I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

Pembahasan Materi #8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT

BAB 1 PENDAHULUAN. Didalam era globalisasi ekonomi dewasa ini, dunia usaha dituntut untuk bisa lebih

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. target tersebut. Untuk menghasilkan Supply Chain yang efektif dan efisien

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

Saudara-saudara sekalian,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini. memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat ekonomi dunia sedang menghadapi proses peralihan besar -besaran

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil menyatakan bahwa industri

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. industri otomotif dan komponen, sehingga tercipta industri otomotif nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. PEST dan Analisis 5 Kekuatan Porter, diperoleh hasil mengenai

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. setiap perusahaan adalah memperoleh keuntungan maksimum. memberikan pelayanan yang baik serta kepuasan kepada pelanggan.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. persaingan para perusahaan manufaktur. Produk berkualitas, harga yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

Pembahasan Materi #5

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA. Manajemen Bisnis Konstruksi

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan toko-toko sehingga produk diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah, lokasi, dan waktu yang tepat, serta dalam rangka pemenuhan pemesanan guna menciptakan kepuasan pelanggan sesuai tuntutan pelayanan. Manajemen rantai pasok melibatkan semua fasilitas, fungsi dan aktivitas yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan, seperti pengembangan produk, pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan pelayanan (Chopra and Meindl, 2001). Manajemen rantai pasok tersebut memberikan dampak yang cukup berarti dalam peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan. Hal ini diperkuat juga dari kenyataan bahwa biaya rantai pasok untuk perusahaan manufaktur umumnya berkisar 50-80% dari total biaya yang dikeluarkan perusahaan (Maarif dan Tanjung, 2003). Oleh karena itu pertimbangan dalam memilih strategi rantai pasok merupakan salah satu kunci sukses suatu perusahaan. Strategi rantai pasok harus sesuai dengan strategi bersaing dari perusahaan dimana dalam penetapan strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan merespons dan efektifitas suatu rantai pasok (Chopra and Meindl, 2001). Kinerja manajemen rantai pasok sendiri didukung oleh beberapa faktor yaitu persediaan, transportasi, fasilitas, dan informasi (Chopra and Meindl, 2001). Adanya hubungan yang sinergis dari keempat faktor tersebut akan meningkatkan kinerja manajemen rantai pasok. Apabila salah satu dari keempat faktor dalam 1

manajemen rantai pasok tidak berjalan secara optimal, maka kinerja rantai pasok pun menjadi tidak optimal. Menurut Simchi-Levi dan Kamainsky (2003), dalam usaha penerapan manajeman rantai pasok terdapat salah satu isu penting yang menjadi perhatian yaitu pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku. Sebagai bagian dari sistem perencanaan produksi dan pengendalian persediaan (PPIC), pengadaan dan persediaan bahan baku merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian cukup besar. Persediaan khususnya persediaan bahan baku menjadi sangat penting karena merupakan salah satu aset yang paling besar pada banyak perusahaan. Pada suatu perusahaan manufaktur, umumnya memiliki nilai persediaan bahan baku mencapai 30% dari aset total perusahaan (Buffa dan Sarin, 1996). Pada satu sisi perusahaan dapat menurunkan biaya dengan mengurangi persediaan, tetapi pada sisi lain produksi dapat terganggu jika persediaan tidak mencukupi yang dapat menimbulkan tidak terpenuhinya kebutuhan pelanggan. Oleh sebab itu salah satu isu penting dalam manajemen persediaan adalah bagaimana mengatur keseimbangan antara investasi persediaan dengan layanan pelanggan (Heizer dan Render, 2008). Peningkatan efektifitas dan efisiensi sistem pengadaan dan persediaan bahan baku dalam sebuah perusahaan akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap efisiensi perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan, sehingga menjadi penting bagi sebuah perusahaan untuk secara terus menerus mengembangkan sistem pengadaan dan persediaan bahan baku yang efektif dan efisien dalam menghadapi persaingan global dewasa ini. Sebagai salah satu negara yang kaya akan hasil hutan di dunia maka sektor perhutanan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik 2

dalam menghasilkan pemasukan bagi negara maupun dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Salah satu industri berbahan baku hasil kehutanan adalah industri furniture. Industri furniture di Indonesia merupakan sektor industri yang cukup signifikan peranannya dalam perekonomian nasional dengan menghasilkan devisa lebih dari US$ 2,6 milyar pada tahun 2009. Hal ini ditegaskan dengan ditetapkannya produk furniture sebagai salah satu dari 10 komoditas ekspor unggulan Indonesia oleh pemerintah. Dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa yang hampir kesemuanya menggunakan furniture sebagai perlengkapan hidup maka seharusnya industri furniture di Indonesia adalah industri yang menjanjikan. Pasar yang tersedia sedemikian besar dan dengan akses yang sedemikian mudah, tetapi pada kenyataannya menunjukkan bahwa daya serap pasar domestik terhadap produk industri furniture Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 industri furniture dalam negeri hanya mensuplai kurang dari 60% kebutuhan pasar domestik. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) telah berlaku secara resmi sejak 1 Januari 2010. Pemberlakuan perdagangan bebas ini menyebabkan membanjirnya produk luar negeri pada pasar domestik. Salah satu industri yang merasakan dampak negatif dengan adanya CAFTA ini adalah industri furniture terutama akibat membanjirnya produk furniture dari Cina. Agar dapat bertahan di tengah era perdagangan bebas ini maka peningkatan daya saing produk industri furniture dalam negeri adalah suatu keharusan. Sebenarnya era perdagangan bebas termasuk didalamnya ACFTA bukanlah suatu ancaman bagi industri furniture di Indonesia, melainkan sebuah peluang jika dapat dimanfaatkan dengan baik. 3

Perdagangan furniture di dunia diperkirakan akan terus bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dunia dan meningkatnya pendapatan per kapita dunia (Tambunan, 2006). Hal ini merupakan suatu peluang bagi industri furniture Indonesia dalam usahanya mengekspansi produknya ke pasar global. Peluang tersebut juga terlihat pada nilai ekspor produk furniture Indonesia yang terus bertambah setiap tahunnya (Currey, 2007). Akan tetapi ditengah meningkatnya permintaan furniture dunia, ekspor furniture Indonesia hanya tumbuh rata-rata 0,088 miliar dollar AS per tahun sedangkan ekspor furniture dari China tumbuh rata-rata 1,1 miliar dollar AS (Tambunan, 2006). Selain itu di dalam negeri permintaan domestik akan produk furniture juga diperkirakan akan meningkat seiring pertumbuhan penduduk serta ekonomi dalam negeri sehingga merupakan peluang pula bagi industri furniture Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di dalam negeri. Dengan berkembangnya pasar produk furniture tersebut, maka seharusnya industri furniture Indonesia dapat meningkatkan produktifitasnya sehingga keuntungan pun akan meningkat, tetapi permasalahannya kemudian adalah banyak sekali hambatan yang harus dihadapi dalam rangka meningkatkan produktifitas dan daya saing baik di pasar domestik maupun global. Dalam meningkatkan daya saing ini maka perlu dilakukan langkah serentak, kolektif, dan komprehensif karena banyak sekali hal yang menyebabkan produk furniture dalam negeri tidak dapat bersaing dengan produk impor seperti efisiensi produksi, banyaknya produk furniture impor terutama dari Cina, penggunaan bahan baku ilegal, pembalakan liar, infrastruktur yang buruk, dan masih banyak lainnya (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009). 4

PT Hadinata Brothers merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri furniture untuk living room, bedroom, dining room dan garden furniture. Sebagai suatu perusahaan komersial, PT Hadinata Brothers tidak terlepas dari keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini agar perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan usahanya serta mampu bersaing dalam industri furniture di era perdagangan bebas dewasa ini. Terlebih lagi dengan orientasi penjualan PT Hadinata Brothers yang lebih ditekankan pada pasar ekspor sehingga akan berkompetisi langsung dengan perusahaan-perusahaan multinasional maka diperlukanlah suatu manajemen rantai pasok termasuk sistem pengadaan bahan baku yang efektif dan efisien yang akan menciptakan keunggulan kompetitif dalam bersaing di pasar global. Sebagai bagian dari rantai pasok maka kebijakan pengadaan bahan baku haruslah sejalan dengan strategi rantai pasok perusahaan. Salah satu segmen rantai pasok yang perlu diperhatikan adalah internal supply chain management (ISCM). ISCM menjadi penting karena kebijakan yang berkaitan dengan rantai pasok pada internal perusahaan juga melibatkan kepentingan yang berbeda-beda pada tiap bagian dalam perusahaan. Kebijakan dalam pengadaan bahan baku juga tak luput dari kepentingan yang berbeda-beda ini, bagian pembelian tentunya menghendaki pembelian bahan baku dalam jumlah yang besar untuk memperoleh harga pemesanan dan pembelian yang lebih murah. Begitu juga bagian produksi yang menghendaki persediaan bahan baku yang besar agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang dapat menyebabkan produksi terhenti, sedangkan bagian PPIC dan keuangan menghendaki tingkat persediaan yang seminimal mungkin agar investasi dalam persediaan dapat ditekan serendah 5

mungkin. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku untuk mendapatkan hasil yang optimal berupa biaya persediaan bahan baku yang seefisien mungkin tetapi juga tetap memperhatikan responsivitas. Hal ini dapat berjalan dengan dengan baik apabila supply chain management termasuk didalamnya ISCM pada perusahaan telah diterapkan dengan baik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka sungguh relevan jika mengadakan penelitian mengenai Analisis Pengadaan Bahan Baku Sebagai Bagian dari Internal Supply Chain Management PT Hadinata Brothers. 1.2 Rumusan Masalah PT Hadinata Brothers merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri furniture untuk living room, bedroom, dining room dan garden furniture. Sebagai perusahaan yang memenuhi permintaan pasar global tentu saja tuntutan akan produk yang bermutu tinggi, produktivitas tinggi, pengiriman barang yang tepat waktu serta harga yang bersaing menjadi sangat penting dan tidak dapat dikompromikan. Guna memenuhi tuntutan tersebut PT Hadinata Brothers salah satunya adalah keharusan bagi perusahaan untuk melakukan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku dengan baik. Banyak perusahaan kerap melakukan kesalahan dengan kurang tepatnya melakukan persediaan bahan baku untuk kebutuhan produksi. Terjadinya kekurangan persediaan bahan baku pada saat dibutuhkan dapat menyebabkan jalannya aktivitas produksi terhambat sehingga tidak dapat berproduksi tepat waktu, sebaliknya apabila terlampau banyak persediaan akan mengakibatkan 6

membengkaknya biaya persediaan sehingga dapat terhambatnya perputaran modal secara produktif. Saat ini PT Hadinata Brother belumlah memiliki metode pengadaan bahan baku yang efisien. Pada umumnya Bagian PPC dan logistik mengeluarkan rencana kebutuhan baku untuk 1 bulan kepada bagian pembelian untuk ditindaklanjuti dengan membeli bahan baku tersebut. Akan tetapi terkadang bagian pembelian meminta rencana kebutuhan bahan baku tersebut dipecah dalam rentang waktu mingguan, hal ini salah satunya terkait dengan masalah dana. Hal tersebut mengakibatkan persediaan bahan baku dalam perusahaan menjadi berfluktuasi dan cenderung besar karena pada dasarnya pemesanan dilakukan per bulan, sehingga biaya persediaan menjadi kurang efisien. Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang diteliti pada PT Hadinata Brothers adalah: 1. Strategi rantai pasok pada PT Hadinata Brothers yang belum sesuai dengan tipe produk yang dihasilkan. 2. Metode pengadaan bahan baku yang belum efisien pada PT Hadinata Brothers. 3. Kebijakan manajerial mengenai pengadaan bahan baku yang belum efektif dan efisien sesuai dengan strategi rantai pasok. 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem pengadaan bahan baku pada PT Hadinata Brothers sebagai bagian dari rantai pasok. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut: 7

1. Mengidentifikasi kondisi dan strategi rantai pasok yang terdapat pada perusahaan. 2. Menganalisis alternatif metode pengadaan bahan baku yang dapat meningkatkan efisiensi sebagai pendukung kinerja rantai pasok. 3. Merumuskan kebijakan manajerial guna pengembangan sistem pengadaan bahan baku bagi PT Hadinata Brothers. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada: 1. PT Hadinata Brothers, berupa masukan dalam proses perencanaan produksi dan pengendalian persediaan (PPIC) khususnya berkaitan dengan sistem pengadaan bahan baku sebagai pendukung kinerja rantai pasok serta dapat memberikan alternatif kebijakan berkaitan dengan sistem pengadaan bahan baku yang mungkin bermanfaat dan dapat dikembangkan dalam pelaksanaan proses produksi. 2. Penulis, berupa pengalaman praktis dalam penerapan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti program studi manajemen bisnis IPB, serta membandingkannya dengan keadaan nyata di lapangan. 3. Sebagai data dasar (benchmark data) bagi penelitian selanjutnya dalam bidang yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku bagi pengembangan IPTEK. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 8

1. Rantai pasok yang diteliti hanya difokuskan pada internal supply chain management khususnya dalam pengadaan bahan baku perusahaan serta analisis jenis produk dan rantai pasok. 2. Bahan baku yang akan diteliti dibatasi pada bahan baku yang termasuk kelompok A dalam analisis klasifikasi ABC dan memiliki lead time yang panjang atau menengah 3. Analisis pengadaan bahan baku difokuskan pada pencarian teknik lot sizing yang paling efisien sebagai bagian dari rantai pasok. 4. Teknik lot sizing yang digunakan meliputi Lot For Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity, dan Part Periode Balancing. 5. Data yang digunakan adalah data hasil pencatatan historis tahun 2009-2010. 9

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB