TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2. Bagan fungsi jalur hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB VI R E K O M E N D A S I

KONDISI FISIK AREA PARKIR DI KAWASAN WISATA PANTAI TELENG RIA PACITAN

ANALISIS DAN SINTESIS

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

f. Nilai estetis (Aesthetic values)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI ATRIBUT GREEN CITY DI KOTA SRAGEN (PENEKANAN PADA RTH JALUR HIJAU DAN JALUR BIRU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

Ekologis Jalur Hijau Jalan Kawasan Sentul City, Bogor adalah benar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2008 TENTANG PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

Iklim Perubahan iklim

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka

PEDOMAN TEKNIS PENANAMAN POHON PADA SISTEM JARINGAN JALAN (INTERIM)

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg)

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

BAB III METODE PENELITIAN

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA. Di bawah tanah, akar mengambil air dan mineral dari dalam tanah. Air dan

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana (2004), evaluasi adalah suatu tindakan yang digunakan atau dilakukan untuk menelaah atau menduga hal-hal yang sudah diputuskan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan keputusa tersebut untuk selanjutnya ditentukan langkahlangkah alternatif perbaikannya bagi kelemahan tersebut. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan telah tercapai dan peningkatan yang perlu dilakukan. Kegiatan evaluasi bertujuan menyeleksi dan menampilkan informasi yang diperlukan dalam mendukung pengambilan kesimpulan dan keputusan tentang suatu nilai serta nilainya (Diana, 2004). Selanjutnya Diana 2004 juga menyatakan bahwa evaluasi dilakukan untuk menentukan keputusan apa akan melanjutkan suatu program yang dinilai sukses atau. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pembanding yaitu perbandingan hasil perencanaan dengan tujuan yang ditetapkan oleh desainer. Hasil evaluasi digunakan untuk membantu memutuskan apa suatu program akan dilanjutkan atau dihentikan dan bagaimana cara pengembangannya. B. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, dan atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api 6

7 jalan lori, dan jalan kabel. Dines dan Harris (1988) menjelaskan bahwa adanya jalan atau sirkulasi kendaraan di jalan raya mengakomodasikan tiga tujuan utama yaitu menyediakan akses untuk masuk ke suatu lahan dan bangunan, menghubungkan antar tata guna lahan yang ada, dan menyediakan jalur pergerakan untuk orang dan barang. Secara umum pengelompokkan sistem jalan menjadi freeway (jalan tol), jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Chiara dan Koppelman (1989) mengatakan bahwa jalan dibagi menjadi 5 tipe yaitu jalan utama (arteri utama), jalan sekunder (arteri kecil), jalan kolektor, jalan lokal, cul-de-sac. Berdasarkan peruntukannya, jalan dibedakan menjadi jalan umum dan jalan khusus (UU No. 38 tahun 2004). Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum dan dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri, diperuntukkan bukan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang diperlukan. Jalan khusus tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Termasuk ke dalamnya antara lain jalan inspeksi pengairan, jalan inspeksi saluran minyak atau gas, jalan perkebunan, jalan pertambangan, jalan kehutanan, jalan komplek bukan untuk umum dan jalan untuk keperluan pertahanan dan kemanan Negara. Jalan umum dikelompokkan lebih lanjut menurut fungsi, status dan kelasnya. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,

8 jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Menurut fungsinya, jalan umum dikelompokkan menjadi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. 1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Jalan umum juga dikelompokkan berdasarkan kelas jalan (UU RI No. 22 Tahun 2009). Pengelompokkan jalan menjadi beberapa kelas didasarkan pada fungsi dan intensitas lalu lintas serta daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan bermotor. Berdasarkan kelas jalannya, jalan umum dikelompokkan menjadi jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas III, dan jalan kelas khusus.

9 1. Jalan kelas I Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18 m, ukuran paling tinggi 4,2 m, dan muatan sumbu terberat 10 ton. 2. Jalan kelas II Jalan arteri, jalan kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.5 m, ukuran panjang tidak melebihi 12 m, ukuran paling tinggi 4,2m, dan muatan sumbu terberat 8 ton. 3. Jalan kelas III Jalan arteri, jalan kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1 m, ukuran panjang tidak melebihi 9 m, ukuran paling tinggi 3,5 m, dan muatan sumbu terberat 8 ton. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18 m, ukuran paling tinggi 4,2 m, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton. Jalan memiliki beberapa bagian jalan. Bagian-bagian jalan tersebut meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan (UU RI No 38 tahun 2004 ; UU RI No 13 tahun 1980). 1. Daerah manfaat jalan adalah suatu daerah yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.

10 2. Daerah milik jalan meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu, di luar daerah manfaat jalan. Daerah milik jalan dibatasi tanda batas daerah milik jalan. 3. Daerah pengawasan jalan merupakan sejalur tanah tertentu di luar daerah milik jalan yang ada di bawah pengawasan Pembina jalan. Adanya daerah pengawasan jalan dimaksudkan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi jalan, dalam hal tidak cukup luasnya daerah milik jalan. C. Jalur Hijau Jalur hijau merupakan salah satu bentuk penyediaan ruang terbuka hijau pada kota. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007, RTH atau ruang terbuka hijau didefinisikan sebagai area memanjang, jalur, dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, dan merupakan tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun sengaja ditanam. Proporsi luas ruang terbuka hijau pada kota paling sedikit 30% luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau 30% tersebut merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, meningkatkan ketersediaan udara bersih bagi masyarakat dan juga meningkatkan nilai estetika kota (UU No. 26 tahun 2007).

11 Gambar 1. Tata letak jalur hijau (Direktorat Jendral Binamarga, 1996) Pada jalur hijau jalan, tanaman disediakan pada tepi jalan serta median dan pulau jalan. Jalur tanaman tepi pada ruang terbuka hijau jalur hijau jalan memiliki fungsi antara lain peneduh, penyerap polusi udara, peredam kebisingan dan pemecah angin. Median pada jalur hijau jalan berfungsi sebagai penahan silau lampu kendaraan. D. Fungsi Ekologis Tanaman Tanaman turut berperan dalam menjaga keseimbangan ekologis pada lingkungan. Irwan (2008) menjelaskan bahwa vegetasi dalam ekosistem berperan sebagai produsen utama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial. Energi yang dihasilkan oleh vegetasi merupakan sumber hara mineral dan perubah terbesar lingkungan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Benson dan Roe (2000) menyebutkan bahwa vegetasi penting dalam berfungsi secara ekologis dan merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan keberlanjutan lingkungan. Beberapa fungsi ekologis tanaman dan vegetasi antara lain kontrol polusi, meningkatkan kualitas udara, ameliorasi iklim, mereduksi bising, menyimpan karbon, dan sebagai keragaman hayati. Branch (1995) menjelaskan bahwa unsur vegetasi dapat meningkatkan daya tarik kota dan membantu menjaga kebersihan udara. Lebih lanjut Carpenter, et al (1975), menjelaskan bahwa

12 tanaman memiliki efek penting pada suhu udara. Selain itu, vegetasi dapat juga mengurangi terjadinya erosi tanah dan bahaya tanah longsor. Tanaman dapat mengurangi polutan udara melalui proses oksigenasi, yaitu proses pelepasan oksigen ke atmosfer, dan dilusi, yaitu pencampuran udara tercemar dengan udara bersih. Ketika udara yang tercemar mengalir di dalam dan sekitar tanaman dan melewati udara bersih dan beroksigen, terjadi pencampuran antara udara yang tercemar dengan udara bersih sehingga konsentrasi zat pencemar udara berkurang (Grey dan Deneke, 1978). Berdasarkan penelitian terdahulu, didapatkan perhitungan bahwa sejenis pohon douglas-fir (salah satu jenis cemara) dengan diameter batang 15 inchi berpotensi membersihkan 43,5 pound SO2 per tahun dengan konsentrasi SO2 pada atmosfer 0,25 ppm. Dengan demikian, satu acre lahan tanaman ini dapat membersihkan 3,7 ton SO2 pertahun (Carpenter, et al., 1975). Penelitian lain menunjukkan bahwa area hijau seluas 500 meter di sekitar pabrik dapat menurunkan konsentrasi sulfur dioksida (SO2) sebanyak 67% (Robinette 1972 dalam Grey dan Deneke 1978). Penelitian tentang pencemaran ozon dan area hutan menunjukkan bahwa massa udara dengan konsentrasi ozon sebesar 150 ppm yang dilepaskan di hutan selama 8 jam, akan diserap oleh vegetasi sebesar 80% di antaranya (Grey dan Deneke, 1978). Hasil-hasil tersebut membuktikan bahwa tanaman efektif dalam membersihkan polutan dari udara. Tanaman menyerap karbondioksida dan melepaskan oksigen. Tanaman memiliki efek yang kecil pada tingkat karbon dioksida dan oksigen kota. Walaupun demikian, sedikit penurunan pada tingkat suplai oksigen dunia akan

13 menghasilkan peningkatan yang cukup besar pada persentase karbon dioksida (Harris dan Dinnes, 1999). Schmid dalam Harris dan Dinnes (1999) menemukan bahwa konsentrasi ozon berkurang dengan cepat pada siang hari dimana tanaman bertranspirasi dengan cepat dibandingkan pada malam hari. Transpirasi mendinginkan udara yang akan memperlambat pembentukan ozon. Nitrogen dioksida dihilangkan secara parsial oleh presipitasi. Polutan diserap oleh jaringan tanaman yang aktif, terutama di daun dan dijerap pada permukaan tanaman (Harris dan Dinnes. 1999). Tanaman dapat menjadi penyaring yang efektif dan dapat digunakan untuk pada area-area strategis untuk membersihkan udara. Tanaman dapat menyerap dan menjerap gas dan polutan padat sampai pada batas tertentu yang dapat ditoleransi oleh tanaman. Penggunaan tanaman yang peka terhadap polusi udara pada lingkungan yang tercemar berat dapat menyebabkan tumbuhan menderita bahkan mati. Dengan diketahuinya jenis tanaman yang tahan terhadap pencemar udara, tanaman akan dapat tumbuh dengan baik walaupun terkena paparan pencemar udara sedang sampai tinggi (Dahlan, 2004). Karena itu, pemilihan tanaman untuk daerah dengan tingkat pencemaran tinggi, misalnya jalan yang tercemar, perlu dilakukan dengan cermat. Jenis tanaman yang dapat menyerap gas antara lain tanaman yang mempunyai banyak stomata, tahan terhadap gas tertentu dan tingkat pertumbuhan tanaman cepat. Kemampuan daun tanaman dalam menyerap gas beracun pencemar udara dipengaruhi beberapa faktor antara lain daya kelarutan polutan di dalam air/cairan sel, kelembaban lingkungan di sekitar daun, intensitas

14 cahaya matahari, kedudukan daun, keadaaan saat penyerapan (gelap/terang) (Smith, 1981 dalam Dahlan, 2004). Selain vegetasi, pergerakan angin juga dapat mempengaruhi penyebaran polusi udara. Karena itu, untuk mengurangi polusi udara, penanaman vegetasi dapat dilakukan tegak lurus dengan arah angin (Grey dan Deneke, 1978). Selain itu, penanaman juga ditempatkan di sekitar sumber polusi. Penanaman yang terbuka sebaiknya juga dikombinasikan dengan barrier yang padat. E. Fungsi Tanaman Lansekap Jenis tanaman yang akan ditanam sebaiknya tidak hanya mempunyai satu manfaat melainkan ada manfaat lain yaitu dari aspek ekologis, aspek estetika, aspek keselamatan dan aspek kenyamanan. Bagian dari tanaman yang menjadi pertimbangan pemanfaatanya adalah dari organ (batang, daun, buah, bunga dan perakaranya serta sifat perkembangannya. Sebagai contoh, dari tajuk, bunga dan daun dapat menimbulkan kesan keindahan (estetika), dari beberapa bunga yang mengeluarkan aroma segar dan warna yang menarik, batang dan daun dapat bermanfaat sebagai peneduh, pembatas, penghalang angin, penghalang silau dari lampu kendaraan dan cahaya matahari. Disamping itu juga manfaat penanaman pohon di jalan adalah sebagai ciri atau maskot suatu daerah yaitu tanaman lokal atau tanaman eksotik yang khas dan hanya dapat tumbuh dan berkembang khusus pada daerah tertentu atau hanya ada di Indonesia. 1. Mengurangi pencemar udara (CO2) Secara umum jenis tanaman yang berhijau daun (chlorophyl) dalam proses fotosintesisnya dengan bantuan cahaya matahari akan

15 menggunakan karbondioksida (CO2) dari udara atau lingkungan sekitarnya diubah antara lain menghasilkan Oksigen (O2). Gas CO2 sebagai salah satu gas rumah kaca yang dapat menimbulkan pemanasan global akan direduksi oleh tanaman. Semua jenis tanaman yang berklorofil memanfaatkan CO2 untuk proses biokimia yang dibantu cahaya matahari dapat menghasilkan O2 yang dibutuhkan untuk kehidupan mahluk hidup di bumi. 2. Penyerap Kebisingan Beberapa jenis tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tanaman (pohon, perdu/semak) yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal dan bermassa daun padat. Jenisjenis tanaman tersebut diperlukan pada tempat-tempat yang berada di pinggir jalan yang membutuhkan ketenangan dan kenyamanan, antara lain yaitu tempat fasilitas umum (tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, perkantoran dan lainya). Contoh tanaman yang bertajuk tebal dan massa daun padat antara lain: tanjung, kiara payung, teh-tehan pangkas, puring, pucuk merah, kembang sepatu, bougenville, oleander.

16 Gambar 2. Tanaman Berfungsi Sebagai Penyerap Kebisingan 3. Penghalang Silau Cahaya lampu kendaraan dari arah yang berlawanan saat malam hari seringkali mengganggu pandangan atau silau bagi pengemudi lainya yang berlawanan arah. Salah satu cara penanganannya dengan cara menanam tanaman di tepi jalan dan median jalan. Sebaiknya dipilih pohon atau perdu yang bermassa daun padat, ditanam rapat pada ketinggian 1,5m. Pada jalur jalan raya bebas hambatan, penanaman pohon tidak dibenarkan pada jalur median jalan. Sebaiknya pada jalur median ditanam tanaman semak, agar sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi. Contoh: bougenville, puring, pucuk merah, kembang sepatu, oleander, nusa indah.

17 Gambar 3. Tanaman Berfungsi Sebagai Penghalang Silau 4. Pembatas Pandang Tanaman dapat pula dimanfaatkan sebagai penghalang pandangan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk ditampilkan atau dilihat, seperti timbunan sampah, tempat pembuangan sampah, dan galian tanah. Jenis tanaman tinggi dan perdu/semak yang bermassa daun padat dapat ditanam berbaris atau membentuk massa dengan jarak tanam rapat. Contoh: bambu, glodokan tiang, cemara, puring, pucuk merah, kembang sepatu, oleander. Gambar 4. Tanaman Berfungsi Sebagai Pembatas Pandang

18 5. Pengarah Tanaman dapat dipakai sebagai penghalang pergerakan manusia dan hewan. Selain itu juga dapat berfungsi mengarahkan pergerakan. Lansekap tepi jalan yang baik dapat memberikan arah dan petunjuk bagi pengendara. Fungsi penanaman dapat menolong/membantu pengguna jalan menginformasikan adanya tikungan jalan atau mendekati jembatan. Walaupun penanaman seperti itu harus didesain dengan pertimbangan untuk keselamatan lalu lintas, pemeliharaan yang murah dan mengurangi penyiangan. Contoh: cemara, glodokan tiang, palem. Gambar 5. Tanaman Berfungsi Sebagai Pengarah 6. Memperindah Lingkungan Lansekap yang indah/cantik dan jalan yang teduh ditanami pohon dan tanaman lain di sepanjang jalan akan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif, membuat santai dan ketenangan dari ketegangan bagi pengendara. Penanaman perdu dan pohon, khususnya di daerah perkotaan

19 didesain berkaitan dengan jenis dan fungsi dari jalan untuk mengurangi beberapa gangguan antara lain polusi udara dan kebisingan. 7. Penahan Benturan Kecelakaan akan terjadi ketika pengendara mengalami kelelahan, lepas kendali, mabuk, melebihi batas kecepatan atau mencoba menghindari benturan pada objek yang membahayakan di jalan. Pada lokasi dimana hal-hal seperti itu terjadi, lingkungan tepi jalan yang dapat membantu pengendara mengurangi kemungkinan membentur objek yang keras dengan menggunakan tanaman. Penanaman perdu yang berakar dengan kuat dan tumbuh dengan baik, akan mengurangi kerusakan dan kecelakaan pada kendaraan dan pengemudi daripada memasang pembatas/dinding yang keras. 8. Pencegah Erosi Kegiatan manusia dalam menggunakan lahan, selain menimbulkan efek positif juga menyebabkan efek negatif terhadap kondisi tanah/lahan, misalnya dalam pembentukan muka tanah, pemotongan, dan penambahan muka tanah (cut and fill). Kondisi tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi oleh karena pengaruh air hujan dan embusan angin yang kencang. Akar tanaman dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap pukulan air hujan serta tiupan angin. Selain itu dapat untuk menahan air hujan yang jatuh secara tidak langsung ke permukaan tanah. Pohon, perdu dan rumput dapat membantu dalam mengendalikan erosi tanah.

20 9. Habitat Satwa Tepi jalan akan menyediakan tempat bagi tanaman yang harus ditanam kembali. Hal ini membantu mengembalikan kesimbangan sistem ekologi. Spesies yang diadopsi pada kondisi lahan yang khusus dan mempunyai nilai keilmuan dan pengobatan harus dilindungi. Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan diperkotaan adalah burung. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan tanaman sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Tanaman sebagai sumber makanan bagi hewan serta tempat berlindung kehidupannya. Hingga secara tidak langsung tanaman dapat membantu pelestarian kehidupan satwa. 10. Pemecah Angin Pemilihan tanaman yang ditanam sepanjang koridor jalan akan berfungsi sebagai pemecah angin, dengan demikian mengurangi efek dari angin pada pengendara, khususnya angin kencang dan angin lintang Jenis tanaman yang dipakai harus tanaman tinggi dan perdu/semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan jarak tanam rapat < 3m. Contoh: glodokan tiang, cemara, angsana, tanjung, kiara payung, kembang sepatu, puring, pucuk merah.

21 Gambar 6. Tanaman Berfungsi Sebagai Pemecah Angin F. Jenis Tanaman Jalan Tabel 1. Fungsi dan Jenis Tanaman Jalan No. Fungsi Persyaratan Jenis Tanaman 1 Peneduh a. Ditempatkan pada jalur tanaman ( minimal 1,5 m) b. Percabangan 2 m di atas tanah. c. Bentuk percabangan batang tidak merunduk. d. Bermassa daun padat. e. Ditanam secara berbaris. - Kiara Payung (Filicium decipiens) - Tanjung (Mimusops elengi) - Angsana (Ptherocarphus indicus) 2 Penyerap polusi udara 3 Penyerap kebisingan a. Terdiri dari pohon, perdu/semak. b. Memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh udara. c. Jarak tanam rapat. d. Bermassa daun padat. a. Terdiri dari pohon, perdu/semak. b. Membentuk massa. c. Bermassa daun rapat. d. Berbagai bentuk tajuk. - Angsana (Ptherocarphus indicus) - Akasia daun besar (Accasia mangium) - Oleander (Nerium oleander) - Bogenvil (Bougenvillea Sp) - Tanjung (Mimusops elengi) - Kiara payung (Filicium decipiens) - Teh-tehan pangkas (Acalypha sp) - Kembang Sepatu (Hibiscus rosa

22 4 Pemecah angin a. Tanaman tinggi, b. Perdu / semak. c. Bermassa daun padat d. Ditanam berbaris atau membentuk massa. e. Jarak tanam rapat <3m. 5 Pembatas pandang 6 Penahan silau lampu kendaraan (pada median) Sumber: Kementerian PU, 2012 a. Tanaman tinggi, perdu/semak b. Bermassa daun padat c. Ditanam berbaris atau membentuk massa d. Jarak tanam rapat. a. Tanaman perdu/semak b. Ditanam rapat. c. Ketinggian 1,5 m d. Bermassa daun padat sinensis) - Bogenvil (Bogenvillea sp) - Oleander (Nerium oleander) - Cemara (Cassuarinaequisetifolia) - Angsana (Ptherocarphus indicus) - Tanjung (Mimusops elengi) - Kiara Payung (Filicium decipiens) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Bambu (Bambusa sp) - Cemara (Cassuarina equisetifolia) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Oleander (Nerium oleander) - Bogenvil (Bogenvillea sp) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Oleander (Netrium oleander) - Nusa Indah (Mussaenda sp)

23