BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang lahir hidup. Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
FERTILITAS. Ni mal Baroya, S. KM., M. PH.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Universitas Gadjah Mada

Fertilitas. Andri Wijanarko,SE,ME.

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERTEMUAN 8 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

5. FERTILITAS (KELAHIRAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan dan penghidupan masyarakat baik materil maupun spiritual yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

fertilitas, mortalitas dan migrasi Kependudukan semester

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

UKURAN FERTILITAS. Yuly Sulistyorini, S.KM., M.Kes Departemen Biostatistika dankependudukan FKM - Unair

UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS DI KELURAHAN PEKAUMAN KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan


POKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

EKONOMI FERTILITAS 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggelisahkan beberapa ahli, dan masing-masing dari mereka berusaha mencari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH

hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

BAB 2 LANDASAN TEORI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota Pematangsiantar setiap tahunnya menunjukkan

ILMU KEPENDUDUKAN: Analisis dengan tujuan:

MORTALITAS (KEMATIAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

Demografi formal = Demografi murni. Sumber data Sekunder. Pengambilan Data Penduduk. Registrasi Survai

1. Masalah Jumlah Penduduk

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Minggu ke 2, 3 Teori Fertilitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Fertilitas Penduduk

K A T A P E N G A N T A R

Rata-rata usia kawin pertama seseorang dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Seseorang yang memilih untuk melakukan perkawinan di usia

FERTILITAS MASYARAKAT NELAYAN DI DESA BANJARKEMUNING KABUPATEN SIDOARJO. Singgih Susilo 1.

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Program Keluarga Berencana (KB)

BAB 2 LANDASAN TEORI

nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

BAB 2 LANDASAN TEORI

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

Pertumbuhan Penduduk. Oleh : Yudha Tri Pradana / XI-IPS-1 / 31 SMAN 1 MANYAR

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. lengkap dari pada sumber-sumber data yang lain karena kemungkinan tercecernya

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

ANTROPOSFER GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK

Antroposfer GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK D. RUMUS-RUMUS KUANTITAS PENDUDUK ANTROPOSFER

MORTALITAS. Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M

Pengukuran dalam Demografi

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk indonesia Menurut Pulau Tahun 1930, 1961, 1971, 1980, dan 1990 (juta)

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

(S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah ayah dan ibu (Poerdarminta, 2003) Sedangkan menurut Undang Undang

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat atau penduduk dan Grafein yang berarti

MORTALITAS. 1. Pengantar

PENDUDUK. mencatat peristiwa peristiwa penting yang berhubungandengan kehidupan maka

BioStatistik. Amiyella Endista Website :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

Pengaruh tingkat pendidikan, struktur umur dan kematian bayi terhadap fertilitas di Kota Pekanbaru

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

PENGARUH URBANISASI, PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT FERTILITAS DI LIMA KOTA PROVINSI ACEH Rendi Arialdi 1*, Said Muhammad 2

KEPENDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN PENDUDUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perencanaan pembangunan, data mengenai kependudukan memegang peranan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN FERTILITAS DI PROVINSI BENGKULU (PERBAIKAN HASIL SDKI TAHUN 2007)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIDANG KAJIAN : DINAMIKA KEPENDUDUKAN

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PEKERJA WANITA SEKTOR INFORMAL KABUPATEN MOJOKERTO

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pekerjaan, dan tingkat penghasilan keluarga. Indikator status sosial adalah kasta,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fertilitas Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya (Mantra, 2003:145). Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-alat kontrasepsi.kemampuan biologis seorang perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur.ahli demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth). Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi.sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas tersebut, maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan dengan dua macam pendekatan :pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan (Yearly Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif (Reproductive History).

1. Yearly Performance (current fertility) Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk/berbagai kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun.yearly Performance terdiri dari : a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR) Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut : Dimana : CCCCCC = BB PPPP kk CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar Pm : Penduduk pertengahan tahun K : Bilangan konstan yang biasanya 1.000 B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR) Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut : GGGGGG = BB PPPP(15 49) kk Dimana : GFR B : Tingkat Fertilitas Umum : Jumlah kelahiran Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun

c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Spesific Fertility Rate (ASFR) Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain. Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut: AAAAAAAA ii = BB ii PP ff kk ASFR : Age Specific Fertility Rate Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun k : Angka konstanta 1.000 d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan: 1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya. 2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu. Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata

tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut : 7 TTTTTT = 5 AAAAAAAA (ii = 1,2,.. ) ii=1 Dimana: ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur. I = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19. Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur (Hatmadji, 2004 :63). 2. Reproductive History (cummulative fertility) a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa wanita selama reproduksinya dan disebut juga paritas.kebaikan dari perhitungan CEB ini adalah mudah didapatkan informasinya (di sensus dan survey) dan tidak ada referensi waktu. b. Child Woman Ratio (CWR) CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di bawah 5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan dari perhitungan CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di negara yang registrasinya cukup baik pun, statistik kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil.

2.2 Teori Ekonomi tentang Fertilitas Leibenstein dapat dikatakan sebagai peletak dasar dari apa yang dikenal dengan teori ekonomi tentang fertilitas. Menurut Leibenstein tujuan teori ekonomi fertilitas adalah: untuk merumuskan suatu teori yang menjelaskan faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang dinginkan per keluarga. Tentunya, besarnya juga tergantung pada berapa banyak kelahiran yang dapat bertahan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah bahwa cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang melaksanakan perhitungan-perhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran anak yang diinginkannya. Dan perhitungan-perhitungan yang demikian ini tergantung pada keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran anak, baik berupa uang maupun psikis. Ada tiga macam tipe kegunaan yaitu (a) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu barang konsumsi misalnya sebagai sumber hiburan bagi orang tua; (b) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni, dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan menambah pendapatan keluarga; dan (c) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya. Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaannya (utility) dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.

Biaya memiliki tambahan seoarang anak dapat dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan dalam memelihara anak seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak sampai ia dapat berdiri sendiri. Yang dimaksud biaya tidak langsung adalah kesempatan yang hilang karena adanya tambahan seoarang anak.misalnya, seoarang ibu tidak dapat bekerja lagi karena harus merawat anak, kehilangan penghasilan selama masa hamil, atau berkurangnya mobilitas orang tua yang mempunyai tanggungan keluarga besar (Leibenstein, 1958). Menurut Kingsley Davis dan Judith Blake terdapat tiga tahap penting dalam proses reproduksi yaitu tahap hubungan kelamin (intercourse), tahap konsepsi (conception) dan tahap kehamilan (gestation). Faktor-faktor sosial, ekonomi dan dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang ada kaitannya dengan ketiga tahap reproduksi di atas. Faktor-faktor yang langsung mempunyai kaitan dengan ketiga tahap tersebut disebut variabel antara. Menurut Ronald Freedman, intermediate variable sangat erat hubungannya dengan norma-norma sosial/masyarakat. Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma-norma yang ada.

Gambar 2.1 Skema Fertilitas dan Intermediate Variable L I N G K U N G A N Tingkat Mortalitas Struktur Sosial- Ekonomi Norma tentang besarnya keluarga Variabel Antara F E R T I L I T A S Program KB Norma tentang variabel antara Menurut Gary Becker, ia mengganggap anak sebagai barang konsumsi tahan lama (durable goods). Orang tua mempunyai pilihan antara kuantitas dan kualitas anak. Kualitas diartikan pengeluaran (biaya) rata-rata untuk anak oleh suatu keluarga yang didasarkan atas 2 asumsi: 1. Selera orang tua tidak berubah. 2. Harga anak dan barang-barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi keputusan rumah tangga untuk berkonsumsi. Becker berpendapat bahwa apabila pendapatan naik maka banyaknya anak yang dimiliki juga bertambah.jadi hubungan antara pendapatan dan fertilitas adalah positif.

2.3 Tenaga Kerja Wanita Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1987), tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Pada dasarnya angkatan kerja dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu angkatan kerja anakanak, angkatan kerja tua, dan angkatan kerja di antara kedua kelompok umur tersebut.ketiga kelompok ini terbagi pula pada kelamin lelaki dan perempuan.khusus untuk perempuan dapat pula dikelompokkan menjadi yang berstatus kawin dan yang berstatus belum kawin. Kedua kelompok angkatan kerja perempuan yang dibagi atas status ini mempunyai pola yang berbeda satu sama lain (Syahruddin, 1980). Jumlah angkatan kerja dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang bersekolah dan mengurus rumah tangga.semakin banyak penduduk yang bersekolah dan mengurus rumah tangga, semakin sedikit jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja dan semakin rendah tingkat partisipasi angkatan kerja (Simanjuntak, 1998:46). Beberapa ukuran dasar dalam angkatan kerja: 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Labor Force Participation Rate) TPAK menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur itu. Ini dapat juga merupakan tingkat partisipasi total dari seluruh penduduk dalam usia kerja. Rumus: AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT 100%

2. Tingkat Partisipasi Menurut Umur dan Jenis Kelamin (Age-Sex-Specific Activity Rate) Biasanya disebut dengan tingkat partisipasi angkatan kerja menurut umur dan jenis kelamin. Merupakan basic ratesyang dipelajari dan diproyeksikan dalam analisa economically active population. Rumus untuk perempuan : AAAAAAAAAAAAAAAA kkkkkkkkkk pppppppppppppppppp uuuuuuuu tttttttttttttttt JJJJJJJJJJ h ssssssssssss h pppppppppppppppppp uuuuuuuu tttttttttttttttt 100% 3. Tingkat Partisipasi Menurut Jenis Kelamin Tingkat partisipasi menurut kelamin adalah jika tingkat tingkat partisipasi ini disajikan terpisah antara laki-laki dan wanita.dilihat dari polanya biasanya tingkat partisipasi untuk lakilaki lebih tinggi dibanding wanita. Rumus untuk wanita: AAAAAAAAAAAAAAAA KKKKKKKKKK WWWWWWWWWWWW TTTTTTTTTTTT KKKKKKKKKK WWWWWWWWWWWW 100% 4. Tingkat Partisipasi Kasar (Crude Activity Rate) Tingkat Partisipasi kasar adalah jumlah economically active population dibagi jumlah seluruh penduduk dan dinyatakan dalam persentase.crude Activity Rate ini sangat dipengaruhi oleh komposisi umur dari penduduk.ini digunakan untuk perbandingan dimana penganalisa ingin menunjukkan jumlah relative orang dalam angkatan kerja tanpa memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi.ini juga berguna dalam perbandingan dimana ingin ditunjukkan pengaruh berbagai tingkat kenaikan alamiah dan migrasi terhadap aktifitas ekonomi. 2.4 Penelitian terdahulu: 1. Lee Namchul dan Chung Ji-Sun (2008) dalam studinya Interrelation between Fertility and Female Labor Force in Korea menemukan bahwa antara fertilitas dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita di Korea memiliki hubungan negatif. Tingkat kesuburan total Korea turun dari 2.83 per wanita usia subur di 1980 menjadi 1,13 per wanita usia subur pada tahun

2006, partisipasi angkatan kerja wanita meningkat 42.8 persen pada 1980 menjadi 50,3 persen pada tahun 2006. 2. Xiaobo He dan Rong Zhu (2013) dalam penelitiannya Fertility and Female Labour Force Participation: Causal Evidence from Urban China meneliti hubungan antara fertilitas dan partisipasi angkatan kerja wanita wilayah perkotaan di Cina. Hasil penelitian mereka menunjukkan bukti bahwa memiliki satu anak lagi bukan merupakan penghalang untuk meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita, menyiratkan bahwa penghentian Kebijakan Satu Anak (One Child Policy) atau kenaikan tingkat fertilitas secara signifikan tidak mengurangi tingkat partisipasi angkatan kerja wanita wilayah perkotaan di Cina. 3. Norehan Abdullah, Nor Aznin Abu Bakar, dan Husin Abdullah (2013) dalam penelitiannya Fertility Model and Female Labour Force Participation in Selected ASEAN Countries menemukan adanya hubungan searah dari fertilitas ke tingkat pendidikan, angka harapan hidup saat lahir dan tingkat partisipasi tenaga kerja wanita. 2.5 Kerangka Konseptual Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Fertilitas Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita 2.6 Hipotesis 1. Fertilitas berpengaruh negatif terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja wanita di Indonesia. 2. Terdapat hubungan kointegrasi antara fertilitas dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita di Indonesia.

3. Terdapat hubungan kausalitas antara fertilitas dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita di Indonesia.