BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta untuk menghindari kesalahn intepretasi. Instrumen diuji kepada 26

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner

BAB III METODE PENELITIAN. UMY sebelum dan sesudah mengikuti Early Pharmaceutical Exposure diblok

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional. Cross sectional adalah penelitian non. data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

EVALUASI PELAKSANAAN DAN ANALISA PENGARUH EARLY PHARMACEUTICAL EXPOSURE

Evaluasi Pelaksanaan dan Analisis Pengaruh Early Pharmaceutical Exposure. (EPE) Blok 16 Terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Program Studi

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap critical thinking mahasiswa prodi Farmasi FKIK UMY. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada metode PBL.

3.3 Populasi dan Sampel Populasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (instrumen) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Data diambil

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA TANGERANG.

LAPORAN KEMAJUAN. Ketua : Dr. rer.nat. I.M.A.G Wirasuta,M.Si.,Apt.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk membatasi dan memperjelas lingkup penelitian ini, maka

*Syafrianti Yatim, ,**Dr. Teti Sutriyati, M. Si, Apt***Madania, S.Farm, M.Sc., Apt. Program Studi Si, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden yang digunakan untuk uji validitas sebanyak 30 tenaga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam desain penelitian non eksperimental deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK YPT Pringsewu. Populasi dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN. pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 6 kelas dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pencil case merek. dikarenakan wholesaler di Kota Surabaya menjanjikan.

Bab 3. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena

BAB III METODE PENELITIAN. Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan desain one group pretest

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh akan diolah dengan menggunakan teknik kuantitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Larissa Aesthetic Center Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN.

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2013 semester genap tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengambil sampel atau satu populasi dengan mengunakan kuesioner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program studi farmasi FKIK UMY.Total mahasiswa farmasi 2012 yang. menjadi responden berjumlah 56 orang.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB III METODE PENELTIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Komponen Tujuan Aktivitas Learning Outcomes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden, serta menghindari kesalahan intepretasi. Instrumen diuji pada 26 responden, kemudian dilakukan uji instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. 1. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu uji yang mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu instrumen (kuesioner) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009). Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Korelasi yang digunakan adalah pearson correlation. Dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai nilai r hitung > r tabel dinyatakan valid dan jika nilai r hitung < r tabel dinyatakan tidak valid. Syarat minimum dianggap valid adalah jika koefisien korelasi 0,361 dengan taraf kesalahan 5%. Jadi jika koefisien korelasi < 0,361 dinyatakan tidak valid. Terdapat 28 item pertanyaan untuk kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan 37 pertanyaan untuk kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa yang diujikan kepada sejumlah 26 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pemilihan responden dengan melihat pengelompokkan mahasiswa disetiap Puskesmas dan setiap sesi kemudian diambil masing-masing 28

29 perwakilan berdasarkan no urut absen EPE. Hasil analisis validasi kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan tingkat pengetahuan mahasiswa Progam Studi Farmasi UMY dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4. Tabel 3.Validasi Evaluasi Pelaksanaan EPE No Pertanyaan Koefisien Korelasi Ket 1 EPE telah merangsang dan memberikan pengetahuan berharga. 0.654 Valid 2 Setelah mengikuti EPE, kepercayaan diri saya saat bertemu pasien meningkat. 0.579 Valid 3 EPE menjadikan beban bagi saya. 0.405 Valid 4 Apoteker pembimbing di RS menstimulasi saya untuk berkontribusi dengan pengalaman dan 0.670 Valid pengetahuan saya sendiri. 5 Tuntutan pada saya selama mengikuti EPE masuk akal. 0.590 Valid 6 Saya sering kesulitan menemukan apa yang saya Tidak harapkan untuk saya pelajari selama mengikuti -0.117 valid EPE. 7 Diskusi kelompok meningkatkan pemahaman saya 0.593 selama mengikuti EPE. Valid 8 Sistem pelaksanaan EPE sudah baik. 0.448 Valid 9 Tugas yang didapat selama EPE penting untuk pembelajaran saya. 0.755 Valid 10 Saya mempraktekkan bagaimana mengamati dan Tidak 0.278 memahami perasaan pasien. valid 11 EPE telah memberi saya pemahaman yang berharga tentang profesi apoteker dan pekerjaan kefarmasian. 0.549 Valid 12 Sebagai mahasiswa, saya memiliki kesempatan 0.721 untuk mempengaruhi muatan/materi EPE. Valid Selama pelaksanaan EPE, apoteker pembimbing 13 di RS memberikan feedback (umpan balik) yang 0.503 Valid bermanfaat untuk saya. 14 EPE meningkatkan motivasi belajar saya terkait materi blok farmakoterapi renal dan 0.753 Valid kardiovaskuler, serta peran apoteker di RS. 15 Saya dilatih untuk mengetahui pekerjaan kefarmasian di RS. 0.660 Valid

30 16 Apoteker pembimbing di RS mendengarkan saya, membimbing dengan serius, dan responsif. 0.599 Valid 17 Koordinator EPE memberikan informasi yang cukup memadai untuk saya. 0.452 Valid 18 EPE menginspirasi saya untuk menjadi apoteker yang baik. 0.673 Valid 19 Buku kerja EPE bermanfaat untuk proses belajar saya selama EPE. 0.547 Valid 20 Apoteker pembimbing di RS bekerja keras untuk membuat EPE menjadi menarik. 0.587 Valid 21 Saya menikmati pelaksanaan EPE. 0.741 Valid 22 Diskusi selama EPE bermanfaat. 0.751 Valid 23 Apoteker pembimbing di RS telah mendorong saya dengan beberapa cara untuk belajar lebih 0.535 Valid giat. 24 EPE adalah kegiatan yang menarik dan berharga. 0.714 Valid 25 EPE telah melatih pemahaman saya tentang pekerjaan kefarmasian di RS. 0.640 Valid 26 Kelompok EPE saya bekerjasama dengan baik. 0.639 Valid 27 Tujuan atau learning outcome kegiatan EPE telah terpenuhi. 0.690 Valid 28 Secara umum, saya puas dengan kualitas kegiatan EPE. 0.601 Valid

31 Tabel 4. Validasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa No Pertanyaan Koefisien keterangan korelasi 1 Perawat harus mengisi buku pengambilan obat sebagai bukti obat sudah diambil. 0.436 Valid 2 Saat pengambilan obat golongan psikotropika dan narkotika, harus mengisi buku pencatatan terlebih dahulu. 0.459 Valid 3 Laporan penggunaan obat golongan psikotropika dan narkotika diserahkan ke BPOM. 0.436 Valid 4 Penyerahan laporan penggunaan obat golongan psikotropika dan narkotika setiap 1 bulan sekali. 0.436 Valid 5 Pengarsipan resep di instalasi farmasi (apotek) rawat inap dilakukan setiap hari dan diserahkan ke gudang setiap 1 tahun sekali. 6 Pemusnahan resep dilakukan setiap 3 tahun sekali. 0.482 Valid 0.004 Tidak valid 7 Pemusnahan resep dilakukan oleh pihak gudang. 0.149 Tidak valid 8 Penyusunan obat di instalasi farmasi rawat inap berdasarkan alphabetis. 0.482 Valid 9 Penyimpanan obat golongan psikotropika dan narkotika secara khusus dalam lemari dengan 2 lapis pintu. 0.510 Valid 10 Penyimpanan obat dengan nama yang mirip dilakukan dengan memberi label di box dengan tulisan LASA (Look Alike Sound Alike). 0.459 Valid 11 Obat high alert diberi tanda khusus pada box. 0.436 Valid 12 Sebelum diberikan ke pasien obat higt alertdilakukan double cross check. 13 Injeksi, suppositoria, elektrolit da pat disimpan dalam lemari es yang sama. 14 Obat-obat yang hampir kadaluarsa diberi tanda warna merah. 15 Informasi obat-obat yang hampir kadaluarsa diinformasikan ke dokter penanggung jawab pasien. 16 Obat yang hampir kadaluarsa diutamakan untuk diresepkan ke pasien. 17 Obat-obat yang sudah kadaluarsa dilaporkan untuk dimusnahkan. 18 Pemusnahan obat NON psikotropika dan narkotika dilakukan oleh apoteker. 0.482 Valid 0.475 Valid 0.265 Tidak valid 0.345 Tidak valid 0.436 Valid 0.459 Valid 0.434 Valid

32 19 Pemusnahan obat psikotropika dan narkotika yang sudah kadaluarsa dilakukan oleh pihak gudang. 0.397 Valid 20 Alur pelayanan resep di instalasi farmasi rawat inap adalah resep masuk screening resep data diinput dikomputer diserahkan dibagian peracikan diberi etiket dan sesuai nama bangsal diserahkan kepada perawat. 21 Resep diantarkan sendiri oleh keluarga pasien rawat inap ke instalasi farmasi rawat inap. 0,678 Valid 22 Screening resep dilakukan oleh apoteker. 0.482 Valid -0,123 Tidak valid 23 Apabila apoteker tidak ada ditempat, screening resep bisa dilakukan oleh asisten apoteker. 24 Apabila terdapat resep yang meragukan, apoteker melakukan konfirmasi ke dokter. 25 Jika stok obat yang diresepkan kosong, apoteker boleh mengganti obat yang indikasinya sama tanpa konfirmasi ke dokter. 26 Obat-obat yang sudah diracik diambil dari apotek oleh perawat bangsal. 27 Obat-obat yang memerlukan edukasi diantarkan langsung oleh apoteker ke pasien. 28 Obat untuk pasien ICU langsung diantarkan apoteker ke pasien. 29 Unit Dose Dispensing (UDD) dan Individual Prescribing (IP) merupakan metode distribusi obat di instalasi farmasi rawat inap. 30 Metode UDD dilakukan untuk mengihindari kesalahan pasien maupun kerusakan obat. 31 Kerugian metode UDD adalah sumber daya manusia yang diperlukan sangat banyak. 32 Keuntungan metode IP menurunkan beban kerja farmasi. 33 Kekurangan metode IP obat yang tidak terpakai akan menumpuk dibangsal. 34 Rekam medik adalah catatan riwayat penyakit dan pengobatan pasien. 35 Menuliskan adanya efek samping atas penggunaan obat direkam medik merupakan tugas perawat. 36 Pengisian rekam medik hanya bisa dilakukan oleh dokter. 37 Lembar rekonsiliasi merupakan data pengobatan pasien rawat jalan atau UGD (Unit Gawat Darurat) yang terdapat dalam rekam medik. 0.149 Tidak valid -0.010 Tidak valid 0.485 Valid 0.048 Valid -0.048 Tidak valid 0.438 Valid 0.254 Tidak valid 0.582 Valid 0.482 Valid 0.292 Tidak valid 0.482 Valid 0.482 Valid 0.452 Valid 0.424 Valid 0.562 Valid

33 Dari hasil validitas didapatkan 2 soal tidak valid untuk kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan 10 soal yang tidak valid untuk kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa, sehingga pertanyaan untuk evaluasi pelaksanaan EPE 26 soal dan tingkat pengetahuan mahasiswa 27 soal. Adanya pertanyaan yang tidak valid ini dikarenakan soal yang dibuat terlalu mudah atau terlalu sulit, sehingga responden mempunyai jawaban yang memusat atau tidak terdistribusi normal. 2. Uji Realibilitas Uji realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Notoatmodjo, 2012). Dalam suatu kelompok item-item pertanyaan dinyatakan reliabel apabila angka koefisien alpha cronbach (α) 0,6 (Arikunto, 2010). Uji realibilitas dilakukan kepada 26 responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 37 pertanyaan untuk kuesioner tingakat pengetahuan dan 28 pertanyaan untuk kuesioner motivasi belajar. Berikut adalah hasil uji realibilitas 26 responden. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.845 37 Cronbach's Alpha N of Items.926 28

34 Dari hasil analisis diperoleh nilai alpha cronbach sebesar 0,844 untuk kuesioner tingkat pengetahuan dan 0,926 untuk kuesioner motivasi belajar sehingga dinyatakan sangat reliabel. Berdasarkan hasil analisis uji validitas dan realibilitas kuesioner dapat disimpulkan bahwa dari 37 pertanyaan kuesioner yang diajukan 27 pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel untuk kuesioner tingkat pengetahuan dan dari 28 pertanyaan yang diajukan 26 pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel untuk kuesioner motivasi belajar, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan motivasi belajar mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Penelitian Evaluasi Pelaksanaan dan Pengaruh EPE terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa 1. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini yaitu mahasiswa Program Studi Farmasi UMY angkatan 2013 yang mengikuti EPE di blok 16. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan 26 butir pertanyaan untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan EPE dan 27 butir pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa. Kuesioner ini diberikan kepada 26 responden, dengan melihat pengelompokkan mahasiswa disetiap Rumah Sakit dan setiap sesi kemudian diambil masing-masing perwakilan, uji validitas dan reliabilitas perwakilan berdasarkan no urut absen 1 dan 2 untuk penelitian perwakilan berdasarkan no urut absen 3 dan 4.

35 2. Evaluasi Pelaksanaan EPE Evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu, baik, cukup dan kurang baik. Baik jika skor jawaban 76%-100%, cukup jika skor jawaban 56%-75% dan kurang baik jika skor jawaban <56%. Distribusi jawaban responden terhadap evaluasi pelaksanaan EPE dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Jawaban Evaluasi Pelaksanaan EPE No Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1 Baik 19 73,08 2 Cukup 7 26,92 3 Kurang baik 0 0 Jumlah 26 100 Keseluruhan sampel pada penelitian ini adalah 26 responden. Berdasarkan data dari tabel diatas, evaluasi pelaksanaan EPE 73,08% baik dan 26,92% cukup. Hasil tersebut didapat setelah mahasiswa program studi Farmasi UMY melaksanakan progam EPE di blok 16. Evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY diukur melalui 6 aspek pertanyaan, yaitu: persiapan, pembimbing, kegiatan, keterampilan mahasiswa, kinerja kelompok, mahasiswa. Distribusi evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY berdasarkan 6 aspek pertanyaan dapat dilihat pada gambar 3, gambar 4, gambar 5, gambar 6, gambar 7, gambar 8.

36 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 P25 P26 Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Gambar 3.Diagram Distribusi Evaluasi pelaksanaan EPE (Aspek Persiapan) 80 70 60 50 40 30 20 10 Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 0 P18 P19 P20 P21 P22 Gambar 4. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Pembimbing) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 P10 P11 P12 P13 Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Gambar 5. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Kegiatan)

37 80 70 60 50 40 30 20 10 Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 0 P14 P15 P16 P17 Gambar 6. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek keterampilan Mahasiswa) 60 50 40 30 20 10 Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 0 P23 P24 Gambar 7.Evaluasi Pelaksanaan EPE (Kinerja Kelompok)

38 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Gambar 8. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Motivasi Belajar) Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa pelaksanaan EPE masuk dalam katagori baik dengan nilai persentase 73,08%. Peneliti mengasumsikan bahwa kesiapan mahasiswa Farmasi UMY dalam mengikuti kegiatan EPE tinggi sehingga mempengaruhi minat dan perhatian mahasiswa dalam kegitan EPE. Hal ini sejalan dengan hukum kesiapan (Low Of Readiness) oleh Thorndike menyatakan belajar akan lebih berhasil jika mahasiswa dalam keadan siap, karena dalam keadaan tersebut kegiatan belajar akan berjalan secara serius. Aspek dari kesiapan antara lain kesiapan mental, kesiapan pengetahuan terkait (materi persyaratan) kesiapan bahan, dan kesiapan instrument (alat dan bahan) sehingga berdampak dengan hasil atau peningkatan pengetahuan mahasiswa. Diagram distribusi pada gambar diatas, terdapat beberapa item evaluasi dengan jawaban netral >20% dapat dilihat pada lampirn 19. Analsis evaluasi pelaksaan EPE dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.Analisis Evaluasi Pelaksanaan EPE Aspek Pertanyaan Analisa Penyebab Saran/solusi Apoteker pembimbing 1. Pada saat EPE berlangsung di Rumah Sakit bekerja apoteker yang bertugas dalam keras untuk membuat memimbing mahasiswa EPE menjadi menarik Apoteker pembimbing melakukan EPE sedang sibuk. 2. Rumah sakit yang dikunjungi di Rumah Sakit mahasiswa dalam kegiatan EPE mendengarkan saya, banyak pasien, sehingga Pembimbing membimbing dengan mahasiswa belajar mandiri tanpa serius, dan responsif ada pengawasan dari apoteker Apoteker pembimbing pembimbing di Rumah Sakit telah 3. Apoteker pembimbing hanya mendorong saya dengan memberikan informasi kepada mendampingi beberapa cara untuk mahasiswa seperlunya saja belajar lebih giat sehingga pelaksanaannya dirasa kurang efektif dan menarik. Kinerja Kelompok Kelompok EPE saya bekerjasama dengan baik. 1. Pada saat EPE banyak mahasiswa yang tidak serius dalam melakukan EPE 2. Kurangnya perhatian dari apoteker pembimbing di rumah sakit sehingga kegiatan EPE kurang efektif. 3. kerjasama dalam tim kurang terbentuk 1. Dilakukan sosialisasi kepada apoteker pembimbing. 2. Adanya apoteker pendamping lain atau cadangan untuk membimbing mahasiwa dalam kegiatan EPE agar pengalaman dan pengetahuan mahasiswa tercapai sesuai kompetensi yang sudah ditetapkan 3. Perwakilan dari pengajar mahasiswa selama pelaksanaan EPE berlangsung. 1. Sosialisasi mengenai EPE lebih memberikan gambaran mengenai pelaksanaan EPE. 2. Dalam sosialisasi EPE lebih memotivasi mahasiswa. 3. Memberikan sosialisasi kepada apoteker di Rumah Sakit yang akan dijadikan tempat EPE 4. Selama kegiatan EPE berlangsung mahsiswa terus di dampingi apoteker 39

40 3. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Untuk melihat pengaruh pelaksanaan EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa, data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan uji Wilcoxon pengetahuan pre dan post, dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 seperti yang tertera dibawah ini. Tabel 7.Hasil Pre Test dan Post Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pengetahuan Pre Test Post Test N % N % Baik 10 38,5 26 100 Cukup 16 61,5 0 0 Kurang baik 0 0 0 0 Total 26 100 26 100 p value 0,000 Tabel diatas menujukkan sebanyak 10 responden (38,5 %) yang memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 16 responden (61,5%) mamiliki pengetahuan cukup. Setelah melakukan EPE, semua responden memiliki tingkat pengetahuan baik (100%) Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan ujiwilcoxon menunjukkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,005) berarti ho ditolak dan hα diterima.

Persentase 41 Artinya terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah dilaksanakannya EPE. Pengetahuan mahasiswa Program Studi Farmasi UMY sebelum dan setelah mengikuti EPE diukur melalui 4 kisi pertanyaan, yaitu: kelengkapan administrasi dan fisik terkait pelayanan kafarmasian di IFRS, pengelolaan obat di IFRS, good dispensing practice di IFRS dan observasi data dalam rekam medik pasien. Distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa berdasarkan 4 kisipertanyaan dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10. 120 100 80 60 40 20 0 100 Kelengkapan administrasi dan fisik terkait pelayanan kefarmasian di IF rawat inap di RS Sebelum Early Pharmaceutical Exposure 26.9 65.4 Pengelolaan obat di IF rawat inap di RS 76.9 19.2 15.4 7.7 3.8 Good dispensing practice di IF rawat inap di RS 57.7 26.9 Observasi data dalam rekam medik pasien Sangat baik Baik Cukup baik Gambar 9.Diagram Distribusi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Sebelum EPE terhadap Kisi-kisi petanyaan

Persentase 42 Setelah Early Pharmaceutical Exposure 120 100 100 84.6 80 73.1 57.7 60 38.5 40 26.9 20 15.4 3.8 0 elengkapan administrasi dan fisik terkait Pengelolaan pelayanan Good obat dispensing kefarmasian IF rawat Observasi practice di inap IF rawat di data di RS IF rawat dalam inap di inap rekam RS di RS medik pasie Sangat baik Baik Cukup baik Gambar 10. Diagram Distribusi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Setelah EPE terhadap Kisi-kisi petanyaan Pada gambar menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah mengikuti EPE. Dimana EPE berpengaruh signifikan terhadap mahasiswa yang sudah mengikuti EPE. Menurut asumsi peneliti pengaruh peningkatan pengetahuan mahasiswa yang signifikan ini dikarenakan mahasiswa mendapatkan pelajaran dalam bentuk pengalaman langsung sehingga terjadi suatu proses belajar dimana sesuatu yang tidak tahu menjadi tahu, berbeda dengan apa yang mereka dapatkan dari perkuliahan yang mereka tahu hanya teorinya saja akan tetapi dalam melakukannya mereka tidak pernah melihat secara langsung. Hal ini sejalan dengan teori Soekidjo Notoatmojo(2007) yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku meliputi pengetahuan, kecakapan, keterampilan. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa sifat khas dari proses belajar memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum diketahui sekarang diketahui hal ini didukung dengan pernyataan Notoatmojo(2007) sebagian

43 besar diperoleh melalui mata dan telinga sejalan dengan kegiatan EPE yaitu mahasiswa langsung melihat kegiatan apa saja yang dilakukan selama EPE, mahasiswa ikut berpartisipasi langsung dalam kegiatan EPE sehingga mempangaruhi peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap pengetahuan mahasiswa. Setelah dilakukan analisis secara statistik pada beberapa item pertanyaan didapatkan hasil peningkatan pengetahuan yang tidak signifikan dapat dilihat pada lampiran 21. Uraian analisis pertanyaan dan solusi dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.Analisis Evaluasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Aspek Pertanyaan Analisa Penyebab Saran/solusi Injeksi, suppositoria, 1. Kurangnya penegtahuan elektrolit dapat disimpan mahasiswa tentang dalam lemari es yang sama Pengelolaan obat di Intalasi Farmasi(Apotek) Rawat Inap di Rumah Sakit Good dispensing practice di intalasi Farmasi(apotek) Rawat Inap di Rumah Sakit Pemusnahan obat NON psikotropika dan narkotika dilakukan oleh apoteker. Resep diantarkan sendiri oleh keluarga pasien rawat inap ke instalasi farmasi rawat inap Jika stok obat yang diresepkan kosong, apoteker boleh mengganti obat yang indikasinya sama tanpa konfirmasi ke dokter penyimpanan obat yang disimpan di tempat khusus. 1. Mahasiswa kurang paham dengan pertanyaan tersebut. 1. Mahasiswa kurang paham dengan alur pelayanan di rumah sakit. 1. Kurangnya pemahaman mahasiswa tentang wewenang apoteker di instalasi rawat inap di rumah sakit. 1. Mahasiswa sebaiknya mencari banyak literatur dari jurnal atau buku. 2. Mahasiswa diharapkan aktif bertanya pada saat EPE berlangsung. 3. Mahasiswa diharapkan mengamati dengan serius selama EPE berlangsung 1. Mahasiswa banyak bertanya kepada apoteker pembimbing. 2. Lebih banyak diskusi yang dilakukan antara mahasiswa dengan apoteker pembimbing dan antara mahasiswa dengan mahasiswa. 1. Mengamati dengan seksama keadaan nyata di lapangan. 1. Bertanya kepada apoteker pembimbing mengenai apa saja yang yang bisa dilakukan apoteker dalam pengobatan pasien. 44

Observasi data dalam rekam medik pasien dengan kasus renal dan kardiovaskuler (Bagian Rekam Medik) Pengisian rekam medik hanya bisa dilakukan oleh dokter 1. Sebagian besar mahasiswa mengetahui bahwa dokter memiliki hak penuh dalam pengisian rekam medik. 1. Lebih banyak berdiskusi dengan apoteker pembimbing tentang tugas masing-masing tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah minat responden dalam penelitian kecil sehingga mempengaruhi jumlah sampel dan Responden tidak didampingi saat mengisi kuesioner. 45