BAB I PENDAHULUAN. dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1. mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun.

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I. Pendahuluan. Luka bakar adalah trauma pada jaringan yang disebabkan oleh suhu tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena

BAB I PENDAHULUAN. ialah muatan listrik yang bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA SALURAN NAPAS BAWAH INTRAVITAL, PERIMORTEM DAN POSTMORTEM MENCIT BALB/C YANG DIBERI PAPARAN API

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN COMBUSTIO DI BANGSAL ANGGREK BRSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (WHO). Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. 1 Kerusakan yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA SALURAN NAPAS BAWAH INTRAVITAL, PERIMORTEM DAN POSTMORTEM MENCIT BALB/C YANG DIBERI PAPARAN API

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang

1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian menurut World Health Organization (WHO) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagnosis mengenai sebab kematian sengatan listrik ditegakkan bila terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Masalah lalu lintas melalui darat, laut, dan udara

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan tiap manusia. Menurut

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempattempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

PROFIL PASIEN LUKA BAKAR BERAT YANG MENINGGAL DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU PERIODE JANUARI DESEMBER 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

PENYAKIT PERIKARDIUM AUGUSTINE PURNOMOWATI. Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran forensik sering digunakan untuk penentuan kematian seseorang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang Lingkup Keilmuan: Anastesiologi dan Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dimulai pada bulan juni 2013 sampai juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

ASPEK KEDOKTERAN FORENSIK PADA KORBAN LUKA BAKAR

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I LATAR BELAKANG. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh iritan, inhalasi alergen dan toksik obat-obatan yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terabaikan atau Neglected Infection Diseases (NIDs) yaitu penyakit infeksi

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar didefinisikan sebagai cedera pada jaringan akibat kontak dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1 Luka bakar merupakan salah satu cedera yang paling luas yang berkembang di dunia dan merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun. 2 Bahkan di negara-negara maju, lebih dari 2 juta orang per tahun mengalami luka bakar yang serius dan memerlukan perawatan medis. 3 Pada tahun 2004, 11 juta luka bakar memerlukan perawatan medis dan mengakibatkan 300.000 kematiaan. Sekitar 90% kejadian luka bakar terjadi di negara berkembang, hal ini dikaitkan dengan situasi memasak yang tidak aman. 4 Jumlah luka bakar yang fatal telah meningkat dari 280.000 pada tahun 1990 menjadi 338.000 pada tahun 2010. 5 Wajah dan tangan adalah bagian paling umum yang mengalami cedera, diikuti dengan kerusakan saluran pernapasan dan kerusakan mata. Suatu analisis menunjukkan bahwa gagal jantung, gagal ginjal, gagal napas, luasnya luka bakar, usia dan jenis kelamin perempuan adalah penentu utama dalam kematian. 3 Selain menyebabkan hilangnya integritas kulit, luka bakar juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Secara klinis, luka bakar 1

2 dapat diklasifikasikan berdasarkan luas luka bakar dan derajat luka bakarnya yaitu persentase permukaan tubuh yang terlibat dan kedalaman dari luka tersebut. Hal tersebut digunakan untuk memprediksi kemungkinan komplikasi sistemik dan kematian. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis. 6,7,8 Masalah medikolegal utama dalam penilaian cedera akibat panas biasanya adalah bagaimana cedera itu disebabkan, apakah akibat tindakan yang disengaja atau karena kecelakaan. 6 Banyak luka bakar postmortem yang merupakan hasil pikiran untuk menyembunyikan bukti kejahatan. Luka bakar tersebut dilakukan pada periode perimortem atau saat korban baru saja meninggal, untuk membuat diagnosis menjadi lebih sulit. 9 Kejadian luka bakar yang semakin meluas sering menimbulkan tantangan bagi investigator, ahli forensik dan penegak hukum. Selain itu banyak kejadian luka bakar akibat dari kekerasan. Kebutuhan yang tinggi terhadap informasi mengenai sebab kematian korban mendukung berkembangnya berbagai metode pemeriksaan diantaranya pemeriksaan laboratorium patologi anatomi saluran pernapasan. Hal tersebut untuk membedakan apakah luka bakar terjadi saat korban masih hidup (antemortem), sesaat setelah korban meninggal (perimortem), atau saat korban sudah meninggal (postmortem) untuk menutupi penyebab kematian yang sebenarnya. Karena ketika seseorang meninggal akibat kecelakaan, aspekaspek tertentu seperti adanya jelaga di saluran udara, kerongkongan dan

3 lambung menegaskan bahwa saat terjadi kebakaran orang tersebut masih hidup. 10 Sebelumnya belum ada penelitian yang meneliti perbedaan antara luka bakar antemortem, perimortem, dan postmortem, maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai perbedaan gambaran histopatologi saluran napas bawah pada mencit Balb/C yang mengalami luka bakar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hewan coba yaitu mencit Balb/C. Mencit dianggap sebagai prototipe ideal untuk penelitian histopatologi karena anatominya tidak jauh berbeda dengan manusia. 11 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan gambaran histopatologi pada saluran napas bawah intravital, perimortem dan postmortem mencit Balb/C yang diberi paparan api? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan gambaran histopatologi saluran napas bawah intravital, perimortem, dan postmortem mencit Balb/C yang diberi paparan api.

4 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas bawah pada mencit Balb/C yang diberi paparan api intravital selama 10 detik 2. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas bawah pada mencit Balb/C yang diberi paparan api intravital selama 20 detik 3. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas bawah pada mencit Balb/C yang diberi paparan api perimortem selama 10 detik 4. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas bawah pada mencit Balb/C yang diberi paparan api perimortem selama 20 detik 5. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas bawah pada mencit Balb/C yang diberi paparan api postmortem selama 10 detik 6. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas bawah pada mencit Balb/C yang diberi paparan api postmortem selama 20 detik 7. Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas bawah mencit Balb/C yang diberi paparan api intravital selama 10 detik 8. Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas bawah mencit Balb/C yang diberi paparan api intravital selama 20 detik 9. Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas bawah mencit Balb/C yang diberi paparan api perimortem selama 10 detik

5 10. Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas bawah mencit Balb/C yang diberi paparan api perimortem selama 20 detik 11. Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas bawah mencit Balb/C yang diberi paparan api postmortem selama 10 detik 12. Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas bawah mencit Balb/C yang diberi paparan api postmortem selama 20 detik 13. Membandingkan perbedaan masing-masing gambaran histopatologi saluran napas bawah mencit Balb/C yang diberi paparan intravital, perimortem, dan postmortem selama 10 detik dan 20 detik. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah : 1. Menambah ilmu pengetahuan tentang perbedaan luka bakar intravital, perimortem dan postmortem. 2. Untuk ruang lingkup kedokteran forensik dapat memberikan tambahan informasi dalam melakukan identifikasi pemeriksaan korban luka bakar. 3. Untuk mengetahui apakah luka bakar terjadi sebelum atau sesudah kematian, untuk menjadi penyebab kematian. 4. Memberikan informasi tambahan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan luka bakar.

6 1.5 Keaslian Penelitian Penulis telah berupaya melakukan penelusuran daftar pustaka dan tidak menjumpai adanya penelitian/publikasi sebelumnya yang telah menjawab permasalahan penelitian. Akan tetapi dijumpai penelitian yang mirip dalam segi variabel penelitian, yaitu: Tabel 1. Orisinalistas penelitian No Orisinalitas Metode Penelitian Hasil 1. Mizutani, Akio; dkk. Pulmonary changes in a mouse model of combined burn and smoke inhalationinduced injury. 2008 12 2. Pedroso, Felipe E; dkk Inflammation, organomegaly, and muscle wasting despite hyperphagia in a mouse model of burn cachexia. 2012 13 Jenis penelitian: eksperimental Desain: eksperimental Subjek penelitian : tikus Variabel bebas : luka bakar dan cedera inhalasi Variabel terikat : perubahan paru Jenis penelitian: eksperimental Desain: eksperimental Subyek penelitian: tikus Variabel bebas : luka bakar pada kaceksia Variabel terikat: Inflamasi, organomegali, dan kehilangan masa otot. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa setelah mendapatkan paparan luka bakar dan asap pembakaran, terjadi perdarahan, penebalan septum dan edema pada histologi paru. Tikus diberikan paparan luka bakar menggunakan piringan kuning yang dipanaskan. Kulit tikus yang mengalami kontak selama 5 detik memberikan gambaran hilangnya epidermis,

7 dengan peningkatan infiltrasi limfositik tetapi tidak ada keterlibatan otot. Kontak 10 detik dan 15 detik memberikan gambaran, tidak adanya epidermis, terjadi peluruhan epidermis, dan infiltrasi limfositik yang signifikan terlihat bersama dengan kerusakan otot yang mendasarinya. Perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel bebas merupakan paparan api dengan lama kontak 10 detik dan 20 detik. Variabel terikat adalah gambaran histopatologi dari saluran napas bawah. Dan dalam penelitian ini luka bakar yang diteliti adalah pada saat intravital, perimortem dan postmortem.