ayam petelur pada tiap perlakuan tecantum dalam Tabel
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan puyuh dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix japonica) Puyuh merupakan salah satu ternak unggas yang berpotensi untuk dibudidayakan masyarakat Indonesia karena dapat dimanfaatkan daging
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh Jepang dan Klasifikasinya Burung puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Nugroho
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan performa produksi meliputi produksi telur, bobot telur, dan konversi pakan) Coturnix-coturnix japonica dengan penambahan Omega-3 dalam pakan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.
I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh
TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Puyuh merupakan salahsatu komoditas unggas sebagai penghasil telur. Keberadaan puyuh mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat. Puyuh yang dikembangkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Awalnya puyuh merupakan ternak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung dikenal sebagai jenis unggas yang mempunyai sifat dwi fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. Wahju (2004) yang menyatakan bahwa Ayam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Coturnix-coturnix japonica Betina (kiri) dan Jantan (kanan)
TINJAUAN PUSTAKA Coturnix-coturnix japonica Coturnix-coturnix japonica termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Coturnix-coturnix dan spesies japonica. Secara ilmiah dikenal dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and
II. TINJAUAN PUSTAKA.1. Telur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and Tannenbaum
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan Fapet Farm Universitas Jambi bertempat di desa Mendalo Darat, selama 10 minggu yang dimulai dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh Jepang yang disebut japanese
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan
19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pusat Pembibitan Puyuh Penelitian ini telah dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Pusat pembibitan ini terdiri atas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Keong Mas Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput murbei merupakan salah satu jenis keong air tawar yang berasal dari Benua Amerika,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tebal Cangkang Rataan hasil pengamatan tebal cangkang telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh. Ulangan Perlakuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)
TINJAUAN PUSTAKA Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Puyuh yang dipelihara di Indonesia umumnya adalah spesies
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan ternak unggas yang cukup popular di masyarakat terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang mungil yang cocok untuk dimasukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan konsumen terhadap produk hasil ternak juga meningkat. Produk hasil ternak yang dipilih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu Lingkungan Setiap makhluk hidup memiliki suatu zona fisiologis yang disebut zona homeostasis (Noor dan Seminar, 2009). Apabila terjadi stress, maka zona homeostasis ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Pemeliharaan Komponen utama dalam beternak puyuh baik yang bertujuan produksi hasil maupun pembibitan terdiri atas bibit, pakan serta manajemen. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) Burung puyuh pertama kali didomestikasi atau diternakkan di Amerika pada tahun sekitar 1870 untuk diambil produksi telur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan Colinus virgianus (Tetty,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Ayam Ras Petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting diperhatikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Probiotik
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di
22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di
15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di Kandang Digesti Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, dan di Laboratorium Teknologi dan Rekayasa Pangan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur ayam ras merupakan bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan pangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes
TINJAUAN PUSTAKA Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014, bertempat di Laboratorium
24 III. BAHAN DAN METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 10--24 April 2014, bertempat di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas
Lebih terperinciPEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler
29 IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap konsumsi ransum disajikan pada Tabel 5. Tabel
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002).
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Skor Warna Kuning Telur Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Skor Warna Kuning Telur Puyuh Selama Penelitian. Ulangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada
7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cahaya Untuk Ayam Broiler Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan ayam, karena cahaya mengontrol banyak proses fisiologi dan tingkah laku ayam (Setianto,
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puyuh Jepang (Cortunix-cortunix japonica) merupakan unggas kecil yang komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di Indonesia untuk produksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan ayam ras pedaging yang waktu pemeliharaannya relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam broiler perlu ditingkatkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan
TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam ras petelur yang banyak dipelihara saat ini adalah ayam ras petelur yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras petelur
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kedu Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam Kedu berasal dari Desa Karesidenan Kedu Temanggung Jawa Tengah. Ayam Kedu memiliki kelebihan daya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinciKususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Pengaruh Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) Terhadap Kualitas Telur Itik Talang Benih The Effect of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Talang Benih Duck Egg Quality Kususiyah, Urip Santoso, dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari,
19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, di Peternakan Ayam Petelur
Lebih terperinciPerforma Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar
PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia berjalan semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya permintaan telur konsumsi maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) sudah sejak lama dikenal masyarakat dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh mempunyai potensi besar karena
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Burung Puyuh
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Burung Puyuh Burung puyuh adalah unggas darat berukuran kecil namun gemuk dengan ekor sangat pendek, bersarang di permukaan tanah, memiliki kemampuan untuk berlari dan terbang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2014 di Peternakan Eko Jaya dan
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 11--25 Maret 2014 di Peternakan Eko Jaya dan Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak
22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak
Lebih terperinci