I. PENDAHULUAN. Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan di suatu daerah merupakan tanggung jawab pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang wilayah dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu. dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

I. PENDAHULUAN. ekonomi menggambarkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi riil yang

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

ABSTRAK 1. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

STRATEGI PENINGKATAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PERKOTAAN (STUDI KASUS DI KELURAHAN PANJUNAN, KUDUS)

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

I. PENDAHULUAN. Nations pada tahun 2011 penduduk di dunia telah menembus angka 6,7 Miliar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I. Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada. penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. dalam bentuk barang publik maupun jasa publik pada prinsipnya menjadi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Induk, yaitu Kecamatan Kedaton, berdasarkan Peraturan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tanah merupakan

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung adalah Ibu Kota Provinsi Lampung yang merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya (Akib, 2008). Lingkungan merupakan tempat beraktualisasi, bereksistensi dan berinteraksi bagi manusia (Anshoriy, 2007). Lingkungan memiliki arti yang luas, tidak hanya sebatas komponen makhluk hidup (biotic) seperti manusia, hewan dan tumbuhan, tetapi juga meliputi makhkluk tak hidup (abiotic) seperti tanah, air dan udara. Pada hakikatnya semua makhluk hidup (biotic) dan makhluk tak hidup (abiotic) memiliki sifat saling berhubungan, kait mengait antara satu dengan lainnya. Hubungan tersebut berjalan secara timbal balik dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya (Akib, 2008). Hubungan antara manusia dengan lingkungan dapat dijalankan dengan baik apabila terjadi simbiosis mutualisme, yaitu dengan prinsip kerjasama yang saling menguntungkan. Diakui bersama bahwa lingkungan kita saat ini masuk dalam kondisi krisis. Hal ini karena interaksi antara manusia dengan lingkungannya memiliki watak yang berubah-ubah (Susilo, 2009). Ketika ilmu pengetahuan modern berkembang pesat

2 dan industrialisasi menjelma sebagai gaya hidup baru, manusia tidak lagi memanfaatkannya sebatas yang dibutuhkan. Namun menjadikan alam sebagai objek yang bisa dilakukan. Mungkin cara berpikirnya kurang lebih seperti ini, kalau sanggup mengeruk alam sebanyak-banyaknya, mengapa tidak?. Perlakuan semena-mena terhadap alam tidak dapat dibiarkan terus menerus terjadi. Hal ini karena sejatinya nasib manusia dipengaruhi, ditentukan dan tunduk pada lingkungan. Alam dan lingkungan memiliki kehendak atas manusia, dan kehidupan manusia dikendalikan olehnya. Manusia tidak kuasa menderita akibat kekuatan alam yang menampakkan diri diluar kemampuan mereka untuk mengatasinya (Susilo, 2009). Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari sistem ekologis lingkungan. Ruang terbuka hijau kota yaitu bagian dari ruang terbuka suatu wilayah perkotaan. Ruang terbuka hijau yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi. Ruang terbuka hijau memberikan manfaat langsung dan tidak langsung yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan serta keindahan wilayah perkotaan (Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, 2011). Untuk menjamin keseimbangan lingkungan di kawasan perkotaan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Peraturan ini menjelaskan bahwa proporsi ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan minimal 30% dari luas wilayah kota. Proporsi 30% ini terdiri

3 dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat (Direktorat Jendral Penataan Ruang, 2008). Target yang diharapkan tersebut menjadi permasalahan tersendiri untuk diimplementasikan. Permasalahan timbul karena kawasan perkotaan tidak dapat dilepaskan dari peningkatan lahan terbangun. Hal ini karena aktivitas dan kuantitas penduduk yang terus berkembang. Tabel 1. Jumlah penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 Sensus Penduduk Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1971 119.208.229 1980 147.490.289 1990 179.378.946 2000 206.264.595 2010 237.641.326 Sumber: BPS, Statistika Indonesia, 2011 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326. Sedangkan sensus penduduk tahun 1971 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 119.208.229 jiwa (Statistika Indonesia: 2011). Dalam kurun waktu 40 tahun jumlah penduduk Indonesia meningkat hampir 2 kali lipat. Dengan laju pertumbuhan penduduk saat ini yaitu 1,49%, maka pertambahan penduduk setiap tahunnya diperkirakan sebanyak 3.540.855 jiwa.

4 Pertambahan jumlah penduduk meningkatkan permintaan akan ruang, khususnya pemukiman dan lahan terbangun. merosotnya kualitas lingkungan. Hal ini berdampak kepada semakin Meningkatnya kawasan terbangun akan memberikan konsekuensi pada penyusutan ruang terbuka hijau. Fenomena ini disebabkan karena ruang terbuka hijau kerap dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis (Nurdiansyah, 2012). Tabel 2. Eksisting Ruang Terbuka Hijau Kota Bandar Lampung Tahun 2011 No Kecamatan Luas (Ha) RTH Eksisting (Ha) Ketersediaan RTH Publik (%) 1 Teluk Betung Barat 2.099 195,67 9,32% 2 Teluk Betung Selatan 1.007 63,72 6,33% 3 Panjang 2.116 301,99 14,27% 4 Tanjung Karang timur 2.111 36,86 1,75% 5 Teluk Betung Utara 1.038 47,22 4,55% 6 Tanjung Karang Pusat 668 37,90 5,67% 7 Tanjung Karang Barat 1.514 194,76 12,86% 8 Kemiling 2.765 352,21 12,74% 9 Kedaton 1.088 28,12 2,58% 10 Rajabasa 1.302 13,55 1,04% 11 Tanjung Seneng 1.163 2,86 0,25% 12 Sukarame 1.687 116,23 6,89% 13 Sukabumi 1.164 12,48 1,07% 19.722 1.403,57 7,12% Sumber: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, 2011

5 Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa hasil inventarisasi ruang terbuka hijau publik Kota Bandar Lampung oleh Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Tahun 2011 adalah sebesar 1.403,57 Ha atau hanya 7,12% dari luas wilayah. Angka ini masih sangat jauh dari target yang dicanangkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan, yaitu sebesar 20% dari luas wilayah. Luasan ruang terbuka hijau publik sebesar 7,12% dari luas wilayah Kota Bandar Lampung diperkirakan akan terus berkurang seiring dengan meningkatnya derap pembangunan fisik di kota ini. lingkungan semakin mengkhawatirkan. Konsekuensinya adalah keseimbangan Keseimbangan daya dukung ekologis lingkungan kota yang tidak terjaga dapat menimbukan berbagai kerusakan lingkungan seperti rob, banjir, dan polusi. Bila pemerintah daerah hanya mengandalkan upaya peningkatan ruang terbuka hijau dari sektor publik maka akan muncul berbagai kendala. Kendala tersebut diantaranya adalah ketidakmampuan untuk terlibat secara penuh dalam pembuatan dan pengelolaannya karena keterbatasan sumberdaya. Sumberdaya yang dimaksud tidak hanya tebatas pada sumberdaya alam, melainkan sumberdaya manusia dan juga dana. Membutuhkan tambahan lahan seluas 2540,83 Ha lagi dari eksisting ruang terbuka hijau publik Kota Bandar Lampung untuk dapat mencapai target yang dicanangkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05 Tahun 2008

6 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan. Bukan hal yang mudah untuk dapat mencapai angka ini. Ini merupakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Kota Bandar Lampung. Apabila ada upaya dalam skala kecil yang dilakukan masyarakat secara mandiri dalam bentuk dukungan penyediaan ruang terbuka hijau privat, maka hal ini dapat mengurangi beban pekerjaan rumah pemerintah daerah dalam menambah eksisting ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung. Upaya masyarakat dalam bentuk penyediaan ruang terbuka hijau privat yaitu seperti menanam pohon atau tanaman perdu di pekarangan rumah. Menanam pohon atau tanaman perdu di pekarangan rumah dapat menambah nilai estetika dan menjadikan rumah berkarakter. Tanaman di pekarangan rumah juga dapat memberikan manfaat langsung bagi pemilik rumah berupa udara bersih dan sejuk. Selain itu tanaman di pekarangan rumah membantu menambah daerah resapan air sehingga dapat mengurangi resiko banjir. Penyediaan ruang terbuka hijau privat dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketimpangan ketersediaan ruang terbuka hijau publik (Handayani, 2008 dalam Nurdiansyah, 2012). Namun sangat disayangkan masyarakat Kota Bandar Lampung belum sepenuhnya menyadari pentingnya ruang terbuka hijau privat. Hasil survei sementara di salah satu perumahan Kota Bandar Lampung, yaitu Perumahan Raja Basa Permai terdapat 60% rumah tidak menyediakan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau privat yang semula telah disediakan

7 oleh developer perumahan ini, kini telah dialih fungsikan oleh sang pemilik rumah menjadi area parkir dan halaman berpaving. Meskipun masih ada yang tetap memelihara ruang terbuka privatnya, namun hal ini sangat sedikit sekali. Keberadaan ruang terbuka hijau privat mampu memberikan manfaat langsung bagi pemiliknya. Ketersediaannya juga menjadi salah satu komponen untuk memperbesar ketersediaan ruang terbuka hijau secara keseluruhan. Jika ruang terbuka hijau privat yang disediakan oleh masyarakat lebih dari 10% hal ini diharapkan dapat menutupi kekurangan eksisting ruang terbuka hijau publik, sehingga keseimbangan lingkungan dapat tetap terjaga. Tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, khususnya dalam perannya terhadap penyediaan maupun pemeliharaan kualitas ruang terbuka hijau yang ada (Nurdiansyah, 2012). Terpeliharanya ruang terbuka hijau memiliki hubungan yang erat dengan pengetahuan masyarakat. Karena secara sosiologis, pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi tindakannya. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk memperjelas bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang ruang terbuka hijau privat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat tentang ruang terbuka hijau privat.

8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang ruang terbuka hijau privat. D. Manfaat Penelitian Jika tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah perbendaharaan dan kontribusi pemikiran bagi ilmu sosial khususnya sosiologi lingkungan, sosiologi perkotaan, perencanaan sosial dan psikologi sosial. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam menyempurnakan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung untuk menciptakan keharmonisan lingkungan. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ruang terbuka hijau privat. Juga sebagai referensi bagi pembaca untuk mengembangkan penelitian yang lebih lanjut.