BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. budaya Indonesia, namun tradisi-tradisi dari tanah asal masih tetap diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

UKDW BAB I PENDAHULUAN

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer,

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk disampaikan secara verbal, maka dengan itu digunakan simbol sebagai` bentuk untuk menyampaikan suatu makna tertentu. Manusia hidup dalam suatu dunia simbolis. Bahasa, mite, seni, dan agama adalah bagian-bagian dari dunia simbolis ini. Blummer mengemukakan bahwa bentuk-bentuk itu dapat berupa gerak, suara, gambar dan inilah yang disebut sebagai simbol yang dapat menyampaikan makna dan makna disusun dalam konteks budaya tertentu yang dipergunakan untuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat (Woods, 1992:338). Dalam kegiatan manusia umumnya melibatkan simbolisme, oleh sebab itu manusia bukan saja animal rationale, tetapi juga animal symbolicum atau makhluk yang bermain dengan simbol-simbol (Cassirer,1990:40). Aktivitas dan kreativitas manusia meliputi banyak aspek satu diantaranya adalah proses simbolik yang merupakan kegiatan manusia dalam menciptakan makna. Simbol secara universal dapat ditemukan dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya kepercayaan masyarakat Tioghoa terhadap simbol naga. Durkheim (1986) menyatakan bahwa kelompok sosial mana pun 1

2 keberadaannya bergantung pada nilai-nilai tertentu yang dianut oleh para anggotanya, tanpa simbol, keberadaannya tidak lengkap. Salah satu yang sudah merupakan budaya manusia adalah simbol, dengan peran simbol dunia dapat berkembang. Manusia dituntut kemampuannya untuk memahami simbol sebagai jembatan baginya untuk tanggap terhadap segala sesuatu yang dihadapi didalam hidupnya. Oleh sebab itu dalam rangka pengembangan budaya, fungsi simbol sangatlah penting, sebab tanpa memahami simbol sulit bagi manusia untuk dapat memahami perubahan. Simbol merupakan benda atau pola yang apapun sebabnya bekerja pada manusia dan berpengaruh pada manusia melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harfiah dalam bentuk yang diberikan. Goodenough mengemukakan bahwa daya kekuatan yang terdapat pada simbol bersifat emotif merangsang orang untuk bertindak dan dipandang sebagai ciri-ciri hakikatnya (Dillistone,1986:19). Kedatangan masyarakat Cina pada abad lampau ke Indonesia telah memperkaya kebudayaan Indonesia, dengan cara berakulturasi dengan kebudayaan lokal, dan memberikan keragaman dengan tetap mempertahankan kebudayaan nenek moyangnya, salah satunya dalam bangunan Vihara yang memiliki gaya arsitektur Cina. Vihara adalah produk hasil dan kepercayaan masyarakat Tionghoa. Vihara memiliki kebudayaan dan kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa yang merupakan campuran beberapa ajaran, yaitu Tri Dharma (Tao-Kong Hu Cu-Buddha). Ketiga paham ini terangkum dalam filosofi bangunan arsitektur Cina termasuk dalam bangunan peribadatan Vihara.

3 Vihara awalnya disebut Klenteng, pada zaman Presiden Soeharto keluar Inpres No.14 tahun 1967 tentang pelarangan adat budaya asli Cina, maka Klenteng berganti menjadi Vihara atau tempat ibadah umat Buddha. Pada tahun 2000 Inpres No.14 tahun 1967 tersebut dihapus oleh Presiden Abdurrahman Wahid dan digantikan dengan Keppres No.6 tahun 2000. Selanjutnya Vihara disebut tempat beribadat umat keturunan Cina untuk melaksanakan ajaran Tri Dharma (Ferdy, 09 September 2013 Pukul 11:09). Tujuan Vihara sebagai pusat kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan moral dan budi pekerti yang luhur dalam kehidupan beragama bagi umat Buddha, baik dalam lingkungan Vihara pada khususnya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. Melalui pengertian dan usaha untuk menimbulkan kesadaran yang mendalam mengenai Dhamma (ajaran Buddha), dan juga bertujuan untuk mendidik putra putri bangsa agar menjadi masyarakat yang berguna. Keunikan arsitektur Maha Vihara Maitreya dengan simbol-simbol dalam bentuk relief yang masih kental dengan budaya Tionghoa khususnya relief naga menjadi menarik untuk diteliti karena pada bangunan Vihara dijumpai banyak simbol-simbol kebudayaan Tionghoa. Simbol tersebut memiliki makna keberuntungan dan kebaikan bagi masyarakat Tionghoa yang mempercayainya. Pada awalnya, relief yang ada pada bangunan Vihara merupakan simbol yang lebih mengkhususkan kepada sisi peribadatan, tanpa melihat adanya sisi seni. Konsep keberuntungan yang selalu digunakan oleh masyarakat Tionghoa pada setiap simbol seni, merupakan salah satu kunci mengapa pada bangunan-

4 bangunan arsitektur Tionghoa banyak sekali simbol-simbol yang manjadi landasan kepercayaan masyarakat Tionghoa agar memberikan keberuntungan. Konsep ini dilandasi cara berpikir masyarakat Tionghoa yang takut akan kekosongan dan roh-roh jahat yang ada di sekitar mereka. Salah satu relief yang banyak dijumpai pada Vihara adalah relief naga. Naga merupakan hewan mitologi Cina yang memiliki perlambangan yang sangat rumit. Naga dalam kebudayaan Cina merupakan simbol dari unsur kebaikan dan keberuntungan (berbeda dengan persepsi masyarakat Eropa dan agama Kristen terhadap naga yang menganggap naga merupakan makhluk yang buruk dan jahat). Naga Cina merupakan perlambangan dari ras bangsa Cina itu sendiri. Masyarakat Cina yang ada di seluruh dunia dengan bangga mengakui bahwa mereka adalah keturunan naga long de chuan ren (legend of dragon). Sebagai lambang dari kaisar, kuil-kuil dan tempat-tempat keramat dibangun untuk menghormati mereka atas jasa-jasa dalam mengatur alam untuk kebaikan manusia. Simbol naga dianggap religius pada dasarnya berfungsi menjembatani antara dunia manusiawi dan Ilahi. Maka dari itu perlambangan seperti ini memberikan suatu rasa hormat, takut tetapi dengan bentuk dan makna yang menarik. Simbol-simbol itu bukan saja memberikan imajinasi terhadap setiap penganutnya namun memberikan gambaran hubungan komunikasi antara manusia dan Ilahi (http://wikipedia.org/wiki/naga). Di Cina naga dianggap sebagai sosok hewan yang bijaksana dan agung layaknya Dewa dan naga merupakan satu-satunya hewan mitos yang menjadi simbol shio bagi masyarakat Cina. Banyak suku bangsa di Indonesia yang

5 memiliki mitos tentang naga seperti pada masyarakat Minangkabau dikenal dengan Ngarai Sianok yang diyakini diciptakan oleh Sang Naga. Naga juga sangat lekat dengan suku jawa yang terletak di pintu candi, gapura dan digamelan sebagai lambang penjaga, Pada suku Bali naga yang membelit candi ditafsirkan sebagai wujud dari penjagaan kekayaan dewa. Pada suku Dayak, Naga digambarkan sebagai penguasa dunia bawah. Naga dalam suku Kalimantan alam semesta merupakan perwujudan Dwitunggal Semesta yaitu alam atas yang dikuasai oleh Mahatala atau Pohotara, yang disimbolkan dengan enggang gading (burung), sedangkan alam bawah dikuasai oleh Jata atau Juata yang disimbolkan sebagai naga (reptil). Menurut suku di India istilah naga adalah ular. Dalam naskah Mahabharata dikisahkan bahwa para Naga merupakan anak-anak Resi Kasyapa dari perkawinannya dengan Dewi Kadru. Suku Batak juga mempunyai mitologi tentang naga yang dapat dibaca dari tulisan-tulisan sastra batak tentang konstruksi Rumah Adat Batak saat penciptaan alam semesta, bahwa manusia hidup dilindungi oleh Naga Padoha. Simbol naga saat ini sudah memasuki seluruh aspek dari kehidupan masyarakat Tionghoa dari agama hingga politik dan dari sastra sampai seni. Setiap bangunan bahkan lukisan atau karya sastra untuk mengagungkan sesuatu maka naga akan muncul di tengah-tengahnya. Naga merupakan mitos yang hidup di dalam jiwa masyarakat Tionghoa secara turun temurun dan sebagai pedoman serta pandangan hidup dalam bersosialisasi. Kepercayaan terhadap simbol naga menjadi landasan filosofi cara berfikir masyarakat Tionghoa. Namun tidak semua

6 masyarakat Tionghoa khususnya agama Buddha mengetahui setiap makna yang terkandung dalam relief arsitektur yang merupakan simbol keagungan menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa. Kaitan antara agama, kebudayaan, dan kesenian tercermin dalam desain yang mengandung makna simbolis spiritual dalam karya seni. Perwujudan kesenian diwujudkan atas ide, bentuk, gaya, jiwa, dan dasar kepercayaan serta mitologi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan simbol dan makna naga pada relief arsitektur Maha Vihara Maitreya Cemara Asri Medan menurut kepercayaan Masyarakat Tionghoa. Kedua menjelaskan kedudukan simbol naga pada Maha Vihara Maitreya terhadap simbol-simbol lainnya.

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Banyak umat Buddha yang beribadah di Maha Vihara Maitreya tidak mengetahui adanya hubungan pandangan hidup masyarakat Tionghoa dengan bentuk dan jenis-jenis simbol naga yang terdapat Vihara tersebut. 2. Banyak masyarakat Tionghoa yang belum mengetahui makna dari simbol naga tersebut walaupun mereka sudah lama beribadah pada Vihara tersebut. 3. Relief naga pada tiang Vihara selalu dalam posisi kepala naga keatas yang sangat berbeda dengan relief lainnya. 4. Apakah hubungan naga dengan Siddharta Gautama dalam paparan sejarah agama Buddha. C. Batasan Masalah Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan karena banyaknya kajian yang dapat dilakukan sehubungan dengan Vihara yang banyak memiliki daya tarik untuk dikaji. Maka masalah penelitian ini dibatasi mengenai Analisis Makna Simbol Naga pada Relief Arsitektur Maha Vihara Buddha Maitreya Cemara Asri Medan. Oleh karena itu yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah apakah makna simbol naga, dan apakah hubungan simbol naga dengan kepercayaan masyarakat Tionghoa.

8 D. Perumusan Masalah Untuk lebih memfokuskan dan memusatkan masalah dalam penelitian maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan pandangan hidup masyarakat Tionghoa dengan bentuk dan jenis-jenis naga tersebut? 2. Mengapa simbol naga yang terdapat pada tiang Vihara kepala naga selalu dalam posisi keatas? 3. Bagaimanakah hubungan naga dengan Siddharta Gautama dalam paparan sejarah agama Buddha? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mendeskripsikan dan mengkaji bentuk dan jenis simbol naga dari jumlah keseluruhan simbol naga yang terdapat pada relief Maha Vihara Buddha Maitreya. 2. Mengekplorasikan, menemukan hubungan simbol naga dengan masyarakat suku Tionghoa. 3. Mendeskripsikan dan mengkaji simbol naga dengan agama Buddha. 4. Mengkaji dan mendeskripsikan hubungan Sidharta Gautama sebagai pendiri agama Buddha menurut paparan sejarah agama Buddha. 5. Menemukan pemahaman atau paradigma baru dalam nilai simbolis relief naga untuk perkembangan kebudayaan.

9 F. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai tambahan literatur bagi jurusan pendidikan seni rupa. 2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian yang bermaksud menjadikan penelitian pada permasalahan yang sama. 3. Sebagai penambah ilmu pengetahuan tentang agama Buddha dan kebudayaan masyarakat Cina atau Tionghoa dan kaitannya dengan agama Buddha. 4. Diharapkan dapat berdaya guna dalam perspektif teoritis dan perspektif praktis untuk meneliti tradisi tulisan sejenis Vihara. 5. Sebagai penambah pengetahuan dan keterampilan meneliti dalam pembuatan karya ilmiah.

10 G. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Diana Thamrin dari Universitas Kristen Petra dengan judul Makna Ragam Hias Binatang Pada Klenteng Kwan Sing Bio Di Tuban (Skripsi, 2007) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa naga memiliki arti yang sangat berharga dalam tradisi orang Tiongkok. Simbol-simbol yang melambangkan nilai-nilai kebajikan yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Tiongkok. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Harry Pujianto Yoswara mahasiswa Institut Teknologi Bandung dengan judul Simbol dan Makna Bentuk Naga dalam studi kasus : Vihara Satya Budhi Bandung (Skripsi,2008) dimana hasil penelitiannya menunjukkan tentang bentuk-bentuk naga dan macam-macam naga ditinjau dari warna, unsur, tempat, silsilah keluarga, dan relasinya.