Rata-rata usia kawin pertama seseorang dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Seseorang yang memilih untuk melakukan perkawinan di usia
|
|
- Liani Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan sebuah ikatan antara laki- laki dan perempuan sebagai suami dan istri dalam membentuk rumah tangga yang harmonis dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1). Tujuan dari perkawinan salah satunya adalah untuk mendapatkan keturunan, melalui proses kelahiran. Peningkatan jumlah kelahiran (fertilitas) disebabkan meningkatnya jumlah perkawinan akibat tuntutan dari setiap pasangan untuk memiliki anak. Jumlah kelahiran tidak akan menjadi masalah selama memiliki jumlah anak yang dimiliki tidak melebih jumlah yang ditentukan dalam program Keluarga Berencana (KB) yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Akan tetapi, jumlah anak yang dilahirkan dapat menjadi masalah ketika suatu pasangan bercerai dan menikah lagi dengan orang lain. Perkawinan yang dilakukan setelah perceraian pasti akan memberikan dampak, terutama berkaitan dengan keinginan pasangan untuk memperoleh anak lagi. Perceraian terjadi karena suatu pasangan tidak ingin melanjutkan hubungan pekawinannya. Seorang wanita yang bercerai untuk kemudian melakukan perkawinan kembali dengan orang lain maka wanita tersebut akan mendapat tuntutan untuk memiliki anak dari pasangan barunya. Peluang setiap wanita melahirkan anak lebih dari jumlah yang ditentukan pemerintah akan semakin besar. Dalam sudut pandang demografi, kasus perceraian dapat meningkatkan fertilitas (Syarief, 2011). Tren perceraian secara nasional di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama pada tahun 2010, dari 2 juta orang yang melakukan perkawinan setiap tahun se-indonesia, ada perkara berakhir dengan perceraian per tahun. Kejadian perceraian dapat dipicu oleh berbagai macam faktor, seperti usia kawin pertama, alasan ekonomi, alasan psikologis, pendidikan dan lain sebagainya. 1
2 Rata-rata usia kawin pertama seseorang dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Seseorang yang memilih untuk melakukan perkawinan di usia muda disebabkan karena tuntutan ekonomi keluarga. Seorang wanita yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah cenderung tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan memilih untuk bekerja atau menikah (BPS, 2013). Kecamatan Saptosari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gunungkidul yang memiliki angka cerai kawin cukup tinggi. Kondisi sumberdaya alam dan topografis di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul yang kurang mendukung, menyebabkan seseorang lebih memilih bekerja di tempat lain dengan merantau ke luar kota. Budaya merantau ini banyak dilakukan oleh penduduk usia produktif dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Besarnya arus migrasi keluar juga sering dikaitkan dengan permasalahan rumah tangga yang berujung pada rusaknya hubungan perkawinan. Pemicu kerusakan rumah tangga tersebut seperti suami yang menikah lagi di perantauan maupun suami yang tidak pulang ke daerah asal. Tingginya kasus cerai kawin di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul ini pasti akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakatnya, salah satunya adalah kelahiran. Penelitian dalam kasus ini didasari dengan asumsi bahwa kejadian perceraian akan memicu terjadinya perkawinan selanjutnya. Perceraian yang terjadi lebih dari satu kali pada seorang wanita akan menyebabkan perkawinan kedua, ketiga, dan seterusnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kelahiran. Fenomena cerai kawin di suatu lingkup masyarakat mungkin hanya disadari sebagai suatu yang lazim dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan rumah tangga tanpa melihat dampak nyata dari fenomena tersebut. Atas dasar itulah peneliti mengambil judul Studi Dinamika Cerai Kawin Terhadap Kelahiran Anak di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. 2
3 1.2. Rumusan Masalah Dinamika cerai kawin merupakan segala proses perubahan karakteristik perceraian dan perkawinan kembali di suatu wilayah. Giolito (2010) mengatakan bahwa dinamika dalam perkawinan dipengaruhi oleh struktur populasi dan rata-rata usia kawin pertama bagi wanita di sutau wilayah. Pengaruh dari dinamika dalam perkawinan tersebut dapat berupa meningkatnya jumlah kelahiran dan berimbas pada meningkatnya populasi penduduk (Giolito, 2010). Seperti halnya dinamika cerai kawin di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Dinamika cerai kawin yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor ini tentunya akan memberikan pengaruh pada tingkat kelahiran anak. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dikaji di daerah penelitian adalah : 1. Bagaimana dinamika kasus cerai kawin di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul? 2. Bagaimana pengaruh cerai kawin terhadap fertilitas di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul? 1.3. Tujuan Adapun tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah di atas adalah sebagai berikut : 1. Mempelajari dinamika kasus cerai kawin di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. 2. Mengetahui pengaruh cerai kawin terhadap fertilitas di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. 3
4 1.4. Manfaat Manfaat yang ingin diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai karya penelitian ilmiah dalam memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan program Sarjana S-1 Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada 2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap penelitian-penelitian mengenai fertilitas maupun penelitian yang akan datang sebagai referensi guna meningkatkan pengetahuan dan pemikiran mengenai pengaruh dinamika cerai kawin terhadap fertilitas bagi masyarakat luas Tinjauan Pustaka Perceraian dan Perkawinan Perkawinan merupakan faktor yang penting dalam menentukan pola fertilitas di suatu wilayah (Uddin dan Hosain, 2013). Hal mendasar yang menjadi tolok ukur dari hubungan antara perkawinan dan kelahiran adalah usia kawin pertama. Seorang wanita yang menikah pada usia muda memiliki waktu yang lebih banyak untuk memiliki anak. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan fertilitas di suatu wilayah (Uddin dan Hosain, 2013). Nag dan Singhal (2013) menyatakan bahwa usia kawin pertama bagi seorang wanita sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Perempuan yang memiliki pendidikan tinggi cenderung akan menunda usia kawin pertamanya, sehingga dapat menekan tingkat kelahiran suatu wilayah. Dalam hal ini pendidikan memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap perkawinan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kelahiran dan struktur penduduk (Giolito, 2010). Usia kawin pertama, baik bagi wanita maupun laki-laki, selain berpengaruh terhadap fertilitas juga dapat berpengaruh pada ketidakstabilan dalam rumah tangga. Semakin muda usia seseorang 4
5 ketika menikah yang pertama kali, maka peluang untuk terjadi keretakan dalam rumah tangga akan semakin besar (Uddin dan Hosain, 2013). Ketidakstabilan dalam rumah tangga pada akhirnya dapat memicu terjadinya perceraian. Perceraian dapat diartikan sebagai putusnya ikatan perkawinan antara suami dan istri. Perceraian dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu cerai hidup dan cerai mati. Cerai hidup terjadi karena pasangan suami istri memilih untuk mengakhiri pernikahan dengan berbagai macam alasan sedangkan cerai mati karena salah satu pasangan baik suami atau istri meninggal dunia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perceraian menurut Amato dan Previti (2003) dapat dibagi menjadi tiga, yaitu gender atau jenis kelamin, status sosial-ekonomi dan gaya hidup. Menurut Amato dan Previti (2003), perempuan merupakan pihak yang lebih banyak menuntut perceraian daripada laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan lebih banyak menggunakan perasaan dalam menjalani hubungan pernikahan. Faktor kenyamanan dalam menjalani hubungan pernikahan menjadi faktor yang sangat berpengaruh jika ditinjau dari segi gender. Karakter sosial-ekonomi, terutama bagi wanita, memiliki hubungan yang positif dengan peluang meningkatnya permasalahan dalam rumah tangga (Uddin dan Hosain, 2013). Wanita yang memiliki status sosial-ekonomi yang tinggi akan semakin sulit untuk membagi waktu dengan keluarga. Hal ini yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hubungan dan komunikasi dalam rumah tangga. Lebih jelas Amato dan Previti (2003) memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadi perceraian antara lain adalah ketidaksetiaan yang diikuti oleh ketidakcocokan, penggunaan obatobatan dan alkohol, perpisahan, masalah pribadi, jarangnya terjadi komunikasi antara suami dan istri serta kekerasan dalam rumah tangga. Perkawinan kembali (remarriage) pada mayoritas survey penelitian menyatakan bahwa kemungkinan perceraian sedikit lebih 5
6 besar dalam remarriage dibandingkan pernikahan pertama (Booth & Edwards, 1992). Ini artinya bahwa setengah anak-anak dari orangtua yang bercerai dan menikah kembali akan mengalami perceraian orangtuanya untuk kedua kalinya. Meskipun resiko perceraian pada pasangan menikah lagi lebih tinggi, namun banyak dari mereka yang pada akhirnya membangun hubungan perkawinan yang positif dan kuat terhadap diri mereka dan lingkungan sekitarnya Fertilitas Fertilitas adalah faktor yang menyebabkan paling mendasar dalam pertumbuhan penduduk. Faktor- faktor yang mempengaruhi fertilitas dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi antara lain adalah struktur umum, status perkawinan, umur kawin pertama, paritas, distruksi perkawinan dan proposi yang kawin. Faktor non demografi antara lain kondisi ekonomi, pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi. (Mantra, 1985). Fertilitas merupakan salah satu faktor penyebab pertumbuhan penduduk yang paling mendasar. Tingkat pertumbuhan yang tinggi secara langsung menggambarkan semakin bertambahnya jumlah pertumbuhan penduduk. (Maryamah, 1986; Putri, 2000 ). Davis dan Blake (1974) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas, mereka menyebutnya dengan variabel antara (intermediate variables). Menurut Davis dan Blake (1974) ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, seperti sosial, ekonomi dan budaya yang masing-masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse variables): A. Faktor-faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin: - Umur mulai hubungan kelamin 6
7 -Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin - Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubungan kelamin: a.bila kehidupan suami istri cerai atau pisah b.bila kehidupan suami istri berakhir karena suami meninggal dunia B. Faktor-faktor yang mengatur terjadinya hubungan kelamin - Abstinensi sukarela - Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah sementara) - Frekuensi hubungan seksual 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi (conception variables): - Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja - Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi: a. Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia b. Menggunakan cara-cara lain - Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disengaja (sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan sebagainya) 3. Faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation variables) - Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja - Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja Freedman (1983) dalam teorinya juga membuat sebuah bagan tentang faktor faktor penyebab fertilitas yang menghubungkan antara norma sosial dengan variabel antara yang dikemukakan oleh Davis dan Blake (1974). Dengan bagan yang sedikit lebih rumit ini Freedman mencoba menjelaskan tentang bagaimana sistem norma keluarga dapat 7
8 mempengaruhi fertilitas. Menurut Freedman (1983), norma sosial merupakan faktor yang sangat dominan. Gambar 1.1. Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas oleh Ronald Freedman Skema diatas menunjukkan bahwa yang mempengaruhi variabel antara ada beberapa faktor antara lain tingkat kematian dan kondisi sosial ekonomi. Tingkat kematian pada sebuah rumah tangga sangat mempengaruhi keputusan dalam memiliki keturunan, hal ini dikarenakan kematian merupakan bagian dari penyusun norma ukuran keluarga. Struktur sosial ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi variabel antara. Struktur sosial dan ekonomi memilki hubungan timbal balik dengan norma besar keluarga yang berpengaruh dengan norma variabel antara, dengan kata lain fertilitas sendiri lebih di dominasi oleh norma yang mendapat pengaruh dari lingkungan. Freedman (1983) juga mengatakan bahwa permasalahan umum yang timbul dalam masyarakat akan membawa suatu dampak sosial. Penyelesaian suatu permasalahan cenderung dilakukan dengan cara normatif meliputi serangkaian aturan bertingkah laku pada situasi tertentu. Pelanggaran terhadap norma sosial akan mendapat hukuman, dan sebaliknya. 8
9 Nilai Anak dalam Keluarga Keinginan setiap keluarga dalam memiliki anak merupakan hal yang wajar dari setiap pernikahan. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam memiliki anak seperti faktor pendidikan, pekerjaan, kesehatan, kebudayaan. Di daerah pedesaan nilai anak masih cukup tinggi, mereka yang memiliki anak beranggapan bahwa anak merupakan sumber penghasilan dan jaminan di hari tua (Siregar, 2003). Di negara berkembang terutama daerah pedesaan beban hidup terasa lebih berat jika anak bersekolah, kecenderungan anak tidak sekolah dan banyak diantara mereka memilih untuk bekerja membantu orangtua. Penelitian pada penduduk sekitar Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah ideal memiliki anak adalah empat sampai lima orang. (Singarimbun, 1974). Persepsi semacam ini tidak akan banyak berubah pada wanita yang telah menikah lebih dari sekali. 9
10 1.6. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Paul Amato dan Denise Praviti Adam Isen dan Betsey Stevenson Anu Nag dan Praveen Singhal Judul Penelitian People s Reasons for Divorcing: Gender, Social Class, the Life Course and Adjustment Women s Education and Family Behavior: Trends in Marriage, Divorce and Fertility Impact of Education and Age at Marriage on Fertility among Uttar Pradesh Migrants of Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu Terkait Tema Tahun Hasil Penelitian Penelitian Alasan terjadi perceraian sebagian besar adalah karena ketidaksetiaan yang diikuti oleh ketidakcocokan, penggunaan obat-obatan dan alkohol, perpisahan, masalah pribadi, jarangnya terjadi komunikasi antara suami dan istri serta kekerasan dalam rumah tangga - Secara gender, perceraian lebih diinginkan 70 persen oleh wanita daripada laki-laki Laki-laki dan perempuan yang diberikan pendidikan yang tinggi memiliki usia perkawinan yang panjang dan hanya sedikit yang berakhir dengan perceraian. Sebaliknya laki-laki dan perempuan dengan tingkat pendidikan rendah lebih rentan terjadi perceraian dalam perkawinan mereka - Saat ini, perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung menunda usia kawin pertama - Saat ini, tren dalam perkawinan mengalami pergeseran dari semula menikah, memiliki anak, bercerai dan menikah kembali menjadi terlebih dahulu memiliki anak, menikah, bercerai dan menjadi single parent atau tinggal bersama pasangan tanpa ikatan perkawinan sebelumnya akhirnya menikah kembali - Wanita memiliki kecenderungan untuk menikah di usia yang 2013 lebih muda daripada laki-laki - Usia kawin pertama memiliki hubungan negatif (berbanding 10
11 M. Seikh Giash Uddin dan Md. Mozaffar Hosain Ludhiana, Punjab, India Factors Affecting Marital Instability and Its Impact on Fertility in Bangladesh 2013 terbalik) dengan fertilitas - Pendidikan pada wanita memiliki hubungan negatif dengan tingkat fertilitas. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita, kelahiran anak semakin terbatas - Perkawinan pada usia remaja lebih rentan untuk terjadi perpisahan daripada perkawinan pada usia dewasa - Status sosial-ekonomi seorang wanita memiliki hubungan positif dengan ketidakstabilan rumah tangga. Semakin tinggi status sosial-ekonomi seorang wanita, kerentanan rumah tangga terhadap terjadinya permasalahan semakin besar - Usia kawin pertama dan status perkawinan seorang wanita memiliki pengaruh tidak langsung terhadap fertilitas 11
12 1.7. Kerangka Pemikiran Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga. Dari sebuah keluarga akan tercipta individu- individu baru yang akan membuat laju pertumbuhan penduduk. Di Indonesia sendiri sedang ramai dibicarakan tentang penekanan laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB) yang mana program tersebut diharapkan mampu berjalan sesuian dengan yang diharapkan. Perceraian dalam sebuah keluarga tanpa disadari dapat merubah pola pertumbuhan penduduk di Indonesia. Perceraian terjadi karena beberapa faktor. Dari perceraian secara sekilas akan mengurangi atau menghambat laju pertumbuhan penduduk karena pasangan yang telah bercerai tidak memiliki hak untuk menghasilkan keturunan, hal tersebut benar. Namun ketika pasangan yang telah bercerai tersebut melakukan perkawinan lagi dengan orang lain dan memilki anak maka hal tersebut perlu dikaji dan diteliti. Dinamika cerai kawin dalam suatu wilayah meliputi usia kawin pertama, alasan terjadi perceraian, lama bercerai, usia ketika menikah lagi dan alasan menikah lagi, pasti akan memberikan pengaruh terhadap fertilitas. Variabel-variabel yang termasuk dalam dinamika cerai kawin dan nilai anak dalam keluarga menjadi faktor-faktor yang penting bagi seorang wanita apakah akan memiliki anak lagi atau tidak pada perkawinan selanjutnya. Usia pada seorang wanita sangat berpengaruh terhadap peluang untuk memiki anak, ketika seorang wanita yang bercerai dan menikah lagi pada usia yang tidak produktif maka tidak akan mempengaruhi tingkat fertilitas didaerah tersebut namun berbeda jika sebaliknya pernikahan yang kedua tersebut terjadi pada usia produktif memiliki keturunan lagi. Jumlah anak juga merupakan faktor dari seorang wanita dalam memutuskan ingin memiliki anak lagi atau tidak dari suami barunya, ketika dipernikahan sebelumnya telah memiliki anak yang cukup maka kemungkinan untuk memiliki anak lagi akan kecil, sebaliknya jika anak yang diinginkan masih kurang maka peluang memilki anak dari suami baru akan besar. 12
13 Melihat dari berbagai macam variabel tersebut maka wanita yang telah menikah lagi dapat memutuskan tentang keinginan untuk memiliki keturunan, sehingga fenomena cerai kawin ini dapat berpengaruh terhadap fertilitas di suatu daerah. Wanita bercerai Menikah lagi -Faktor ekonomi - Faktor sosial - Faktor psikologi Tidak menikah lagi Tingka fertilitas Tidak ada fertilitas Punya anak Tidak memiliki anak : Bukan Termasuk dalam Pembahasan Gambar 1.2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran 13
14 1.8. Batasan Istilah Cerai kawin adalah proses dimana seorang wanita yang telah bercerai melakukan perkawinan lagi dengan laki-laki yang berbeda. Dinamika cerai kawin merupakan segala proses perubahan dalam perceraian dan perkawinan di suatu wilayah, meliputi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jumlah anak adalah total anak yang dilahirkan selama perkawinan. Perceraian adalah berakhirnya suatu hubungan atau ikatan suami istri di dalam rumah tangga dengan tidak melanjutkan hubungan keduanya dan disahkan oleh pemerintah. Perkawinan adalah ikatan antara laki- laki dan perempuan sebagai suami dan istri yang sah dalam membentuk rumah tangga. Usia kawin pertama adalah usia seorang wanita pada saat melakukan perkawinan yang pertama kali. Usia menikah lagi adalah usia seorang wanita pada saat melakukan perkawinan setelah terjadi perceraian. 14
STUDI DINAMIKA CERAI KAWIN TERHADAP JUMLAH ANAK DI KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL
STUDI DINAMIKA CERAI KAWIN TERHADAP JUMLAH ANAK DI KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Muamar Fauzi muamar_fauzi@yahoo.co.id Umi Listyaningsih listyaningsih_umi@yahoo.com ABSTRAK Dinamika cerai
Lebih terperinciMinggu ke 2, 3 Teori Fertilitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Fertilitas Penduduk
Minggu ke 2, 3 Teori Fertilitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Fertilitas Penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi
Lebih terperinciGAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)
GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga
Lebih terperinciANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU
ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fertilitas (kelahiran) sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Fertilitas Fertilitas atau yang sering dikenal dengan kelahiran dapat diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari penduduk (actual reproduction performance)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pekerjaan, dan tingkat penghasilan keluarga. Indikator status sosial adalah kasta,
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Ekonomi Menurut Sajogyo dan Pujawati (2002) dalam Raka (2012) status sosial ekonomi keluarga dapat diukur melalui
Lebih terperinciPERKAWINAN DAN PERCERAIAN
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek
Lebih terperinciFERTILITAS. Ni mal Baroya, S. KM., M. PH.
FERTILITAS Ni mal Baroya, S. KM., M. PH. DISKUSI KELOMPOK 30 Diskusikan dalam kelompok anda hal-hal berikut ini 1. Coba amati lingkungan sekitar anda, apakah setiap keluarga mempunyai jumlah anak yang
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI
1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS (Jurnal) Oleh AYU FITRI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016 2
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah ayah dan ibu (Poerdarminta, 2003) Sedangkan menurut Undang Undang
10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jumlah Anak Jumlah memiliki arti banyaknya bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu, sedangkan pengertian anak secara umum adalah keturunan kedua setelah
Lebih terperinci5. FERTILITAS (KELAHIRAN)
5. FERTILITAS (KELAHIRAN) 5.1. Parameter Fertilitas Pengukuran fertilitas hasilnya berlaku untuk periode waktu tertentu sebagai contoh perhitungan tingkat kelahiran kasar di Indonesia tahun 1975 sebesar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kependudukan pada dasarnya terkait dengan kualitas, kuantitas dan mobilitas penduduk (BKKBN, 2011). Dilihat dari sisi kuantitas penduduk Indonesia berdasarkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH Zulwida Rahmayeni Universitas Putra Indonesia YPTK Padang E-mail: rzulwida.mm@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan pesat. Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ketahun semakin bertambah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Georgafi dan Keluarga Berencana Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia
Lebih terperinciANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU
ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU Pendahuluan Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, Keluarga Berencana, dan dengan cara pengembangan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH BUKITTINGGI Zulwida Rahmayeni Universitas Putra Indonesia YPTK Jl. Raya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa sedangkan jumlah penduduk Provinsi Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK
1 ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Nanik Oktavia ¹, Trisnaningsih ², Zulkarnain ³ This study aimed to determine the effect of education
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai
Lebih terperinciEKONOMI FERTILITAS 1
EKONOMI FERTILITAS 1 2 PENDAHULUAN Fertilitas : jumlah anak yang dilahirkan hidup Ukuran Fertilitas: - Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate=CBR): jumlah kelahiran per 1000 penduduk selama periode waktu
Lebih terperincilamban. 1 Pada tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia mengalami lonjakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, India
Lebih terperinciBunga Rampai Analisis Determinan Hasil SP2010 BADAN PUSAT STATISTIK UNITED NATION POPULATION FUND JAKARTA 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi masalah yang membutuhkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS DI DESA PIASA WETAN DAN GUMELEM KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS DI DESA PIASA WETAN DAN GUMELEM KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh rakyat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keharmonisan hubungan suami istri dalam kehidupan perkawinan salah satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui komunikasi interpersonal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga
Lebih terperinciPEREMPUAN, PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN (Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012)
PEREMPUAN, PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN (Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012) Norma Yuni Kartika Prodi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Lambung Mangkurat;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara tujuh manusia penduduk dunia yang berjumlah 6,75 miliar ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara yang tidak mampu
Lebih terperinciKoordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah
10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi dan Keluarga Berencana Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang begitu besar di Negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Dalam Wicaksono
Lebih terperinciPOKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI
POKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI A. FERTILITAS Istilah/Pengertian Fertilitas : Jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau sekelompok wanita pada usia reproduktifnya Lahir hidup (live
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengertian Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan merupakan bahan acuan dalam mengembangkan aplikasi yang ada, yaitu : 2.1.1.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan penduduk, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala
I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Lingkup Penelitian Geografi Menurut (Bintarto (1977:9) geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gambaran umum pernikahan usia dini di Jawa Barat menurut Kepala seksi advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Santoso (dalam BKKBN) mengatakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang
Lebih terperinciFaktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari) Lennaria Sinaga 1 ; Hardiani 2 ; Purwaka Hari Prihanto 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang mencapai 237 juta jiwa, memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan angka fertilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan
Lebih terperinciPERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas
Lebih terperinciBAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan-kebutuhan seperti makhluk hidup lainnya, baik kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai masalah tentang peningkatan jumlah penduduk. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah menciptakan dengan sempurna sehingga realitas ini dicetuskan oleh Aristoteles pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah
Lebih terperinci1. Masalah Jumlah Penduduk
Pengertian Penduduk Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya manusia lainnya. Sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk hidup
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan satu prosesi yang diatur sedemikian rupa untuk melegalkan hubungan sepasang pria dan perempuan. Indonesia sebagai negara hukum memiliki tata aturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada
Lebih terperinciABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK
ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university
Lebih terperinci