IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi padi di Kecamatan Rancabungur. Selain itu, di daerah tersebut walaupun lahan garapannya relatif sempit namun masih banyak petani yang menggarap lahannya sendiri. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dari bulan Juni sampai Juli 2010. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari petani dan instansi-instansi yang terkait. 4.2 Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Responden Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara pada responden (petani) maupun pihak-pihak yang terkait lainnya. Responden dipilih dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sample tidak dilakukan secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani padi sebanyak 60 orang yang diambil dari jumlah total populasi petani padi di Desa Pasir Gaok. Kemudian dari total populasi petani padi, responden dibagi lagi menurut status petani, yaitu 30 petani pemilik-penggarap dan 30 petani penggarap. Menjelaskan karakteristik petani membutuhkan data yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usahatani, status petani, luas lahan usahatani, dan keanggotaan kelompok tani. Data yang digunakan untuk menganalisis tingkat 33
efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi adalah luas sawah garapan, varietas padi yang ditanam, produksi padi, penggunaan bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja hewan atau mesin serta penggunaan faktor-faktor produksi lainnya. Sedangkan data yang digunakan untuk mengestimasi pendapatan dan biaya usahatani adalah jumlah produksi, harga jual gabah, biaya input seperti harga benih, harga pupuk, harga pestisida, dan sebagainya. Selain itu, diperlukan juga informasi mengenai pembagian tanggung jawab/risiko dan besarnya bagian yang diterima penggarap, serta informasi lainnya. Data sekunder digunakan untuk memperkuat data primer yang diperoleh. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur di lembaga atau instansi yang ada kaitannya dengan masalah penelitian seperti, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, kantor Desa Pasir Gaok, kantor Kecamatan Rancabungur, internet, dan sebagainya. 4.3 Metode Analisis Data Pengolahan dan analisis data disesuaikan dengan data yang tersedia dan tujuan yang hendak dicapai. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan diolah untuk dilakukan analisis lebih lanjut baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif diringkas dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa narasumber untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan aspek-aspek pertanian padi. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis fungsi produksi menggunakan model fungsi Cobb Douglas, analisis 34
efisiensi ekonomi produksi, analisis pendapatan usahatani, dan analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C rasio). 4.3.1 Analisis Fungsi Produksi Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi Cobb Douglas. Menurut Soekartawi (2002) Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependent, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independent, yang menjelaskan (X). Variabel yang digunakan untuk menduga fungsi produksi padi adalah produksi padi (Y), luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ), pupuk KCl (X 5 ), pestisida padat (X 6 ), pestisida cair (X 7 ), dan tenaga kerja (X 8 ). Variabel tersebut dipakai untuk menduga fungsi produksi padi yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Sedangkan untuk menduga fungsi produksi berdasarkan status petani, variabel yang digunakan adalah produksi padi (Y), luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ), pupuk KCl (X 5 ), pestisida padat (X 6 ), pestisida cair (X 7 ), tenaga kerja(x 8 ) dan status petani (D). Variabel tersebut digunakan untuk menduga fungsi produksi padi yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut: Y = b 0 X b1 1 X b2 2 X b3 3 X b4 4 X b5 5 X b6 6 X b7 b8 7 X 8 e u (4.1) Y = b 0 X b1 1 X b2 2 X b3 3 X b4 4 X b5 5 X b6 6 X b7 b8 7 X 8 D b9 e u (4.2) Untuk mempermudah pendugaan terhadap persamaan maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut dan dapat ditulis sebagai berikut: 35
ln Y = ln b 0 + b 1 lnx 1 + b 2 lnx 2 + b 3 lnx 3 + b 4 lnx 4 + b 5 lnx 5 + b 6 lnx 6 + b 7 lnx 7 + b 8 lnx 8 + u ln Y = ln b 0 + b 1 lnx 1 + b 2 lnx 2 + b 3 lnx 3 + b 4 lnx 4 + b 5 lnx 5 + b 6 lnx 6 + b 7 lnx 7 + b 8 lnx 8 + b 9 D + u Keterangan : Y X 1 X 2 X X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 D b 0 b 1, b 2, b 3,.., b 9 u e = Hasil produksi padi (Kg) per musim tanam = Luas lahan (Ha) per musim tanam = Jumlah benih (Kg) per musim tanam = Jumlah urea (Kg) per musim tanm = Jumlah pupuk SP-36 (Kg) per musim tanam = Jumlah pupuk KCl (Kg) per musim tanam = Jumlah pestisida padat (Kg) per musim tanam = Jumlah pestisida cair (Liter) per musim tanam = Jumlah tenaga kerja (HOK) per musim tanam = Dummy status petani, yang bernilai 1 untuk petani pemilik penggarap dan 0 untuk petani penggarap = Dugaan konstanta = Koefisien Regresi masing-masing variabel = Unsur galat = bilangan natural (e=2,7182) Setelah diketahui faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi maka dilakukanlah pengujian hipotesis. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi. a. Pengujian Terhadap Model Penduga Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Hipotesis: H 0 : b 1 = b 2 = = b i = 0 H 1 : salah satu dari b ada 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F : F hitung = R 2 / ( k 1) 2 ( 1 R )/( n k) 36
Keterangan : R 2 k n = Koefisien determinasi = Jumlah variabel termasuk intersep = Jumlah pengamatan atau responden Kriteria uji : F hitung > F tabel (k-1),n-k) pada taraf nyata α : tolak H 0, berarti variabel penjelas berpengaruh nyata secara bersama-sama. F hitung < F tabel (k-1),n-k) pada taraf nyata α : terima H 0, berarti variabel penjelas tidak berpengaruh nyata secara bersama-sama. Untuk memperkuat pengujian, dihitung besarnya koefisien determinasi (R 2 ), untuk mengetahui berapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel penjelas yang telah dipilih. Koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut: R R 2 = 2 JumlahKuadrat Re gresi JumlahKuadratTotal 2 2 [ et ] = 1 yt ( SSE) ( SST ) b. Pengujian untuk masing-masing parameter Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis: H 0 : bi = 0 H 1 : bi 0 Uji statistika yang digunakan adalah uji t: b1 0 t hitung = S b ( ) 1 37
Kriteria Uji: t hitung > t tabel (á/2,n-v) pada taraf nyata α : tolak H 0, artinya Xi berpengaruh nyata terhadap produksi padi. t hitung < t tabel (á/2,n-v) pada taraf nyata α : terima H 0, artinya Xi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Keterangan : bi S(bi) V N á = Nilai koefisien regresi dugaan = Simpangan baku koefisien dugaan = Jumlah koefisien regresi dugaan = Jumlah pengamatan atau responden = Tingkat ketidakpercayaan Pengujian dengan menggunakan kriteria ekonometrika didasarkan karena adanya pelanggaran asumsi yang digunakan dalam metode OLS. Hal-hal yang dilihat dalam kriteria ekonometrika antara lain adalah multikolinearitas, normalitas, dan heteroskedastisitas. 1. Multikolinearitas Untuk mendeteksi adanya kolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflantion Factor), dengan persamaan : VIF = R 2 i adalah koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j dengan variabel bebas lainnya. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya masalah kolinearitas pada peubah tersebut. Multikonearitas yang dapat menyebabkan adanya pelanggaran terhadap asumsi OLS adalah exact multicolinearty (multikolinearitas sempurna). Jika dalam suatu model terdapat 38
multikolinearitas yang sempurna maka akan diperoleh nilai R 2 yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel dugaan yang signifikan. 2. Normalitas Salah satu cara mengecek normalitas adalah dengan probabilitas normal. Melalui propability plot of RESI 1 ini masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan pada distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik data terkumpul di sekitar garis lurus, selanjutnya dilakukan analisis dengan Kormogorov-Smirnov (KS). 3. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat plot antara residu dengan prediksinya. Jika bentuk tebaran plot tersebut menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, maka asumsi heteroskedastisitas terpenuhi atau tidak terjadi. 4.3.2 Analisis Efisiensi Faktor Produksi Pengujian terhadap efisiensi ekonomi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian efisiensi ekonomi usahatani padi, yaitu apakah sumberdaya (input) telah dikombinasikan secara optimal, dan apakah keuntungan maksimum dapat dicapai. Doll dan Orazem (1984) menyatakan ada dua kondisi untuk mencapai efisiensi ekonomi yaitu: a) Syarat keharusan (necessary condition), syarat ini menyatakan bahwa proses produksi harus berada pada daerah dua yaitu ketika elastisitas produksi antara 39
nol dan satu (daerah rasional). Syarat keharusan menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang harus dipenuhi. b) Syarat kecukupan (sufficien condition). Syarat ini merupakan indicator pilihan dan berhubungan dengan tujuan individu, masyarakat dan nilai-nilai yang berlaku. Syarat kecukupan ini sifatnya subjektif dan berbeda di antara individu karena tujuan mereka berdua. Indikator pilihan ini membantu petani atau pengusaha menemukan kombinasi faktor produksinya untuk mencapai tujuan dari syarat tersebut. Keuntungan maksimum tercapai apabila Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan Biaya Korbanan Marginal (BKM), atau dengan kata lain rasio NPM dan BKM sama dengan satu, berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan dalam jumlah yang sama dengan tambahan biayanya. kriteria pengujian: 1. Rasio NPM dan BKM lebih besar dari satu (NPM/BKM > 1), artinya penggunaan input belum efisien, input perlu ditambah untuk mencapai efisiensi. 2. Rasio NPM dan BKM Lebih kecil dari satu (NPM/BKM <1), artinya penggunaan input belum efisien, input perlu dikurangi untuk mencapai efisiensi. 4.3.3 Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran total (Soekartawi et al, 1986). Pendapatan menjadi ukuran yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal baik milik sendiri maupun pinjaman. Penerimaan merupakan hasil kali jumlah fisik output 40
dengan harga yang diterima (rupiah). Pengeluaran adalah pengeluaran dalam usaha untuk benih dan bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida, penyusutan alat serta sewa lahan. Pendapatan dalam usahatani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan total usahatani dianalisis dengan rumus (Soekartawi et al, 1985): Y Total = NP (BT + BD). (4.3) Sedangkan pendapatan tunai usahatani dianalisis dengan rumus: Y Tunai = NP BT.. (4.4) Dimana: NP BT BD Y Tunai Y Total = Nilai produk, merupakan hasil kali jumlah produk dengan harga (Rp) = Biaya tunai usahatani (Rp) = Biaya yang diperhitungkan (Rp) = Pendapatan atas biaya tunai (Rp) = Pendapatan atas biaya total (Rp) 4.3.4 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Efisiensi suatu usahatani terhadap penggunaan satu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya. Rasio penerimaan dan biaya merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi. Nilai R/C ratio tersebut dianalisis dengan maksud untuk melihat nilai efisiensi pada suatu usaha. Suatu usaha dapat dikatakan efisien apabila R/C ratio >1, semakin besar nilai R/C ratio maka akan semakin efisien usaha tersebut. Secara sistematik R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: 41
R/C ratio atas biaya tunai Nilai Pr oduk = (4.5) BT Dimana: R/C ratio atas biaya total = Nilai Pr oduk BT + BD. (4.6) NP = Nilai produk, adalah hasil kali jumlah unit produk dengan harga (Rp) BT = Biaya Tunai (Rp) BD = Biaya diperhitungkan (Rp) Dimana : Jika R/C > 1 maka usahatani tersebut menguntungkan untuk diusahakan Jika R/C < 1 maka usahatani tersebut tidak menguntungkan untuk diusahakan 4.4 Konsep Pengukuran Variabel Variabel yang diamati merupakan data dan informasi mengenai usahatani padi yang diusahakan baik oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap pada satu musim tanam. Dalam menganalisis pendapatan usahatani padi, variabel-variabel yang digunakan yaitu: 1. Luas lahan garapan, luas areal sawah yang digunakan untuk usahatani padi, satuan yang digunakan adalah hektar. 2. Modal, barang ekonomi berupa lahan, bangunan,alat-alat mesin, tanaman di lapangan, sarana produksi dan uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan padi. 3. Tenaga kerja, tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi baik untuk mengelolaan lahan, penanaman, pemupukan, penyemprotan, pemeliharaan, dan pemanenan. Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. 4. Produksi total adalah hasil padi yang didapat dari luas lahan tertentu, diukur dalam kilogram. 42
5. Produktivitas, hasil produksi yang diperoleh per luas lahan, diukur dalam kilogram per hektar. 6. Biaya tunai, besarnya nilai uang yang dikeluarkan petani untuk membeli benih, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang dipergunakan untuk membayar pajak dan penyusutan alat-alat pertanian termasuk dalam biaya tetap tunai, satuan yang digunakan adalah rupiah. 7. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik sendiri dan pemakaian tenaga kerja dalam keluarga berdasarkan tingkat upah yang berlaku. 8. Biaya total, penjumlahan dan biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. 9. Harga produk, harga padi ditingkat petani dalam satu musim panen, satuan yang digunakan adalah rupiah per kilogram. 10. Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual di tingkat petani, satuan yang digunakan adalah rupiah. 11. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani. Perhitungan pendapatan dilakukan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih penerimaan usahatani dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya total. Untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi pada penelitian ini menggunakan variabel sebagai berikut: 1. Lahan (X1), luas lahan sawah dimana petani melakukan kegiatan penanaman padi dalam satu musim tanam dan diukur dengan satu satuan hektar. 43
2. Benih (X2), jumlah benih padi yang digunakan dalan usahatani padi selama satu musim tanam dan diukur dengan satuan kilogram. 3. Pupuk urea (X3), jumlah pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi dalam satu musim tanam dan diukur dengan satuan kilogram. 4. Pupuk SP-36 (X4), jumlah pupuk SP-36 yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi dalam satu musim tanam dan diukur dengan satuan kilogram. 5. Pupuk KCl (X5), jumlah pupuk KCl yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi dalam satu musim tanam dan diukur dengan satuan kilogram. 6. Pestisida padat (X6), jumlah pestisida padat yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dengan satuan kilogram. 7. Pestisida cair (X7), jumlah pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dengan satuan mililiter. 8. Tenaga kerja (X8), tenaga kerja yang digunakan dalam satu musim tanam yaitu mulai dari pengolahan sampai panen, baik yang berasal dari dalam maupun luar keluarga. Seluruh tenaga kerja diukur dalam jumlah hari orang kerja (HOK). 9. Produksi (Y), Jumlah total produksi padi yang dihasilkan petani pada sebidang lahan pertanian dengan luasan tertentu dan diukur dengan satuan kilogram. 44