V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

dokumen-dokumen yang mirip
VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

V GAMBARAN UMUM DESA CIBURUY

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB IV PROFIL DESA CIBURUY

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

V. GAMBARAN UMUM USAHA

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB VI KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DI KAMPUNG CIBURUY

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak Geografis dan Kependudukan Desa Ciburuy secara administratif merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data monografi Desa Ciburuy tahun 2009, diketahui bahwa Desa Ciburuy memiliki luas wilayah 160 Ha. Luasan tersebut dipergunakan untuk sawah seluas 80 Ha, pekarangan/bangunan/emplacement seluas 50 Ha, balong/empang/kolam 0,5 Ha, lapangan olah raga 0,2 Ha dan kuburan seluas 2 Ha. Dengan ketinggian 600 m di atas permukaan laut, suhu maksimum 32 C, suhu minimum 26 C dan curah hujan sebesar 23,3 mm/tahun, Desa Ciburuy ini kondusif menjadi areal penanaman padi sawah. Selain itu, juga terdapat empat sungai yang menjadi sarana pengairan di Desa Ciburuy. Mayoritas penduduk Desa Ciburuy bermatapencaharian sebagai petani sebanyak 761 orang (48 persen) dengan 520 orang penduduk (32,8 persen) adalah buruh tani. Hal ini menunjukkan bahwa buruh tani merupakan profesi mayoritas pendududuk Desa Ciburuy. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa status ekonomi masyarakat Desa Ciburuy tergolong dalam tingkat ekonomi lemah. Adapun sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Distribusi Penduduk Desa Ciburuy Berdasarkan Mata Pencaharian Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) Petani 761 48,0 Pengusaha 10 0,6 Industri kecil 254 16,1 Buruh industri dan perkebunan 190 12,0 Pertukangan 40 2,5 Pedagang 240 15,1 Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI 60 3,8 Lain lain 30 1,9 Total 1585 100,0 Sumber : Data Monografi Desa Ciburuy (2009) 38

Pada sektor pertanian, penduduk di Desa Ciburuy memproduksi beberapa jenis tanaman, ikan dan ternak. Padi merupakan komoditi tanaman pangan yang paling banyak dibudidayakan di Desa Ciburuy, 79 Ha (49 persen) lahan di Desa Ciburuy merupakan sawah yang ditanami padi bebas pestisida dengan hasil sebanyak 1.254,1 ton/tahun. Pada komoditi perikanan, jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas dengan hasil sebanyak 300 kg/tahun dan ikan mujair sebanyak 500 kg/tahun. Jenis ternak yang ada adalah domba dengan hasil sebanyak 28.800 kg/tahun dari luasan 0,005 Ha, ayam pedaging sebanyak 200.000 kg/tahun dari luasan 1,2 Ha dan bebek sebanyak 300 kg/tahun dari luasan 0,0001 Ha. Dari beberapa sektor pertanian yang dibudidayakan, padi bebas pestisida, merupakan komoditi unggulan dari Desa Ciburuy. Oleh karena itu, LPS-DDR mengembangkan pertanian sehat di desa ini. 5.2 Gambaran Umum Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika 5.2.1 Sejarah Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika Pada awalnya Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika (LPS- DDR) berbentuk Laboratorium Pengendalian Biologi DD-Replubika yang beroperasi mulai bulan Juni 1999 di Desa Cibanteng, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Laboratorium ini bertugas untuk mengembangkan dan memproduksi biopestisida NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) yang ramah lingkungan. Produk biopestisida yang berbahan aktif virus pathogen serangga hama tersebut, merupakan yang pertama kali diproduksi di Indonesia dengan nama: VIR-L, VIR-X dan VIR-H. Selain itu dari perluasan program di tahun 2000, laboratorium ini mengembangkan pupuk organik OFER dan pestisida nabati PASTI berbahan aktif akar tuba. Pada tahun 2002 Laboratorium Pengendalian Biologi berubah nama menjadi Usaha Pertanian Sehat (UPS), hal ini berkaitan erat dengan upaya pengembangan pemasaran produk-produk yang dihasilkan laboratorium sebelumnya. Pusat kegiatan UPS berada di Desa Pasir Buncir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor satu komplek dengan Ternak Domba Sehat (TDS) Dompet Dhuafa Replubika. Pemisahan laboratorium dan usaha dilakukan pada awal tahun 2003 menjadi LPS yang berada di Jejaring Aset Sehat (JAS) dan UPS 39

yang berada di Jejaring Aset Reform, kemudian awal tahun 2004 laboratorium pertanian sehat dan usaha pertanian sehat disatukan keembali menjadi Lembaga Pertanian Sehat di bawah koordinasi Jejaring Aset Reform (JAR) Dompet Dhuafa Replubika. 5.2.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi yang ada dalam suatu perusahaan belum tentu sama satu sama lain. Hal ini dikarenakan dalam menentukan struktur organisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya besarnya perusahaan, jumlah tenaga kerja, jenis produk, daerah pemasaran dan lain-lain. Adapun struktur organisasi di LPS-DDR dapat dilihat pada Lampiran 6. Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) sebagai salah satu komponen LPS-DDR yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan penelitian dan pengembangan sarana produksi dan produk pertanian sehat atau ramah lingkungan yang terarah dan sistematis. Litbang LPS-DDR diharapkan dapat berperan dalam mendukung produk pertanian ramah lingkungan yang mudah diaplikasikan oleh petani. Untuk itu, Litbang LPS-DDR dituntut untuk menghasilkan teknologi saprotan yang dibutuhkan untuk mengatasi kendala yang dihadapi petani serta dapat meningkatkan kualitas produk pertanian agar tetap kompetitif. Divisi Litbang LPS-DDR menerapkan tiga komponen manajemen Penelitian dan Pengembangan yaitu manajemen kualitas produk, manajemen laboratorium dan manajemen pelatihan. Divisi Pemberdayaan Masyarakat LPS-DDR merupakan salah satu bidang yang memiliki peranan penting dalam kegiatan membangun komunitas petani secara khusus dengan melibatkan masyarakat. Divisi juga merupakan jembatan misi dari lembaga untuk akses dengan sumberdaya masyarakat petani. Divisi diharapkan mampu berperan dalam mendukung program-program lembaga. Proses pemberdayaan petani miskin yang selama ini dilakukan oleh LPS-DDR juga telah memantapkan target yang lebih jelas. Salah satu program yang dibangun adalah P3S (Program Pemberdayaan Petani Sehat). Program tersebut tidak hanya karena visi pendistribusian dana sosial umat semata, lebih dari itu P3S merupakan refleksi kepedulian atas nasib petani yang selama ini termarjinalkan dalam lingkaran kemiskinan. 40

Divisi Produksi LPS-DDR bertanggungjawab untuk membuat atau memproduksi seluruh temuan teknologi pertanian di lembaga yang sudah melalui uji produk dan prototype. Produk produk yang dirakit dan dikembangkan adalah sarana produksi pertanian yang berbasis bahan baku lokal, murah dan ramah lingkungan. Tujuan dari kegiatan ini diantaranya untuk memutus ketergantungan petani terhadap bahan-bahan kimia yang selain harganya semakin mahal sekaligus memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia, ekosistem pertanian dan lingkungan. Bisnis/usaha yang dilakukan oleh LPS-DDR merupakan upaya penguatan lembaga dalam rangka kemandirian. Untuk itu LPS-DDR membentuk Divisi Pemasaran dan Distribusi yang diberi tugas mengelola produk-produk yang telah dihasilkan oleh lembaga, baik yang bersifat barang maupun jasa hingga bisa dipergunakan konsumen (user). Pelaksanaan misi lembaga bagi kegiatan pemasaran dan distribusi adalah: 1. Menjalin kemitraan usaha dengan para petani ataupun pelaku agribisnis lain yang saling menguntungkan. 2. Mengembangkan jaringan pemasaran produk-produk pertanian sehat dalam skala nasional. 3. Mendapatkan keuntungan yang layak, halal dan berkah. 5.3 Gambaran Umum Kelembagaan Koperasi dan Kelompok Tani Desa Ciburuy 5.3.1 Kelembagaan Koperasi Koperasi merupakan lembaga sosial ekonomi yang berbadan hukum. Koperasi merupakan soko guru perekonomian masyarakat Indonesia. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT Lisung Kiwari) merupakan salah satu bentuk lembaga sosial ekonomi yang hadir di tengah-tengah komunitas petani padi sawah di Desa Ciburuy. Lembaga ini berdiri dengan akta pendirian koperasi Nomor 518/03/BH/KPTS/Kankop/2005. Berkembangnya KKT Lisung Kiwari ini tidak terlepas dari peranan Bapak H. Jaka selaku tokoh masyarakat, Bapak Edi selaku penyuluh pertanian Desa Ciburuy serta LPS DDR selaku pihak luar yang mendukung dalam pembentukan 41

KKT Lisung Kiwari ini. Awal pembentukan KKT Lisung Kiwari adalah pada tahun 2004, dengan jabatan ketua dipegang oleh Bapak Hari Koswara yang merupakan putra dari Bapak H. Jaka. Dalam posisinya sebagai anak dari tokoh masyarakat, Bapak Hari Koswara mampu menunjukkan kualitas dirinya dalam mengelola KKT Lisung Kiwari baik dalam hal pengelolaan keuangan maupun pengembangan jejaring kerjasama kemitraan. Bahkan dalam mengelola koperasi Bapak Hari Koswara menerapkan sistem komputerisasi dalam mekanisme penjualan dan pembelian barang di KKT Lisung Kiwari. KKT Lisung Kiwari sangat berperan dalam sistem pertanian padi sehat Desa Ciburuy baik dalam sistem produksi maupun sistem pemasaran/distribusi. KKT Lisung Kiwari menyediakan segala macam input pertanian mulai dari sarana produksi, penyediaan sewa lahan hingga alat-alat yang digunakan untuk kepentingan produksi. Selain sebagai penyedia input pertanian, KKT juga sebagai lembaga penyedia pinjaman modal yang menyediakan fasilitas peminjaman uang tunai untuk modal biaya garap. Pada sistem pemasaran/distribusi KKT Lisung Kiwari berperan sebagai perantara antara komunitas petani dengan LPS DDR dan beberapa mitra yang lain dalam hal pemasaran padi sehat yang diproduksi oleh para petani sekitar. Dalam hal sarana produksi, komunitas petani setempat dapat memenuhi kebutuhan input seperti pupuk secara mandiri, mengingat padi yang diusahakan adalah padi sehat sehingga petani dapat memenuhi kebutuhan sarana produksinya sendiri. Walaupun demikian penggunaan pupuk kimia masih digunakan dengan dosis yang minimal. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk kimia KKT Lisung Kiwari menyediakannya. Petani dapat membeli secara langsung atau meminjam dahulu ke KKT Lisung Kiwari dan dibayarkan pada saat panen. Penggunaan pestisida kimia sudah tidak dianjurkan lagi sehingga KKT Lisung Kiwari menyediakan pestisida nabati dengan merk PASTI yang merupakan pestisida nabati keluaran LPS DDR. Sistem pembeliannya sama dengan pembelian pupuk. Selain pupuk dan pestisida dalam hal penyediaan sarana produksi KKT Lisung Kiwari juga menjual benih-benih padi seperti varietas ciherang, bondoyudo, IR 64, hibrida, rojolele, conde, pandan wangi dan cibogo. Koperasi memperoleh benih-benih padi tersebut dari toko saprodi di Cigombong. Dengan 42

membeli di Koperasi petani tidak membutuhkan biaya transportasi, dapat meminjam dahulu dan keuntungan dari koperasi akan dibagikan kepada petani anggota dalam bentuk sisa hasil usaha (SHU). Dalam hal penyediaan sewa lahan, KKT Lisung Kiwari juga menyediakan sewa lahan. Dalam penyediaan sewa lahan, KKT Lisung Kiwari bekerjasama dengan pemilik lahan di Desa Ciburuy. Input lain yang juga penting adalah alatalat untuk produksi pertanian, salah satunya adalah alat untuk pembajakan. Untuk kebutuhan ini KKT Lisung Kiwari menyediakan jasa peminjaman traktor ataupun kerbau. Jasa peminjaman traktor adalah Rp 50.000,00 dan biaya jasa peminjaman kerbau adalah Rp 60.000,00. Dalam hal peminjaman modal, petani padi sehat di Desa Ciburuy dapat dengan mudah mendapatkan pinjaman biaya garap dari KKT Lisung Kiwari. Proses pemberian pinjaman dilakukan dengan mudah dan cepat. Hanya diperlukan rekomendasi dari ketua kelompok tani untuk mendapatkan pinjaman, sehingga jika terjadi keterlambatan pembayaran ketua kelompoklah yang akan menjamin anggotanya. Kedisiplinan petani dalam melakukan pembayaran menjadi indikator petani untuk mendapatkan pinjaman selanjutnya. Sistem pembayarannya dilakukan setelah panen. Sistem pemasaran atau distribusi beras SAE merupakan salah satu kegiatan KKT Lisung Kiwari. Dalam distribusi beras SAE KKT Lisung Kiwari bekerjasama dengan beberapa lembaga seperti LPS-DDR, Koperasi PMI Bogor, Koperasi Oryza Sativa, Pensiunan Unilever, Agro Pest Indoraya, Koperasi STPP Cinagara Bogor. Kerjasama yang dijalin didukung dengan adanya kontrak atau kesepakatan pemesanan beras SAE secara rutin. Salah satu contohnya adalah dengan pihak LPS-DDR yang memasarkan paling besar beras SAE dikarenakan adanya keterikatan modal dan peran LPS-DDR yang mendukung pertanian padi sehat di Desa Ciburuy. Kerjasama distribusi dengan LPS-DDR tertuang dalam bentuk MoU. 5.3.2 Kelembagaan Kelompok Tani Pembentukan kelompok tani di Desa Ciburuy sejak tahun 1978 dipelopori oleh Bapak H. Jaka. Pada tahun 2002 kelompok tani di Desa Ciburuy sudah mulai terbina. Pada tahun 2002 terdapat 6 kelompok tani yang akhirnya membentuk 43

suatu gapoktan, yaitu Gapoktan Silih Asih yang diketuai oleh Bapak H. Ahmad Zakaria atau yang biasa dipanggil Bapak H. Jaka. Pada tahun 2002 seiring dengan terbentuknya Gapoktan Silih Asih, petani yang tergabung di dalamnya bekerjasama dengan Lembaga Pertanian Sehat Dompet Duafa Republika mulai megusahakan padi sehat, yaitu usahatani padi yang mengarah ke pertanian organik, yang dalam teknologi budidayanya mengurangi penggunaan pupuk kimia dalam produksi tetapi penggunaan pestisida kimia digantikan dengan pestisida nabati. Adanya kerjasama antara kedua pihak ini untuk mendefinisikan pentingnya membudidayakan padi sehat dan pentingnya jaminan pasar serta jaminan ketersediaan produk dalam menunjang pertanian padi sehat. Dalam hal ini dirumuskanlah SOP produksi hingga pasca panen, mekanisme distribusi hingga sistem pembayaran. Selain hubungan dengan pihak luar, hubungan antara petani pun dalam konteks internal terjalin dengan baik. Para petani anggota gapoktan pun mengaku banyak informasi dan pengalaman yang dapat dibagi antar petani dalam penerapan sistem produksi. Selain itu, dengan adanya kelompok tani dapat mempermudah petani untuk mendapatkan segala kebutuhan mereka dalam kegiatan budidaya hingga distribusi padi sehat. Hal ini menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi petani untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan kelompok tani yang tidak hanya terdiri dari kelompok tani pangan saja. Namun kelompok ini juga terdiri dari kelompok-kelompok yang mengusahakan pertanian secara luas. Terdapat 11 kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih, enam kelompok merupakan kelompok yang bergerak di bidang tanaman pangan (Silih Asih I, Silih Asih II, Lisung Kiwari, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tubas Inti), kelompok perikanan (Silih Asih Fish Farm), kelompok wanita tani (Montekar), kelompok pemuda tani (Taruna Tani Silih Asih), kelompok kebun dan kelompok ternak (Saluyu, Bibilintik). Dalam menjalankan Gapoktan, Bapak H. Jaka menerapkan fungsi manajer pengendali mutu. Ketua kelompok tani diberi tanggungjawab sebagai manajer 44

pengendali mutu. Setiap minggunya ada pertemuan rutin untuk evaluasi mengenai perkembangan terkait kondisi anggota dan penerapan budidaya padi sehat. Kegiatan seperti ini difasilitasi oleh ketua gapoktan. Sumber pendanaan untuk kegiatan ini disisihkan dari kas gapoktan. Untuk setiap pertemuan ada dana untuk uang pengganti transportasi kepada para ketua kelompok sebesar Rp 50.000,00 setiap bulannya serta memfasilitasi perlengkapan kegiatan seperti buku, alat tulis, buku panduan, buku kendali budidaya padi sehat, SOP. Setiap minggunya ketua akan melaporkan hal-hal sebagai berikut: (1) luas garapan total pada masing-masing blok tanam; (2) luas lahan yang ditanami padi sehat; (3) jenis varietas padi yang sedang ditanam; (4) tanggal sebar benih; (5) tanggal tanam bibit padi; (6) kebutuhan sarana produksi; (7) catatan hasil panen dan pemasaran. Selain ada kegiatan pertemuan rutin, ada beberapa kegiatan yang dilakukan seperti adanya pelatihan-pelatihan pupuk atau kunjungan ke instansi-instansi yang berhubungan dengan pertanian padi sehat. 5.4 Karakteristik Responden 5.4.1 Umur Umur petani berpengaruh pada pola pikir dan kemampuan fisik dalam bekerja. Umumnya petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih tinggi dan pola pikir yang lebih dinamis dibandingkan petani yang lebih tua. Berdasarkan Tabel 8, kelompok umur petani mitra yang tertinggi yaitu antara umur 40 49 tahun sebesar 38 persen, disusul oleh kelompok umur 30 39 tahun sebesar 24 persen, dengan demikian, petani mitra didominasi oleh petani yang relatif berumur produktif. Tabel 8. Distribusi Kelompok Umur Petani Responden Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang) Presentase (%) 29 1 2 30-39 12 24 40-49 19 38 50-59 10 20 60 8 16 Total 50 100 45

5.4.2 Lama Berusahatani Responden Petani dengan lama berusahatani, khususnya komoditi padi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung petani dalam mengelola usahatani secara lebih tepat. Dengan demikian biaya produksi, risiko dan ketidakpastian dalam usahatani dapat dikurangi dan perolehan produksi dapat ditingkatkan. Berdasarkan Tabel 9, presentase lama berusahatani padi petani mitra yang tertinggi adalah 20 tahun yaitu sebesar 78 persen. Hal ini disebabkan oleh latar belakang petani yang juga merupakan petani sebelum mengikuti kemitraan, umumnya mereka adalah petani padi sawah konvensional (belum padi sehat) dan mulai bertani sejak masih anak-anak di daerahnya. Namun terdapat pula petani yang memulai usahatani padi setelah mengikuti program kemitraan sebesar 6 persen, dengan demikian pengalaman yang diperoleh relatif sedikit daripada petani yang latar belakang usahataninya sejak dari anak-anak. Tabel 9. Lama Berusahatani Padi Petani Responden Pengalaman (tahun) Jumlah (orang) Presentase (%) 9 3 6 10 19 8 16 20 39 78 Total 50 100 5.4.3 Luas Lahan Garapan Petani Responden Lahan yang digarap oleh petani responden berupa lahan sewa. Luas lahan yang digarap oleh petani mitra rata-rata adalah 2.500 m². Hal ini sesuai dengan perjanjian kemitraan antara petani dengan LPS-DDR, dimana pada awal kemitraan LPS-DDR menyewakan tanah seluas 2.500 m² kepada petani mitra selama 2 musim, selanjutnya lahan tersebut dapat disewa kembali oleh petani mitra dengan syarat 60 persen hasil panen ditabungkan ke koperasi untuk sewa lahan, sarana produksi dan biaya garap musim selanjutnya. Namun pada pelaksanaannya tidak semua petani mitra mendapatkan luasan tanah yang sama karena petakan sawah yang ada ukuranya tidak sama. Selain lahan tersebut, masih ada beberapa petani mitra yang menggarap lahan milik orang lain dengan sistem 46

maro 3, bahkan beberapa juga tidak hanya menanami lahannya dengan padi saja, melainkan dengan komoditi lain seperti palawija, sayuran dan cabai pada lahan yang mereka garap. Hal inilah yang menyebabkan luas lahan garapan setiap petani berbeda. Tabel 10, memperlihatkan distribusi luas lahan yang digarap oleh petani mitra. Tabel 10. Luas Lahan Garapan Responden Luas Lahan Garapan (m²) Jumlah (orang) Presentase (%) < 2.500 11 22 2.500 13 26 3.000 13 26 >3.000 13 26 Total 50 100 5.4.4 Pekerjaan di Luar Usahatani Padi Petani Responden Untuk memenuhi kebutuhannya, petani tidak hanya mengandalkan dari usahatani padi saja. Dengan adanya pekerjaan di luar usahatani padi, maka petani mempunyai tambahan pendapatan. Beberapa dari petani responden mempunyai pekerjaan lain di luar usahatani padi. Berdasarkan Tabel 11, terdapat 80 persen petani responden memiliki pekerjaan di luar usahatani padi. Petani responden tersebut banyak yang mengusahakan ternak, berdagang, menjadi karyawan serta menjadi buruh tani, sedangkan 20 persen dari petani responden hanya mengusahakan padi saja dan tidak mempunyai pekerjaan lain di luar usahatani padi. 3 Sistem bagi hasil antara petani penggarap dan pemilik lahan dimana petani mendapatkan 50% hasil panen dan pemilik mendapatkan 50% hasil panen juga, tetapi biaya penggarapan ditanggung oleh petani penggarap. 47

Tabel 11. Pekerjaan di Luar Usahatani Padi Pekerjaan Jumlah (orang) Presentase (%) Usahatani sayuran 5 10 Perikanan 3 6 Peternakan 7 14 Dagang 7 14 Buruh tani 7 14 Karyawan 7 14 Penjahit 1 2 Petugas jaga malam 1 2 Pengrajin bamboo 1 2 Kuli bangunan 1 2 Tidak ada 10 20 Total 50 100 5.4.5 Alasan Mengikuti Kemitraan Petani responden mengikuti kemitraan, pada awalnya merupakan anjuran dari kelompok tani. Ketua kelompok merekomendasikan petani-petani anggota yang sesuai dengan persyaratan yang diberlakukan dalam kegiatan kemitraan tersebut. Namun keputusan untuk ikut dalam kemitraan atau tidak diberikan sepenuhnya kepada individu petani. Mayoritas petani responden mengaku bahwa alasan ikut dalam kegiatan kemitraan adalah ingin mendapatkan bantuan modal. Hal ini dikarenakan keterbatasan petani dalam mengakses modal usaha terutama biaya garap, lahan, serta sarana produksi. Dengan adanya kemitraan mereka berharap mendapatkan bantuan modal untuk melakukan usahatani. Selain bantuan modal, dengan adanya kemitraan petani ingin mendapatkan untung yang lebih serta jaminan pasar, karena dengan kegiatan kemitraan yang berlangsung, hasil panen petani dibeli oleh LPS-DDR melalui koperasi dengan harga lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Alasan lain petani responden mengikuti kegiatan kemitraan adalah mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan bertani karena dengan adanya kemitraan petani akan mendapatkan pelatihan dan beberapa penyuluhan, yang sekiranya dapat menambah pengetahuan petani dalam hal bertani. 48