pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PEMANENAN HUJAN DARI ATAP BANGUNAN (STUDI KASUS : GEDUNG-GEDUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR) TUMPAL HAMONANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis data dan perencanaan Instalasi Pengolahan Air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

1 Djoko Luknanto

AIR HUJAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI KECAMATAN RANUYOSO KABUPATEN LUMAJANG

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

menyebabkan kekeringan di musim kemarau,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mei Divisi Statistik Sektor Riil 1. Metodologi PESIMIS OPTIMIS

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

LAPORAN KEGIATAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2012)

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) KALIMANTAN SELATAN BULAN DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

Bab IV Analisis Data

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN NOVEMBER 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A)

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012

III. METODOLOGI PENELITIAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

rata-rata P 75%

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2015

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

Transkripsi:

5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas atap bangunan dihitung dari gambar yang diberikan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB dalam bentuk softcopy dengan format AutoCad. 3.2.2 Metode Pengolahan Data Data curah hujan yang tersedia adalah pencatatan curah hujan bulanan antara tahun 1987 sampai tahun 2002. Curah hujan bulanan rata-rata diperoleh dari merata-ratakan data curah hujan bulanan yang ada. Perhitungan kebutuhan air bersih kampus IPB ini mengacu pada Petunjuk Teknis Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum serta Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Air Bersih Perkotaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, yaitu : 1. Wilayah kampus IPB diklasifikasikan sebagai wilayah perkotaan dengan tingkat pelayanan sebesar 100 %. 2. Tingkat pemakaian air untuk kebutuhan domestik adalah 200 liter/orang/hari. Pemakaian domestik di kampus IPB ada pada asrama mahasiswa. 3. Tingkat pemakaian non domestik : a. Mahasiswa dan pegawai. Besar kebutuhan mahasiswa adalah 20 liter/orang/hari dan kebutuhan untuk pegawai sebesar 40 liter/orang/hari. b. Laboratorium. Kebutuhan air laboratorium adalah sebesar 10 liter/m 2 /hari. c. Siram tanaman dan cuci kendaraan operasional diasumsikan sebesar 10% dari kebutuhan harian rata-rata. 4. Kehilangan air diasumsikan sebesar 10 % dari kebutuhan air rata-rata. 5. Kebutuhan air hari maksimum ditentukan sebesar 2 x kebutuhan harian rata-rata. 6. Kebutuhan air jam puncak ditentukan sebesar 2 x kebutuhan harian rata-rata. Perhitungan jumlah air hujan yang bisa di panen yaitu dengan melakukan perkalian antara luas atap bangunan di kampus IPB dengan curah hujan rata-rata bulanan dengan memperhatikan tingkat pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengguna Air di Kampus IPB Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Sub. Dit. Registrasi dan Statistik Direktorat AJMP IPB per tanggal 24 Nopember 2008 diketahui jumlah mahasiswa IPB yang melakukan kegiatan perkuliahan di kampus IPB adalah 17.728 orang meliputi program sarjana dan program pascasarjana (magister dan doktor), sedangkan berdasarkan data Subdit Perencanaan, Penempatan, Pengembangan SDM dan Hubungan Kerja Direktorat SDM IPB, pada bulan November 2008, jumlah pegawai IPB adalah 1496 orang tenaga pendidik dan 1169 orang tenaga kependidikan. Tabel 1 Jumlah pengguna air di kampus IPB Pengguna Air Mahasiswa Tenaga Pendidik Tenaga Kependidikan Jumlah (Orang) 17.728 1.169 1.496 Persentase (%) 87 6 7 Total 20.393 100 4.2 Kebutuhan Air Bersih di Kampus IPB Perhitungan kebutuhan air bersih di kampus IPB dilakukan dengan tingkat kebutuhan sesuai dengan kelompok penggunanya. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk mahasiswa dan pegawai dilakukan dengan cara mengalikan jumlah pengguna air dengan tingkat kebutuhan air. Kebutuhan air untuk pegawai IPB dan mahasiswa berbeda, untuk mahasiswa sebesar 20 liter/orang/hari dan untuk pegawai sebesar 40 liter/orang/hari. Hal ini dikarenakan adanya asumsi bahwa pegawai IPB menghabiskan waktu lebih banyak berada di kampus (yaitu sesuai jam kerja pegawai) sedangkan mahasiswa diasumsikan sebagai pengguna air namun tidak tetap (tidak sesuai jam kerja pegawai). Pada kenyataannya memang terdapat pegawai (terutama tenaga pendidik) yang jarang berada di kampus, namun dalam perhitungan tetap di masukkan dengan asumsi bahwa air yang masuk hitungan kebutuhan air dialihkan sebagai

6 perhitungan kebutuhan air untuk tamu. Maka dari itu dalam perhitungan kebutuhan air, tamu yang datang ke kampus IPB tidak dimasukkan nilainya. Kebutuhan air laboratorium didapatkan dengan mengalikan luas lantai laboratorium dengan tingkat kebutuhannya. Kebutuhan rata-rata adalah hasil perkalian jenis pemakai dengan kebutuhan dan ditambahkan dengan 20 % dari hasil perkalian tersebut. Angka 20% diperoleh dari angka kehilangan air dan untuk siram tanaman dan cuci kendaraan operasional. Perhitungan detail kebutuhan air di kampus IPB dapat dilihat pada lampiran 3. Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada lampiran 3, kebutuhan rata-rata harian kampus IPB adalah sebesar 1.723.536 liter/hari atau 1.724 m 3 setiap hari. Kebutuhan puncak adalah 2.068.243 liter/hari atau sama dengan 2.068 m 3 dan kebutuhan harian maksimum adalah 3.447.072 liter/hari atau sama dengan 3.447 m 3. Berdasarkan kelompok pengguna, air yang dibutuhkan untuk keperluan domestik sebesar 838.560 liter/hari. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya mahasiswa yang tinggal di asrama di lingkungan kampus IPB melakukan aktivitas keseharian mereka yang menggunakan air, termasuk untuk kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK). Kebutuhan harian rata-rata untuk pengguna publik yaitu sebesar 471.024 liter/hari, dan untuk penggunaan industri (dalam hal ini industri pendidikan) membutuhkan air bersih perhari rata-rata sebanyak 413.952 liter. Tabel 2 Besar kebutuhan air bersih di kampus IPB menurut kelompok pengguna Klasifikasi kebutuhan harian rata-rata (l/h) Domestik 838.560 Industri 413.952 Publik 471.024 Jumlah 1.723.536 Dalam perhitungan berikutnya nilai kebutuhan air yang akan digunakan adalah nilai kebutuhan rata-rata, karena kebutuhan hari maksimum tidak terjadi setiap saat dan kebutuhan puncak terjadi pada jam-jam tertentu sehingga rentang waktunya pendek dan besarnya tidak dapat merepresentasikan kebutuhan secara umum sepanjang tahun. Jika rata-rata jumlah hari dalam satu bulan adalah 30 hari, kebutuhan bulanan rata-rata adalah 51.705 m 3 dan dalam satu tahun (365 hari), air bersih yang dibutuhkan adalah 629.078 m 3. 4.3 Curah Hujan Wilayah Data curah hujan yang tersedia adalah pencatatan curah hujan bulanan antara tahun 1987 sampai tahun 2002. Curah hujan bulanan rata-rata diperoleh dari merata-ratakan data curah hujan bulanan yang ada. Rata-rata curah hujan bulanan ini akan digunakan pada perhitungan selanjutnya. Tabel 3 Curah Hujan Bulanan Rata-rata Wilayah Tahun 1987-2002 Bulan Curah Hujan (mm) Januari 399 Februari 350 Maret 365 April 388 Mei 371 Juni 243 Juli 212 Agustus 228 September 231 Oktober 365 November 405 Desember 302 Jumlah 3.859 Sumber : Stasiun klimatologi Bogor

7 CH (mm) 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 3 Curah Hujan Bulanan rata-rata wilayah (Tahun 1987-2002). Berdasarkan data curah hujan wilayah yang terdapat pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kampus IPB mengalami hujan sepanjang tahun. Curah hujan yang turun tidak merata sepanjang tahun, tetapi bervariasi menurut musimnya. Curah hujan bulanan rata-rata tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 405 mm, dan terendah pada bulan Juli, yaitu 212 mm. 4.4 Volume Air Hujan yang Bisa Dipanen Setelah melakukan perhitungan dan pengumpulan data dari rektorat IPB, maka didapat data luas bangunan yang ada di kampus IPB seperti yang tertera pada Tabel 5. Luas atap bangunan di kampus IPB bervariasi menurut penggunaannya. Untuk kegiatan perkuliahan terdapat 53.925 m 2 luas atap bangunan. Bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal (asrama) mempunyai luas atap 13.583 m 2. Untuk kegiatan keolahragaan terdapat 5.177 m 2 luas atap. Sedangkan untuk yang lainnya seluas 20.019 m 2 dengan total luas atap keseluruhan mencapai 92.704 m 2. Dari jumlah luas atap bangunan yang terdapat di kampus IPB seperti terlihat pada Tabel 5, dapat dihitung volume air hujan yang dapat dikumpulkan (dipanen) dengan cara mengalikannya dengan besar curah hujan yang tercantum pada Tabel 3. Tabel 4 Luas Atap Bangunan yang Terdapat di Kampus IPB No Gedung luas atap (m 2 ) 1 Rektorat 1.404 2 Grawida 1.570 3 Rusunawa 1.238 4 RSH 13.373 5 Fahutan (pusat) 806 6 Masjid 2.390 7 Asrama Putri TPB 5.642 8 Asrama Putra TPB 4.884 9 Asrama Silvasari 815 10 Asrama Putri 252 11 GOR Lama 2.057 12 Gymnasium 3.120 13 Poliklinik 116 14 Gudang Fahutan 360 15 R. Kuliah Fahutan 360 16 R. Kuliah Dar 1.660 17 Guest House 752 18 Lab. Foto Udara Fahutan 510 19 Wing (81 x @517) 41.918 20 Node (45 x @210) 9.477 Jumlah 92.704 Sumber : Direktorat Fasilitas dan Properti IPB Besar kebutuhan air bersih tiap bulan dianggap sama besar yaitu 51.705 m 3. Diasumsikan bahwa 10 % dari curah hujan yang turun tidak dapat dimanfaatkan karena

8 Tabel 5 Volume Air Hujan yang Dapat Dipanen pada Kampus IPB. No Bulan Curah Hujan Volume (m 2 ) Persen pemenuhan (%) 1 Januari 0.399 33.059 64 2 Februari 0.350 28.999 56 3 Maret 0.365 30.242 58 4 April 0.388 32.147 62 5 Mei 0.371 30.739 59 6 Juni 0.243 20.134 39 7 Juli 0.212 17.565 34 8 Agustus 0.228 18.891 37 9 September 0.231 19.139 37 10 Oktober 0.365 30.242 58 11 November 0.405 33.556 65 12 Desember 0.302 25.022 48 Jumlah 3.859 319.734 52 terbuang dan digunakan sebagai pembersih atap. Perhitungan volume air hujan yang dapat dikumpulkan setiap bulan serta persentasenya terhadap kebutuhan air bersih di kampus IPB disajikan pada Tabel 5. Potensi air yang dapat dipanen melalui atap bangunan di kampus IPB adalah sebesar 319.734 m 3 setiap tahun atau sebesar 52 % dari kebutuhan rata-rata tahunan. Dimana, air hujan yang dapat dipanen terbesar terdapat pada bulan November (65%) dan terkecil pada bulan Juli (34%). Volume air yang dapat dipanen melalui atap bangunan ini tidak cukup untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan air di kampus IPB. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bangunanbangunan yang terdapat di kampus IPB, cara ini mudah untuk diterapkan karena hampir seluruh bangunan sudah memiliki talang air dan pipa penyalur yang diperlukan untuk mengumpulkan air hujan. Pada musim kemarau tiba, petugas lapang laboratorium penjernihan air IPB sering mengalami kesulitan, yaitu kurangnya debit air yang terdapat pada sungai sehingga sering kali air yang dapat disedot menggunakan pompa untuk diolah dirasa kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih di kampus IPB. Selain itu, sering pula terdapat masalah teknis lainnya, salah satunya ketika banyaknya sampah-sampah yang menutupi pipa saluran air dari sungai Cihideung yang menyebabkan terhambatnya air masuk ke alat penjernihan. Ditambah lagi pompa WTP yang ada merupakan peralatan yang sudah tua (4 WTP berumur 10-25 tahun, 1 WTP tahun 2010) dan sering mengalami kerusakan sehingga terkadang mengurangi kapasitas air bersih yang bisa diproduksi. Melihat kondisi di atas, maka banyaknya air hujan yang bisa dipanen menggunakan atap bangunan di kampus IPB akan sangat membantu memenuhi kebutuhan air bersih di kampus, terutama ketika musim kemarau tiba. Selain itu pula menurut banyak penelitian yang sudah ada (rainwaterharvesting.org), biaya pengoperasian dan perawatan sistem pemanenan hujan relatif lebih murah. Perhitungan luas atap bangunan di atas tidak termasuk bangunan-bangunan kecil yang berada di kampus seperti pos keamanan, tempat parkir motor karena dirasa air hujan yg dapat ditampung dari bangunan tersebut tidak signifikan jumlahnya. Juga beberapa bangunan yang sedang atau baru saja di bangun di kampus IPB dikarenakan pada saat pengambilan data dari pihak rektorat belum memiliki data tersebut. 4.5 Rancangan Pemanenan Hujan Untuk Gedung di Kampus IPB Bak penyimpan air yang dipanen dalam rancangan ini dibuat diatas, dengan maksud air dari bak penampung dapat dialirkan dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Jika menggunakan bak di dalam tanah maka akan memerlukan pompa untuk menaikkan air ke ruangan-ruangan yang berada diatas dan hal itu akan menambah biaya operasionalnya.

9 Gambar 4 Desain bangunan bak penampung air hujan di antara dua wing. Terlihat dalam gambar 4, bahwa menara penampung air hujan di buat diantara 3 buah wing kampus. Dimensi bak penampung air hujan berikut adalah luas alas 218 m 2 dengan tinggi 2 meter. Menara bak penampung ditempatkan diantara 3 buah wing, dimana satu menara bak penampung dapat menampung hingga 435 m 3 air. Air yang mengalir ke bak penampung berasal dari setengah luas permukaan masingmasing atap atau bisa juga untuk menampung seluruh air yang jatuh ke seluruh permukaan atap, disesuaikan dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan aspek estetika. Bak tersebut dapat menampung air hujan yang jatuh ke permukaan atap bangunan selama 2 atau 3 bulan. Ketika musim hujan maka bak penampung hujan dapat menampung hingga 2 bulan (tergantung curah hujan) jika air yang ditampung tidak digunakan, dan dapat menampung air hujan selama 3 bulan ketika musim kemarau tiba. Berikut adalah Tabel yang menunjukkan banyaknya air hujan yang bisa dipanen jika menggunakan keseluruhan atap bangunan dari 3 wing dan jika menggunakan setengah dari atap wing. Tabel 6 Volume air hujan yang dapat ditampung dari 3 atap wing. No Bulan Curah Hujan (m) Volume ½ perm. volume seluruh perm. atap (m 3 ) Atap (m 3 ) 1 Januari 0.399 278.8 558 2 Februari 0.350 244.5 489 3 Maret 0.365 255.0 510 4 April 0.388 271.1 542 5 Mei 0.371 259.2 518 6 Juni 0.243 169.8 340 7 Juli 0.212 148.1 296 8 Agustus 0.228 159.3 319 9 September 0.231 161.4 322 10 Oktober 0.365 255.0 510 11 November 0.405 283.0 566 12 Desember 0.302 211.0 422 Jumlah 3.859 2.696 5.392

10 Saat ini IPB menggunakan dua sungai yaitu Cihideung dan Ciapus (lokasi sungai dapat dilihat pada lampiran 1) sebagai sumber air utama untuk kegiatan di kampus IPB. Rata-rata produksi unit pengolahan air (WTP) bersih Kampus IPB perhari sebesar 1.728.000 liter/hari (lebih sekitar 4.000 liter/hari dari kebutuhan rata-rata harian). Satu unit pengolahan air di Kampus IPB mempunyai beban listrik sebesar 16 kw. Jika diasumsikan setiap unit pengolahan air digunakan dalam waktu 10 jam setiap hari (6 hari dalam 1 minggu) dan biaya listrik untuk setiap kwh sebesar Rp. 750,00 maka IPB mengeluarkan biaya listrik untuk ketujuh unit pengolahan air selama setahun sebesar Rp. 260 juta. Melalui perhitungan kasar di atas, maka biaya operasional (belum termasuk biaya pekerja) unit pengolahan air IPB sebesar Rp. 410 juta setiap tahunnya. Seandainya air hujan yang dapat dipanen melalui atap bangunan (yang memenuhi 52% kebutuhan air bersih di Kampus IPB ) digunakan sebagai sumber air untuk kebutuhan air bersih di Kampus IPB dan dapat menghemat 50 % dari pengeluaran unit pengolahan air IPB, maka IPB dapat menghemat sebesar Rp. 200 juta setiap tahun. Jika pemanenan hujan dilakukan tidak hanya dari atap bangunan tetapi juga dari permukaan lain (jalan-jalan, tempat parker, dll) maka hal ini dapat menambah jumlah uang yang dapat dihemat IPB serta sebagai partisipasi mengurangi debit air larian permukaan yang ada ketika terjadi hujan. V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih di kampus IPB didapatkan kebutuhan rata-rata harian kampus IPB sebesar 1.723.536 liter/hari atau 1.724 m 3 setiap harinya. Berdasarkan kelompok pengguna, air yang dibutuhkan untuk keperluan domestik sebesar 838.560 liter/hari, kebutuhan harian rata-rata untuk pengguna publik yaitu sebesar 471.024 liter/hari, dan untuk penggunaan industri membutuhkan air bersih perhari rata-rata sebanyak 413.952 liter. Potensi air yang dapat dipanen melalui atap bangunan di kampus IPB adalah sebesar 319.734 m 3 setiap tahunnya atau sebesar 52 % dari kebutuhan rata-rata tahunan. Untuk menanggulangi kekurangan air pada masa musim kemarau, maka dapat di bangun bak penampungan air hujan dengan kapasitas 90.000 m 3 yang dapat menampung air hujan selama tiga bulan (dengan curah hujan tinggi) yang kemudian bisa digunakan ketika musim kemarau tiba atau ketika terjadi kerusakan atau kendala teknis pada unit pengolahan air bersih IPB. 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat aspek kualitas air hujan di kampus IPB serta penelitian lebih lanjut tentang analisis biaya dalam pembuatan alat pembersih air hujan ketika memanen dan biaya perawatan, Pemanenan hujan menggunakan atap bangunan sangat baik dilakukan di kampus IPB mengingat atap-atap bangunan IPB yang menyatu, tersedianya talang air dan pipa penyalur akan mempermudah proses pemanenan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Rainwater Harvesting. http:/www.rainwaterharvesting.org. [November 2009-februari 2010]. Anonim. 2010. Visi Misi. http://www.kotabogor.go.id/index.php? option=comcontent &task= view id=1115&itemid=142. Februari-Maret 2010. Anonim. 28 Feb 2008. Konsep Green Building dan Green Architecture. Republika. Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1998. Tata Cara Survei dan Pengkajian Kebutuhan dan Pelayanan Air Minum. Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1998. Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Air Bersih Perkotaan. Jakarta.