BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam bermasyarakat,

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa isyarat-isyarat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian seseorang, baik kepribadian tersebut adalah kepribadian yang baik

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari dan menggungkapkan suatu keinginannya. Menurut Chaer (2003: 4) bahasa adalah

Bab 2. Landasan Teori. dapat diartikan begitu saja. Inoue (1989 : 70) menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer 2003:296).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan salah satu alat

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

ANALISIS MAKNA KANYOUKU YANG MENGGUNAKAN KANJI KOSHI DALAM KODANSHA S DICTIONARY OF BASIC JAPANESE IDIOMS

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab dua ini penulis akan membagi menjadi beberapa sub bab sesuai dengan

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDIOM DAN MAKNA 気 `KI` Kata idiom berasal dari bahasa Yunani `idioma` yang artinya khusus atau khas.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

PERBANDINGAN KANYOUKU 目 ME DALAM BAHASA JEPANG DENGAN IDIOM MATA DALAM BAHASA INDONESIA

untuk menyampaikan maksud. Frase dalam bahasa Jepang disebut dengan 句 salah satu bentuk ungkapan dalam bahasa Jepang. Ungkapan dilihat dari segi

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan jenis huruf.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

BJ システムについて Mengenai BJ System

BAB I PENDAHULUAN. tentang makna. Makna, sebagai penghubung satu bahasa dengan bahasa lain di

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan salah satu unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

ANALISIS KONTRASTIF MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA INDONESIA YANG TERBENTUK DARI KATA ME (MATA) SKRIPSI OLEH DYAH RETNO WIGATI NIM

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicara. Kata-kata tersebut terkadang

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

WAKAMONO KOTOBA DALAM DRAMA MY BOSS MY HERO SKRIPSI OLEH AGENG GINANJAR SASMITO NIM

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu komponen yang digunakan antara satu manusia

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dari berbagai negara memiliki ciri universal dan ciri khusus.

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

ANALISIS KESALAHAN PERUBAHAN KEIYOUSHI PADA SISWA KELAS XII BAHASA SMAN 1 PAGAK - KABUPATEN MALANG SKRIPSI OLEH DWI AYU ARIASTUTI NIM

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

Bab 2. Landasan Teori

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan berkomunikasi. Mengenai komunikasi ini, Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi sehari hari, seringkali muncul pengutaraan kalimat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkomunikasi, dibutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang disepakati oleh masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Dikarenakan hal tersebut dapat dibuat batasan mengenai pengertian bahasa, bahwa Bahasa adalah alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain (Sutedi,2003:2). Selain itu, dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang ada disekitar manusia seperti peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupannya di masyarakat, kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Berbahasa atau menggunakan bahasa pada dasarnya adalah menggunakan makna. Oleh sebab itu, mempelajari bahasa termasuk didalamnya mempelajari makna-makna yang sudah disepakati oleh penutur bahasa itu dan mempelajari bagaimana menggabungkan setiap unsur bahasa yang memiliki makna menjadi suatu ungkapan bahasa yang baik dan benar. Seluk beluk bahasa dibahas dalam linguistik. Salah satu tataran linguistik yaitu semantik. Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna.

Semantik memegang peranan penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain hanya untuk menyampaikan suatu makna. Salah satu objek kajian semantik yaitu makna idiom. Idiom mempunyai peranan penting dalam komunikasi sehari-hari. Idiom hadir setiap saat manusia berkomunikasi antara satu dengan yang lain dalam kegiatan sehari-hari, baik lisan maupun tulisan. Abdul Chaer (1984:74) mengatakan bahwa idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Selain itu, Gorys Keraf (1985:109) menyatakan bahwa idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Harimurti Kridalaksana (1982:62) menyatakan bahwa idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Fatimah Djajasudarma (1993:16) menyatakan makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya. Sedangkan ahli linguistik Jepang, Takao Matsumura (2001: 221) dalam Kokugo Jiten menyatakan bahwa idiom adalah: 慣用句というのは二つ以上の単語を組み合わせ 人塊として一つの意味を表すもの Kanyoku to iu no wa futatsu ijo no tango o kumiawase, hito katamari toshite hitotsu no imi o arawasu mono.

Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk sebuah arti kelompok tersebut. Berikut salah satu contoh kalimat yang mengandung idiom ki dalam novel Watashi no Kyoto. Contohnya: a) だが二度目の京都から戻って この考えが間違っていたことに気が付いた 気 =Perasaan, 付いた=Melekat Perasaan Melekat = Menyadari, Tersadar b) バスに乗ったときからわたしはこの女性が気になっていたが 気 =Perasaan, なっていた=Menjadi Perasaan Menjadi = Menjadi Pikiran Momiyama Y (1996:29) menyatakan bahwa makna idiom adalah makna dari gabungan dua kata atau lebih yang sudah ditetapkan dan makna idiom yang dihasilkan tidak bisa dicerna dari makna leksikal maupun makna gramatikal gabungan kata pembentuk idiom. Kurashina Sayaka (2008:3) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang, idiom yang merujuk pada anggota badan ada banyak jumlahnya. Selain idiom yang merujuk pada anggota badan, ada juga idiom yang merujuk pada hewan, makanan dan lain sebagainya. Salah satunya idiom yang terbentuk dari kata perasaan 気 `ki`. Sebatas pengetahuan yang penulis ketahui bahwa, orang Jepang sangat menghormati perasaan lawan bicaranya dan terbiasa untuk mengungkapkan perasaannya atau emosinya secara ekspresif atau jelas. Namun, berbagai ciri yang disebutkan tidak mutlak selalu demikian karena sudah banyak terjadi perubahan di kalangan generasi muda Jepang yang bersikap lebih individualis dan ekspresif seperti budaya Barat. Menurut penulis, walaupun generasi muda Jepang saat ini lebih individualis dan ekspresif terhadap budaya Barat, hal itu tidaklah sepenuhnya benar. Sebab, sebatas hal yang penulis alami, para pemuda di Jepang tetap menghormati lawan

bicara dan sangat menjaga sekali etika mereka dalam berinteraksi dengan orang yang dihadapinya. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari budaya bangsa Jepang itu sendiri yang sangat menjaga perasaan orang lain saat berkomunikasi, sehingga dari budaya tersebut muncullah idiom dalam bahasa Jepang yang berkaitan dengan perasaan. Hal ini berbeda sekali dengan bahasa Indonesia, dimana dalam bahasa Indonesia idiom yang berkaitan dengan perasaan minim jumlahnya. Dengan kata lain, makna idiom dari suatu bahasa, disesuaikan dengan budaya si pemakai bahasa. Dengan melihat budaya bangsa Jepang yang sangat menghargai dan menjaga perasaan orang lain saat berkomunikasi, maka penulis merasa sangat tertarik untuk membahas makna idiom yang berhubungan dengan perasaan sebagai sesuatu yang abstrak yang dipergunakan dalam bahasa Jepang. 1.2 Perumusan Masalah Masalah idiom khususnya dalam bahasa Jepang sampai saat ini sudah cukup banyak dibicarakan orang. Sampai sekarang masalah ini masih terus dipertanyakan oleh kalangan awam, juga kalangan ahli bahasa. Jika berbicara tentang idiom kita akan segera bertanya tentang pengertian idiom sebenarnya agar dapat segera mengetahui arti dari idiom baik dalam kata maupun dalam kalimat. Berkaitan dengan itu, banyak pula idiom yang dijumpai dalam karya-karya non ilmiah, seperti novel, cerpen, artikel dan sebagainya. Tidak hanya idiom yang terbentuk dari anggota tubuh manusia yang dapat dilihat langsung oleh mata, tetapi juga idiom-idiom yang terbentuk dari suatu yang abstrak seperti idiom yang terbentuk dari kata perasaan 気 `ki`. Alasan penulis membahas idiom yang terbentuk dari kata perasaan adalah karena idiom tersebut merupakan yang paling banyak terdapat dalam novel Watashi no Kyoto dibandingkan dengan idiom-idiom lain, yang membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh makna dari kata-kata yang membentuknya. Selain itu, karena orang Jepang sangat

memiliki perasaan sehingga dari perasaan tersebut timbul kesadaran untuk menghargai lawan bicaranya pada saat berkomunikasi, maka dari perasaannya itulah orang Jepang selalu memilih kata yang tepat agar tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya. Untuk mengetahui makna sebuah idiom, setiap orang harus mempelajarinya sebagai seorang penutur asli dan tidak hanya melalui makna dari kata-kata yang membentuknya. berikut: Oleh sebab itu, maka diajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai 1. Idiom apa sajakah yang terbentuk dari kata perasaan ki dalam novel Watashi no Kyoto? 2. Bagaimana makna yang ditimbulkan akibat proses gramatikal pada idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari kata perasaan ki? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Berdasarkan dari masalah yang ada, perlu dibuat batasan permasalahan. Hal ini ditujukan agar pembahasannya tidak terlalu luas, sehingga objek pembahasan dapat lebih diperjelas. Mengingat banyaknya jumlah idiom dalam bahasa Jepang yang umumnya terbentuk dari anggota tubuh manusia, maka penulis membatasi pembahasan dengan hanya membahas idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari kata perasaan ki saja. Pembahasan idiom yang terbentuk dari kata perasaan ki ini dibahas dengan acuan suatu novel yang berjudul Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi. Berikut penulis akan menguraikan keenam belas idiom 気 `Ki` dalam novel tersebut. 1. 気を配る 3. 気が付く 5. 気になる 7. 気に入る 2. 気が楽 4. 気に掛かる 6. 気に留める 8. 気がある

9. 気を遣う 11. 気を許す 13. 気が利く 15. 気がない 10. 気がする 12. 気が違う 14. 呆気に取られる 16. 気位が高い Agar pembahasan idiom ini lebih akurat, maka penulis sebelum bab pembahasan menjelaskan sedikit tentang perasaan orang Jepang yang selalu menghargai perasaan lawan bicara dengan menggunakan kata-kata yang tepat, salah satunya dengan menggunakan idiom yang terbentuk dari kata ki atau perasaan. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Biasanya idiom disejajarkan dengan pengertian pribahasa dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya pengertian idiom itu jauh lebih luas dari pengertian pribahasa. Yang disebut idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Gorys Keraf, 1985:109). Di dalam bahasa Jepang idiom disebut dengan kanyoku. Frase dalam bahasa Jepang disebut dengan ku, jika dilihat dari segi maknanya ada dua macam yaitu 連語 ren-go (frase biasa/kolokasi) dan idiom. Machida dan Momiyama (1997:114) memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan 句 ku (frase) adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih. 連語 Ren-go merupakan frase biasa yang maknanya bisa dipahami cukup dengan memahami makna setiap kata yang membentuk frase tersebut. Sedangkan kanyoku adalah idiom yang maknanya tidak bisa dipahami jika hanya mengetahui makna setiap kata yang membentuk idiom tersebut saja (Dedi Sutedi, 2003:147).

Menurut Gorys Keraf (1985:110) idiom-idiom itu bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, maka bentuk-bentuk itu hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman bukan melalui peraturan-peraturan umum bahasa. Misalnya tidak peraturan yang menyatakan bahwa idiom itu mempunyai batasan arti. Fatimah Djajasudarma (1999:16) mengatakan bahwa makna idiomatik adalah makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dalam kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Sebagian idiom merupakan bentuk baku (tidak berubah) artinya kombinasi kata-kata dalam idiom dalam bentuk tidak tetap. Bentuk tersebut tidak dapat diubah berdasarkan kaidah yang berlaku bagi sebuah bahasa. 1.4.2 Kerangka Teori Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976:11) berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkret. Suatu teori yang dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta konkret yang tidak terbilang banyaknya dalam kenyataan kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik yaitu teori semantik tentang makna. Semantik diterima secara luas sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang selukbeluk makna. Kata semantik berasal dari bahasa Inggris semantics yang memungutnya dari bahasa Yunani semainein. Dalam bahasa Yunani, kata ini berarti bermakna. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau ilmu tentang arti. (Chaer, 1995:2). Semantik adalah studi tentang makna tentang anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa. Dengan demikian, semantik merupakan bagian dari linguistik (Aminuddin,

1988:15). Ridwan (1995:43) menyatakan semantik adalah salah satu cabang linguistik yang membicarakan, mengkaji atau menganalisis makna. Semantik adalah cabang ilmu yang terdapat dalam linguistik. Menurut Ridwan (1995:1) linguistik adalah studi kajian atau ilmu yang objeknya adalah bahasa. Oleh karena itu, semantik tidak terlepas dari bahasa. Hubungan semantik dan linguistik sangat erat karena semantik dengan fenomena sosial dan kultur pada dasarnya memang sudah selayaknya terjadi. Disebut demikian karena aspek sosial dan kultur sangat berperan dalam menentukan bentuk-bentuk, perkembangan maupun perubahan makna kebahasaan (Aminuddin, 1988:24). Dalam teori semantik digunakan jenis-jenis makna. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif (Chaer, 1995:65). Positif dan negatifnya nilai sebuah kata sering kali terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata sebagai sesuatu yang positif, maka akan bernilai rasa positif. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif akan bernilai rasa negatif. Makna konotatif akan lebih berhubungan dengan nilai rasa kita, apakah perasaan senang, jengkel, jijik dan sebagainya. Begitu pula halnya dengan makna pada suatu idiom. Di dalam sebuah idiom terkandung bukan hanya makna kamus tapi juga makna majas, bukan hanya arti kata-kata yang sebenarnya tetapi juga arti kiasan yang merupakan garapan semantik dan juga pengajaran semantik. A Chaedar Alwasilah (1990:150) mendefinisikan idiom adalah grup kata-kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda makna tiap kata dalam grup itu.

Setiap kata mungkin artinya sederhana tetapi setelah disatukan banyak idiom memiliki arti yang tidak dapat disimpulkan dari arti setiap bagian kata tersebut. Pendapat ini didukung oleh pernyataan seorang ahli linguistik Jepang, Miyaji Yutaka (1984:238) yang mengatakan bahwa: 慣用句は単語の二つ以上の連結体であって その結びつきが比較的固く 全 体で決まった意味を持つ言葉だという程度のところが 一般的な共通理解になって いるだろう Kanyoku wa tango no futatsu ijo no renketsutai de atte, sono ketsubi tsuki ga hikakutekikoku, zentai de kimatta imi o motsu kotoba da to iu teido no tokoro ga, ippantekina kiyotsurikai ni natte iru darou. `Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih, yang mempunyai perpaduan katakata yang relatif sulit dan secara keseluruhan menjadi kata yang memiliki arti yang tetap, sehingga menjadi suatu pengertian umum `. Arti dari satu idiom tidak ditentukan oleh arti kata yang membentuk idiom. Idiom telah memperoleh arti yang dikhususkan untuknya. Arti idiom harus diteliti bersama dengan bentuk dan fungsi, dengan demikian idiom dapat diaplikasikan dalam fungsi yang benar ketika seseorang berkomunikasi. Pada bagian latar belakang masalah telah dijelaskan bahwa semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Salah satu objek kajian semantik yaitu makna idiom. Makna dimaksud adalah makna unsur bahasa, baik dalam wujud morfem, kata atau kalimat. Unsur bahasa yang disebut kata yang sering didengar atau dibaca biasa disebut lambang (symbol). Lambang dalam semiotik biasa disebut dengan tanda (sign). Oleh karena lambang memiliki beban yang disebut makna dan makna merupakan objek semantik,

sedangkan lambang itu sendiri disebut tanda dalam semiotik, maka ada alas an untuk membicarakan kedudukan semantik dalam semiotik (Mansoer Pateda, 2001:25). Telah dikatakan semiotik adalah teori tentang sistem tanda. Nama lain semiotik adalah semiologi (semiology) dari bahasa Yunani semeion yang bermakna tanda, mirip dengan istilah semiotik. Semiologi dan semiotik kedua-keduanya mempelajari tanda. Dalam hal ini, penulis mencoba menjelaskan sedikit kaitan antara idiom dengan teori semiotik. Begitu pula dengan idiom 気が付く (ki ga tsuku), dimana kata ki dituliskan dengan huruf Kanji 気 yang menyatakan perasaan dan merupakan tanda yang berarti bahwa huruf Kanji 気 tersebut tidak dapat digantikan dengan huruf Kanji yang lain. Begitu pula halnya dengan kata tsuku yang mengikuti kata ki yang bermakna melekat dan dituliskan dengan huruf Kanji 付く ( tsuku). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggolongkan semiotik tersebut digolongkan dalam semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Sebab, kata ki dalam novel Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi tidak lain hanya memiliki makna perasaan. Maka, skripsi ini bertitik tolak dari teori Miyaji Yutaka yang berisi penjelasan tentang idiom dan contoh-contoh idiom yang biasa digunakan sehari-hari. Dalam penyusunan idiom, penulis berpedoman pada novel Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi dimana penulis hanya menganalisis makna idiom yang terbentuk dari kata ki saja. Dalam menganalisis makna idiom tersebut, penulis menggunakan konsep gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat (Sutedi, 2003:107). Penulis dalam skripsi ini juga menggunakan konsep makna kiasan, karena dalam idiom terdapat adanya makna kias atau makna yang tidak sebenarnya.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Penelitian mengenai Analisis Makna Idiom Bahasa Jepang yang Terbentuk dari Kata Ki dalam Novel Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi bertujuan untuk: 1) Untuk memahami makna dan penggunaan idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari kata Ki (perasaan) yang ada dalam novel Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi. 2) Untuk mengetahui bagaimana makna yang ditimbulkan akibat proses gramatikal pada idiom bahasa Jepang yang terbentuk kata Ki (perasaan) dalam novel Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi. 1.5.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1) Untuk menambah pengetahuan tentang idiom bahasa Jepang khususnya yang terbentuk dari kata Ki. (perasaan). 2) Untuk memberikan informasi tentang makna yang ditimbulkan akibat proses gramatikal pada idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari kata Ki (perasaan). 3) Sebagai referensi pengetahuan baik bagi orang yang membacanya maupun penulis pribadi khususnya dalam disiplin ilmu Sastra dan Bahasa Jepang. 1.6 Metode Penelitian Satu hal yang utama dalam dunia keilmuan segera dilekatkan pada masalah sistem adalah metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani ;methods) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara

kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1976:7). Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini diantaranya adalah metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976: 30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasikan data. Metode perpustakaan juga dilakukan untuk dapat mencari dan mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data tulisan. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dari buku yang berhubungan dengan idiom bahasa Jepang. Sejalan dengan pengumpulan data, semua data yang terkumpul diolah sedemikian rupa, sehingga dalam penyusunan skripsi ini akan dicapai apa yang akan direncanakan. Jadi dengan metode perpustakaan, metode deskriptif serta teknik pengumpulan dan pengolahan data, penulis mencoba untuk menyelesaikan skripsi tentang idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari kata Ki (perasaan).