JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol 2, No. 1, (2013) ( X Print)

dokumen-dokumen yang mirip
Desain Interior Restoran Seafood Layar Bukit Mas dengan Konsep Modern Country di Surabaya

Desain Interior Restoran pada Rest Area di Kabupaten Probolinggo Berkonsep Jawa Rustik dengan Sentuhan Ikon Khas Probolinggo

Desain Interior Galeri Handicraft Lombok dengan Fasilitas Pelatihan yang Berlanggam Budaya Lombok

Desain Interior Restoran 1914 Surabaya dengan konsep Kolonial Luxury

`Desain Interior Galeri Rumah Batik dengan Konsep Jawa Timur Kontemporer sebagai Sarana Workshop dan Edukasi

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

Desain Interior Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dengan Langgam Modern Bali

Desain Interior Hotel Alila dengan Langgam Modern Luxury Nuansa Budaya Jawa

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB IV ANALISA PROYEK. 4.1 Peranan Praktikan dalam Proyek Rumah Beryl. 1. Membantu membenahi layout yang diberikan owner kepada perusahaan.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-87

KONSEP TUGAS AKHIR REDESAIN RESTORAN ITALIA PRONTO DENGAN KONSEP ITALIA KONTEMPORER

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

hunian lama, BERNYAWA BARU Fotografer Lindung Soemarhadi

Desain Interior Kafe di Surabaya Berkonsep Mediteranian Post Modern Dengan Sentuhan Italian Outdoor

Redesain Rumah Makan Warung Apung Rahmawati dengan Konsep Jawa Modern

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

OLAHAN DINDING. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn

Putih Abu Hitam Coklat

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB IV ANALISA PROYEK. Peranan Praktikan dalam mengerjakan proyek ini adalah sebagai junior designer 2

PERANCANGAN RUANG DALAM

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

Desain Interior Rumah Cupcakes & BBQ dengan Konsep Open Kitchen bernuansa Modern Chic

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Desain Interior Showroom Mazda dengan Visualisasi Image Zoom-zoom

BAB 3. Metode Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious

KATA PENGANTAR. Surabaya, 7 juli Penulis

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN DESAIN

BAB III STUDI LAPANGAN. Syariah Hotel Lor In Solo adalah sebuah Hotel syariah berbintang 4

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

Desain Interior Restoran Dengan Perpaduan Karakter Oriental dan Nuansa Modern

KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-133

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

Desain Interior Cafe Maggie Pancake Surabaya dengan Langgam Shabby Chic

Dramatic Lighting. Pencahayaan menjadi kekuatan desain pada apartemen yang terinspirasi dari gaya Jepang ini.

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

Architecture. Home Diary #007 / 2014

BAB III KAJIAN LAPANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANCANGAN INTERIOR QUEEN GRAPHIC HOUSE PADANG PANJANG SUMATERA BARAT. Amry Diza jade. Abstrak

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-330

PERANCANGAN INTERIOR PUSAT KEBUDAYAAN YOGYAKARTA INTERIOR DESIGN OF YOGYAKARTA CULTURAL CENTER

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

BAB III KAJIAN LAPANGAN

BAB V PENUTUP. masyarakat. Perancangan interior bertema Fragment of Spirit dengan gaya

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

Jenis Etalase Toko Menurut Sistem Penataan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN. Gambar 6.1 Area Lobby. Desain Interior Surabaya Art Space sebagai Ajang Kreativitas dan Apresiasi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi


DESKRIPSI KARYA PATRIA PARK APARTMENT NYOMAN DEWI PEBRYANI S.T.,M.A NIP NIDN

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

Konsep Desain Interior Sea World Indonesia

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

Tkeluarga dan non. Sakhir pekan bersama anak-anaknya. ST UDI ANALISA BAB 3. Keluarga. Konsumen. Non-Keluarga. Target Desain

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta

Studi Antropometri TEMPAT DUDUK HAIR TREATMENT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik

PERANCANGAN INTERIOR PERPUSTAKAAN TAMAN KANAK - KANAK SEKOLAH INTERNASIONAL BINA NUSANTARA SERPONG KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

Re-Desain Interior Showroom Toyota Auto2000 Dengan Langgam Futuristik Family

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai denah khusus dengan tujuan pendalaman lebih pada kedua bidang

BAB III STUDI LAPANGAN

Desain Interior Little Bee Baby Spa di Surabaya dengan TEMA Lebah

Desain Interior Hotel Resort Papuma bertema Postmodern budaya Jawa dengan nuansa Tropis

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

BAB III KAJIAN LAPANGAN

PENERAPAN SENI TRADISIONAL JAWA PADA LOBI HOTEL

DESAIN RUANG PERPUSTAKAAN Oleh : Wanda Listiani, S.Sos 1 dan Novalinda, ST 2

Re-Desain Interior Perpustakaan Pusat ITS Lantai 5 dengan Konsep Modern Minimalis BAB V KESIMPULAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

House Of Sampoerna. Nama Objek : Museum House Of Sampoerna. Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya. Kepemilikan : Sampoerna

BAB IV KONSEP STYLE DESAIN INTERIOR

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman

METODE DESAIN. 3.1 Metode Pengumpulan Data

Transkripsi:

Desain Interior Toko Mirota Batik Surabaya Dengan konsep Galeri Bernuansa Modern Etnik Irwana Zulfia 3409100077 Ir. Susy Budi Astuti, MT Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: susi@prodes.its.ac.id Abstrak Indonesia merupakan negeri kepulauan yang memiliki 13.487 pulau besar dan kecil yang menyebar di sekitar khatulistiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan kebudayaan dari propinsi masingmasing. Disamping banyaknya budaya, berbagai produk kerajinan tangan yang bermutu juga dipandang di mata dunia. Dewasa ini, industri kerajinan tangan banyak bermunculan di Indonesia terutama di kota-kota besar. Toko Mirota Batik merupakan salah satu toko kerajinan tangan dan batik yang diminati oleh masyarakat Surabaya. Lingkup produk meliputi aksesoris berbahan batu-batuan, furnishing antik dari ukuran kecil hingga besar dan kain batik. Dengan nuansa modern etnik yang diusung, diharapkan akan memberi suasana baru dan hal tersebut dapat meningkatkan presentasi penjualan produk. Metode desain meliputi pengumpulan data lewat pengamatan lapangan dan wawancara langsung kepada pihak yang bersangkutan. Metode pengumpulan data dilanjutkan dengan melakukan analisa terhadap elemen-elemen pembentuk ruang interiornya, sehingga didapatkan sebuah konsep. Konsep baru yang dihadirkan pada Toko Mirota Batik Surabaya adalah galeri dengan tata letak produk dan alur sirkulasi yang lebih tertata dan diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan para pengunjung selain itu, semakin dikenal oleh masyarakat wilayah Surabaya. interior gedung, toko Mirota Batik terlihat menggunakan nuansa etnik di beberapa area. Namun dikarenakan terlalu banyak produk yang dijual dan luas area yang tidak mencukupi, sehingga toko mirota dirasa perlu diredesain. Dengan tema yang diangkat untuk interior toko Mirota Batik Surabaya, diharapkan dapat mendukung kenyamanan para penggunanya dengan menggunakan konsep galeri yang tidak hanya memberikan fungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan, tetapi juga dapat digunakan sebagai area pameran benda-benda kerajinan tangan dengan mengangkat nuansa modern etnik. II. METODOLOGI DESAIN 1 Kata Kunci Toko Mirota Batik, Galeri, Modern, Etnik I. PENDAHULUAN Surabaya adalah kota kedua terbesar di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk metropolisnya mencapai 3 juta jiwa, Surabaya juga merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Maka dari itu, pebisnis UKM kerajinan tangan mencoba melebarkan usahanya ke kota ini, misalnya galeri kartini yang terletak di Jembatan Merah Plaza, lalu toko Batik Danar Hadi yang terletak di jalan Dipenogoro, serta salah satu toko terbesar penjual produk kerajinan tangan dan kain batik khas Indonesia, toko Mirota Batik. Toko Mirota Batik berdiri pada tahun 1980 dengan pemilik gerai Hamzah Hendro Sutikno. Berawal dari usaha orangtua beliau yaitu Minuman dan Roti Tawar yang disingkat Mirota yang memiliki lokasi pusat di Yogyakarta. Beliau mengembangkan usaha tersebut menjadi toko batik dengan konsep tempat wisata belanja kerajinan dan batik yang representatif. Selain bisa menampung lebih banyak barang kerajinan, juga menawarkan berbagai fasilitas yang nyaman bagi pengunjung. Salah satu cabang Toko Mirota berada di propinsi Jawa timur dengan lokasi Jalan Sulawesi 24 Surabaya 60246. Toko Mirota Batik terdiri dari 4 lantai. Pada interior tersebut memiliki beberapa kekurangan. Salah satu kekurangan yang paling mencolok adalah sirkulasi ruangan, sehingga jika sedang ramai dikunjungi oleh para pembeli maka area akan terasa sempit dan hal ini akan menjadi kurang aman untuk produk di sekitar mereka. Mengenai Data Primer Data primer merupakan sejumlah data yang didapat langsung dari lapangan melalui pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan objek tersebut. a. Pengambilan gambar atau foto beberapa interior Toko Mirota Batik sebagai media referensi dan galeri Sapu Lidi sebagai studi banding. Dengan mengambil gambar secara langsung, maka dapat mempermudah proses penelitian. b. Wawancara langsung pada pihak Toko Mirota yang bertanggung jawab akan gedung tersebut untuk mengetahui masalah pada interior serta mengetahui kebutuhan dari pihak Toko Mirota itu sendiri. c. Dengan metode kuisioner. Yaitu metode wawancara terhadap para pengunjung tetap Toko Mirota Batik untuk mengetahui

2 apa yang diinginkan koresponden terhadap sirkulasi, zoning serta nuansa interior toko. III. KONSEP DESAIN Data Sekunder Data sekunder merupakan sejumlah data yang diperoleh secara tidak langsung dari lapangan maupun pihak yang berkaitan langsung dengan objek melalui studi pustaka, majalah, internet dan media lainnya. Dengan melakukan pengumpulan data baik melalui data sekunder ataupun primer guna untuk mendukung perolehan informasi pada Toko Mirota Batik Surabaya dengan membandingkan beberapa data yang sudah diperoleh, sehingga dapat menghasilkan beberapa kesimpulan yang dapat menunjang dan melengkapi kekurangan serta permasalahan yang ada sebelumnya. Dari kesimpulan tersebut akan menghasilkan ide rancangan yang tepat bagi Toko Mirota Batik Surabaya. Kajian Tentang Nuansa Modern Penggunaan warna monochrom seperi warna hitam, abu-abu dan putih. Memiliki sifat desain yaitu efisien, bersih dan artistik. Furnitur berbentuk geometris. Furnitur terkesan ringan, elegan dan artistik dikarenakan banyak menggunakan unsur kaca, besi dan multiplek. Ruangan tidak terasa gelap dan sesak dikarenakan banyak menggunakan jendela kaca di sebagian besar ruangan. Desain terkesan statis karena mengutamakan kenyaman si pengguna. Metode Penelitian Objek yang diteliti yaitu sebuah toko yang dimana merupakan sebuah area public (public space) untuk menarik konsumen. Mengingat banyaknya produk kerajinan tangan yang ditawarkan, maka tata interior harus terlihat menarik yang menyesuaikan kebutuhan dan kenyamanan ruang dari sebuah toko yang menggunakan konsep galeri. Metode Tahap Analisa Data Analisa data yang diambil tergantung dari beberapa variabel yang akan dianalisis seperti : - Pada variabel pertama dan kedua saling berkaitan dimana mengenai tata ruang atau sirkulasi. Sirkulasi ini akan mempengaruhi peletakan furnitur serta zooning area pada sebuah ruang interior toko. Metode yang digunakan berupa pengolahan data melalui penyebaran kuisioner agar dapat diketahui mengapa kedua variabel ini perlu dianalisa. Selain itu analisa juga didapat dari metode sekunder yangdiharapkan dapat menjawab solusi dari variabel tersebut. - Pada variabel ketiga yaitu mengenai nuansa yang akan digunakan pada interior toko. Metode yang digunakan berdasarkan data kuisioner yang telah disebarkan kepada pengunjung. Dari data tersebut maka akan diambil dari presentase terbesar. Gambar 4.1 Penggunaan Warna Modern Kajian Tentang Nuansa Etnik Penggunaan warna tanah, seperti warna coklat, abu-abu, krem, coklat kekuningan. Terdapat unsur anyaman atau ukiran di sudut-sudut furniture contohnya bingkai cermin, ventilasi jendela, pegangan kursi. Furnitur interior terkesan berat dikarenakan material banyak menggunakan kayu jati Banyak menggunakan unsur alam sebagai pengisi interior. Misalnya batu alam, dedaunan, alang-alang. Lighting menggunakan warna putih atau kuning lembut untuk menyeimbangkan furniture kayu jati untuk mengurangi rasa sesak dalam ruang. Gambar 4.2 Penggunaan Warna Etnik Konsep Desain Konsep desain yang digunakan ialah galeri dengan nuansa modern etnik, yaitu modern yang memodifikasi dari beberapa desain etnik yang mengikuti kriteria desain. Selain menentukan nuansa, perlu diperhatikan ergonomic dan sirkulasi ruangan yang menyesuaikan konsep awalnya yang mengutamakan kenyamanan dari pengunjung. Selain itu, perlu diperhatikan tata cahaya interior untuk menonjolkan keindahan dari produk tersebut.

3 Hubungan antar Ruang Konsep ruang berdasarkan kebutuhan fasilitas dan hubungan antar ruang yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Namun fokus rancangan terletak pada area pamer dan fasilitas pendukungnya. Kebutuhan Ruang Pembagian Area Berdasarkan Penjualan Produk Pembagian area pada galeri ini berdasarkan pada tingkat penjualan produk Toko Mirota Batik. Berdasarkan data yang diperoleh pengunjung domestik berjumlah 60% dengan produk favorit kain batik serta aksesoris berwarna-warni dan pengunjung turis berjumlah 40% dengan produk favorit furnishing antik. Oleh karena itu, agar area pamer tidak terasa penuh dan sesak pada area-area tertentu maka untuk lantai 1 difokuskan pada produk-produk kecil dan kain yang disukai oleh para pengunjung domestik. Untuk lantai 2 difokuskan pada produk besar dan mudah pecah untuk para pengunjung turis. Gambar 4.12 Blocking Area Berdasarkan Aktivitas Pengunjung Alur Sirkulasi Entrance I Sirkulasi pengunjung dimulai dari pintu masuk kemudian sirkulasi bercabang menjadi tiga yaitu sirkulasi menuju area pakaian, area aksesoris, atau dapat langsung menuju ke area aksesoris besar. Dari cabang tersebut, sirkulasi berakhir pada area kain batik. Selain itu, apabila pengunjung ingin mengakses area privat, area tersebut terletak di sebelah tangga. Sirkulasi lantai 2 dimulai dari area lampu dan lukisan kemudian sirkulasi bercabang menjadi tiga yaitu sirkulasi menuju cafetaria, antique furnishing area serta furnishing area. Gambar 4.11 Blocking Area Berdasarkan Penjualan Produk Pembagian Area Berdasarkan Aktivitas Pengunjung Pembagian ruang kedua pada gedung ialah pembagian ruang berdasarkan kebutuhan pengguna gedung, yaitu publik dan privat.dengan adanya lift pada bagian kanan gedung, maka produk ukuran besar yang datang akan diturunkan dari bagian pintu masuk dan dapat langsung menuju lift untuk diletakkan di lantai 2. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada bagian belakang sampai kanan gedung digunakan sebagai area privat karyawan dan bagian depan sampai kiri gedung digunakan sebagai area publik pengunjung. Entrance II Sirkulasi pengunjung juga dapat dimulai dari Entrance II yang terletak di sebelah kiri gedung. Dari Entrance II, sirkulasi berawal dari area furnishing selanjutnya area kain dan diakhiri pada area batik, dan apabila pengunjung ingin melihat produk pada lantai 2, maka dapat mengakses melalui tangga. Entrance III Sirkulasi staff dimulai dari Entrance III kemudian sirkulasi bercabang menjadi 2, yaitu menuju ke tempat penyimpan produk dan ke area publik. Pada lantai 2, terjadi persinggungan antara sirkulasi pengunjung dengan sirkulasi staff dikarenakan area pantry jauh dari area staff.

4 Bentuk Plafon Bentuk plafon berbeda-beda pada tiap area, Untuk area pada bagian depan gedung menggunakan berbagai macam bentuk, misalnya pada area pernak-pernik dan pakaian yang menggunakan bentuk lingkaran dengan berbagai macam ukuran dan tinggi plafon. Untuk area furnishing, menggunakan plafon motif daun batik dengan teknik cutting, serta bagian atas plafon yang diekspos terdapat lukisan batik yang dipajang. Aktivitas dan Nuansa Gambar 4.13 Alur Sirkulasi Pengguna Gedung IV. FINAL DESAIN Berikut adalah nuansa dari konsep galeri dengan nuansa modern etnik yang diusung berdasarkan aktifitas pada area tersebut. Sebagian besar area mengutamakan nuansa modern pada interiornya. Hanya pada area furnishing yang menggunakan plafon cutting laser tembaga motif batik dengan bagian belakangnya menggunakan lukisan motif batik. Khusus furniture, galeri toko mirota menggunakan produkproduk penjualan yang sebagian besar menggunakan tema etnik. Pada galeri, hal yang termasuk harus diperhatikan adalah pencahayaan. Dengan pencahayaan yang baik, interior sekaligus produk yang dipajang akan terlihat lebih indah. Oleh karena itu, pada galeri toko mirota ini digunakan berbagai macam teknik pencahayaan yaitu sidelight, backlight, uplight dan downlight. Tetapi, dikarenakan produk-produk toko mirota dapat disentuh secara berkala, maka tidak ada penggunaan spotlight pada gedung. Material Interior Yang Digunakan Bahan Plafon Bahan plafon menggunakan plafon drop ceiling gypsum Jayaboard. Sehingga desain plafon dapat menggunakan tinggi yang berbeda-beda untuk menampilkan kesan dramatis pada ruangan. Untuk lantai 2, beberapa area digunakan plafon berbahan tembaga dengan finishing warna emas. Gambar 5.2 Contoh Bentuk Plafon Bahan Dinding Pada bagian dinding partisi yang berfungsi sebagai sekat, menggunakan material gypsum board yang memiliki bentuk yang padat dan kering sehingga sangat memudahkan proses pemasangan atau konstruksi. Namun untuk konstruksi utama pada gedung, material tetap menggunakan dinding bata biasa sebagai pembatas ruang. Gambar 5.1 Contoh Bahan Dinding Bentuk Dinding Bentukan dinding menggunakan finishing cat resin yang menonjolkan motif abstrak dengan efek glossy. Sesuai dengan konsep awal yang mengutamakan tema modern agar ruangan tidak terasa sesak. Gambar 5.3 Contoh Bentuk Dinding Gambar 5.1 Contoh Bahan Plafon Bahan Furniture Furnitur digunakan sebagai sarana pajang bagi produk-produk toko Mirota. Adapaun beberapa difungsikan sebagai fasilitas para pengunjung. Adapun dengan tema awal yaitu modern dan etnik maka banyak menggunakan kayu jati serta untuk tema modern, beberapa produk diletakkan pada lemari tanam yang berbahan gypsum board.

5 Gambar 5. 4 Contoh Bahan Furniture Bahan Lantai Bahan lantai yang digunakan pada sebagian besar area gedung menggunakan material ekspose dengan finishing cat berbahan resin yang menyerupai semen yang dapat dibentuk sesuai keinginan perancang dan diberi efek glossy agar terlihat lebih indah. Gambar 5.8 Contoh Jenis Cahaya Final Desain Gambar 5.5 Contoh Bahan Lantai Bentuk Lantai Pada area produk gantung, terdapat glass floor yang bertujuan mengekspos produk-produk karya lukisan. Desain lantai pun diberi penambahan ketinggian sebesar 10 cm agar lukisan dapat ditanam tanpa mengganggu konstruksi gedung. Area Aksesoris Untuk area pernak-pernik, tema yang diutamakan ialah nuansa modern. Oleh karena itu banyak desain simpel namun tetap dinamis. Namun, nuansa etnik juga bisa didapatkan dari beberapa hal misalnya bagi pengunjung yang menyukai kalung panjang berwarnawarni, disediakan dinding dengan finishing cat resin warna abu-abu dan diberi efek motif batik. Disela-sela lukisan motif tersebut terdapat kaca cembung yang dapat melihat langsung kearah etalase yang didesain layaknya hutan tropis. Gambar 5.9 Final Desain Furniture Area Aksesoris Gambar 5.6 Contoh Bahan Lantai Letak Cahaya Letak titik lampu menyesuaikan konsep dramatis untuk memperindah produk-produk yang dipajang. Oleh karena itu, titik lampu diletakkan pada berbagai tempat, yaitu : plafon, bagian sela-sela drop ceilling, bagian belakang lemari, serta ditanam di lantai. Area Furnishing Untuk area furnishing pada interior sekelilingnya menggunakan nuansa etnik sebagai tema utama hal ini dapat dilihat dari plafon cutting laser tembaga dengan lukisan batik yang berada di belakang plafon tembaga tersebut serta furniture dengan ukiran dan berbahan kayu jati yang merupakan produk toko mirota yang digunakan untuk membantu memajang produk lainnya, sebagai aksentuasi, nuansa modern diletakkan pada beberapa sudut yaitu penggunaan lemari tanam dengan bentuk kotak-kotak finishing cat warna abu-abu. Pada lemari tersebut terdapat laci yang diatur secara acak serta ada beberapa tempat kosong yang dapat digunakan untuk memajang patung berukuran kecil hingga sedang. Gambar 5.7 Contoh Tata Letak Cahaya Tata Arah dan Jenis Cahaya Pada gedung toko Mirota ini, total menggunakan cahaya buatan dikarenakan desain bangunan yang tertutup dan tidak terkena sinar matahari. Sebagian besar ruangan tidak menggunakan penerangan yang hanya bersifat menerangi, namun juga mampu memberi efekefek agar ruang terlihat lebih indah. Gambar 5.10 Nuansa Area Furnishing Lantai 2

6 Area Kafetaria Untuk area ini, seperti area furnishing, menggunakan tema etnik sebagai tema utama. Hal ini terlihat dari sofa berukuran besar untuk 2 orang dengan meja panjang yang menggunakan desain etnik yaitu penggunaan material kayu jati dan terdapat beberapa ukiran di beberapa tempat. limpahan karunia dan rahmatnya. Kedua orang tua yang telah memberikan nasihat dan dukungannya. Ibu Anggri Indraprasti S.Sn, M.Ds selaku dosen koordinator Tugas Akhir. Ibu Ir. Susy Budi Astuti, MT selaku dosen pembimbing Tugas Akhir. Teman teman seperjuangan Tugas Akhir angkatan 2009 Desain Interior ITS dan Toko Mirota Batik DAFTAR PUSTAKA Gambar 5.11 Nuansa Area Kafetaria Lantai 3 V. PENUTUP Kesimpulan Toko Mirota merupakan salah satu public space penjual produk kerajinan tangan terbesar di kota Surabaya. Oleh karena itu, desainer tertarik untuk mendesain interior toko Mirota dengan konsep baru yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung serta dapat semakin dikenali oleh masyarakat wilayah Surabaya dan sekitarnya. Pada konsep desain interior Toko Mirota Batik Surabaya dengan Konsep Galeri bernuansa Modern Etnik telah diperoleh data hasil analisa yang kemudian dapat disimpulkan sebagai berikut: a. desain toko Mirota Batik Surabaya dapat berguna bagi perkembangan pada toko Mirota selaku brand yang diusung. Dengan pengembangan pada fasilitas dan konsep yang belum ada sebelumnya diharapkan berdampak baik pada toko Mirota Batik dan masyarakat sekitarnya. b. desain toko Mirota Batik Surabaya dapat menjadi solusi yang diinginkan oleh para pengunjung. Dengan konsep galeri yang ditawarkan, diharapkan dapat meningkatkan presentasi penjualan produk pada toko tersebut. c. Pengaplikasian nuansa modern etnik yang diusung pada tugas akhir ini sesuai dengan identitas toko Mirota Batik. Yaitu toko yang menjual produk kerajinan tangan Indonesia. Suptandar, J. Pamudji, 1999, Disain Interior: Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Disain dan Arsitektur, Penerbit Djambatan, Jakarta. Panero, Julius, 1979, Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Penerbit Erlangga, Jakarta. Tangan Dingin. (2009). Desain Etnik Rumah [Online] Tersedia:http://bebibluu.blogspot.com/2009/03/desain-etnikrumah.html [1 Desember 2012] Piper, David, 1986, The Illustrated Library of Art, Portland House, New York. Doellah, H. Santosa, 2003, Batik: The Impact of Time and Environment, Solo. Ahira, Anne. (2004). Ragam Kerajinan Tangan Khas Indonesia [Online] Tersedia:http://www.anneahira.com/kerajinan-tangan-khasindonesia.htm [26 November 2012] D. Perreault, Jr, William, 2008, Pemasaran Dasar, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Hayslett, Jack J, 1995, Gambar dan Perencanaan Arsitektur, Penerbit Erlangga, Jakarta. Wilkening, Fritz, 1990, Tata Ruang, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Karlen Mark, 2007, Dasar-Dasar Desain Pencahayaan, Penerbit Erlangga, Jakarta Tersedia http://www.metropolis-ivas.com/en/resins Tersedia http://www.gobbetto.com/en/products/spatolato/ Saran Beberapa saran yang menjadi pertimbangan tugas akhir desain interior toko Mirota Batik Surabaya adalah sebagai berikut : a. Rancangan interior pada toko Mirota Batik Surabaya perlu dikaji kembali. Bahwa kebutuhan dan fasilitas perlu ditambahkan, seperti perencanaan sirkulasi, perluasan ruang dan lainnya. b. Penerapan nuansa modern etnik ke dalam interior bangunan perlu menyesuaikan dan memerhatikan kepadatan, serta aneka ragam produk yang dijual. Bahwa menghadirkan nuansa modern etnik pada interior yaitu pada pencahayaan, bentuk dan tekstur furniture, serta dinding pada ruangan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas