BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam undang-undang ini. Kriteria dari usaha mikro memiliki kekayaan bersih

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau usaha tersebut dapat dikatakan mengalami perkembangan

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Harga. Tabung Baja. Gas. Perubahan

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

KOPERASI DAN UMKM DI INDONESIA SISTEM EKONOMI INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIKOM

(UKM) APAAN TU????

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditasnya yang cukup dan berusaha mencapai rehabilitasi yang wajar serta

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TELAAH PUSTAKA. tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. minyak tanah ke elpiji ini di akibatkan harga minyak tanah yang semakin mahal

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian penelitian

UU 3/1991, TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1990/1991

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

bahwa dalam rangka meringankan beban masyarakat,

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

ANALISIS KARAKTERISTIK, PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PEDAGANG ASONGAN SEKTOR INFORMAL SEBAGAI TOLOK UKUR PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI DAERAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA

Peran Bank Indonesia Dalam Perekonomian BANK INDONESIA KREDIT. SIMPANAN : Giro Deposito Tabungan

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Penyediaan. Pendistribusian. LPG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1992 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1991/1992

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UU 2/1990, TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

DATA DAN INFORMASI MIGAS

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

2015, No d. bahwa telah dilaksanakan Sidang Komite pada hari Rabu tanggal 12 Agustus 2015 sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Nomor 26/BA-S

BAB III TINJAUAN TEORI. A. Defenisi Usaha Mikro kecil menengah (UMKM) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. UKM dianggap penyelamat

2016, No Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; M

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1993 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1992/93

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 18 /PBI/2003 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI DAN JUMLAH UMKM TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Usaha Mikro Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria usaha mikro yang dimaksud adalah sebagai berikut: b. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau c. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang pendanaan kredit usaha mikro dan kecil, usaha mikro adalah : a. Usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga Negara Indonesia; b. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Menurut Badan Pusat Statistik, definisi usaha mikro dibagi menjadi dua kategori yaitu menurut omset dan jumlah tenaga kerja.

a. Berdasarkan omset, usaha mikro adalah usaha yang memiliki asset tetap kurang dari Rp 200 juta dan omset per tahun kurang dari Rp 1 milyar. b. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, usaha mikro adalah usaha yang memiliki tenaga kerja sebanyak lima sampai sembilan orang. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM) bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah : a. Entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, b. Dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 7/39/PBI/2005 tentang Pemberian bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, usaha mikro adalah: a. Usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia, secara individu atau tergabung dalam koperasi b. Dan memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta Rupiah) per tahun. Menurut Peraturan Presiden RI No.104/2007 tanggal 28 Nopember 2007 perihal penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga Elpiji 3 Kg, usaha mikro adalah: a. Konsumen dengan usaha produktif milik perorangan yang mempunyai legalitas penduduk

b. Menggunakan rninyak tanah untuk mernasak dalarn lingkup usaha mikro dan tidak mempunyai kompor gas untuk dialihkan menggunakan Elpiji Tabung 3 Kg termasuk tabung, kompor gas beserta peralatan lainnya. Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagi berikut: Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Contoh usaha mikro Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya.

Industri makanan dan minuman, industri meubel, pengolahan kayu dan rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll. Peternakan ayam, itik dan perikanan. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi). Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang. Tidak sensitive terhadap suku bunga. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Industri adalah usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk memperoleh pendapatan. Sedangkan pengertian industri dalam Undang-Undang No 5 tahun 1984 tentang perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun

dan perekayasaan industri. Di sisi lain pengertian industri yang digunakan sebagai acuan oleh Departemen Perindustrian yaitu industri adalah rangkaian kegiatan ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, perubahan, perbaikan, bahan baku atau barang setengah jadi menjadi barang yang berguna dan lebih bermanfaat untuk pemakaian dan usaha jasa yang menunjang kegiatan itu. 2.2 Kontribusi Usaha Mikro dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Kontribusi usaha mikro sangat besar dalam perekonomian. Usaha mikro merupakan kelompok usaha terbesar (96%) di Indonesia dengan karakteristik berpenghasilan rendah, bergerak di sektor informal dan sebahagian besar termasuk dalam kelompok keluarga miskin. Bahkan dalam sebahagian besar kasus, kelompok usaha mikro belum dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti : gizi, pendidikan, kesehatan dan lainnya namun demikian usaha mikro memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia yang dapat dilihat dari kedudukan usaha mikro sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi yaitu meningkatkan PDB, penyedia lapangan pekerjaan dan pencipta pasar baru. 2.3 Biaya Produksi Biaya produksi adalah semua pengeluaran atau pembiayaan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dalam suatu proses produksi, biaya dapat digolongkan menjadi : 2.3.1 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah suatu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Kurva biaya tetap dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Kurva Biaya Tetap Biaya (Rp) Biaya tetap (TFC) Sumber : Sadono Sukirno (2000) Output (unit) Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa berapa pun besarnya hasil produksi (output) yang dicapai tidak terpengaruh pada besar kecilnya biaya 2.2.2 Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan peubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Makin besar kuantitas produksi makin besar pula jumlah biaya variabelnya (Sadono Sukirno,1987). Gambar 2. Kurva Biaya Tidak Tetap

Biaya (Rp) Biaya tidak tetap (TVC) Out put (unit) Sumber : Sadono Sukirno (2000) Gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa tinggi rendahnya biaya tidak tetap tergantung pada besar kecilnya output yang dihasilkan. Semakin tinggi output yang dihasilkan semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan. Dari penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap tersebut selanjutnya akan didapatkan biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk pembuatan setiap output tertentu, seperti terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 3. Kurva Biaya Tetap, Biaya Tidak tetap dan Biaya Keseluruhan Biaya (Rp) Biaya keseluruhan (TC) Biaya tidak tetap (TVC) Biaya tetap (TFC) Out put (unit) 2.4 Pengertian Pendapatan

Menurut Wikipedia, pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan atau jasa kepada pelanggan dimana pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pendapatan diartikan sebagai penghasilan, usaha perolehan dan sebagainya (WJS Poerwadharminto 1998 : 16). Pendapatan yang diukur adalah merupakan penerimaan bersih seseorang yang berbentuk uang ataupun barang dalam bentuk laba. Menurut Safudin Yusuf dan Yuni Maresa (1984 :24), pendapatan diukur dengan : b. Gaji atau upah, yaitu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan pekerjaan untuk orang lain. c. Pendapatan dari usaha sendiri, merupakan total dari produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Pendapatan kotor (Gross Income) : adalah total penerimaan dari pemakaian sumber daya dalam proses produksi atau dengan kata lain pendapatan kotor merupakan nilai semua produksi. 2. Pendapatan bersih (Net Income) : merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan total biaya pendapatan bersih berarti juga sebagai keuntungan dari usaha sendiri (Tukaji A, 1992). Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan biaya dalam suatu proses produksi. Sedangkan total penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produksi.

2.5 Kebijakan Pengalihan Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg 2.5.1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2005 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Pasal 2 menyatakan bahwa kebijakan energi nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Salah satunya melalui diversifikasi energi yaitu penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi dalam rangka optimasi penyediaan energi. 2.5.2 Surat Wakil Presiden Republik Indonesia Nomor 20/WP/9/2006 tanggal 1 September 2006 Perihal Konversi Peralihan Minyak Tanah ke Elpiji. Kebijakan pengalihan minyak tanah ke elpiji bertujuan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi yaiutu mengatasi keterbatasan stok minyak bumi serta pengurangan subsidi minyak tanah yang semakin menguras pengeluaran pemerintah melebihi anggaran penting lainnya. Selain itu program konversi minyak tanah ke elpiji sangat berguna untuk menghemat subsidi minyak tanah hingga triliunan rupiah sehingga APBN bisa dialokasikan ke sektor lain. 2.5.3 Surat Menteri Ekonomi Sumber Daya Manusia Nomor 1971/26/MEM.M/2007 tanggal 22 Mei 2007 Perihal Penugasan Pelaksanaan Program Pengalihan Minyak Tanah ke Elpiji. Pertamina sebagai badan usaha yang ditunjuk sebagai penyedia dan pendistribusi paket perdana secara gratis yang terdiri dari tabung 3 Kg, kompor gas beserta peralatan lainnya kepada rumah tangga dan usaha mikro. 2.5.4 Peraturan Presiden Republik Indonesia No.104/2007 tanggal 28 Nopember 2007 Perihal Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG 3 Kg.

Penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 Kg hanya diperuntukkan bagi rumah tangga dan usaha mikro. Penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 Kg dilaksanakan secara bertahap pada daerah tertentu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketentuan mengenai penetapan daerah tertentu diatur dengan Peraturan Menteri. Pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 Kg diawali dengan memberikan secara gratis tabung 3 Kg dan kompor gas beserta peralatan lainnya kepada rumah tangga dan usaha mikro. Pemberian hanya 1 (satu) kali. Dalarn rangka penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 Kg, Menteri rnenetapkan harga patokan dan harga jual eceran elpiji 3 Kg untuk rumah tangga dan usaha rnikro. Menteri menetapkan harga patokan elpiji 3 Kg setelah rnendapatkan pertirnbangan Menteri Keuangan. Menteri menetapkan harga jual eceran elpiji 3 Kg didasarkan pada hasil kesepakatan instansi terkait yang dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonornian