PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: MEMBANGUN WIRAUSAHA JAMUR MELALUI PENDAMPINGAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BUSINESS DEVELOPMENT TUNGGAKSEMI AFFINITY GROUPS IN ORDER TO IMPROVEMENT FOOD SECURITY IN SUMBEREJO VILLAGE BATU DISTRICT BATU CITY)

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. METODOLOGI PENELITIAN

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAURAN PEMASARAN PADA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK SANTRI MELALUI BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI PONDOK PESANTREN DARUL HUDA, JABON, SIDOARJO

DAFTAR PUSTAKA. Achmad, mugiono, arlianti,tyas. Asmi, Chotimatul Panduan Lengkap Jamur. Bogor: Penebar Swadaya.

Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga

USAHA JAMUR KUPING (AURICULARIA POLYTRICHA (MONT.) SACC.) PADA MEDIA TUMBUH SERBUK GERGAJI SENGON, KAYU SENGON DAN KAYU MACARANGA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PENDAHULUAN. USAHAI b IKK JAMUR TIRAM

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI dan KUALITAS BUDIDAYA SERTA OLAHAN JAMUR TIRAM PUTIH di KABUPATEN BELU NTT

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas


BUDIDAYA JAMUR TIRAM. Oleh : NILA ANGGRAENI PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Jamur Tiram

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

ABSTRACT PENDAHULUAN. mempelajari cara hidupnya, manusia. berhasil membudidayakan jamur. Pada awalnya, pemenuhan. kebutuhan manusia terhadap jamur

PENGARUH KOMBINASI TAKARAN DEDAK DAN LAMA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

Effect of Kinds of Plant Medium and Length of Time of Composting to Harvest of Ear Mushroom (Auricularia polytricha)

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

V. GAMBARAN UMUM KPJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

INTENSIFIKASI BUDIDAYA JAMUR KUPING DI PAKEM SLEMAN INTENSIFICATION OF JELLY MUSHROOM CULTIVATION IN PAKEM SLEMAN

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Hasil dan Produksi Jamur Tiram di Kabupaten Ciamis

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MEMBANGUN KAMPUNG JAMUR

SIMPLE TECHNIQUES FOR MAKING BAGLOG HOUSEHOLD SCALE TEKNIK SEDERHANA PEMBUATAN BAGLOG UNTUK SKALA RUMAH TANGGA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

PENGONTROLAN TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN PENGONTROL MIKRO

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BIOSCIENTIAE Volume 14, Nomor 1, Januari 2017, Halaman 9-15 ISSN Abstract

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH)

ANALISIS USAHA DAN PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus) STUDI KASUS DI KELURAHAN TANGKERANG TIMUR KECAMATAN TENAYAN RAYA KOTA PEKANBARU

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rincian Biaya dan Penerimaan Usaha Budidaya Jamur Tiram Siklus Tanam Pertama Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH DI KUMBUNG CISEENG DAN UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Kaitan Geografi Ekonomi dengan Budidaya Jamur Tiram

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU. Ermi Tety, Rachmawaty Sri Cintami dan Yusmini

Transkripsi:

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU DEVELOPMENT OF OYSTER MUSHROOM CULTIVATION AS PROSPECTIVE AGRIBUSINESS IN GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU Yenny Sariasih Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT This activity aims to foster the farmers who are members of Gapoktan Seroja I Kandang Limun, Bengkulu to initiate oyster mushroom cultivationas one of the prospective agribusinesses in Bengkulu. This business was chosen due to the fungus growing medium are available in huge quantities and being waste around Kandang Limun. Further, Oyster mushroom demand and price are high. This event is a program of Ipteks bagi Masyarakat (IBM) in collaboration with the Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Training activities include the cultivation, manufacture kumbung measuring 3x4m which capacity of 2000 baglogs, baglog manufacture, sterilization baglog, inoculation, incubation for 3-6 weeks until the harvesting and marketing. Gapoktan Seroja I have been able to make ± 1500 baglog and have been able to produce white oyster mushroom ± 5 to10 kg per day. Fresh mushrooms sold at Rp. 20,000-24.000/kg. With good management and sustainable production, the oyster mushroom cultivation can be one of the prospective agribusiness for Gapoktan Seroja I Kandang Limun, Bengkulu. Keywords: Oyster Mushroom Cultivation, Agribusiness. PENDAHULUAN Gapoktan Seroja I Kelurahan Kandang Limun Bengkulu mulai didirikan pada tahun 2007 dengan anggota sebanyak 77 orang yang berasal dari 5 kelompok tani, yaitu: Kelompok Tani Kesetiakawanan Sosial, Sekundang Serasan, Limun Jaya, Karya Bakti dan Makmur Bersama. Selama ini, Gapoktan ini melakukan beberapa kegiatan usaha yang bersifat musiman, seperti memproduksi pupuk organik, penawaran jasa pembajakan sawah dan AGRISEP Vol. 13 No. 1 Maret 2013 Hal: 11 18 11

perontokan gabah pada saat panen disamping bertani dan berkebun. Namun demikian, kegiatan usaha yang telah dilakukan ini dirasakan kurang memberikan kontribusi yang berarti dalam perbaikan perekonomian keluarga para petani dan belum semua anggota terlibat aktif dalam usaha yang masih sangat terbatas tersebut. Oleh sebab itu, para petani yang tergabung dalam Gapoktan Seroja I ini mulai melirik usaha produksi alternatif yaitu produksi jamur tiram putih. Di Indonesia saat ini, jamur tiram merupakan salah satu komoditas yang mempunyai prospek sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam upaya untuk mencukupi permintaan konsumen di dalam negeri yang terus meningkat maupun untuk pasar ekspor, sebab masyarakat sudah mulai mengerti nilai gizi jamur tiram putih (Suhartini dkk., 2007). Selain itu, masyarakat petani ini memilih budidaya jamur tiram putih sebagai produksi pertanian alternatif karena mereka memiliki bahan baku medium perbanyakan jamur tiram putih yang melimpah berupa serbuk gergaji untuk perbanyakan jamur tiram putih. Serbuk gergaji merupakan limbah dari usaha panglong kayu di daerah tersebut dan tidak dimanfaatkan sehingga menjadi tumpukan sampah yang mengotori lingkungan. Limbah serbuk gergaji ini menjadi bahan baku potensial bagi jamur tiram putih. Dengan ketersediaannya yang melimpah, medium tumbuh jamur tiram putih ini bisa dibuat sebanyak mungkin untuk budidaya jamur tiram putih yang sangat prospektif untuk dikembangkan di kota Bengkulu. Usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat memperbaiki tingkat ekonomi petani karena berbasis ekonomi kerakyatan dengan modal yang relatif kecil dan dapat dikerjakan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat (Meiganati, 2007). Menurut Chazali dan Pratiwi (2009) produksi jamur tiram putih hanya mampu memenuhi 50% permintaan konsumen dalam negeri, sehingga masih sangat terbuka lebar kesempatan untuk mengembangkan agribisnis ini. Situasi ini merupakan prospek yang baik untuk usaha produksi jamur tiram putih. Dengan pembinaan dan pendampingan yang baik maka produksi jamur tiram putih ini dapat menjadi agribisnis yang prospektif untuk dikembangkan oleh Gapoktan Seroja I. Kegiatan ini merupakan program Iptek bagi Masyarakat (IbM) berbasis kebutuhan Mitra Gapoktan Seroja I dan bertujuan untuk membina para petani yang tergabung dalam Gapoktan Seroja I untuk merintis usaha budidaya jamur tiram putih sebagai salah satu pengembangan agribisnis yang prospektif di Kota Bengkulu dan membuat analisis usaha sederhana dari usaha budidaya jamur tiram putih. 12 Yenny Sariasih, Pengembangan Budidaya Jamur Tiram Putih...

METODE PENELITIAN Dalam merintis usaha budidaya jamur tiram putih ini, Gapotan Seroja I mendapat pelatihan dan pendampingan dari Tim Dosen Universitas Bengkulu melalui program Iptek bagi Masyarakat (IbM) Dikti bekerja sama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Bengkulu (LPM UNIB). Program dilakukan selama 6 bulan dengan melibatkan pengurus dan anggota Gapoktan Seroja I. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah bibit jamur tiram putih, plastik tahan panas PP, Kapas, serbuk gergaji, dedak, kapur, dan cincin jamur. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah drum untuk sterilisasi, cangkul, sekop, lampu spiritus dan peralatan lain yang relevan digunakan untuk kegiatan budidaya jamur tiram putih. Kegiatan diawali dengan pelatihan budidaya jamur tiram putih selama satu hari penuh dan kemudian keesokan harinya dilanjutkan dengan praktek pembuatan medium tumbuh jamur tiram, sterilisasi, inokulasi bibit hingga inkubasi baglog pada kumbung yang telah disiapkan. Kumbung yang dibangun berukuran 3x4 m yang berdaya tampung sekitar 2000 baglog. Kumbung dibangun dengan bahan utama anyaman bambu, atap rumbia dan rak-rak baglog terbuat dari bambu. Kumbung dilengkapi dengan thermometer untuk mengukur suhu di dalam kumbung. Kumbung menjadi tempat baglog diinkubasikan setelah baglog diinokulasi dengan bibit jamur tiram putih. Baglog dibuat dengan mencampur serbuk gergaji, bekatul 15% dan kapur pertanian 3% dan air 60% dari jumlah serbuk gergaji yang akan digunakan. Campuran bahan ini dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas PP, ditutup dengan cincin jamur, disumbat dengan kapas dan ditutup kembali dengan kertas dan diikat karet. Setelah baglog selesai dibuat, baglog disterilisasi dengan dikukus di dalam drum selama 4-6 jam. Kemudian baglog dibiarkan hingga dingin, dan setelah dingin baglog diinokulasi dengan bibit jamur tiram putih serta diinkubasikan ke dalam kumbung. Masa inkubasi hingga siap panen dibutuhkan waktu sekitar 3 hingga 6 minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu komoditi pertanian yang pada saat ini mengalami ketidakseimbangan antara permintaan dan penawarannya adalah jamur tiram putih, karena tingginya permintaan konsumen akan jamur tiram segar di pasar tidak diiringi oleh peningkatan produksi jamur tiram putih di dalam negeri (Rahmawati, 2012). Kondisi ini memberikan peluang bagi para petani jamur tiram putih khususnya Gapoktan Seroja I untuk merintis usaha budidaya jamur tiram putih sebagai salah satu pengembangan usaha kelompok tani. AGRISEP Vol. 13 No. 1 Maret 2013 Hal: 11 18 13

Usaha budidaya jamur tiram putih bagi Gapoktan Seroja I dimulai dengan pembangunan kumbung jamur tiram putih berukuran 4x3 m yang berdaya tampung sekitar 2000 baglog jamur (Gambar 1a). Tahap selanjutnya adalah pembuatan baglog (Gambar 1b dan 1c), sterilisasi baglog (Gambar 1d), inokulasi bibit (Gambar 1e) hingga inkubasi baglog (Gambar 1f), dilakukan oleh seluruh anggota dan pengurus Gapoktan Seroja I secara bergotongroyong. Gambar 1. a. Kumbung Jamur Milik Gapoktan Seroja I, b dan c. Pembuatan Baglog, d. Sterilisasi dengan Drum, e. Inokulasi Bibit, f. Inkubasi Baglog dalam Kumbung Pembuatan baglog dilakukan secara periodik per dua minggu agar baglog yang siap dipanen tersedia setiap hari. Semakin banyak baglog yang dibuat, maka semakin banyak jamur tiram putih yang siap dipanen dan dipasarkan. Baglog diinkubasikan selama 3 hingga 6 minggu hingga miselium jamur tumbuh di seluruh permukaan baglog dan kemudian tubuh buah jamur tiram putih akan keluar dari lubang yang telah dibuat di atas atau samping dari baglog.untuk memaksimalkan pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih maka harus memperhatikan syarat tumbuh optimal dari jamur tiram putih. Menurut Suriawiria (2002) syarat tumbuh jamur tiram putih meliputi temperature, kelembaban, kandungan CO2 dan cahaya. Sehingga syarat tumbuh ini harus menjadi perhatian petani budidaya jamur tiram putih agar hasil panen dapat optimal. Jamur Tiram putih siap dipanen apabila tubuh 14 Yenny Sariasih, Pengembangan Budidaya Jamur Tiram Putih...

jamur telah mekar sempurna dan harus segera dipanen sebelum berwarna kuning dan layu. Panen sebaiknya dilakukan di pagi hari. Jamur tiram putih produksi Gapoktan Seroja I disajikan pada Gambar 2. Selain pelatihan budidaya jamur tiram putih, petani diberi pelatihan penanganan pasca panen yang baik agar produk jamur tiram putih tetap segar ketika dipasarkan. Jamur tiram putih sebaiknya dipanen di subuh hari pukul 5 sampai 6 pagi. Jamur tiram putih yang siap panen adalah yang tubuh buahnya cukup besar tapi belum pecah tepinya, biasanya setelah 3 hari sejak kemunculan yang pertama keluar dari baglog. Jamur tiram putih yang telah dipanen langsung dimasukkan dalam plastik dan ditimbang 0,5 1 kg per kantong dan disegel atau dipress bagian atasnya agar kedap udara sehingga kelembapannya tetap terjaga (Gambar 2c). Kemudian jamur yang telah dipress ini langsung dimasukkan ke dalam lemari pendingin agar kondisi tubuh buah tetap segar hingga dipasarkan ke konsumen dan penampilan produk lebih menarik. Plastik kemasan juga diberi label usaha Gapoktan Seroja I dengan disertai alamat dan nomor kontak agar konsumen di luar daerah dapat memesan jamur tiram putih lewat telepon atau langsung mendatangi alamat tempat usaha. Dengan demikian usaha jamur tiram putih ini dapat berkelanjutan. Gambar 2. Jamur Tiram Putih yang siap dipanen dan dikemas Setiap baglog mampu menghasikan 0,3-0,8 kg jamur tiram putih, jadi 10 baglog bisa menghasilkan 3-8 kg jamur tiram putih segar. Satu kg jamur tiram putih di Bengkulu dijual dengan harga Rp.20.000-24.000,-, maka apabila dalam satu hari mampu menjual 8 kg jamur tiram putih, akan memperoleh Rp.160.000-Rp.192.000 per hari. Analisis usaha budidaya jamur tiram putih adalah sebagai berikut: AGRISEP Vol. 13 No. 1 Maret 2013 Hal: 11 18 15

Analisis Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Biaya Produksi 1000 baglog jamur: a. Bahan Baglog Serbuk kayu 1000 kg @ Rp. 1000 = Rp. 1.000.000,- Bekatul 150 kg @ Rp. 4500 = Rp. 675.000,- Kapur 30 kg @ Rp. 4000 = Rp. 120.000,- Bibit 50 botol @ Rp. 10.000 = Rp. 500.000,- Total biaya 1 Rp. 2.295.000,- b. Perlengkapan Kumbung 1 unit = Rp. 4.000.000,- Drum 2 unit @ Rp. 200.000 = Rp. 400.000,- Plastik Tahan Panas (PP) 10 kg @ Rp.20.000 =Rp. 200.000,- Cincin Jamur 1000bh @Rp. 100 =Rp. 100.000,- Kapas Penyumbat cicin jamur 2 kg = Rp. 90.000,- Upah Tenaga Penyiram 1 orang = Rp. 500.000,- Total biaya 2 Rp. 5.290.000,- Total 1 dan 2 = Rp. 2.295.000 + 5.290.000,- = Rp. 7.585.000,- Pendapatan: a. 1000 baglog menghasikan 300kg sekali panen, 300 kg @Rp.20.000 = Rp.6.000.000,-/panen b. 1 baglog 3-5 kali panen, misal 3 kali panen = Rp. 6.000.000 x 3 = Rp.18.000.000,- c. Keuntungan dalam sekali produksi = Rp. 18.000.000-Rp.7.585.000,- = Rp.10.415.000,- Dengan perhitungan analisis usaha di atas, maka usaha budidaya jamur tiram putih ini cukup prospektif untuk dikembangkan menjadi agribisnis bagi Gapoktan Seroja I. Dari analisis usaha diketahui bahwa dalam sekali produksi atau sekitar ± 3 hingga 5 bulan usaha budidaya jamur tiram putih dapat melewati Break Event Point (BEP). Analisis usaha yang disajikan merupakan perhitungan apabila produk jamur tiram putih dijual secara segar, padahal jamur tiram putih dapat diolah dan dijual dalam bentuk produk olahan seperti kripik dan abon jamur yang tentu akan lebih menjanjikan secara ekonomi lebih 16 Yenny Sariasih, Pengembangan Budidaya Jamur Tiram Putih...

besar. Usaha jamur tiram putih semakin menjanjikan karena melihat minat masyarakat untuk mengkonsumsi jamur tiram putih terus meningkat sehingga berpengaruh positif terhadap permintaan jamur tiram putih (Zulfahmi, 2012). Bila agribisnis ini dapat diteruskan secara berkelanjutan, maka hasil usaha ini dapat berdampak langsung bagi pendapatan Gapoktan Seroja I. Hasil pendapatan ini dapat dinikmati oleh para petani yang tergabung dalam Gapoktan Seroja I dan diharapkan kesejahteraan petani yang tergabung dalam Gapoktan Seroja I dapat meningkat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih dapat menjadi agribisnis yang prospektif bagi Gapoktan Seroja I Kandang Limun dalam upaya merintis agribisnis unggulan di Provinsi Bengkulu. Produksi jamur tiram segar dari 1000 baglog telah mampu menembus BEP sehingga sangat menjanjikan. Dengan manajemen budidaya yang baik, maka agribisnis budidaya jamur tiram putih dapat meningkatkan pendapatan organisasi Gapoktan Seroja I dan meningkatkan kesejahteraan petani yang tergabung di dalamnya di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Chazali, S., dan P.S. Pratiwi. 2009. Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya. Depok. Meiganati, K.B. 2007. Analisis Finansial dan Kelembagaan Usaha Jamur Tiram Putih untuk Pemanfaatan Limbah Industri Penggergajian. http://repository.ipb.ac.id/handle/ 123456789 9490. Diakses 5 Maret 2013. Rahmawati, J. 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Kasus: Usaha Jamur Mandiri, Kabupaten Bogor). http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56175. Diakses 10 Maret 2013. Suhartini, T. Aminatun, V. Henuhili. 2007. Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga http://staff.uny.ac.id/sites/ default/files/pengabdian/ir-suhartini-ms/artikel-jamur-tiram-07.pdf. Diakses 10 Maret 2013. Suriawiria, U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta. AGRISEP Vol. 13 No. 1 Maret 2013 Hal: 11 18 17

Zulfahmi, M. 2012. Analisis biaya dan pendapatan usaha jamur tiram putih model pusat pelatihan pertanian perdesaan swadaya (p4s) Nusa Indah. Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1672. Diakses 10 Maret 2013. 18 Yenny Sariasih, Pengembangan Budidaya Jamur Tiram Putih...