BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan
|
|
- Widyawati Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan manusia dengan hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam memiliki nilai yang sangat tinggi dan sakral. Alasan yang menjadikan benda-benda ini dipercaya memiliki nilai spiritual dan dianggap sakral, dikarenakan berbagai jenis jasa hewan, tumbuhan, dan benda alam lainnya yang dapat menunjang dan membantu kehidupan manusia sehari-hari dari zaman dahulu hingga pada saat ini. Hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam turut membantu kehidupan manusia baik sebagai bahan makanan, bahan sandang, obat-obatan, hingga bahan pewarnaan. Hewan dan tumbuhan juga digunakan sebagai pelengkap dari upacara adat istiadat, yang merupakan elemen penunjang dasar kehidupan kebudayaan manusia mulai awal sejarah. Karena begitu banyak manfaaat yang didapatkan manusia dari hasil interaksi dengan benda-benda yang ada di alam, membuat manusia memberikan penghargaan lebih terhadap benda-benda tersebut sebagai suatu hal yang dipercaya dapat membawa hal baik, hingga pada akhirnya manusia menjadikan benda-benda tersebut sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan (Wong, dkk 2014 : 4).
2 Hingga saat ini, berbagai etnis menaruh kepercayaan kepada hewan dan tumbuhan tertentu sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi keberlangsungan hidup. Selain itu, beberapa benda alam lainnya juga dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan karena fungsinya yang dapat membantu kelangsungan hidup manusia. Pada umumnya, sebagian besar benda hidup maupun benda mati diyakini sebagai simbol pembawa keberuntungan dikarenakan nama, bentuk, dan sifatnya yang kedengaran atau kelihatan sama dengan benda tertentu yang menggambarkan keberuntungan. Secara umum, simbol adalah lambang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198) Pengertian lain dari simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lain berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama (Sobur, 2004:157). Secara etimologis, simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu symballo yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide (Hartoko dan B. Rahmanto, 1998:133). Pendapat Saussure (dalam Hoed, 2014:17) tentang simbol adalah jenis tanda yang mempunyai hubungan antara penanda dan petanda seakan-akan bersifat arbitrer (sewenang-wenang). Misalnya bunga teratai sebagai penanda yang merupakan aspek material, yaitu benda hidup bermakna. Sedangkan petanda adalah aspek mental yaitu gambaran mental, pikiran atau konsep dari identitas simbol bunga teratai itu sendiri. Penanda dan petanda merupakan satu kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-
3 apa, dan sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda. Simbol dapat dinyatakan dalam segala bentuk. Poerwadarminta (1989:490) mengatakan bahwa simbol atau lambang adalah sejenis tanda, lukisan, patung, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Misalnya, warna putih merupakan simbol kesucian, dan tumbuhan bambu bagi masyarakat Tionghoa dianggap sebagai simbol yang melambangkan umur panjang. Menurut filsuf Ernst Cassirer, dalam kehidupan sehari- hari manusia disebut sebagai animal symbolicum, yaitu mahluk yang menggunakan media berupa simbol kebahasaan dalam memberi arti dan mengisi kehidupan. Keberadaan manusia sebagai makhluk berpikir, tanpa adanya simbol manusia tidak akan mampu melangsungkan kegiatan berpikirnya. Simbol juga memungkinkan manusia bukan hanya untuk sekedar berpikir, melainkan juga mengadakan kontak dengan realitas kehidupan di luar diri serta mengabdikan hasil berpikir dan kontak itu kepada dunia. Simbol sangat penting bagi kehidupan manusia. Hanya dengan menggunakan simbol-simbol, manusia dapat mencapai potensi dan tujuan hidupnya yang tertinggi. Dalam setiap bidang hidup manusia, ungkapan simbolis merupakan jalan menuju kebebasan yang berdaya cipta (Cassirer 1987:10). Disisi lain, konsep keberuntungan sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mendapatkan berbagai hal baik sesuai dengan harapan, maupun hal yang tak terduga sebelumnya. Dalam arti lain, keberuntungan diperoleh tanpa
4 melakukan upaya apapun, bahkan berbagai jenis kebaikan dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Simbol diciptakan dalam konteks yang sangat beragam. Salah satunya adalah simbol sebagai pembawa keberuntungan. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan simbol pembawa keberuntungan ialah segala benda yang menurut masyarakat tertentu, dipercaya sebagai suatu hal yang dapat mendatangkan kebaikan, sehingga dijadikan sebagai suatu simbol atau lambang untuk menandakan suatu hal baik atau keberuntungan tertentu. Sejarah tentang simbol pembawa keberuntungan terentang selama ribuan tahun. Hal ini merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kombinasi pemikiran multi disiplin seperti filsafat, geografi, zoologi, arsitektur, dan psikologi. Tujuannya adalah mengamati dan memahami lingkungan alam untuk menciptakan kondisi kehidupan yang menyenangkan dan mencapai tingkat keselarasan yang sempurna antara alam dan manusia (Wong, dkk 2014 : 4). Kepercayaan akan benda-benda hidup maupun benda mati yang ada disekitar kita sebagai sebuah simbol pembawa keberuntungan, terus berkembang dan diteruskan dari generasi ke generasi. Pada akhirnya, kepercayaan tersebut menjadi sebuah kebudayaan bagi masyarakat yang mempercayainya. Seiring perkembangan zaman, kebudayaan mempercayai benda-benda tetentu sebagai simbol pembawa keberuntungan terus berkembang. Manusia yang terus merasakan manfaat dari hasil kepercayaannya dengan benda-benda yang menurut mereka merupakan simbol pembawa keberuntungan, mendorong mereka untuk terus melibatkan benda-benda tersebut agar senantiasa menemani kehidupannya.
5 Simbol-simbol tersebut diaplikasikan baik berupa bentuk lukisan, patung, hingga benda-benda hidup yang selalu disertakan dalam kegiatan hidup manusia seharihari. Hal ini dilakukan karena manusia percaya, bahwa ketika mereka memberikan penghargaan yang lebih dan terus melibatkan benda-benda tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka benda-benda tersebut akan mendatangkan hal baik atau keberuntungan bagi siapapun yang menjaga dan memelihara benda tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Tionghoa merupakan suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Mereka telah mengenal peradaban sejak beberapa ribu tahun sebelum masehi. Kebudayaan, kepercayaan, dan tradisi tetap mereka pelihara. Hal tersebut dapat dilihat pada masyarakat Tionghoa yang telah menetap di Indonesia pada saat ini, khususnya dalam menjadikan beberapa jenis benda-benda hidup maupun benda mati sebagai sebuah simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan. Kebudayaan masyarakat Tionghoa yang berhubungan dengan keberuntungan sangat beragam. Dengan kreativitas dan imajinasi, ide keberuntungan tersebut sudah diaplikasikan dalam berbagai bentuk. Beragam hewan, tumbuhan, hingga makanan dikaitkan dengan ide keberutungan. Bendabenda yang menggambarkan keberutungan telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari dan seringkali digunakan dalam kreasi-kreasi seni. Hal ini sangat terlihat dari setiap sisi kehidupan masyarakat Tionghoa yang selalu melibatkan kebudayaan mereka tersebut dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
6 Benda-benda yang menjadi simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa sangatlah banyak. Pada dasarnya, adanya benda-benda yang dijadikan sebagai simbol keberuntungan tersebut membentuk harapan kuat masyarakat Tionghoa akan suatu kehidupan yang sempurna. Di sisi lain, hal ini juga merefleksikan ketakutan akan faktor-faktor yang tidak dapat diperkirakan dalam hidup dan mentalitas selalu berharap memperoleh keberuntungan, dan menghindari ketidakberuntungan serta bencana-bencana yang mungkin terjadi (Chunjiang, 2012 :1). Bagi masyarakat Tionghoa, beberapa benda dianggap menggambarkan keberuntungan karena bentuk, sifat, maupun namanya yang mungkin kedengaran sama dengan makna-makna yang menggambarkan keberuntungan tertentu. Biasanya tidak memiliki dasar ilmiah, misalnya; kelelawar yang terlihat menyeramkan memiliki huruf sebunyi (homofon) dengan karakter China yang berarti Peruntungan baik, sementara itu rusa jinak memiliki persamaan bunyi huruf dengan karakter untuk kekayaan, oleh karena itu, kemudian keduanya dianggap sebagai simbol keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Hewan buas seperti harimau dan singa dianggap sebagai hewan yang membawa keberuntungan karena ketangkasan mereka melawan kejahatan. Berbagai jenis tanaman juga digunakan sebagai simbol untuk berbagai jenis sifat manusia; bungan pohon prem yang sedang mekar dan juga teratai, dianggap menggambarkan kemurnian dan kebajikan. Beberapa simbol keberuntungan lainnya semata-mata berasal dari imajinasi, seperti mangkuk kekayaan/mangkuk harta dan pohon uang yang juga
7 menggambarkan harapan masyarakat Tionghoa akan kemakmuran. (Chunjiang 2012 : 1). Kepercayaan akan benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan tersebut juga tidak lepas dari pedoman hidup masyarakat Tionghoa yang sering dikenal dengan sebutan Feng Shui. Feng Shui ( 風水 ) adalah ilmu topografi kuno dari Tiongkok (China) yang mempercayai bagaimana manusia dan surga (astronomi), serta bumi (geografi) dapat hidup dalam harmoni untuk membantu memperbaiki kehidupan dengan menerima Qi positif. Qi terdapat di alam sebagai energi yang tidak terlihat. Qi dialirkan oleh angin dan berhenti ketika bertemu dengan air. Qi baik, disebut juga dengan istilah napas kosmik naga. Jenis Qi ini dipercaya sebagai pembawa rejeki dan nasib baik. Namun, ada pula Qi buruk yang disebut Sha Qi, yang dipercaya sebagai pembawa nasib buruk. Di dalam konsep Feng Shui, masyarakat Tionghoa mempercayai adanya lima unsur utama yang mempengaruhi kehidupan manusia sehari-hari dan lingkungannya. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah tanah, logam, kayu, api, dan air. Praktek Feng shui mengharuskan pemahaman yang sangat mendalam pada siklus lima unsur ini. Dengan memahami hubungan lima unsur ini masyarakat Tionghoa meyakini bahwa banyak sekali rahasia Feng Shui yang bisa terungkap untuk menciptakan berbagai hal baik dan keberuntungan dalam hidup ( Fanani, 2013: 5)
8 Dalam kehidupan sehari-hari, sangat sering dijumpai benda-benda yang dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Pada saat mengunjungi kediaman masyarakat Tionghoa, menghadiri festival, perayaan tahun baru China, atau melintasi toko masyarakat Tionghoa, pasti akan dijumpai benda-benda yang dijadikan hiasan bahkan menjadi ikon yang sangat khas kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Bunga teratai, bunga mei hua, lukisan naga, dan bambu, adalah beberapa contoh benda yang hampir selalu ada sebagai penghias atau pemanis tata dekorasi Tionghoa. Permasalahan yang ada pada saat ini, yakni masyarakat hanya mengetahui bentuk dan jenis benda yang menjadi simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa tersebut, tanpa mengetahui apakah makna dan fungsi sebenarnya dibalik benda-benda yang sering dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa. Menanggapi masalah tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah penelitian yang berjudul, Makna dan Fungsi Simbol Keberuntungan Bagi Masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Dari sekian banyak jenis benda hidup, maupun benda mati yang dipercaya sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, penulis akan membahas 15 jenis benda yang terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan (buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah delima, dan labu botol), 4 jenis benda yang menyerupai hewan (harimau, kuda, naga dan ikan mas), dan 5 benda lainnya ( koin tembaga,
9 mangkuk harta, pohon uang, simpul china dan sumpit). 15 jenis benda tersebut berdasarkan observasi, merupakan benda-benda yang paling sering dijumpai di setiap kediaman masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Hal ini juga dikarenakan benda-benda ini dipercaya memiliki nilai dan makna filosofis yang baik dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Oleh karena alasan tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap 15 jenis benda tersebut dengan maksud ingin memperjelas dan mencari informasi, apakah makna dan fungsi sebenarnya dari benda-benda yang sering dijadikan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai ini. 1.2 Pembatasan Masalah Penulis akan membatasi penulisan hanya pada makna dan fungsi dari 15 jenis benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan pada kehidupan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. 15 jenis benda yang akan dibahas tersebut terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan (buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah delima, dan labu botol), 4 jenis benda yang menyerupai hewan (harimau, kuda, naga dan ikan mas), dan 5 benda lainnya (koin tembaga, mangkuk harta, pohon uang, simpul china dan sumpit). Penelitian ini akan dilakukan di desa Lincun Binjai. Dalam penelitian ini, penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian. Ada 3 alasan yang paling mendasar penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai daerah penelitian. Alasan pertama penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian ialah dikarenakan nama daerah Lincun yang
10 sangat unik dan khas dengan kebudayaan Tionghoa. Nama daerah ini sangat berbeda dengan kebanyakan nama daerah pemukiman masyarakat Tionghoa pada umumnya, yang sebagian besar nama daerahnya menggunakan bahasa Indonesia. Alasan kedua pemilihan desa Lincun sebagai lokasi penelitian, dikarenakan berdasarkan survey dan observasi data dari Badan Pusat Statistik Kota Binjai, desa Lincun yang terletak di kelurahan Suka Maju merupakan daerah kedua di Binjai Barat yang memiliki jumlah Vihara terbanyak setelah Kelurahan Bandar Sinembah. Gambar 1.1 Jumlah Vihara Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Binjai
11 Desa Lincun memiliki 5 bangunan Vihara dari 6 bangunan Vihara yang ada di kelurahan Suka Maju.Vihara yang ada sangat menampakkan dan menjunjung tinggi kebudayaan akan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Dari jumlah dan keadaan Vihara yang ada dapat diketahui bahwa masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai merupakan masyarakat Tionghoa yang masih menjunjung tinggi kebudayaan Tionghoa. Bapak Poeleng juga menjelaskan bahwa desa Lincun merupakan desa yang paling dikenal oleh masyarakat Binjai sebagai pemukiman masyarakat Tionghoa yang masih sangat menjunjung tinggi kebudayaan Tionghoa, khususnya kebudayaan mempercayai benda tertentu sebagai simbol keberuntungan dalam hidup. Hampir seluruh masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai masih melibatkan benda-benda yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan dalam kediaman mereka. Alasan terakhir yang membuat penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian dikarenakan di desa Lincun masyarakat Tionghoa yang ada sangatlah terbuka dan berbaur dengan masyarakat pribumi sekitar. Salah satu bukti keterbukaan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai terhadap masyarakat sekitar, terlihat dari bentuk rumah yang sebagian besar dibuat tanpa gerbang atau jerjak yang seringkali dijumpai pada kediaman masyarakat Tionghoa pada umumnya. Selain keterbukaan dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, hampir disetiap kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun tersebut dilengkapi dengan benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan. Simbol keberuntungan tersebut diletakkan di dalam maupun di luar rumah, baik dalam bentuk benda hidup, patung, maupun berupa gambar.
12 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah makna yang terkandung dalam 15 jenis simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai? 2) Apakah fungsi dari 15 jenis simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui makna yang terkandung pada 15 jenis simbol keberuntungan pada masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. 2) Untuk mengetahui fungsi dari 15 jenis simbol keberuntungan pada masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa : Manfaat Teoritis Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberi wawasan baru kepada para pembaca untuk mengetahui makna dan fungsi dari jenis-jenis benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa, terutama mengenai simbol keberuntungan yang paling sering dijumpai dikediaman masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Hal tersebut juga
13 dimaksudkan agar masyarakat dapat lebih menghargai dan memaknai benda tersebut sebagai suatu warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya. Serta penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk turut memberikan kontribusi dalam melestarikan kebudayaan masyarakat Tionghoa yang ada di desa Lincun Binjai. Melalui penelitian ini juga diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami teori Semiotik dan Fungsionalisme yang sering digunakan sebagai pisau dalam mengkaji makna dan fungsi dari suatu kebudayaan teretentu Manfaat Praktis 1) Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian yang berkaitan selanjutnya. 2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang selama ini hanya mengetahui jenis dan bentuk dari benda yang dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan saja, sehingga dapat mengerti apakah makna dan fungsi sebenarnya yang terkandung dalam benda-benda yang selama ini dijadikan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. 3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang selama ini hanya mengetahui jenis dan bentuk dari benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan saja, sehingga dapat mengerti apakah makna dan fungsi sebenarnya yang terkandung dalam benda yang selama ini dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoadi desa Lincun.
BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam semesta. Dari beberapa sumber jurnal yang didapat oleh penulis dari internet, defenisi tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Walter dalam Sobur, 2004:164). Hidup senantiasa digerakkan oleh simbolsimbol
BAB I 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Bahasa merupakan sesuatu yang khas dimiliki oleh manusia. Manusia sebagai animal symbolicum, yaitu makhluk yang menggunakan media berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan di suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, kebudayan tersebut senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan berkembang di sebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan
Lebih terperinciMAKNA DAN FUNGSI SIMBOL KEBERUNTUNGAN BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI DESA LINCUN BINJAI
MAKNA DAN FUNGSI SIMBOL KEBERUNTUNGAN BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI DESA LINCUN BINJAI 印尼 LINCUN 华人家中常见吉样物分析 (Yìnní LINCUN huáren jiāzhōng chángjiàn jíxiàngwù fēnxī ) SKRIPSI Oleh: Paska Aprilia Bb 110710035
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.
BAB VII KESIMPULAN 7.1 KESIMPULAN LOKASI A. Lingkup Makro Di dalam lingkup makro diteliti bahwa lokasi Kelenteng Gondomanan berada di titik lahan yang mengandung unsur keberuntungan atau kebaikkan (Ch
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa
Lebih terperinciESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita
ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER Oleh : Ritter Willy Putra 12120210157 Christina Abigail 12120210195 Daniz Puspita 12120210208 Fifiani Lugito 12120210231 Harryanto 12120210370 Fakultas Seni dan Desain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah dikembangkan sejak tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran Huang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Feng Shui adalah pengetahuan arsitektural yang berasal dari budaya Tiongkok, dan telah dikembangkan sejak 4.700 tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk
Lebih terperinciBAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciKONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. artikel ini Adzim menjelaskan tentang agama Islam yang melakukan atau menggunakan teoriteori
KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dian Rhomadlonal Adzim mahasiswa jurusan Hukum Islam Universitas Islam Negeri Malang, dalam tulisannya yang berjudul dalam Tinjauan Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009
BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinci2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.
Bab 2 Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi (3D) Peta Materi Pengertian Jenis Karya Berkarya Seni Rupa 3 D Simbol Karya Nilai Estetis Proses Berkarya 32 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Setelah mempelajari Bab 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA
1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciSemiotika, Tanda dan Makna
Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dunia ini terdapat bermacam-macam beladiri, hampir disetiap negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di dunia ini terdapat bermacam-macam beladiri, hampir disetiap negara memiliki beladiri dengan ciri khas masing masing, misal: di Jepang terdapat Karate, di Korea terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni meramal merupakan salah satu bentuk tradisi yang sudah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul ketika manusia mulai mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya perkawinan, melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya, dari status
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal
Lebih terperinciBAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL
BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen
BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Bahasa memiliki kemampuan untuk menyatakan lebih daripada apa yang disampaikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta Bangunan rumah ibadat yang dapat dikaitkan dengan ilmu Feng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Pertimbangan Pendiri Toko dalam Memberikan Nama
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciKajian Perhiasan Tradisional
Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DAN PENDEKATAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DAN PENDEKATAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka yaitu membahas tentang peneliti peneliti sebelumnya yang pernah meneliti yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang penuh dengan aneka ragam suku bangsa dan kebudayaan. Setiap suku bangsa di Indonesia menciptakan, menyebarluaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya dengan adat dan istiadat, budaya serta suku memiliki berbagai macam tradisi. Salah satunya adalah Mesatua Bali (Mendongeng), sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi terganggu akibat aktivitas yang tidak seimbang. Pola makan yang salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Terus berkembangnya jaman menuntut masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang serba cepat dan praktis, hal ini menyebabkan pola hidup masyarakat
Lebih terperinciPengertian Universal dalam Bahasa
Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat
Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG
BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut maka perusahaan dapat dikenal luas. visi perusahaan. Logo PT. Yamaha Music Manufacturing Indonesia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari perbincangan dengan seorang karyawan PT. Yamaha Music Manufacturing Indonesia mengenai logo yang terdapat pada PT. Yamaha Music Manufacturing Indonesia,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. (masyarakat) untuk mengenal dan mengetahui konsep fēngshuĭ.
BAB 4 KESIMPULAN Fēngshuĭ, dua kata yang bernuansa oriental ini kian hari semakin banyak dikenal orang. Hal ini dapat terlihat dari semakin merebaknya buku-buku tentang fēngshuĭ, artikel-artikel mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang tidak lepas dari masa lampau dalam menjalani masa kini dan masa yang akan datang dan tidak mungkin lepas dari budayanya sendiri. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam suara yang berirama. Dalam istilah bahasa Jawa tembang berarti lagu. Tembang juga disebut dengan
Lebih terperinciIDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.
Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI identitas nasional
Lebih terperinciMODUL SENI RUPA KELAS X TAHUN AJARAN BERKARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 MODUL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak hal penting dalam menjalankan sebuah kehidupan yaitu satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak hal penting dalam menjalankan sebuah kehidupan yaitu satu diantaranya berupa interaksi. Makhluk hidup perlu berinteraksi, berinteraksi merupakan suatu aktifitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,
Lebih terperinciPendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan
Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Salah satu hal yang penting bagi suatu organisasi adalah komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciPANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Banyaknya pulau ini membuat Indonesia pun dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Sunda sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian. Kesenian itu sendiri lahir dari jiwa manusia dan gambaran masyarakatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan 2.1.1 Semiotik Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang berarti tanda. Jika dilihat dari kata asalnya maka semiotik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus
Lebih terperinciBlangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya
Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk
Lebih terperinci