KEBIJAKAN PENDANAAN BI MEMBERDAYAKAN SEKTOR UMKM DI DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
POKOK-POKOK PIKIRAN TANGGAPAN ATAS : PEMAPARAN HASIL KAJIAN ANALISA KEBIJAKAN PERENCANAAN PENDANAAN PEMBANGUNAN

REFLEKSI PERAN STAKE HOLDER DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

MEMBERDAYAKAN SEKTOR UMKM UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH 1

MENJADIKAN SEKTOR UMKM SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah

Issu-Issu Global Menyikapi Krisis Ekonomi Tahun 2009

Pengantar Teori Ekonomi dan Moneter

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia yang sedang berkembang, berusaha untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka pembinaan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN KLASTER SENTRA INDUSTRI SHUTTLECOCK DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. lembaga /manajer investasi) melakukan redemption (menarik kembali) investasinya

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Problema dan Upaya Mengatasi Dampak Krisis Keuangan Global Pada Perekonomian Nasional

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan.

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DAN PEMBIAYAAN PERBANKAN

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan ekonomi Indonesia sejak krisis menerpa pada tahun 1998

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. promosi inovasi teknologi. Lebih jauh, suatu pemerintah memainkan peran yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENINGKATKAN INVESTASI DAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Transkripsi:

KEBIJAKAN PENDANAAN BI MEMBERDAYAKAN SEKTOR UMKM DI DAERAH Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Forum Group Discussion (FGD) BI, dengan Tema : Arah Kebijakan Bank Indonesia dan Implikasi PAKJAN 2006 terhadap Perkembangan UMKM di Sulsel dan KTI. Smile Plaza, Makassar, 21 April 2006.

KEBIJAKAN PENDANAAN BI MEMBERDAYAKAN SEKTOR UMKM DI DAERAH 1 Oleh : Marsuki 2 Kabinet baru di bidang ekonomi, di bawah komando Menko Ekuin Budiono mempunyai gawean besar berkenaan dengan kebijakan ekonomi yang dianggap dapat menyelesaikan beberapa masalah ekonomi yang melilit bangsa ini selama hampir setahun pemerintahan baru. Sehingga resuffle kabinet yang dilakukan pemerintah beberapa bulan lalu, dihaharapkan berbagai pihak, terutama rakyat kebanyakan dapat dijadikan momentum yang tepat bagi pemerintah untuk menemukenali identitas kebijakan ekonomi yang sebaiknya atau yang seharusnya ditempuh sesuai kebutuhan yang mendesak. Seperti merealisasikan pertumbuhan ekonomi yang layak dan stabil, rendahnya tingkat pengangguran, stabilnya harga barang, serta meningkatnya daya saing ekonomi dan bisnis dalam pasar global. Tentu saja berbagai tujuan ekonomi makro tersebut tidak dapat dicapai jika dilakukan atau hanya menjadi tanggungjawab satu pihak pelaku regulasi saja, misalnya pemerintah sebagai otoritas fiskal atau Bank Indonesia sebagai otoritas moneter. Masalahnya dalam praktek, persoalan trade off kebijakan ekonomi sering terjadi, dapat berupa pertentangan antara instrumen-instrumen yang digunakan dari dua pelaku regulasi utama perekonomian tersebut, atau sebagai akibat eksternal yang tidak terduga. Seperti kebijakan ekonomi yang dianggap kritis oleh otoritas moneter, dalam kasus kebijakan pengurangan subsisdi BBM oleh otoritas fiskal, atau sebaliknya kebijakan uang ketat dengan suku bunga tinggi yang dilancarkan otoritas moneter, yang dianggap oleh otoritas fiskal sebagai biang kerok problem ekonomi yang terjadi waktu-waktu terakhir in. Mungkin menyadari berbagai masalah yang mengkhawatirkan selama setahun awal pemerintahan baru, sehingga kabinet bidang ekonomi diresuffle, dengan harapan kiranya ke depan tidak akan berlangsung lagi perilaku disharmonisasi hubungan antara kedua lembaga regulasi utama perekonomian. 1 Disampaikan Pada Acara Forum Group Discussion (FGD) BI, dengan Tema : Arah Kebijakan Bank Indonesia Dan Implikasi PAKJAN 2006 terhadap Perkembangan UMKM di Sulsel Dan KTI. Smile Plaza, Roraja Ballroom, Makassar, 21 April 2006. 2 Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Uiversitas Hasanuddin, Makassar Dan Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI), Magister (DEA, 1993) Dan Doktor (Dr, 1997) Pada Universite De Nice Sophia Anti Polis, France. Spesialisasi, Analisa Ekonomi Makro, Moneter, Keuangan/Perbankan Nasional Dan Internasional. 1

Salah satu wadah yang dianggap dapat merealisasikan pandangan dan harapan tersebut, yakni kebijakan Paket Januari atau Pakjan, yang disusun oleh kementerian koordinator perekonomian dengan melibatkan berbagai lembaga-lembaga ekonomi terkait, diantaranya Bank Indonesia. Dianggap bahwa Pakjan ini sebagai suatu paket kebijakan ekonomi yang merangkum seluruh arah, mekanisme dan prosedur kebijakan ekonomi pemerintah pasca resuffle. Tapi meskipun demikian, jika menelaah atau mengevaluasi lebih jauh terhadap materi-materi pokok isi Pakjan tersebut, maka menurut beberapa pihak bahwa Pakjan tersebut hanya merupakan bentuk penyempurnaan dari rencana kebijakan yang telah disusun pemerintahan sebelumnya. Namun diakui pula bahwa Pakjan ini lebih sistematis dan lengkap dalam susunan matriks kegiatan dengan 208 program-progran kerja yang akan dilaksanakan. Secara garis besar ada tiga formula pokok dari Pakjan tersebut, yakni perihal tentang kebijakan stabilisasi ekonomi makro, percepatan pembangunan infrastrukur dan penciptaan iklim investasi. Salah satu jabaran program dari tiga rencana besar pemerintah tersebut yang secara langsung atau tidak langsung menyertakan pihak Bank Indonesia dalam perencanaan dan pelaksanaannya, adalah berkenaan dengan program di bidang pengembangan UMKM. Dalam hal ini pemerintah merencanakan menyediakan sumber keuangan, terutama permodalan bagi sektor ekonomi ini sebesar Rp.18 triliuanan, dimana penyalurannya akan dilakukan melalui peran aktif lembaga keuangan perbankan. Selain itu akan dialokasikan sejumlah dana puluhan triliun rupiah dari Daftar Isian Pelaksanaan anggaran (DIPA) daerah yang jumlahnya mencapai sekitar Rp. 20 triliun, terhitung mulai periode tahun ini. Hal ini juga dimaksudkan terutama untuk menopang permodalan sektor ekonomi kecil tersebut. Khusus dalam kaitannya dengan program pemberdayaan perempuan, juga telah disiapkan dana permodalan usaha untuk kegiatan-kegiatan mereka. Namun disayangkan karena jumlahnya masih terlalu kecil, yakni hanya sekitar Rp. 450 jutaan. Dalam kaitan ini termasuk pula program pengembangan sektor UMKM yang ditujukan untuk membantu kegiatan usaha kecil di lingkungan lembaga pemasyarakatan. Sebenarnya ada beberapa program dalam bidang lainnya yang secara langsung dapat mengembangkan kemampuan para pelaku sektor usaha kecil untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka, dan terutama dalam kaitannya dengan peyerapan tenaga kerja yang semakin berlimpah. Salah satu program tersebut dalam bidang perindustrian dan perdagangan, dimana dalam hal ini direncanakan telah ditetapkan sepuluh jenis industri kecil yang akan menjadi sasaran kebijakan. Yakni industri kerajinan dan seni; industri batu mulia dan perhiasan; industri garam rakyat; gerabah dan keramik; karet dan barang karet; 2

elektronika; baja, mesin, dan peralatan pabrik; semen; pulp dan kertas; serta tekstil. Dalam hubungan ini maka pemerintah bekerjasama dengan Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia menjadi lembaga utama yang diharapkan dapat menyusun desain pembiayaan bagi ke sepuluh sektor yang diunggulkan pemerintah tersebut di atas. Dana-dana yang disiapkan pemerintah tersebut di atas pada prinsipnya digolongkan sebagai dana pendamping yang ada di tiap departemen atau dinas-dinas yang mempunyai hubungan atau keterkaitan fungsi dengan kegiatan-kegiatan sektor UMKM. Dalam hal ini, dana tersebut sebenarnya bukan hanya untuk membantu permodalan sektor UMKM, namun juga untuk membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti untuk pelatihan tenaga kerja, pengembangan manajemen, sampai ongkos pameran ke tempat lainnya, termasuk ke luar negeri. Dalam hal ini setiap UMKM yang ingin memanfaatkan dana-dana tersebut hanya perlu membuat proposal yang ditujukan ke instansi-instansi terkait di daerah mereka masing-masing. Jika disetujui, maka ujud dana yang diperoleh tersebut dapat berupa dana hibah atau berupa dana pinjaman, dengan suku bunga yang rendah, yakni hanya ratarata 6 persen. Dijelaskan bahwa tiap-tiap daerah akan berbeda pola atau mekanisme pemanfaatan dan penyalurannya. Sebab meskipun persayaratan yang disebut UKM, berkenaan denagn pengusaha yang beraset di bawah Rp. 1,2 miliar serta omzet per tahun di bawah Rp. 600 juta, namun pemerintah pusat memberi kelonggaran persyaratan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Selain itu penting diingat bahwa sebenarnya perhatian pemerintahan baru terhadap pemberdayaan sektor usaha kecil ini dari sisi pendanaan saja misalnya, sudah sangat beragam. Seperti dana-dana untuk program perlindungan usaha kecil yang ada di kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, yang mencapai Rp. 1,3 triliun, dana untuk kredit kecil dari Departemen Pertanian, sebesar Rp. 3 triliun, atau dana yang tersedia pada kantor Menteri Negara BUMN atau salah satu BUMN di daerah-daerah tertentu, yang mencapai nilai Rp. 1 triliun, yang merupakan penyisihan 1-2 persen dari laba BUMN. Akhirnya, yang menjadi masalah saat ini adalah bagaimana dana-dana tersebut dapat segera terdistribusi secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya, sehingga benar-benar dapat meningkatkan produktivitas dan penyerapan tenaga kerja secara optimal oleh sektor UMKM. Hal ini jelas seharusnya bukan hanya menjadi tanggungjawab satu lembaga, seperti departemen atau dinas pemerintah atau Bank Indonesia saja, tapi oleh lembaga-lembaga lainnya yang secara langsung atau tidak bersentuhan dengan sektor UMKM tersebut. 3

Untuk kepentingan tersebut maka sebenarnya diperlukan penyusunan strategi khusus yang bersifat jangka menengah, panjang, dan terutama jangka pendek. Untuk kepentingan penyusunan strategi jangka menengah dan panjang, perlunya disusun grand strategi kebijakan yang lebih komprehensip, yang melibatkan seluruh stake holders utama, yakni pihak-pihak lembaga ekonomi pemerintah di bawah koordinasi Bappenas atau Bappeda beserta lembaga-lembaga keuangan di bawah koordinasi Bank Indonesia dan lembaga-lembaga profesional yang koncern terhadap sektor UMKM. Sedangkan dalam jangka pendek, maka terutama pelaku UKM baik secara sendirisendiri atau berkelompok harus aktif mencari informasi mengenai keberadaan dana-dana tersebut. Atau dengan bantuan lembaga-lembaga profesi seperti Kadin, hendaknya berusaha menjadi bank atau pusat informasi yang benar dan dapat dipercaya perbankan tentang keberadaan dan kondisi sektor UMKM yang akan dipromosikan untuk memperoleh danadana murah tersebut. Dalam hal ini temasuk perlunya peran serta aktif lembaga-lembaga sosial masyarakat, seperti kelompok kerukunan kemasyarakatan daerah, yang jelas seharusnya lebih mengetahui kemampuan dan keadaan usaha para anggotanya, misalnya KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi selatan). Dengan demikian maka untuk keberhasilan pendekatan tersebut, tampaknya masalah pemetaan tentang berbagai hal mengenai sektor UMKM tersebut hendaknya menjadi prioritas kebijakan awal yang sangat strategis segera perlu direalisasikan. Sehingga persoalan utama yakni kesenjangan hubungan pendanaan yang terjadi selama ini antara sektor UMKM dengan sektor perbankan akan dapat diatasi, agar supaya sktor UMKM dapat dibangun, dikembangkan dan diberdayakan sesuai dengan potensi dan kharakteristiknya di tiap-tiap wilayah atau daerah masing-masing. 4