48 Media Bina Ilmiah ISSN No

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Novia Wijayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

Ai Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN PIKIRAN POKOK TEKS BACAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Anna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

Vol. 1 No. 1 ISSN

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lokasi cukup

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI TUMBUHAN HIJAU. Etmini

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Panas di Kelas IV SD Inpres Siuna

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tugiyana 2 SDN 1 Kalitinggar Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data hasil penelitian yang akan di paparkan peneliti adalah data hasil

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Transkripsi:

48 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV DI SDN 1 GONTORAN OLEH M. NUHIRMAN. S. Guru pada SDN 1 Gontoran ABSTRAK: Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa dengan menerapkan tipe pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Kedaulatan Rakyat Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 1 Gontoran tahun pembelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi kelas dan teknik tes. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar berupa nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 62,86 dengan persentase ketuntasan 50,00%, pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 68,33 dengan ketuntasan 66,67% dan pada siklus III diperoleh nilai rata-rata 72,91 dengan persentase ketuntasan 83,33%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok bahasan Kedaulatan Rakyat Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia kelas IV SDN 1 Gontoran semester II tahun pembelajaran 2015/2016. Kata-Kata Kunci : Pembelajarn Kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar A. PENDAHULUAN Orientasi proses belajar mengajar ditekankan pada sistem pengajaran yang mengikutsertakan siswa aktif berpartisipasi sehingga melibatkan intelektual dan emosi siswa. Kegiatan belajar senantiasa memusatkan perhatian pada usaha membangkitkan minat, bakat, semangat, daya cipta (kreativitas), tingkat kepercayaan diri dan kemampuan siswa untuk menemukan dan memecahkan permasalahan dengan upaya sendiri. Guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang peserta didik yang menjadi sasaran tugasnya. Pemahaman mencakup kesiapan, kemampuan dan latar belakang peserta didik yang semua itu akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Dengan demikian guru masih memerlukan bekal memadai dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar dengan strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi efektif, menarik dan dapat meningkatkan minat, partisipasi dan hasil belajar siswa (Sukidin, 2002:145). Rendahnya daya serap siswa terhadap mata pelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan di kelas dimana saya mengajar telah membuat keprihatinan dan keresahan bagi diri saya. Fakta yang terungkap melalui ulangan harian pada pokok bahasan sebelumnya yaitu Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Aspek Kehidupan, ternyata dari 24 siswa kelas IV hanya 10 orang siswa yang mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan 14 siswa lainnya mendapat nilai dibawah 70. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan memahami pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Setelah melakukan refleksi diri, penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa penyebab kurangnya daya serap siswa antara lain: rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dan kurangnya interaksi antar siswa. Sehubungan dengan akar permasalahan ini, maka akan dicoba diatasi dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga siswa dapat terlibat dalam proses belajar mengajar dan melakukan interaksi yang lebih banyak dengan teman-teman mereka. B. TINJAUAN PUSTAKA a) Belajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Sardiman (2003), belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda Vol. 10 No. 4 April 2016 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 49 bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dari pendapat ini juga menekankan suatu indikator belajar dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai suatu usaha seseorang untuk mengubah tingkah lakunya melalui pengalaman dan interaksi dnegan lingkungan yang dilakukan secara sadar, terarah dan bertujuan. Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang menyeluruh dari pengalamannya sendiri, dan sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. b) Hasil Belajar Sumadi S (1991), mengemukakan hal-hal pokok dalam belajar adalah membawa perubahan, yang pada pokoknya didapat kecakapan baru sehingga menghasilkan sesuatu karena usaha. Menurut Slameto(1998), tes hasil adalah sekelompok pertanyaan berbentuk lisan maupun tulisan yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan mengukur kemajuan belajar siswa. Jadi dari kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menimbulkan nilai tertentu yang didapat dari hasil belajar dan diukur dengan rata-rata dari hasil tes yang diberikan. c) Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan atau kesibukan agar terjadi perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003) Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya selaras dengan kombinasinya dengan sumber belajar yang lain. Aktivitas yang direncanakan sebagai sumber belajar lebih banyak merupakan teknik khusus yang memberikan fasilitas belajar. Misalnya demonstrsi, tanya jawab, belajar tuntas dan pengajaran terprogram. Aktivitas juga bisa terlibat hanya kegiatan mentalnya saja, tetapi juga dapat disertai dengan aktivitas-aktivitas jasmani dan rohani. d) Model Pembelajaran Tipe STAD Adapun ciri-ciri STAD menurut Slavin dalam Muslimin (2000) sebagai berikut: 1. Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan perhatiannya, karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja mereka di dalam kelompok. 2. Anggota kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, mereka heterogen dalam berbagai hal seperti prestasi akademik, jenis kelamin, dan status sosial dan etnis. 3. Setelah satu atau dua kali pertemuan diadakan tes individu yang harus dikerjakan siswa sendiri-sendiri. 4. Materi pelajaran disiapkan oleh guru dalam bentuk lembar kegiatan siswa. 5. Penempatan siswa dalam kelompok lebih baik ditentukan oleh guru Langkah-langkah mengantarkan siswa kepada STAD: 1. Guru membagi siswa kedalam kelompok heterogen 2. Guru membuat lembar kegiatan siswa dan soal latihan untuk pelajaran yang direncanakan akan diajarkan. Selama belajar kelompok tugas amggota kelompok adalah menguasai secara tuntas materi yang dipresentasikan oleh guru dan membantu anggota kelompok mereka menguasai secara tuntas materi tersebut. Siswa mendapat LKS yang dapat digunakan untuk latihan keterampilan yang sedang diajarkan dan menilai diri mereka sendiri dan anggota kelompok mereka. 3. Setelah terbentuk kelompok, siswa dibantu bekerja sama mengatur bangku dan meja kursi mereka, dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk saling lebih akrab dengan anggota kelompoknya. 4. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tugas-tugas mereka ketika meraka belajar kelompok, agar tidak menyita waktu banyak guru membuat langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan diagram atau tabel. 5. Guru membagikan LKS kepada masingmasing kelompok, kemudian guru mempresentasikan materi sambil membimbing siswa melengkapi dan mengerjakan latihan soal pada LKS. e) Kedaulatan Rakyat Rakyat adalah orang yang tunduk pada suatu pemerintah negara. Dalam negara ada yang memerintah dan ada yang diperintah, yang memerintah negara disebut pemerintah dan yang diperintah oleh negara disebut rak-yat. Oleh karena itu, keberadaan suatu negara sangat ditentukan oleh dukungan rakyat. Istilah rakyat berbeda dengan istilah warga negara, penduduk, bangsa, dan masyarakat. Warga negara ialah orang yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu negara. Adapun pengertian penduduk ialah orang yang http://www.lpsdimataram.com Vol. 10 No. 4 April 2016

50 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 bertempat tinggal pada wilayah suatu negara. Penduduk dibedakan antara warga negara dan warga negara asing. Pengertian bangsa ialah sekelompok orang yang memiliki perasaan senasib akan keberadaan suatu negara. Sedang-kan pengertian masyarakat ialah sekelompok orang yang tinggal bersama di suatu daerah tertentu dan terikat pada nilai-nilai tertentu yang diterima secara bersama. Pengertian kedaulatan rakyat berhubungan erat de-ngan pengertian perjanjian masyarakat dalam pembentukan asal mula negara. Negara terbentuk karena adanya perjanjian masyarakat. Perjanjian masyarakat disebut juga dengan istilah kontrak sosial. Ada beberapa ahli yang telah mempelajari kontrak sosial, antara lain Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jaques Rousseau. Kedaulatan rakyat mengandung arti, bahwa yang terbaik dalam masyarakat ialah yang dianggap baik oleh semua orang yang merupakan rakyat. Pengertian kedaulatan itu sendiri adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya de-ngan semua cara yang tersedia. Oleh karena itu, kedaulatan rakyat membawa konsekuensi, bahwa rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kedaulatan rakyat berarti juga, pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemerintahan dari rakyat berarti mereka yang duduk sebagai penyelenggara pemerintahan terdiri atas rakyat itu sendiri dan memperoleh dukungan rakyat. Pemerintahan oleh rakyat mengandung pengertian, bahwa pemerintahan yang ada diselenggarakan dan dilakukan oleh rakyat sendiri baik melalui demokrasi langsung maupun demokrasi perwakilan. Pemerintahan untuk rakyat artinya pemerintahan yang dilaksanakan sesuai dengan kehendak rakyat. Contoh lain tentang pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat dapat dilakukan melalui demokrasi langsung maupun demokrasi perwakilan. Demokrasi langsung bercirikan rakyat mengambil bagian secara pribadi dalam tindakan-tindakan dan pemberian suara untuk membahas dan menge- sahkan undang-undang. Sedangkan demokrasi perwakilan, rakyat memilih warga lainnya se- bagai wakil yang duduk di lembaga perwakilan rakyat un- tuk membahas dan mengesahkan undang-undang. C. METODE PENELITIAN a) Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini, tindakan perbaikan proses pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus. Dengan materi peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan tingkat pusat. Secara umum prosedur penelitian tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus sama, yang membedakan adalah materi pelajaran yang berlanjut. Rincian kegiatan penulis selaku peneliti dijabarkan sebagai berikut: 1. Perencanaan tindakan Pada tahap perencanaan penulis selaku guru Pendidikan Kewarganegaraaan dan rekan sejawat selaku observer merencanakan satuan pelajaran dengan materi peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan tingkat pusat. Kegiatan yang dilakukan adalah: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Membuat skenario pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. c. Membuat lembar observasi untuk memantau perkembangan siswa. d. Membuat alat evaluasi untuk dikerjakan di kelas 2. Pelaksanaan Tindakan Proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai skenario pembelajaran yang telah direncanakan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaku tindakan adalah penulis selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan dan yang bertindak sebagai observer adalah teman sejawat sesama guru di SDN 1 Gontoran Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 3 siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan yaitu pertemuan pertama siswa dan guru membahas materi tentang peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan tingkat pusat, sedangkan pertemuan kedua adalah tes siklus I dan pemberian umpan balik oleh guru; Siklus II terdiri dari tiga pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua siswa membahas materi peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan tingkat pusat pertemuan kedua diadakan tes siklus II dan pemberian umpan balik oleh guru; Siklus III terdiri dari tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua siswa membahas Sikap Positif Terhadap peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan tingkat pusat dan pertemuan ketiga diadakan tes siklus III. 3. Tahap Observasi Observasi perkembangan siswa dilakukan oleh teman sejawat yang juga guru di SDN 1 Gontoran dengan menggunakan lembar observasi Vol. 10 No. 4 April 2016 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 51 dan tes. Adapun untuk mengobservasi kemajuan belajar siswa digunakan tes tertulis bentuk pilihan ganda dan uraian. 4. Refleksi Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti bersama-sama observer mendiskusikan aspek-aspek tindakan perbaikan, kemajuan siswa dan hasil tindakan. Hasil diskusi ini kemudian digunakan untuk membuat perencanaan ulang bila diperlukan dan memperbaiki proses pembelajaran. b) Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januaari sampai dengan Maret 2015 di SDN 1 Gontoran c) Subjek dan Objek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa Kelas IV SDN 1 Gontoran 24 Orang, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah upaya peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa pada materi peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan tingkat pusat melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. d) Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara berikut ini: 1. Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah (PR) untuk mengetahui perkembangan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa di akhir pembelajaran. 2. Tes tertulis pada setiap akhir siklus untuk mengetahui kemajuan atau peningkatan hasil belajar per siklus. 3. Observasi menggunakan tabel pedoman observasi untuk mengetahui perkembangan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. e) Teknik Analisis Data Penelitian ini bersifat deskriftif dengan menggunakan rata-rata, persentase, dan grafik. 1. Rata-rata Rata-rata digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu kelas dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan rnembandingkan rata-rata skor hasil belajar masing-masing siklus 2. Persentase Persentasi digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III siklus b = Skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus sebelumnya D. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN a) Hasil Penelitian 1. Siklus I Hasil belajar siswa ditinjau dari tes akhir pada siklus I terlihat bahwa nilai rata-rata hasil test yang diperoleh adalah sebesar 62,08. Nilai yang diperoleh siswa secara individu memang masih sangat bervariasi terutama nilai tes akhir setiap siklus, ada yang mendapatkan nilai 80 tetapi ada juga yang mendapatkan nilai kurang dari 50. Ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebesar 70, pada siklus pertama hanya mencapai ketuntasan belajar sebesar 50,00 % (12 orang tuntas dan 12 orang belum tuntas). Kenyataan ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I belum memberikan hasil yang baik dan merata kepada seluruh siswa dan hasil yang diperoleh masih jauh dari hasil yang diinginkan oleh guru. Sehubungan dengan masalah di atas, peneliti bersama observer mendiskusikan tindakan yang perlu diperbaiki pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus pertama dapat diketahui hambatan-hambatan yang terjadi selama pembelajaran kooperatif berlangsung yaitu sebagai berikut a. Masih banyak siswa yang kurang memahami tugas dan perannya dalam kelompok belajarnya. b. Ada sejumlah siswa yang mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain malah ada yang tidak dapat berperan serta. c. Siswa yang pandai terkadang ingin menyelesaikan soal-soal yang diberikan dalam lembar kerja secara individu atau tidak bekerjasama sehingga belum terlihat adanya upaya siswa yang pandai untuk membantu siswa yang kurang pandai. d. Ditemui adanya siswa yang hanya menunggu hasil kerja temannya tanpa mau berusaha dan berkerjasama. e. Ditemuinya siswa yang hanya mengobrol dengan teman sekelompoknya dan yang dibicarakan bukan materi yang sedang dibahas di kelas. Melihat berbagai hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan STAD pada siklus pertama maka disimpulkan bahwa peran peneliti selaku guru dalam membimbing siswa untuk dapat bekerjasama perlu ditingkatkan. Perlu dijelaskan lebih lanjut kepada siswa mengenai proses belajar kelompok STAD dan tujuan yang hendak dicapai dari proses pembelajaran ini. 2. Siklus II Berdasarkan hasil observasi yang diperoieh pada siklus kedua dapat diketahui bahwa selama http://www.lpsdimataram.com Vol. 10 No. 4 April 2016

52 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 pembelajaran kooperatif STAD berlangsung siswa sudah mulai memahami tugas dan perannya dalam kelompok belajarnya. Siswa terlihat lebih aktif dan bersemangat mengerjakan secara bersama-sama lembar kerja yang diberikan dan dalam menyimak penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Tidak seperti pada siklus sebelumnya, tampaknya para siswa tidak asing lagi dengan suasana belajar kelompok. Siswa yang lebih pandai telah dapat membimbing temannya yang belum mengerti, sehingga suasana belajar kelompok dapat berjalan dengan baik. Secara keseluruhan siswa dinilai baik dalam memperhatikan penyajian materi yang diberikan oleh guru sebelum kerja kelompok, demikian pula partisipasi siswa dinilai cukup baik. Ditinjau dari nilai rata-rata siswa, pada siklus II juga mengalami peningkatan dari rata-rata siklus I sebesar 62,08 menjadi 68,33 atau terjadi peningkatan sebesar 6,25. Sedangkan ketuntasan belajar mencapai 66,67 % (16 orang tuntas dan 8 orang belum tuntas). Hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif STAD pada siklus II ini adalah: a. Masih ditemui ada siswa yang terlihat malas dan lebih banyak berbicara dengan temannya mengenai hal yang tidak ada hubungannya dengan materi. b. Ditemukan siswa yang memang pendiam tetap tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan teman sekelompoknya sehingga terlihat pasif. Hasil refleksi siklus kedua oleh guru bersama observer menyarankan agar guru lebih bersemangat dalam memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Mengajak siswa untuk melihat hasil yang didapat selama belajar kelompok agar mereka menjadi lebih termotivasi. Untuk meningkatkan pemahaman dan kerjasama siswa maka diperlukan suatu tindakan di siklus ketiga agar hasil yang diperoleh dapat lebih ditingkatkan lagi khususnya pemahaman dan kerjasama siswa tiap kelompok agar semua siswa lebih terlibat aktif dan mau membantu teman yang mengalami kesulitan. Diupayakan pada siklus ketiga dilakukan rencana perubahan kelompok sebagai upaya penyegaran pengajaran dengan menempatkan siswa yang pendiam dan tetap tidak dapat berkomunikasi dengan teman dekatnya yang memiliki keterampilan sosial yang baik. 3. Siklus III Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus ketiga dapat diketahui bahwa dibandingkan dengan dua siklus sebelumnya selama pembelajaran kooperatif tipe STAD berlangsung siswa benar-benar berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus ketiga ini diketahui bahwa siswa yang pendiam dan pemalu dapat lebih aktif berdiskusi jika diletakkan dalam satu kelompok yang di dalamnya ada salah satu teman dekatnya yang memiliki keterampilan sosial yang baik. Siswa yang pandai ternyata lebih dapat menyesuaikan diri dalam kelompok yang berbeda. Walaupun hambatan-hambatan yang terlihat pada siklus pertama dan siklus kedua masih nampak namun dapat diatasi dengan baik. Guru tidak lagi mengalami kesulitan dalam pembimbingan dan pengelolaan kelas karena siswa terlihat telah terbiasa mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD. Pada siklus III ini, rata-rata nilai yang diraih siswa mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pada siklus II sebesar 68,33 menjadi 72,91 atau meningkat sebesar 4,58% dari siklus II. Ditinjau dari KKM, proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar sebesar 83,33 % yaitu sekitar 30 orang tuntas, sedangkan 5 orang lainnya belum tuntas. Guru dan observer tidak melanjutkan ke tindakan selanjutnya karena hasil yang diperoleh sudah baik berdasarkan nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar. b) Pembahasan STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin merupakan pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif STAD, siswa perlu dikenalkan dan diberikan informasi tentang pembelajaran kooperatif tersebut. Model pembelajaran dan rencana pembelajaran merupakan hal penting untuk merencanakan agar siswa memiliki pemahaman yang jelas tentang peran mereka dan tujuan atau hasil yang ingin dicapai dalam suatu pembe1ajaran kooperatif. Tugas perencanaan penting lainnya adalah menetapkan bagaimana waktu dan ruang yang akan digunakan. 1. Siklus I Hasil observasi pada aktivitas guru menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menyajikan materi tentang dinilai cukup karena terpenuhinya 4 dari 6 kriteria yang ada yaitu (a) menyampaikan pelajaran dengan tepat dan jelas. (b) pertanyaan yang dilontarkan mengenai sasaran, (c) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, (d) memperhatikan reaksi atau tanggapan yang berkembang pada diri siswa. Kemampuan guru dalam menyajikan contoh dianggap baik karena sebagian besar siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan siswa dapat memahami contoh soal yang diberikan guru. Vol. 10 No. 4 April 2016 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 53 Kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut dinilai cukup karena hanya 2 dari 4 kriteria yang dipenuhi yaitu : a) guru mampu menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan (b) guru memperhatikan minat yang sesuai dengan diri siswa. Adapun bimbingan yang diberikan guru kepada siswa cukup karena guru cenderung memberikan perhatian kepada siswa yang pandai saja. Hal ini disebabkan karena siswa yang lebih pandai biasanya lebih aktif bertanya kepada guru. Pengelolaan kelas dinilai baik karena sebagian siswa dapat menyelesaikan latihan soal dengan cepat tanpa membuang waktu. Adapun hasil tes pada tes individu siklus I adalah yang mendapat skor 50 sebanyak 10 orang, skor 60 sebanyak 2 orang, skor 70 sebanyak 11 orang dan yang mendapatkan skor 80 sebanyak 1 orang. Berdasarkan kenyataan tersebut guru dan observer secara bersama mempertimbangkan bahwa untuk tindakan selanjutnya diperlukan bimbingan dan pengelolaan kelas yang lebih baik agar suasana kelas dalam belajar kelompok lebih hidup. Bantuan belajar yang diberikan siswa yang pandai kurang efektif jika tanpa pengarahan dari guru. Pada siklus kedua tidak diadakan perubahan kelompok pada siklus selanjutnya karena pada siklus pertama ini siswa dikatakan masih dalam tahap peralihan dan belajar dengan klasikal ke pembelajaran kooperatif yaitu STAD. Guru mengupayakan agar siswa lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dengan sosialisasi lebih lanjut tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok. Hasil rata-rata belajar siswa memang sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan proses pembelaran pada pokok bahasan sebelumnya. Akan tetapi sebagian besar kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah siswa kurang fokus dan masih bingung dalam kegiatan belajar dan menerima materi. Langkah perbaikan akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya 2. Siklus II Pada siklus II, siswa tetap ditempatkan pada kelompok yang sama dengan siklus pertama dengan tiap kelompok terdiri dan 4-5 orang siswa hanya saja diperlukan bimbingan yang lebih baik dari guru. Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terlihat pada perhatian siswa yang dinilai baik karena siswa tidak ragu-ragu untuk mempertanyakan materi yang baru dijelaskan oleh guru. Partisipasi siswa dinilai baik karena siswa mampu menyelesaikan tugastugas pada lembar kerja dengan cepat. Pemahaman siswa dinilai baik karena siswa dapat mengerjakan tugas-tugas pada lembar kerja. Kerjasama siswa telah mengalami peningkatan karena sebagian besar siswa telah dapat bekerja sama dengan baik dalam timnya. Meskipun masih ada siswa yang kesulitan dalam berkomunikasi dalam anggota kelompoknya. Seringkali dalam interaksi siswa tidak saling mendengarkan satu terhadap yang lain. Melainkan mereka duduk di dalam kelas menunggu giliran untuk berbicara dalam kelompok kecil. Adapun hasil tes pada tes individu kedua yang dilaksanakan untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah mereka pelajari. Soal yang diberikan sebanyak 10 soal berbentuk essai dan dikerjakan dalam waktu 2 x 40 menit. Setelah selesai mengerjakan soal tes individu, siswa saling menukarkan hasil pekerjaan mereka dengan siswa anggota tim lain dan mengumpulkan pekerjaan tersebut untuk kemudian diperiksa guru pada kesempatan yang lain. Hasil tes individu 2 (siklus kedua) mengalami peningkatan dari siklus pertama, yaitu dari 62,08menjadi 68,33 dengan ketuntasan belajar 66,67 %. Siswa yang mendapat skor 50 sebanyak 3 orang, skor 60 sebanyak 6 orang, skor 70 sebanyak 7 orang, dan skor 80 sebanyak 8 orang. Berdasarkan kenyataan tersebut guru dan observer secara bersama merasa belum puas atas hasil yang dicapai siswa dan memutuskan untuk tindakan selanjutnya diperlukan bimbingan dan pengelolaan kelas yang lebih baik agar suasana kelas dalam belajar kelompok lebih hidup. Mengupayakan agar siswa lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Dari hasil observasi pada proses pembelajaran berlangsung, guru dan observer berupaya untuk lebih memantapkan metode pembelajaran kooperatif STAD dengan meminta siswa agar lebih dapat bekerjasama dalam kelompoknya, menjalin interaksi yang baik dan mampu berkomunikasi dengan baik antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Siswa diminta untuk melihat lembar penilaian mingguan sebagai motivasi belajar dalam kelompok. Pelaksanaan pembelajaran siklus II mengalami perubahan menjadi lebih baik dari siklus I. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan ratarata hasil belajar siswa pada siklus kedua yakni dari 62,08 naik menjadi 68,33. Berdasarkan kenyataan yang ada maka persentase peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 6,25. Berdasarkan masalah yang dihadapi pada siklus II belum terselesaikan, maka peneliti (guru) beserta observer (teman sejawat) sepakat untuk melanjutkan siklus ketiga sehingga diperoleh hasil yang maksimal karena persentase ketuntasan belajar siswa belum mencapai 80 %. 3. Siklus III http://www.lpsdimataram.com Vol. 10 No. 4 April 2016

54 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Pada hasil observasi tindakan siklus ketiga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dari dua siklus sebelumnya karena siswa mulai terbiasa belajar dalam tim. Perhatian siswa dinilai baik karena siswa tidak ragu-ragu untuk bertanya pada setiap materi yang baru dijelaskan oleh guru. Partisipasi siswa dinilai baik karena sekitar 80% siswa mampu mengerjakan tugas-tugas dalam lembar kerja dengan cepat. Pemahaman siswa dinilai baik karena siswa mampu mengerjakan tugas-tugas dalam lembar kerja melalui kerjasama yang baik dalam timnya. Kerjasama dalam kelompok dinilai baik karena siswa-sisva yang pendiam dan malu dapat bekerjasama dengan baik, Siswa yang pandai dapat beradaptasi dan berkomunikasi dalam kelompok yang berbeda. Hasil observasi pada aktivitas guru semakin meningkat. Materi sub pokok bahasan yang disampaikan oleh guru dinilai baik, karena terpenuhinya 5 dari 6 kriteria yang ada yaitu (a) menyampaikan pelajaran dengan tepat dan jelas, (b) pertanyaan yang dilontarkan mengenai sasaran, (c) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, (d) memperhatikan reaksi atau tanggapan yang berkembang pada diri siswa dan (e) memberikan pujian-pujian bagi jawaban-jawaban yang tepat pada siswa. Kemampuan guru dalam menyajikan contoh dianggap hak karena sebagian besar siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan siswa dapat memahami contoh soal yang diberikan guru. Kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut dinilai baik karena memenuhi 3 dari 4 kriteria yaitu a) guru mampu menimbulkan rasa ingin tahu siswa, (b) guru memperhatikan minat yang sesuai dengan diri siswa dan (c) guru mampu menimbulkan minat yang relevan dengan diri siswa. Adapun bimbingan yang diberikan guru kepada siswa dinilai baik karena bimbingan guru diberikan hanya kepada siswa yang mengalami kesulitan sehingga siswa lebih aktif bekerja pada kelompoknya masing-masing. Pengelolaan kelas dinilai baik karena sebagian siswa dapat menyelesaikan latihan soal dengan cepat tanpa membuang waktu. Adapun hasil tes pada tes individu ketiga bagi siswa yang dilaksanakan untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah mereka pelajari. Soal yang diberikan sebanyak 10 soal berbentuk essai dan dikerjakan dalam waktu 2 x 40 menit. Setelah selesai mengerjakan soal tes individu, siswa saling menukarkan hasil pekerjaan mereka dengan siswa anggota tim lain dan mengumpulkan pekerjaan tersebut untuk kemudian diperiksa guru pada kesempatan yang lain. Hasil tes individu 3 siklus ketiga juga mengalami peningkatan dari skor siklus pertama dan siklus kedua. Skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 72,91 dengan ketuntasan 83,33 %. Siswa yang mendapat 60 sebanyak 3 orang, skor 70 sebanyak 13 orang, skor 80 sebanyak 4 orang, dan skor 90 sebanyak 4 orang. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus ketiga tersebut, guru dan observer berkesimpulan bahwa tidak perlu lagi melaksanakan tindakan berikutnya karena keberhasilan yang diperoleh sudah melampaui 80% siswa. E. PENUTUP a) Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan di SDN 1 Gontoran Desa Gontoran Kecamatan Lingsar mengenai peningkatan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui pembelajaran kooperatif pada pokok bahasan Kedaulatan Rakyat Dalam Sistem Pemerintahan Indopada materi peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan tingkat pusat, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Students Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa pada materi peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan tingkat pusatdilihat dari rata-rata skor tes tes individu pada setiap siklus. 2. Bimbingan dan pengelolaan kelas yang baik dalam pembelajaran kooperatif Students Teams Achievement Division (STAD) oleh guru sangat membantu dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa. 3. Pengelompokkan siswa dengan teman yang memiliki keterampilan sosial yang baik, merupakan teknik pengelompokkan yang dapat mengaktifkan kelompok, membuat kelompok komunikatif dan adanya aktivitas saling membantu antar kelompok 4. Pemberian tanggung jawab yang disertai penghargaan kepada siswa yang pandai dan pemberian kesempatan kepada siswa yang kurang pandai untuk menampilkan dirinya dapat menjadi motivasi belajar bagi siswa. a) Saran Saran-saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut: Vol. 10 No. 4 April 2016 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 55 1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pengajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan temyata mampu meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa dan memungkinkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini merupakan modal pengembangan kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, salah satu altematif untuk mewujudkan suasana belajar siswa yang aktif dan mampu bersosialisasi adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Dari hasil penelitian selama tiga siklus diketahui bahwa metode Students Teams Achievement Division (STAD) dapat dilaksanakan di kelas dengan baik jika dilakukan pengelompokan dengan menempatkan siswa daam kelompok yang di dalamnya ada teman dekatnya yang memiliki keterampilan sosial yang baik. Hal tersebut tidak terlepas dari kemampuan seorang guru yang telah mengetahui keterampilan sosial sehari-hari siswanya di dalan kelas. 3. Pengaturan waktu yang digunakan untuk pengorganisasian dan keterampilan-keterampilan dalam pembelajaran kooperatif perlu dipersiapkan secata matang sehingga kelompok kecil siswa dapat bekerja dalam kelompoknya masing-masing dengan baik. Sehingga hambatan-hambatan yang terjadi seperti yang pada awalnya metode ini tidak berjalan dan masalah pengelolaan kelas dapat diatasi. DAFTAR PUSTAKA. Muslimin, 2000. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Nasution, S. 2002. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Saukah, A., dkk. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia. http://www.lpsdimataram.com Vol. 10 No. 4 April 2016