No. 02/02/BR/II/2017, 23 Februari 2017 Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi Pada tahun 2012, Sukabumi memulai program zakat produktif yang disebut "Bangkit Usaha Mandiri Sukabumi Berbasis Masjid" (BUMI). Karakteristik program BUMI adalah bahwa program ini memberikan penerima manfaatnya mentoring rutin yang meliputi keterampilan kewirausahaan yang disebut Bina Rupiah dan bimbingan rohani yang disebut Bina Ruhiyah. Program ini juga menargetkan orang-orang yang sering atau berkeinginan untuk sering pergi ke masjid sebagai penerima manfaatnya. Sebagian besar penerima manfaat adalah mereka yang memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka. 82,8 persen dari penerima manfaat BUMI adalah laki-laki, khususnya ayah. Selain itu, 32 dari 43 penerima manfaat perempuan adalah orang tua tunggal. 225 dari 250 penerima manfaat berada pada usia produktif, sedangkan sisanya adalah orang tua yang berusia di atas 64 tahun. 250 penerima manfaat BUMI adalah mereka yang telah menikah, dan bahkan 41 dari mereka telah menjadi orang tua tunggal. Sebagian besar penerima manfaat BUMI adalah mereka dengan latar belakang pendidikan yang rendah. Namun, ada juga beberapa orang berpendidikan di antara penerima manfaat BUMI. Penerima manfaat melakukan pekerjaan produktif yang bervariasi tergantung pada keterampilan yang mereka miliki atau pekerjaan yang sudah mereka lakukan sebelumnya. 75,20 persen dari penerima manfaat memiliki satu sampai empat anggota dalam keluarga sementara hanya 1,20 persen penerima manfaat yang memiliki lebih dari tujuh anggota dalam keluarga. Lebih dari 50 persen penerima manfaat memiliki pendapatan rumah tangga berkisar antara Rp 2 juta - Rp 5 juta. Jumlah tertinggi pengeluaran rumah tangga berkisar antara Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000. Sementara jumlah terendah adalah di atas Rp 4 juta. Pengeluaran tertinggi adalah konsumsi sehari-hari yang mencapai 50,09 persen dari total pengeluaran rumah tangga, sementara yang ketiga pengeluaran terendah adalah hiburan, konsultasi medis dan pakaian yang masing-masing mencapai 0,06 persen, 0,30 persen, dan 0,32 persen.
A. Gambaran Umum BUMI BERITA RESMI Dengan tagline Membangun Peradaban Zakat, Zakat Membangun Peradaban, Sukabumi membuktikan komitmennya dalam menciptakan Sukabumi sebagai Miniatur Ekonomi Syariah di Indonesia (SMESI). Hal ini dapat dilihat pada Gedung 1000, bangunan yang dibangun dari infaq Rp 1000 dari jutaan penduduk Sukabumi. Sejak Ramadhan 1430 H, dana infaq dikumpulkan dengan menggunakan kupon pada setiap Ramadhan selama 4 tahun. Karena Gedung 1000 digunakan sebagai kantor BAZNAS Kab. Sukabumi, dapat dikatakan bahwa masyarakat Sukabumi telah berkontribusi dalam membangun peradaban zakat. Maka, pada tahun 2012, Sukabumi mulai mewujudkan bagian kedua tagline-nya, yaitu zakat membangun peradaban, melalui program-program zakat produktifnya. Salah satu program zakat produktif di Sukabumi adalah Bangkit Usaha Mandiri Sukabumi berbasis Masjid (BUMI). BUMI merupakan program adaptasi dari Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid (KUM3) yang diadakan oleh Baitul Mal Muamalat (BMM). Tidak seperti kebanyakan program pemberdayaan masyarakat lainnya, penerima manfaat BUMI tidak hanya dibina dalam hal kewirausahaan, tetapi juga dibina dalam hal rohani. Dengan istilah Bina Rupiah, materi kewirausahaan memberikan para penerima manfaat pemahaman mengenai keahlian kewirausahaan dasar. Hasil yang diharapkan dari adanya materi ini adalah penerima manfaat dapat memiliki pekerjaan yang berkelanjutan dan pendapatan yang meningkat. Sementara itu, materi kerohanian yang disebut Bina Ruhiyah ditujukan untuk menguatkan keimanan para penerima manfaat. Dengan iman yang kuat, diharapkan mereka memiliki resiliensi dalam menjalani hidup, termasuk melakukan usaha mereka, dan senantiasa bersyukur pada setiap kondisi. Karakteristik lain dari program ini adalah bahwa program ini menargetkan orang-orang yang sering, atau berkeinginan untuk sering pergi ke masjid. Kriteria ini didasarkan pada salah satu hadits yang mengatakan bahwa Apabila kalian melihat seseorang yang terbiasa mengunjungi masjid, yakinlah bahwa orang tersebut telah beriman (HR Ahmad). Oleh karena itu, Bina Rupiah dan Bina Ruhiyah dilaksanakan di masjid. Penerima manfaat BUMI adalah orang-orang yang telah terseleksi di masing-masing area. Untuk menjadi penerima manfaat BUMI, seseorang harus menjadi mustahik dalam hal penghasilan dan sering atau berkeinginan untuk aktif di masjid. Lalu, orang-orang yang memenuhi persyaratan tersebut harus melalui beberapa tahapan seleksi. Tahapan-tahapan tersebut adalah pertemuan khusus, uji kelayakan, pra training wajib kelompok (Pra TWK),
training wajib kelompok (TWK), uji pengesahan kelompok, dan musyawarah kelompok. Orang-orang yang lolos proses tersebut kemudian akan diberikan satu juta rupiah masingmasing dan dua tahun mentoring, yakni Bina Rupiah dan Bina Ruhiyah seperti yang dijelaskan sebelumnya. Setelah dua tahun mentoring, penerima manfaat kemudian dialihkan ke program selanjutnya, yaitu Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS). B. Karakteristik Penerima Manfaat BUMI Karakteristik penerima manfaat BUMI meliputi jenis kelamin, status di keluarga, usia, status pernikahan, latar belakang pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, total pendapatan, dan total pengeluaran. Karakteristik-karakteristik ini menunjukkan bahwa BUMI terbuka bagi orang-orang dari berbagai latar belakang, selama mereka memenuhi proses seleksi. 1. Jenis Kelamin dan Status di Keluarga Tabel 1 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Total % Kelamin Laki-laki 207 82.8 Perempuan 43 17.2 Tabel 2 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Status di Keluarga Status di Total % Keluarga Suami 198 79.2 Duda 9 3.6 Istri 11 4.4 Janda 32 12.8 100% 80% 60% 40% Jenis Kelamin 43 207 Status di Keluarga 4.4% 3.6% 12.8% 20% 0% 79.2% Laki-laki Perempuan Suami Duda Istri Janda Gambar 1 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 2 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Status di Keluarga
Karena BUMI merupakan program produktif yang mendorong para penerima manfaatnya untuk bekerja, sebagian besar penerima manfaat BUMI adalah mereka yang memiliki tanggung jawab mencari nafkah untuk keluarga mereka. Tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa 82,8 persen penerima manfaat adalah laki-laki, khususnya ayah. Sementara itu, perempuan yang mengikuti program ini kurang dari seperlimanya, dimana sebagian besar dari mereka, yaitu 32 dari 43 penerima manfaat, adalah janda atau orang tua tunggal yang juga bertanggung jawab terhadap keluarga mereka. 11 wanita lain masih memiliki suami. Namun, mereka mendapat izin dari suami mereka untuk mengikuti program BUMI. 2. Usia Tabel 3 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Usia Usia Total % Usia Produktif (15-64) 225 90 Lansia (above 64) 25 10 Usia 10% 90% Usia Produktif Lansia Gambar 3 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Usia Berdasarkan usia, penerima manfaat BUMI dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu usia produktif dan lansia. Kelompok yang berusia produktif adalah mereka yang berusia antara 15-64 tahun. Sebagian besar penerima manfaat BUMI, yakni 225 dari 250 orang, berada di kelompok ini, sementara sisanya adalah lansia yang berusia di atas 64 tahun.
3. Status Pernikahan Tabel 4 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Status Pernikahan Status Total % Pernikahan Menikah 209 83.6 Janda/Duda 41 16.4 Status Pernikahan 16% 84% Menikah Janda/Duda Gambar 4 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Status Pernikahan Dari 250 penerima manfaat BUMI, kesemuanya telah menikah, dan bahkan 41 di antaranya telah menjadi orang tua tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa penerima manfaat BUMI adalah mereka yang memiliki tanggungan keluarga. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penerima manfaat faktual dari BUMI, yakni mereka yang memperoleh manfaat dari program ini, tidak hanya peserta program, tetapi juga keluarga mereka. 4. Latar Belakang Pendidikan Tabel 5 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Latar Belakang Total % Pendidikan Tidak Sekolah 1 0.4 SD 117 46.8 SMP 57 22.8 SMA 62 24.8 Diploma 1 0.4 Universitas 9 3.6 Lainnya 3 1.2
Latar Belakang Pendidikan 140 120 100 46.8% 80 60 40 22.8% 24.8% 20 0 0.4% 0.4% 3.6% 1.2% Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma Universitas Lainnya Gambar 5 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Tabel 5 dan gambar 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penerima manfaat BUMI adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan cukup rendah. 117 dari 250 penerima manfaat hanya menempuh pendidikan sampai SD. Hampir sebagian dari jumlah tersebut, yakni 67 orang, merupakan lulusan SMA, sedikit lebih banyak daripada lulusan SMP sebanyak 57 orang. Terlebih lagi, ada seorang yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Namun demikian, ada pula sebagian orang berpendidikan tinggi di antara penerima manfaat BUMI. 9 orang merupakan lulusan universitas, dan 1 orang lainnya merupakan lulusan diploma. Sementara itu, ada 3 penerima manfaat yang mengikuti pendidikan nonformal. 5. Pekerjaan Tabel 6 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Total % Tidak bekerja 7 2.8 Ibu rumah tangga 10 4.0 Pedagang 97 38.8 Petani 38 15.2 Pegawai 30 12.0 Lainnya 68 27.2
Pekerjaan 120 100 80 60 40 20 0 2.8% 4% Tidak bekerja Ibu rumah tangga 38.8% 27.2% 15.2% 12% Pedagang Petani Pegawai Lainnya Gambar 6 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Pekerjaan Karena program ini dijalankan untuk memberdayakan para penerima manfaatnya, para penerima manfaat BUMI melakukan pekerjaan-pekerjaan produktif, yang bervariasi bergantung pada keahlian yang mereka miliki atau pekerjaan yang telah mereka jalani sebelumnya. 97 dari 250 penerima manfaat bekerja sebagai pedagang, sementara 38 lainnya adalah petani. 68 penerima manfaat lainnya melakukan pekerjaan lain. Menariknya, program ini juga memberdayakan 30 pegawai, 10 ibu rumah tangga, dan bahkan 7 orang yang tidak bekerja. 6. Jumlah Anggota Keluarga Tabel 7 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Total % > 7 orang 3 1.20 5-7 orang 59 23.60 1-4 orang 188 75.20.00 JUMLAH ANGGOTA KELUARGA >7 orang 1% 5-7 orang 24% 1-4 orang 75% Gambar 7 Proporsi Penerima Manfaat BUMI berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga para penerima manfaat BUMI dikategorisasikan ke dalam 3 kelompok; di atas 7 orang, 5 sampai 7 orang, dan 1 sampai 4 orang. Baik tabel 7 maupun gambar 7 menunjukkan bahwa 75,20 persen penerima manfaat BUMI terdiri dari keluarga dengan jumlah 1 sampai 4 orang, sementara hanya 1,2 persen penerima manfaat yang memiliki anggota keluarga lebih dari 7 orang. 7. Jumlah Pendapatan Tabel 8 Kisaran Pendapatan Kisaran Pendapatan Total % < Rp 2.000.000 48 19.20 Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 158 63.20 Rp 5.000.001 - Rp 10.000.000 32 12.80 > Rp 10.000.000 12 4.80.00 Kisaran Pendapatan 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 19.2% 63.2% < Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 12.8% Rp 5.000.001 - Rp 10.000.000 4.8% > Rp 10.000.000 Gambar 8 Kisaran Pendapatan Pendapatan penerima manfaat BUMI diperoleh dari pendapatan mereka ditambah keuntungan usaha. Sebagian besar penerima manfaat menerima dana zakat untuk mengembangkan usahanya. Dari 250 penerima manfaat, lebih dari 50 persen (158 orang) memiliki pendapatan dalam kisaran antara Rp 2 juta Rp 5 juta. Namun demikian, ada 48 orang (19,2 persen) yang pendapatannya di bawah Rp 2 juta dan 12 orang yang pendapatannya di atas Rp 10 juta. Dengan data ini, dapat dilihat bahwa program BUMI tidak hanya didistribusikan pada orang-orang dengan pendapatan rendah tetapi juga beberapa orang yang
memiliki pendapatan yang relatif tinggi. Sekilas, hal ini terkesan salah karena menyalahi aturan BUMI, yang disebutkan sebelumnya bahwa program ini seharusnya didistribusikan hanya pada mustahik. Namun, orang-orang dengan pendapatan tinggi ini adalah mereka yang telah menggunakan dana secara produktif sejak awal program BUMI ketika mereka masih miskin. Sekarang, orang-orang ini masih menerima bantuan modal karena hal ini dapat menarik penerima manfaat potensial lainnya untuk bergabung dengan program BUMI. 8. Jumlah Pengeluaran Tabel 9 Kisaran Pengeluaran Kisaran Pengeluaran Total % Rp 0 - Rp 1.000.000 26 10.40 Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 80 32.00 Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 82 32.80 Rp 3.000.001 - Rp 4.000.000 44 17.60 > Rp 4.000.000 18 7.20.00 Kisaran Pengeluaran 18% 7% 10% 32% 33% Rp 0 - Rp 1.000.000 Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 Rp 3.000.001 - Rp 4.000.000 > Rp 4.000.000 Gambar 9 Kisaran Pengeluaran Tabel 9 dan Gambar 9 menunjukkan kisaran pengeluaran penerima manfaat BUMI. Jumlah penerima manfaat tertinggi memiliki kisaran pengeluaran antara Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 sementara yang terendah adalah di atas Rp 4 juta.
Tabel 10 Jumlah Rata-rata Pengeluaran Penerima Manfaat BUMI (Bulanan) No. Pengeluaran Nominal (Rp) % 1. Konsumsi sehari-hari 1.208.240 50.09 2. Uang saku (untuk anak) 304.072 12.60 3. Cicilan 193.682 8.03 4. Rokok 173.852 7.21 5. Transportasi 160.580 6.66 6. Hutang Jatuh Tempo 108.104 4.48 7. Listrik dan Air 96.644 4.01 8. Obat-obatan 50.100 2.08 9. Komunikasi 39.652 1.64 10. Biaya Sekolah (SPP) 34.564 1.43 11. Sewa Rumah 14.780 0.61 12. Pakaian 7.840 0.32 13. Konsultasi Medis 7.220 0.30 14. Hiburan 1.520 0.06 15. Lainnya 11.520 0.48 Jumlah Pengeluaran 2.412.370 100 JUMLAH PENGELUARAN Pakaian 0% Hiburan Rokok 0% 7% Hutang Jatuh Tempo 5% Lainnya Cicilan 0% 8% Sewa Rumah 1% Listrik & Air 4% Konsultasi Medis 0% Obat-obatan 2% Komunikasi 2% Transportasi 7% Uang Saku (untuk anak) 13% Biaya Sekolah (SPP) 1% Konsumsi Sehari-hari 50% Gambar 10 Jumlah Pengeluaran
Pada survey ini, pengeluaran rumah tangga terdiri dari lima belas kategori, yaitu sewa rumah, listrik dan air, konsumsi sehari-hari, biaya sekolah (SPP), uang saku (untuk anak), transportasi, komunikasi, obat-obatan, konsultasi medis, pakaian, rokok, hiburan, hutang jatuh tempo, cicilan, dan lainnya. Tabel 10 menggambarkan rata-rata pengeluaran penerima manfaat BUMI. Pengeluaran tertinggi adalah konsumsi sehari-hari yang mencapai 50,09 persen dari total pengeluaran, diikuti oleh uang saku, cicilan, rokok, dan transportasi yang masing-masing sebesar 12,6 persen, 8,03 persen, 7,21 persen, dan 6,66 persen. Di sisi lain, tiga pengeluaran terendah adalah hiburan, konsultasi medis dan pakaian yang hanya mencapai 0,06 persen, 0,3 persen, dan 0,32 persen berturut-turut. Menariknya, berdasarkan Tabel 10 dan Gambar 10, diketahui bahwa uang yang digunakan untuk rokok jauh melebihi alokasi untuk pengeluaran lain seperti biaya sekolah, kesehatan (konsultasi medis dan obat-obatan), serta listrik dan air.