1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan semakin ketat, khususnya pada perusahaan sabun mandi. Saat ini ada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran jangka panjang yang tepat. Pesaing perusahaan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di antara berbagai perusahaan yang sejenis. Oleh karena itu semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Usaha ritel dapat kita pahami sebagai kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. susu di Indonesia dengan negara lain dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya. Perkembangan ini menciptakan suatu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. Merek dan segala sesuatu yang diwakilinya merupakan aset yang paling penting,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

KUESIONER PENGARUH PRIVATE LABEL STRATEGY TERHADAP SHOPPING PREFERENCE MELALUI BRAND EQUITY (STUDI KASUS : GIANT PONDOK GEDE)

BAB I PENDAHULUAN. mereka dituntut untuk memberikan dan menawarkan produk yang terbaik bagi

BAB I PENDAHULUAN. minimarket, supermarket dan hypermarket terus meningkat, hal ini diiringi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pembangunan yang semakin berkembang seperti sekarang. ini, pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak

BAB I PENDAHULUAN. kini telah bergeser menjadi struktur yang lebih kompetitif (Thanasuta, 2015). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini tersusun ke dalam enam sub-bab, yang meliputi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. (tangible) kinerjanya pada dasarnya tidak nyata (intangible) dan biasanya

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. merek suatu produk berarti memberikan nilai tambah produk tersebut. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat kota-kota besar. Untuk memenuhi keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada. umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern ini perkembangan industri musik sangat pesat, khususnya

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aset tak terwujud dalam suatu perusahaan adalah ekuitas yang diwakili

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan tekhnologi didunia bisnis yang begitu pesat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen. nilai lebih tinggi dibanding pesaing kepada konsumen, seperti harga yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya dengan melihat pentingnya sebuah brand image. Konsumen dalam

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemain ritel yang cukup banyak di Indonesia membuat persaingan di industri ini menjadi sangat ketat. Potensi pasar yang sangat besar dan sifat konsumtif masyarakat Indonesia selalu menjadi daya tarik bagi para investor, baik investor lokal maupun investor asing, untuk ikut bermain dan meramaikan pasar ritel Indonesia sehingga tidak heran bila jumlah pemain di industri ritel selalu bertambah dari tahun ke tahun. Menurut Apipudin (2013), dalam periode enam tahun terakhir, yaitu dari tahun 2007 sampai 2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17.57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10 365 gerai, kemudian pada tahun 2011 mencapai 18 152 gerai yang tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut diikuti pula dengan pertumbuhan penjualan. Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10% 15% per tahun. Bidang usaha bisnis ritel pun kini semakin berkembang. Mulai dari ritel yang bergerak di bisnis pakaian dan aksesoris, ritel bisnis furniture, ritel di bidang jasa pelayanan, serta ritel penjualan barang-barang grocery (supermarket). Ketatnya persaingan membuat masing-masing ritel merancang dan melakukan strategi khusus untuk dapat menarik calon konsumen sebanyakbanyaknya. Strategi yang umunya dilakukan pada dasarnya tidak jauh dari unsur bauran pemasaran yang dikelompokkan menjadi empat kelompok (Mc Carthy 1978), yaitu Product, Price, Place, dan Promotion. Peritel selalu berusaha untuk menyediakan produk yang lengkap, bervariasi, dan berkualitas; menerapkan standar harga yang kompetitif; mendesain dan membuat layout toko yang nyaman, menarik, serta memilih lokasi toko yang strategis; serta mengadakan program promosi dan program loyalitas yang menarik. Pemilihan dan penyediaan produk yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting bagi ritel karena produk menjadi daya tawar ke konsumen. Konsumen akan menjadikan pilihan produk sebagai pertimbangan utama untuk datang ke ritel tertentu dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Selama ini ritel dikenal ketat dalam menyeleksi produk-produk yang akan dijual di tokonya. Ini untuk memastikan bahwa hanya produk dengan kualitas terbaik yang diberikan kepada konsumen. Selain ketersediaan produk, harga juga menjadi pertimbangan penting konsumen untuk datang berbelanja, terutama bagi konsumen dengan penghasilan menengah ke bawah. Golongan konsumen yang seperti ini tentu saja akan sensitif dan cenderung lebih selektif di dalam membeli suatu produk dibandingkan konsumen dengan penghasilan menengah ke atas. Para peritel selalu berupaya untuk dapat mengakomodasi kedua hal yang menjadi pertimbangan konsumen tersebut, yaitu kualitas produk dan standar harga. Menurut Utami (2010), pemilihan strategi harga yang tepat merupakan hal yang penting untuk menarik konsumen. Konsumen yang merasa mendapatkan harga yang cocok dari sebuah ritel akan mendatangi toko, sebaliknya konsumen yang tidak mendapatkan harga yang cocok akan meninggalkan toko tersebut. Salah satu cara yang dilakukan peritel untuk mendapatkan citra harga murah

2 adalah melalui program promosi. Selain dengan mengadakan program promosi, beberapa peritel mengambil strategi dengan membuat produk dengan merek sendiri, yang disebut private brand, di mana dengan jenis produk yang sama, harga produk-produk private brand cenderung di bawah harga produk merek terkenal (national brand). Produk private brand, house brand, atau store brand, dikenal sebagai produk yang terbatas hanya dijual di toko ritel tertentu. Menurut Harcar et al. (2006) definisi private brand adalah barang-barang dagangan yang menggunakan nama merek distributor atau peritel atau nama merek yang diciptakan eksklusif untuk distributor atau peritel. Private brand dibuat oleh perusahaan pemasok yang telah terikat kontrak dengan peritel, dan hanya dijual di toko peritel saja. Keunggulan dari produk private brand terletak pada harganya yang lebih murah dibandingkan dengan produk dengan merek yang sudah dikenal luas (national brand), namun tetap dengan kualitas yang tidak kalah dengan produk national brand. Peritel sendiri diuntungkan dengan menjual produk-produk private brand karena margin yang didapat cukup besar. Margin yang diperoleh dari penjualan produk private brand ini 25-50% lebih tinggi dibandingkan margin yang diperoleh dari penjualan national brand (Keller 1993). Margin yang besar ini dapat diperoleh karena biaya promosi (marketing cost) yang dikeluarkan terhadap produk-produk private brand lebih sedikit dibandingkan dengan biaya promosi produk national brand. Selain itu pencapaian skala ekonomi dalam hal produksi dan distribusinya juga mampu membuat produsen memberikan harga dasar yang lebih murah kepada peritel. Menurut Dunne and Narasimhan (1999); Corstjens and Lal (2000) private brand dapat membantu peritel menarik laju konsumen dan menciptakan loyalitas konsumen terhadap peritel tersebut melalui penyediaan produk yang eksklusif dan premium. Keuntungan lainnya dari produk private brand bagi peritel menurut Narasimhan and Wilcox (1998) adalah bahwa produk private brand mampu meningkatkan citra harga murah di benak konsumen, meningkatkan posisi tawar peritel di hadapan produsen national brand, serta meningkatkan kontrol peritel dalam hal penggunaan area pajang. Sehubungan dengan harga, menurut penelitian Volpe (2011), baik promo atau tidak promo harga produk private label akan tetap berada 23% di bawah harga national brand, dan gap harga tersebut lebih kecil dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya, karena harga dan kualitas produk private label sudah semakin dapat bersaing dengan produk national brand. Namun demikian, meskipun private brand memiliki banyak kelebihan, kenyataannya produk private brand belum sepenuhnya dapat diterima dan menjadi pilihan utama konsumen ketika berbelanja di sebuah ritel tertentu. Hal ini dikarenakan private brand atau store brand memiliki brand personality yang lebih lemah dibandingkan dengan national brand (Beldona and Wysong 2007). Selan itu diduga pula karena persepsi konsumen yang masih kurang baik terhadap produk-produk private brand sehingga mereka ragu untuk membeli produk tersebut. Sebaliknya, konsumen lebih menyukai produk merek terkenal (national brand), karena sudah terbentuk persepsi positif terhadap produk dengan merek yang sudah dikenal. Contohnya konsumen lebih memilih produk sabun mandi merek terkenal karena di benak mereka telah terbentuk persepsi akan jaminan kualitas dari produk sabun mandi tersebut.

3 Persepsi memegang peranan penting di dalam pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Sebelum memilih dan mengkonsumsi suatu produk, konsumen memiliki suatu persepsi tersendiri mengenai produk tersebut (Sumarwan 2011). Persepsi konsumen yang cenderung negatif terhadap produk private brand diduga menjadi penyebab rendahnya minat konsumen untuk membeli produk private brand, khususnya di beberapa kategori produk. Rendahnya persepsi konsumen dapat disebabkan banyaknya konsumen yang masih belum familiar dengan produk private brand karena terbatasnya aktivitas pemasaran yang dilakukan terhadap produk private brand. Dengan demikian, di dalam upaya untuk mengetahui gambaran persepsi konsumen terhadap produk private brand yang kemudian akan mempengaruhi keputusan pembelian, maka diajukan penelitian mengenai analisis persepsi, sikap, dan perilaku konsumen terhadap pembelian produk private brand di Supermarket XYZ. Perumusan Masalah Target pasar yang sangat besar dan terus berkembang selalu dilihat sebagai peluang bagi perusahaan untuk terus berinovasi dan menjadi lebih baik dari kompetitornya di dalam upaya untuk memenangkan persaingan di industri ritel yang sangat ketat. Oleh karenanya Supermarket XYZ berkomitmen untuk memberikan pilihan produk berkualitas dengan harga yang kompetitif, disertai dengan perbaikan kualitas pelayanan di toko/outletnya. Alasan tersebut yang membuat Supermarket XYZ setiap tahunnya menargetkan penambahan varian produk private brand untuk mengakomodasi keinginan konsumen yang ingin mendapatkan produk berkualitas dengan harga yang lebih murah. Strategi ini juga memberikan keuntungan lebih bagi perusahaan karena margin yang didapat dari penjualan produk private brand lebih besar dibandingkan margin yang didapat dari produk national brand. Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, terutama dari segi harga, maka diharapkan produk private brand menjadi pilihan utama konsumen ketika berbelanja di supermarket XYZ. Namun pada kenyataannya kontribusi penjualan produk private brand menunjukkan penurunan performa. Selain karena pengaruh persepsi konsumen, penurunan penjualan produk private brand XYZ juga disebabkan masalah internal perusahaan, yaitu terhambatnya suplai beberapa produk yang sangat laku dan banyak dicari konsumen sehingga secara langsung juga mempengaruhi penurunan konstribusi penjualan produk private brand. Tabel 1 Kontribusi penjualan produk private brand terhadap total penjualan perusahaan Produk Periode Januari-September 2013 2014 Private brand 8.37% 7.77% Sumber: Internal perusahaan XYZ (2014).

4 Selain konstribusi yang menurun, pertumbuhan penjualan produk private brand juga masih di bawah pertumbuhan penjualan total perusahaan. Total pertumbuhan penjualan perusahaan periode Januari-September 2014 mencapai 21%, namun pertumbuhan penjualan produk private brand sendiri baru 14% (sumber internal perusahaan 2014), padahal semakin tinggi penjualan produk private brand maka diharapkan keuntungan perusahaan juga akan semakin meningkat. Performa penjualan produk private brand yang masih belum memuaskan ini diduga karena masih adanya persepsi konsumen yang kurang baik terhadap atribut dan kualitas produk private brand, di mana persepsi memegang peranan penting di dalam mempengaruhi keputusan pembelian sebuah produk oleh konsumen. Menurut Sumarwan (2011) bagaimana konsumen mengolah informasi dan membentuk persepsi akan mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan dalam membeli dan menggunakan barang dan jasa. Selanjutnya persepsi dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah satunya aktivitas pemasaran dan faktor internal, yaitu pengetahuan yang dimiliki konsumen. Dengan demikian sangat penting untuk mengetahui bagaimana sebenarnya persepsi konsumen terhadap atribut produk private brand dan pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku konsumen dalam pembelian produk private brand dilihat dari pengaruh strategi promosi dan pengetahuan konsumen. Berdasarkan latar belakang penelitian yang dijabarkan di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi, sikap, dan perilaku konsumen terhadap produk private brand dilihat dari pengaruh pengetahuan konsumen dan strategi promosi? 2. Bagaimana implikasi manajerial bagi perusahaan di dalam mengembangkan produk private brand setelah mengetahui pengrauh persepsi, sikap, dan perilaku konsumen terhadap produk private brand? Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi persepsi konsumen terhadap atribut-atribut produk private brand 2. Mengidentifikasi perilaku konsumen di dalam pembelian produk private brand 3. Menganalisis pengaruh pengetahuan konsumen dan strategi promosi produk private brand terhadap persepsi, sikap, dan perilaku konsumen 4. Menganalisis pengaruh persepsi terhadap sikap serta pengaruh sikap terhadap perilaku konsumen

5 Manfaat Penelitian Gambaran mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas atribut produk private brand serta sikap dan perilaku konsumen dalam pembelian produk private brand diharapkan mampu memberikan masukan bagi perusahaan dalam strategi pengembangan produk private brand ke depannya, baik dalam pemilihan produk baru yang akan dijual maupun dalam kegiatan pemasarannya. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pustaka dan pembanding untuk penelitian selanjutnya, khusunya di dalam strategi pemasaran produk private brand. Ruang Lingkup Penelitian Produk private brand dipilih sebagai objek dari penelitian ini karena melihat perkembangan industri ritel yang sangat pesat, di mana beberapa peritel mulai beralih mengembangkan produk private brand sebagai salah satu bentuk diferensiasi dari kompetitornya. Namun adanya kendala suplai, terutama untuk produk impor, aktivitas promosi produk national brand yang sangat agresif, serta adanya persepsi yang masih kurang baik di benak konsumen diduag menjadi penyebab menurunnya penjualan produk private brand XYZ. Namun pada penelitian ini hanya akan membahas pengaruh persepsi konsumen terhadap sikap dan perilaku pembelian konsumen untuk produk private brand XYZ. Proses keputusan konsumen menurut Suamrwan (2011) dipengaruhi tiga faktor utama, yaitu strategi pemasaran, perbedaan individu, dan faktor lingkungan. Ketiga faktor tersebut masing-masing memiliki berbagai aspek di dalamnya. Namun penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh faktor pemasaran dilihat dari aspek strategi promosi serta faktor perbedaan individu dilihat dari aspek pengetahuan konsumen. 2 TINJAUAN PUSTAKA Private Brand Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek (Durianto et al. 2001). Lebih lanjut, merek menjadi sangat penting karena beberapa faktor seperti : 1. Emosi konsumen terkadang naik turun. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. 2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Merek yang kuat dapat diterima di seluruh dunia dan budaya. 3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek maka semakin kuat pula interkasinya dengan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB