BAB 1. PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006, tentang

dokumen-dokumen yang mirip
Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan

Lampiran I Skematik Proses Perijinan. Universitas Sumatera Utara

SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA MEDAN NOMOR : 482 / 091.K /

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI MEDAN KELAS IA KHUSUS Nomor: W2-U1/ 7430a /HK.02/IV/2017

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. SEJARAH SINGKAT KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK MELAKUKAN WAWANCARA

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN

Presiden Republik Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. KEBIJAKAN UMUM PERADILAN. Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kotabumi

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Pengadilan Agama Banyuwangi Tahun 2016 Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak( KPP) Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) 2.1. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

RIVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA LAMONGAN

Descriptive Statistics. Kasus DBD Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Assalamu alaikum Wr. Wb

BAB II PROFIL PENGADILAN NEGERI MEDAN

Medan, 13 Oktober 2010 Kepada: Yth. Ketua Pengadilan Agama Medan di-medan

FOTO DOKUMENTASI PDAM TIRTANADI SUNGGAL BENDUNGAN SUNGAI BELAWAN. RAW WATER TANK (Bak Pengendap) BANGUNAN INTAKE. RAW WATER PUMP ( Pompa Air)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1.Sejarah Dan Gambaran Umum Kota Medan. Pada zaman dahulu kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan

PENGADILAN AGAMA POLEWALI

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB III PUTUSAN PA BANGKALAN DAN PTA SURABAYA TENTANG PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN TERUS MENERUS SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

IS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberantasanpenyakitmenularmerupakan program yang. atandiperlukandukungansistemkesehatannasional (SKN) yang tangguh,

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA MUHAMMAD MUSLIH, SH, MH

PENGADILAN AGAMA SERUI

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KOTABUMI BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A.Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

BAB I PENDAHULUAN A. Kebijakan Umum Peradilan

P U T U S A N NOMOR : 75 /PDT/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Reviuw Renstra Pengadilan Agama Tebing Tinggi BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. 2.1 Sejarah Umum Terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM PENGADILAN AGAMA SIJUNJUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. Perpajakan Indonesia terdiri dari dua periode, yaitu :

Balai Lelang PT. TRIAGUNG LUMINTU

PENGADILAN AGAMA KRUI Jl. Mawar No. 10 Way Mengaku, Telp: Website : www. pa-krui.go.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

JALAN MERDEKA LINGKUNGAN I NOMOR 497, SEKAYU. : : WEBSITE TELEPON/ FAKSIMILI : /

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut.

Oleh : Octiawan Basri

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Deskripsi Daerah Pemilihan III (Kecamatan Medan Baru, Medan. Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia)

PENGADILAN NEGERI GIANYAR TAHUN

PENGADILAN TINGGI AGAMA PADANG JL. BY PASS KM 24 ANAK AIR PADANG

PARADIGMA BARU PERADILAN AGAMA. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Peradilan Agama merupakan lingkungan peradilan di bawah

Kesawan. Pulo Brayan Bengkel. Pulo Brayan Darat Ii Tegal Rejo Glugur Darat I Glugur Darat Ii Durian

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) Tahun 2015 s.d. 2019

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN PENGADILAN AGAMA SUBANG

Kabupaten Sanggau merupakan bagian dari Propinsi Kalimantan Barat yang. pada awalnya mempunyai luas wilayah km² berdasarkan Undang-Undang Nomor

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA SAROLANGUN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN. Bangkalan pertama kali berdiri bertempat dengan bergabung di Kantor

PENGADILAN AGAMA BANGLI

PUTUSAN NOMOR : 102 K/AG/2007

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sekitar Kejurusitaan

PENGADILAN AGAMA LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan agama, khususnya di pengadilan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PA. CILACAP RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Tugas pokok Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin adalah:

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

Masalah PERMA RI No. 14 Tahun 2016 Tentang : Tata Cara Penyelesaian Perkara Ekonomi Syari ah :

mkn Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pengadilan Tinggi Agama Ambon Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacammacam,

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Transkripsi:

BAB 1. PENDAHULUAN Pengadilan Agama bertugas dan berwenang mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat pertama. Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006, tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yakni menyangkut perkara-perkara : perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq dan ekonomi syari ah (M. Yahya, 2009:147). Selain kewenangan tersebut, pasal 52A Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 menyebutkan bahwa pengadilan agama memberikan istbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah. Penjelasan lengkap pasal 52A ini berbunyi: Selama ini pengadilan agama diminta oleh Menteri Agama untuk memberikan penetapan (istbat) terhadap kesaksian orang yang telah melihat atau menyaksikan hilal bulan pada setiap memasuki bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal tahun Hijriyah dalam rangka Menteri Agama mengeluarkan penetapan secaa nasional untuk penetapan 1 (satu) Ramadhan dan 1 (satu) Syawal. Pengadilan Agama dapat memberikan keterangan atau nasihat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan waktu shalat. Di samping itu, dalam penjelasan UU nomor 3 tahun 2006 diberikan pula kewenangan kepada PA untuk Pengangkatan Anak menurut ketentuan hukum Islam. Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai perpanjangan tangan Mahkamah Agung, Pengadilan Agama memerlukan perangkat komponen, yaitu hakim. Sejak tahun 2008 keberadaan hakim di Pengadilan Agama bukan lagi didominasi oleh lakilaki,melainkan sudah berpatokan kepada kesetaraan gender. Sudah sangat jelas tujuan Mahkamah Agung adalah memberikan kepastian kepada wanitu untuk memperoleh keadilan negeri ini. Keputusan ini sudah pasti berpatokan kepada analisa gender yang berarti suatu

proses yang dibangun secara sistematis untuk mengindetifikasi dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses dan control terhadap sumber-sumber daya pembagunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikamti, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras dan suku bangsa (Megawangi, 1999:44). Fenomena ini merebak, tentu disebabkan peran wanita dalam ranah publik selalu mendapat perhatian yang serius. Pasalnya di posisi pemerintah porsi wanita belum terakomodir. Masalah inilah yang menyebabkan pegiat kesetaraan gender merasa gerah, dan menyuarakan 30% adalah harga mati bagi kedudukan perempuan di pemerintahan dan publik. Namun entah karena keterpaksaan, kebijakan itu akhirnya diambil juga oleh pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait dengan pemerintah. Tetapi dalam aplikasinya masih banyak kita temui keragu-raguan yang mempertanyakan kompetensi wanita dalam mengemban tugasnya. Memang bukan kompetensi akademik yang diragukan, tapi sisi lain yaitu masalah kestabilan emosinya yang kadang fluktuatif. Emosi kadang menggiring perempuan mengambilan keputusan yang salah dalam hidupnya. Hal ini tentu sangat membahayakan jika bersangkut paut dengan kemaslahatan orang banyak. Berangkat dari keraguan diatas, kita dapat mengutip pendapat para ulama tentang laki-laki lebih memenuhi syarat sebagai hakim dari pada wanita. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Hajar dalam Fathul Bari (19/146-147) bahwa para ulama sepakat dengan syarat lakilaki untuk menjadi hakim. Tetapi tidak demikian Hanafiyah mereka membolehkan wanita menjadi hakim, kecuali dalam masalah hudud (hukuman-hukuman fisik). Kelihatan timbul pro dan kontra tentang syah nya wanita untuk menjadi hakim. Memang kita sama-sama tahu, sebagai makhluk, antara laki-laki dan wanita tentu berbeda, baik dari segi fisik, daya nalar, perasaan, peran bahkan kedudukan dalam banyak

hal. Tetapi perbedaan tersebut bukan berarti kehinaan atau kerendahan bagi salah satu pihak, namun untuk saling bersinergi. Hal ini dikuatkan oleh Abbas Kararah Wanita cenderung lebih unggul dalam rasa kasih saying dan perasaan. Kelembutan, kehalusan watak dan kelebihan perasaan, ketajaman, intuisi lebih dominan terdapat pada wanita, sedangkan kekerasan, pendirian teguh, kecerdikan menguasai hawa nafsu merupakan ciri-ciri watak lakilaki (Ashari, 2013). Menilik kelebihan kelebihan yang dipunyai wanita, seharusnya keberadaan wanita sebagai hakim di Pengadilan mendapat respon yang positif. Sekarang yang menjadi tugas kita bagaimana hakim wanita itu mampu menjalankan tugas mereka secara professional. Pola penataan seperti apa yang bisa kita berikan kepada hakim wanita agar kelebihan dari sisi kepribadian menjadi nilai tambah bagi mereka dalam bertugas. Mereka harus bisa memilah antara tugas dna keseharian. Jangan mengedapankan emosi dalam pekerjaan. Tapi kita tidak boleh lupa bahwa apapun keadaannya, mereka para hakim wanita itu memiliki kadar emosi yang fluktuatif. Ini bisa dibuktikan dari pra survey peneliti di pengadilan tinggi agama Medan. Dari beberapa narasi yang penetili tangkap, di berbagai pemahaman dan wawancara pada beberapa hakim di Pengadilan Agama Medan : hakim wanita, dapat diindikasi mereka lebih melankolis menangani kasus perceraian, apalagi menyangkut dampak perceraian, dibandingkan pada kasus-kasus lain dalam kewenangan Pengadilan Agama (wawancara 3 April 2013). Sekalipun dalam eceran Mahkamah Agung semua hakim mendapat porsi yang sama dalam menangani perkara, dan perkara harus selesai maksimal 6 bulan (SOP PTA, 2013). Berangkat dari keragu-raguan dan pertanyaan-pertanyaan, tentang sanggupkah wanita mengemban tugas sebagai hakim serta menjujung tinggi kebenaran dan keadilan. Menurut pemikiran peneliti, itu bukan persoalan yang penting untuk dikaji, karena hakim wanita itu sudah ada dan keberadaannya sudah dilegalkan dalam UU. Pertanyaan yang urgen untuk

dijawab 1) apakah stabilitas emosional hakim wanita berpengaruh positif pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan, 2) Faktor apakah yang menyebabkan berpengaruhnya stabilitas emosional hakim wanita pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan, 3) Langkah apakah yang harus dilakukan untuk penataan stabilitas emosional hakim wanita bagi percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan? 4) Program penataan stabilitas emosional yang bagaimanakah yang sesuai untuk hakim wanita di lingkungan Pengadilan Agama Medan? 5) Manfaat apakah yang dapat diambil dengan lahirnya program penataan stabilitas emosional hakim wanita dalam upaya percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan? Tugas kita selanjutnya bagaimana dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka, hakim wanita itu kita buat jadi professional dalam aktivitas tugasnya sebagai hakim, Sebagai target khusus peneliti menawarkan suatu solusi alternatif penataan stabilitas emosional hakim wanita di Pengadilan Agama Medan, dengan barometer akhir ditemukan strategi jitu pada pola penataan, jika emosi hakim wanita berada pada posisi yang fluktuatif.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Peradilan Agama dan Pengadilan Agama dalam Tugas, Fungsi dan Wewenang Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-Undang. Lingkungan Peradilan Agama meliputi : Pengadilan Tinggi Agama, Pengadilan Agama, Pengadilan Khusus (Pengadilan Arbitrase Syariah). Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Agama memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, warisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, wakaf dan shadaqah, ekonomi syari ah, Pengadilan Agama dibentuk melalui Undang-Undang dengan daerah hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Susunan Pengadilan Agama terdiri dari Pimpinan (ketua PA dan Wakil Ketua PA), Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris dan Juru Sita. Adapun tugas-tugas pokok tersebut Pengadilan Agama mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Fungsi Mengadili (judicial review) yaitu memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang menjadi kewenangan pengadilan agama di wilayah hukum masing-masing; b. Fungsi Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera / Sekretaris, dan seluruh jajarannya. Serta terhadap pelaksanaan administrasi umum. Pengawasan tersebut dilakukan secara berkala oleh Hakim Pengawas Bidang; c. Fungsi pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada jajarannya, baik yang menyangkut tugas teknis yustisial, administrasi peradilan maupun administrasi umum;

d. Fungsi Administrasi, yaitu memberikan pelayanan administrasi kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi, perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya; e. Fungsi Nasehat, yaitu memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam pada instansi pemerintah di wilayah hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama; f. Fungsi lainnya, yaitu pelayanan terhadap penyuluhan hukum, riset dan penelitian serta lain sebagainya. Seperti diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/004/SK/II/1991. B. Penyelesaian dan Persidangan Perkara. Majelis hakim melaksanakan sidang Pengadilan Agama pada pukul 09.00 waktu setempat. 1. Dalam hal tertentu Majelis hakim dapat melaksanakan sidang yang dimulai beberapa saat kemudian pada hari yang sama setelah diumumkan terlebih dahulu. 2. Petugas memanggil para pihak agar masuk ke ruang sidang untuk pemeriksaan perkara berdasarkan sistem antrian (Queuing System). 3. Majelis hakim harus memeriksa dan memutus perkara selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak perkara didaftarkan. 4. Ketua Majelis harus melaporkan keterlambatan tersebut kepada ketua MA melalui Ketua PA, jika dalam waktu 6 (enam) bulan tersebut belum putus (SOP PTA, 2013). C. Pengertian Stabilitas Emosional

Menurut Wirawan (Yusuf, 2005 : 115) emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Adapun warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu, contoh : gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci dll. Pada pernyataan lain (Yusuf, 2005 : 128) mengungkapkan stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkunga, seperti : mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa. Hurlock (1980) berpendapat bahwa kestabilan emosi memiliki beberapa kriteria-kriteria. Pertama, yaitu emosi yang secara sosial dapat diterima oleh lingkungan sosial. Individu yang emosinya stabil dapat mengontrol ekspresi emosi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial atau dapat melepaskan dirinya dari belenggu energy mental maupun fisik yang selama ini terpendam dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Kedua, pemahaman diri. Individu yang punya emosi stabil mampu belajar mengetahui besarnya control yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, serta menyesuaikna diri dengan harapan-harapan sosial, bersikap empati yang tinggi terhadap orang lain. Ketiga, penggunaan kecermatan mental. Individu yang stabil emosinya mampu menilai situasi secara cermat sebelum memberikan responnya secara emosional. Kemudian individu tersebut mengetahui cara yang tepat untuk bereaksi terhadap situasi tersebut. Goleman (2000) berpendapat bahwa emosi dapat dikatakan menuju ketingkat stabil apabila ditandai dengan hal-hal sebagai berikut : a. Munculnya organisasi dan integrasi dari semua aspek emosi. Individu mampu secara penuh mengekspresikan segala bentuk emosi baik yang positif maupun yang negatif. b. Emosi menjadi bagian integral dari keseluruhan kepribadian.

Individu memliki sistem emosi yang professional dalam keseluruhan struktur pribadinya c. Individu dapat menyatakan emosinya secara tepat dan wajar. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kestabilan emosi adalah keadaan emosi seseorang yang diperlihatkan dengan sikap yang sesuai dengan harapan sosial, tidak berlebih-lebihan dalam mengekspresikan emosi serta bisa menyeimbangkan antara kebutuhan fisik dan psikis, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Afiatin dkk (1998) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi adalah faktor lingkungan dan individu. Faktor lingkungan berkaitan dengan pengaruh lingkungan tempat individu tinggal, baik lingkungan keluarga mauun lingkungan sosial masyarakat. Faktor individu berkaitan dengan masalah pertumbuhan fisik biologis. Beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kestabilan emosi dipengaruhi oleh faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi meliputi hal-hal yang berkaitan secara langsung dengan individu itu sendiri seperti : pengalaman, kondisi psikis, keyakinan terhadap hal-hal yang diyakini itu benar, dan pemahaman terhadap sesuatu hal. Jelas bahwa jika seseorang terganggu stabilitas emosinya akan berdampak kepada melemahnya semangat, menghambat atau mengganggu konsentrasi, terganggu penyesuaian sosial, merasa berada dalam situasi yang tidak nyaman. Penelitian ini berangkat dari hipotesis bahwa stabilitas emosional hakim wanita berpengaruh positif pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan, kenapa hakim wanita yang menjadi target sampel peneliti? Hal itu dikarenakan menurut prediksi penliti, wanita lebih mempunyai kecenderungan besar untuk berada pada posisi emosi yang labil. Jika kondisi psikis mereka dihadapkan pada beban psikis yang berat, maka ketidak stabilan emosi yang sering terjadi. Anggapan sementara ini juga diperkuat dari

beberapa tulisan tentang kondisi emosi wanita. Beberapa hari sebelum kedatangan haid dan lazimnya tanda-tanda ini akan kekal beberapa hari saja ketika lagi haid, kemudian ia akan hilang dan orang yang berkaitan boleh berinteraksi secara biasa seperti semula. Tanda-tanda gangguan yang mungkin dialami termasuk hiba hati,sedih dan pilu, menjadi resah gelisah yang mana perasaan tertekan, emosi mudah berubah-ubah yaitu wanita bisa gelak ketawa pada satu ketika dan menjadi sedih hingga menangis pada ketika yang lain pula. Mereka tidak berminat dengan apa yang berlaku di sekeliling dan suka menyendiri. Mereka amat sensitive pada masa ini, mudah melenting,cepat marah dan terjebak dalam pelbagai konflik dengan orang lain (Bharian.com.my,2013). Ketertarikan peneliti pada topic ini, untuk menindaklanjuti penelitian tahun 2011 dengan judul pengembangan pola penataan stabilitas emosional anak wanita akibat dampak kekerasan orangtua. Pada penelitian deskriptif tersebut terbukti bahwa kekerasan orang tua berpengaruh positif kepada tingkah laku anak wanita. Dengan berbekal hasil tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji kadar stabilitas pada wanita pada ruang lingkup yang lebih luas. Apakah semua wanita emosinya sering tidak stabil tanpa memperhatikan usia? Apakah harus ada tekanan dari luar yang menjadikan mereka labil atau kondisi? Dampak apa yang ditimbulkan jika wanita berada di posisi emosi yang tidak stabil. Keingintahuan tersebut dapat peneliti petakan dalam Tabel 2.1 Roadmap penelitian berikut: Tabel 2.1. Roadmap Penelitian NO Tahun 2011 Tahun 2013 1. Kadar reaksi emosional pada anak wanita cenderung labil dibandingkan laki-laki seusianya. Apakah stabilitas emosional hakim wanita berpengaruh positif pada percepatan penyelesaian perkara 2 Kadar reaksi emosional wanita menjai Faktor apakah yang menyebabkan

labil jika ada rangsangan negatif dari luar dirinya berpenagruhnya stabilitas emosional hakim wanita pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan. 3 Wanita akan memberikan reaksi yang lamban jika berada pada posisi emosi yang tidak stabil. Langkah apakah yang harus dilakukan untuk penataan stabilitas emosional hakim wanita bagi percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan Bagaimana program penataan stabilias emosional yangs sesuai untuk hakim wanita di lingkungan Pengadilan Agama Medan. Manfaat yang dapat diambil dengan lahirnya program penataan stabilitas emosional hakim wanita dalam upaya percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan.

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh stabilitas emosioanl hakim wanita pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan berpengaruhnya stabilitas emosional hakim wanita pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan. 3. Untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penataan stabilitas emosional hakim wanita bagi percepatan penyelesaian perkar adi Pengadilan Agama Medan. 4. Menentukan program penataan stabilitas emosional yang sesuai untuk hakim wanita di lingkungan Pengadilan Agama Medan.. 5. Untuk mengetahui manfaat yang dapat diambil dengan lahirnya program penataan stabilitas emosional hakim wanita dalam upaya percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan.. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui pengaruh stabilitas emosional hakim wanita pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan. 2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan berpengaruhnya stabilitas emosional hakim wanita pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan. 3. Menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penataan stabilitas emosional hakim wanita bagi percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan. 4. Menentukan program penataan stabilitas emosional yang sesuai untuk hakim wanita di lingkungan Pengadilan Agama Medan.

5. Mengetahui manfaat yang dapat diambil dengan lahirnya programpenataan stabilitas emosional hakim wanita dalam upaya percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan.

BAB 4. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan adalah deskriptif kuantitatif untuk tahun 1 dan tahun 2 metode pengembangan. Tahun 1 melakukan studi deskriptif berupa pengumpulan data awal lalu dilakukan uji regresi dan uji hipotesis, kemudian dikaji faktor serta langkah penataan stabilitas emosional. Tahun II ditemukan program pengembangan awal, prosedur pengembangan dan uji coba produk. Tahun 1 B. Variabel Penelitian 1. Variabel X yaitu stabilitas emosional hakim wanita. 2. Variabel Y yaitu percepatan penyelesaian perkara. C. Hipotesis Penelitian Stabilitas emosional hakim wanita berpengaruh positif terhadap percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh hakim wanita dalam wilayah Pengadilan Tinggi Agam Medan yang berjumlah 40 orang. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh, karena semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010 :68). Jadi sampel disini sebanyak 40 orang.

Total sampel : seluruh hakim wanita yang ada di Pengadilan Tinggi Agama dijadikan sampel untuk melihat pengaruh stabilitas emosional terhadap penyelesaian perkara. Proposif sampel, dimana seluruh hakim wanita yang ada di Pengadilan Agama Medan dijadikan sampel untuk melihat pengaruh ciri-ciri stabilitas nasional terhadap hakim wanita di Pengadilan Agama Medan. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner yang diberikan kepada seluruh hakim wanita di Pengadilan Agama Medan. 2. Wawancara dilakukan kepada Ketua Pengadilan Agama Medan dan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Medan. 3. Studi dokumentasi / arsip : dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen tentang rekruitmen, tugas dan fungsi, wewenang hakim wanita di Pengadilan Agama Medan. 4. Studi literature : berkenaan tentang tugas dan fungsi hakim, bahan stabilitas emosional dan buku-buku penelitian (segala sesuatu yang berkenaan dengan variabel). F. Variabel Penelitian a. Variabel X dengan indikator : sedih, resah dan gelisah, tertekan, emosi mudah berubah, mudah marah, tersinggung dan putus asa. b. Variabel Y dengan indikator : cepat, mudah, memenuhi kaedah UU, menjunjung asas kebenaran, memenuhi asas keadilan dan biaya ringan. G. Uji Variabel Digunakan untuk pengujian validasi instrument dan menunjukkan tingkat kepercayaan alat ukur, yaitu menggunakn korelasi product moment dengan menggunakan rumus : n XY ( X)( Y) r xy = {n X² X ²}{n Y² Y ²} Keterangan : r xy = koefisien korelasi XY X = variabel stabilitas emosional hakim wanita

Y = variabel percepatan penyelesaian perkara n = jumlah simple H. Teknik Analisa Data Tahun 1 1. Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisa data penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif kuantitatif yaitu : a. Untuk mengetahui tingkat perubahan antara variabel X terhadap variabel Y digunakan regresi linier sederhana dengan rumus : Ý = a + bx Dimana : a = X X2 X ( XY) n X 2 ( X)² dan b = n XY X ( Y) n X 2 ( X)² Keterangan : Y = variabel terikat a = nilai konstanta, di dapat dari rumus di atas b = nilai pembeda, di dapat dari rumus di atas X = nilai variabel bebas n = jumlah sample b. Selanjutnya untuk menganalisis hipotesis dalam penelitian ini digunakan rumus distribusi uji t yaitu : t = r n 2 1 r² (Sugiyono, 2007) Dimana apabila t hitung lebih besar atau sama dengan t tble pada taraf kepercayaan 0.005 atau 95 % maka hipotesis diterima. 2. Adapun analisis data tahun 2 menggunakan analisis kualitatif.

Tahun 2 Metode Pengembangan Metode Penelitian pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu : (1) Program (model) pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut : 1) Program (model) pengembangan Program pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan model procedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Dalam model pengembangan, peneliti melakukan : pemaparan mengenai komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam pengembangan (Tim Puslitjaknov, 2008). 2) Prosedur pengembangan, dilakukan setelah dilakukan uji validitas, dan pemeriksaan pakar. 3) Uji coba produk, dilakukan dalam bentuk sosialisasi di Pengadilan Agama Medan.

Adapun Diagram Fishbone penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut: Keraguan terhadap kemampuan wanita Wanita makhluk lemah Tidak ada pembekalan bimbingan psikologis gender dipertanyakan Jumlah hakim wanita masih kurang Melankolis Penataan hakim wanita kurang merata Menafikan azas kebenaran dan keadilan Biaya tak standar Resah dan gelisah sedih Mudah marah Tersinggung Kurang profesional Perkara tersendat Kurang lancar Putus asa tertekan Emosi mudah berubah Kuantitas dan kualitas penyelesaian perkara di PA oleh hakim wanita menurun Pembinaan calon hakim setelah rekrutmen Emosi yang fluktuatif Gambar 3.1. Fishbone Penelitian

Adapun indikator capaian penelitian yang diharapkan sebagai berikut : Tabel 3.1 Indikator Capaian No. Permasalahan Metode Analisis Capaian Output Tahun I 1. Apakah stabilitas emosional hakim wanita berpengaruh positif pada percepatan penyelesaian perkara di PA Medan. Deskriptif Kuantitatif dengan uji regresi dan uji hipotesis 2. Faktor apakah yang menyebabkan berpengaruhnya stabilitas emosional hakim wanita pada percepatan penyelesaian prakara di PA Medan 3. Langkah apakah yang harus dilakukan untuk penataan stabilitas emosional bagi percepatan penyelesaian perkara di PA Medan 4. Program penataan stabilitas emosional yang bagaimanakah yang sesuai untuk hak wanita di PA Medan 5. Manfaat apakah yang dapat diambil dengan lahirnya program penataan stabilitas emosional hakim wanita dalam upaya percepatan penyelesaian perkara di PA Medan 1. Uji hipotesis 2. Faktor yang mempengaruhi stabilitas emosional 3. Langkah penataan stabilitas emosional Tahun II Metode pengembangan kualitatif 1. Program pengembangan 2. Prosedur pengembangan 3. Uji coba produk Program penataan stabilitas emosional hakim wanita

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Profil Pengadilan Agama Medan a. Visi Visi dari Pengadilan Agama Medan yaitu terwujudnya Pengadilan Agama Medan yang bersih dan bermanfaat menuju Badan Peradilan yang Agung dengan motto Melayani dengan hati dan hati-hati. b. Misi Misi dari Pengadilan Agama Medan terdiri dari : 1. Meningkatkan Profesionalisme Aparatur Pengadilan Agama Medan. 2. Meningkatkan Pelayanan Prima Yang Berkeadilan. 3. Meningkatkan Manajemen Pengadilan Agama Medan Yang Modern. 4. Meningkatkan Kredibilitas, Transparansi dan Akuntabilitas. c. Sejarah Pengadilan Agama Medan Bertitik tolak dari peratura Pemerintah No. 45 tahun 1957, maka setiap ada Pengadilan Negeri ada sebuah Pengadilan Agama / Mahkamah Syari ah yang daerah hukumnya sama dengan daerah hukum Pengadilan Negeri tersebut. Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah ini keluarlah penetapan Menteri Agama No. 58 Tahun 1957 yang isinya antarar lain pembentukan 11 Pengadilan Agama / Mahkamah Syari ah di Sumatera Utara dan satu Pengadilan Tinggi Agama / Mahkamah Syari ah Provinsi di Medan. Namun pada awal-awalnya Pengadilan Agama Meda belum memiliki kantor sendiri, barulah pada tanggal 10 Juli 1978 Pengadilan Agama Kelas IA Medan dibentuk berdasarkan Surat

Penatapan Menteri Agama Nomor : 58 tahun 1957. Gedung Pengadilan Agama Kelas IA Medan yang lama terletak dijalan Turi No. 18-A Medan, lebih dari 28 tahun dibangun berdasarkan DIPA Departemen Agama Tahun Anggaran 1977/1978, dan diresmikan pemakaiannya pada tanggal 10 juli 1978 oleh bapak H. Ichtijanto, S.A., S.H. Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama RI, mengingat tanah yang dikelilingi rumah/pemukiman penduduk, maka lama tidak dapat dikembangkan sesuai standart Pengadilan Agama Kelas IA yang ada di Sumatera Utara. Sejalan dengan perkembangan Kota Medan disegala bidang keadaan gedung kantor Pengadilan Agama Medan tidak kondusif lagi, maka melalui DIPA tahun 2005 dibangun gedung Kantor Pengadilan Agama Medan berlantai II dijalan Protokol Sisingamangaraja Km. 8.8 No.198, Telp (061) 7851712, Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan. Dibangun diatas tanah seluas 2.350 M 2 dengan sumber dana yang berasal dari APBN tahun 2004, sedangkan luas Bangunan saat ini seluas 870 M 2, diperoleh melalui DIPA Pengadilan Tinggi Agama Medan Tahun 2005 dan diresmikan penggunaannya pada hari senin, tanggal 10 Juli 2006, oleh ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Bapak Prof. Dr. H. Bagir Manan, S.H.,M.CL. (www.pa-medan.net) Pada tahun 2007 Pengadilan Agama Kelas IA Medan mendpat perluasan gedung kantor seluas 60 M 2 dengan pelaksanaan pekerjaannya dilakukan 2 tahap, Tahap pekerjaan I volume pekerjaan telah dilaksanakan 100% pada tahun 2007, melalui DIPA Pengadilan Agama Kelas IA Medan tahun 2007, dan pekerjaan tahap ke II dilaksanakan pada tahun 2008 melalui DIPA Pengadilan Agama Kelas IA Medan tahun 2008. Adapun nama-nama Ketua yang pernah menjadi Pimpinan di Pengadilan Agama Medan, yaitu : 1. Hamzah nasution (1972-1974) 2. Drs. Matardi E, SH. (1974-1975)

3. Amiruddin Ibrahim, BA (1975-1979) 4. Drs. A. Ri fat Yusuf (1979-1992) 5. Drs. H. Amran Suadi, SH., M.Hum (1992-1997) 6. Drs. H. Syahron Nasution, SH., MH (1997-2002) 7. Drs. H. Habibuddin, SH., MH (2002-2006) 8. Drs. H. Jamilus, SH.,MH (2006) 9. Drs. H. Pahlawan Harahap, SH., MA. (2006-2008) 10. Drs. H. Muh. Arief Musi, SH (2008-2011) 11. Drs. H. Mohd. Nor Huldrien, SH., MH (2011- sekarang) Dari tahun ke tahun keadaan perkara di Pengadilan Agama Medan terus mengalami pengingkatan dengan berbagai jenis perkara. Namun yang paling mendominasi adalah tetap kasus perceraian kenaikan tersebut tergambar sebagai berikut : Tahun 2007 = 1214 Perkara. Tahun 2008 = 1492 Perkara. Tahun 2009 = 1772 Perkara Tahun 2010 = 2061 Perkara Tahun 2011 = 2101 Perkara. Pengadilan Agama Kelas IA Medan adalah satu-satunya Pengadilan Agama Kelas IA di Wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara, dengan luas wilayah 300.288 M 2 terdiri dari 21 Kecamatan dengan jumlah penduduk + 1.904.273 jiwa dengan rincian : Muslim + 1.291.751 jiwa, Non Muslim + 612.522 jiwa, sperti terlihat pada table 5.1 berikut :

Tabel 5.1. wilayah kerja Pengadilan Agama MEDAN TUNTUNGAN MEDAN JOHOR MEDAN AMPLAS Kelurahan : Kelurahan : Kelurahan : No. Nama Kelurahan No Nama Kelurahan No Nama Kelurahan 1. NAMO GAJAH 1. GEDUNG JOHOR 1. AMPLAS 2. SIMPANG SELAYANG 2. PANGKALAN MASYHUR 2. SITI REJO II 3. MANGGA 3. KWALA BEKALA 3. SITI REJO II 4. SIDOMULYO 4. TITI KUNING 4. TIMBANG DELI 5. LAU CIH 5. SUKA MAJU 5. HARJOSARI I 6. TANJUNG SELAMAT 6. KEDAI DURIAN 6. HARJOSARI II 7. LADANG BAMBU 7. BANGUN MULIA 8. KEMENANGAN TANI 9. SIMALINGKAR B MEDAN DENAI MEDAN AREA MEDAN KOTA Kelurahan : Kelurahan : Kelurahan : No. Nama Kelurahan No Nama Kelurahan No Nama Kelurahan 1. TEGAL SARI 1. KOTA MATSUM I 1. PASAR BARU MANDALA I 2. TEGAL SARI 2. KOTA MATSUM II 2. PUSAT PASAR MANDALA II 3. TEGAL SARI 3. KOTA MATSUM IV 3. SEI RENGAS I MANDALA III 4. DENAI 4. TEGAL SARI I 4. MESJID 5. BINJAI 5. TEGAL SARI II 5. PANDAU HULU I 6. MEDAN TENGGARA 6. TEGAL SARI III 6. KOTA MATSUM II 7. PANDAU HULU II 7. PASAR MERAH BARAT 8 SEI RENGAS II 8. TELADAN TIMUR

9 SEI RENGAS 9. TELADAN BARAT PERMATA 10. PASAR MERAH 10. SITI REJO I TIMUR 11. SUKARAMAI I 11. SUDI REJO I 12 SUKARAMAI II 12. SUDI REJO II MEDAN MAIMUN MEDAN POLONIA MEDAN BARU Kelurahan : Kelurahan : Kelurahan : No. Nama Kelurahan No Nama Kelurahan No Nama Kelurahan 1. SUKA RAJA 1. ANGGRUNG 1. PETISAH BARU 2. AUR 2. MADRAS HULU 2. BABURA 3. JATI 3. SUKA DAMAI 3. MERDEKA 4. HAMDAN 4. POLONIA 4. DARAT 5. SEI MATI 5. SARI REJO 6. KAMPUNG BARU MEDAN SELAYANG MEDAN SUNGGAL MEDAN HELVETIA Kelurahan : Kelurahan : Kelurahan : No. Nama Kelurahan No Nama Kelurahan No Nama Kelurahan 1. BERINGIN 1. KAMPUNG LALANG 1. CINTA DAMAI 2. ASAM KUMBANG 2. TANJUNG REJO 2. DWIKORA 3. TANJUNG SARI 3. SEI SIKAMBING B 3. HELVETIA 4. P.BULAN SELAYANG 4. SIMPANG TANJUNG 4. SEI SIKAMBING C I 5. P.BULAN SELAYANG 5. SUNGGAL 5. HELVETIA TIMUR II 6. SEMPAKATA 6. BABURA SUNGGAL 6. HELVETIA TENGAH 7. TANJUNG GUSTA

MEDAN PETISAH MEDAN BARAT MEDAN TIMUR Kelurahan : Kelurahan : Kelurahan : No. Nama Kelurahan No Nama Kelurahan No Nama Kelurahan 1. SEKIP 1. GLUGUR KOTA 1. GANG BUNTU 2. PETISAH TENGAH 2. KARANG 2. PERINTIS BEROMBAK 3. SEI SIKAMBING D 3. PULO BRAYAN KOTA 3. P.BRAYAN BENGKEL 4. SEI PUTIH BARAT 4. SEI AGUL 4. P.BRAYAN DARAT I 5. SEI PUTIH TENGAH 5. SILALAS 5. P.BRAYAN DARAT II 6. SEI PUTIH TIMUR I 6. KESAWAN 6. GLUGUR DARAT I 7. SEI PUTIH TIMUR II 7. GLUGUR DARAT II 8. SIDODADI 9. P.B.BENGKEL BARU 10. DURIAN 11. GAHARU MEDANPERJUANGAN MEDAN TEMBUNG MEDAN DELI Kelurahan : Kelurahan : Kelurahan : No. Nama Kelurahan No Nama Kelurahan No Nama Kelurahan 1. TEGAL REJO 1. TEMBUNG 1. MABAR 2. SIDORAME BARAT I 2. BANDAR SELAMAT 2. MABAR HILIR 3. SIDORAME BARAT II 3. INDRA KASIH 3. TITI PAPAN 4. SIDORAME TIMUR 4. SIDOREJO 4. TANJUNG MULIA 5. SEI KERA HILIR I 5. SIDOREJO HILIR 5. TJ. MULIA HILIR 6. SEI KERA HILIR II 6. BANTAN 6. KOTA BANGUN 7. SEI KERA HULU 7. BANTAN TIMUR

8. PAHLAWAN 9. PANDAU HILIR MEDAN LABUHAN MEDAN MARELAN MEDAN BELAWAN Kelurahan : Kelurahan : Kelurahan : No. Nama Kelurahan No Nama Kelurahan No Nama Kelurahan 1. PEKAN LABUHAN 1. LABUHAN DELI 1. BAGAN DELI DELI 2. SEI MATI 2. RENGAS PULAU 2. BELAWAN I 3. BESAR 3. TERJUN 3. BELAWAN II 4. MARTUBUNG 4. TANAH ENAM 4. BELAWAN BAHARI RATUS 5. LABUHAN DELI 5. BELAWAN BAHAGIA 6. BELAWAN SICANANG 2. Perumusan Model Ciri-ciri stabilitas emosional yang ada pada seorang hakim wanita adalah : 1. Rileks. 2. Santai. 3. Tidak menunjukkan kemarahan 4. Mengatasi masalah dengan baik 5. Pendiam 6. Selalu menyenangkan 7. Dapat mengatasi stress 8. Mengelola orang menjadi lebih baik 3. Hasil Angket Hasil angket yang didistribusikan kepada hakim Pengadilan Tinggi Agama Medan dapat dilihat pada table 5.2 di bawah ini :

Tabel 5.2. Persentase hasil angket No. DESKRIPSI PERSENTASE SMD MD KMD TMD 1 (-) Saya suka stress menghadapi kerja yang baru 2 (-) Saya sangat sulit menata perasaan yang galau 3 (-) Saya akan menunjukkan ketidak sukaan pada pribadi orang lain 4 (+) Saya sangat ambisius untuk 75 20 5 0 70 10 20 0 40 15 15 30 10 20 20 50 menyelesaikan pekerjaan 5 (-) Saya bekerja untuk dipuji pimpinan 40 25 30 5 6 (+) Saya mempunyai target dalam bekerja 65 5 25 5 7 (+) Saya selalu menginginkan kepuasan 65 20 10 5 klien 8 (+) Saya tidak mencampur adukkan kerja 70 15 15 0 dengan situasi hati 9 (+) Saya tidak membawa persoalan rumah 75 10 10 5 tangga ke dalam pekerjaan 10 (+) Saya berusaha agar orang lain tidak 65 20 10 5 tahu masalah saya 11 (+) Saya bersifat intrapersonal yang baik 70 15 15 0 12 (-) Saya tidak mau menyelesaikan pekerjaan jika hati saya mengatakan tidak 13 (-) Saya tidak akan mengkomunikasikan seberat apapun masalah ke orang lain 14 (+) Saya lebih memilih diam daripada protes pada atasan 15 (-) Saya berusaha menyenangkan orang lain dibandingkan menegakkan keadilan 16 (-) Saya lebih condong melakukan pekerjaan yang disukai 17 (+) Saya selalu tersenyum dalam keadaan tertekan sekalipun 18 (-) Saya suka mengulur-ngulur waktu dalam bekerja 19 (-) Saya kesulitan untuk tidak memakai orang yang tidak menyenangkan 75 10 10 5 65 20 10 5 60 15 20 5 40 20 25 15 60 15 20 5 70 20 5 5 80 0 20 0 70 15 15 0

20 (-) Saya ingin dikenal sebagai hakim yang baik 75 15 10 0 21 (+) Saya sangat ingin dikenal sebagai hakim yang adil 60 30 10 0 22 (-) Saya menginginkan waktu istirahat 50 25 20 5 ketika mood tidak bagus 23 (-) Saya suka memilih-milih pekerjaan 75 20 5 0 24 (+) Saya tidak akan terbebani dengan sikap negative orang lain kepada saya 25 (+) Saya selalu mencairkan setiap ada konflik 26 (+) Saya akan menyadarkan pimpinan yang arogan 27 (+) Saya hanaya akan bekerja sama dengan orag yang satu pemikiran 28 (-) Saya membutuhkan orang lain untuk curahan hati 29 (+) Saya selalu mengajak orang untuk bertanggung jawab 50 25 20 5 60 25 15 0 75 15 10 0 60 25 10 5 70 5 20 5 75 20 5 0 4. Pengaruh stabilitas emosional hakim wanita pada percepatan penyelesaian perkara di Pengadilan Agama Medan a. Pengaruh Rilek terhadap stabilitas emosional Pengaruh rileks terhadap stabilitas emosional dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini : Tabel 5.3 pengaruh rileks terhadap stabilitas emosional Pertanyaan Persentase SMD MD KMD TMD 1 75 20 5 0 2 70 10 20 0 8 70 15 15 0 17 70 20 5 5 25 60 25 15 0 Jumlah 345 90 60 5

Rata-rata 69 18 12 1 Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan terhadap angket yang diberikan kepada hakim wanita di Pengadilan Agama Medan maka sekitar diperoleh 69% dan 18% memilih adanya pengaruh yang kuat antara rileks dan stabilitas emosionalyang ditunjukkan dengan Sangat Menggambarkan Diri (SMD) dan Menggambarkan Diri (MD). b. Pengaruh Santai terhadap stabilitas Emosional Pengaruh santai terhadap stabilitas emosional dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini : Tabel 5.4 Hubungan santai terhadap stabilitas emosional Pertanyaan Persentase SMD MD KMD TMD 1 75 20 5 0 2 70 10 20 0 17 70 20 5 5 25 60 25 15 0 Jumlah 275 75 45 5 Rata-rata 68.75 18.75 11.25 1.25 Berdasarkan table di atas dapat digambarkan bahwa lebih dari 68% dan 18% responden memilih SMD dan MD. Hal ini menunjukkan bahwa santai berpengaruh erat dengan stabilitas emosional. c. Pengaruh tidak menunjukkan kemarahan terhadap stabilitas emosional Pengaruh tidak menunjukkan kemarahan terhadap stabilitas emosional dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini : Tabel 5.5 penagruh tidak menunjukkan kemarahan terhadap stabilitas emosional

Pertanyaan Persentase SMD MD KMD TMD 3 40 15 15 30 8 70 15 15 0 10 65 20 10 5 13 65 20 10 5 Jumlah 240 70 50 40 Rata-rata 60 17.5 12.5 10 Berdasarkan dari tabel 5.5 di atas diketahui nilai rata-rata pengaruh tidak menunjukkan kemarahan terhadap stabilitas emosional menunjukkan bahwa sekitar 60 % responden memilih SMD, lebih 17 % memilih MD dan sisanya memilih KMD dan TMD sebanyak 12.5% dan 10%. d. Pengaruh Mengatasi masalah dengan baik terhadap stabilitas emosional Pengaruh mengatasi masalah dnegan baik terhadap stabilitas emosional dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini : Tabel 5.6 Pengaruh mengatasi masalah dengan baik terhadap stablitas emosional Pertanyaan Persentase SMD MD KMD TMD 2 70 10 20 0 3 40 15 15 30 4 10 20 20 50 9 75 10 10 5 12 75 10 10 5

13 65 20 10 5 Jumlah 335 85 85 95 Rata-rata 55.8 14.2 14.2 15.8 Berdasarkan dari tabel di atas tentang penagruh Mengatasi Masalah terhadap stabilitas Emosional menunjukkan bahwa lebih dari 55% responden memilih SMD, 14% responden lebih memilih MD dan sisanya memlih KMD dan TMD sebanyak 14.2% dan 15.8%. e. Pengaruh pendiam terhadap stabilitas emosional Pengaruh pendiam terhadap stabilitas emosional dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini : Tabel 5.7 Pengaruh pendiam terhadap stabilitas emosional Pertanyaan Persentase SMD MD KMD TMD 5 40 25 30 5 7 65 20 10 5 14 60 15 20 5 23 70 25 5 0 Jumlah 235 85 65 15 Rata-rata 58.75 21.25 16.25 3.75 Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan bahwa lebih dari 68% dan 21% responden memilih SMD dan MD. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh erat antara pendiam dengan stabilitas emosional. f. Pengaruh selalu menyenangkan terhadap stabilitas emosional Pengaruh selalu menyenangkan terhadap stabilitas emosional dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini :

Tabel 5.8 pengaruh selalu menyenangkan terhadap stabilitas emosional Pertanyaan Persentase SMD MD KMD TMD 5 40 25 30 5 7 65 20 10 5 10 65 20 10 5 11 70 15 15 0 15 40 20 25 15 Jumlah 280 100 90 30 Rata-rata 56 29 18 6 Berdasarkan dari tabel di atas digambarkan bahwa nilai rata-rata pengaruh selalu menyenangkan terhadap stabilitas emosional menunjukkan bahwa sekitar 56 % responden memilih SMD, 20% memilih MD dan sisanya memilih KMD dan TMD sebanyak 18 % dan 6%. g. Pengaruh dapat mengatasi stress terhadap stabilitas emosional Pengaruh dapat mengatsi stress terhadap stabilitas emosional dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini: Tabel 5.9 pengaruh dapat mengatasi stress terhadap stabilitas emosional Pertanyaan Persentase SMD MD KMD TMD 2 70 10 20 0 6 65 5 25 5 8 70 15 15 0

18 80 0 20 0 22 50 25 20 5 Jumlah 335 55 100 10 Rata-rata 67 11 20 2 h. Pengaruh mengelola orang menjadi lebih baik terhadap stabilitas emosional Pengaruh mengelola orang menjadi lebih baik terhadap stabilitas emosional dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini : Tabel 5.10 pengaruh mengelola orang menjadi lebih baik terhadap stabilitas emosional Pertanyaan Persentase SMD MD KMD TMD 19 70 15 15 20 75 15 10 21 60 30 10 24 50 25 20 5 26 75 15 10 27 60 25 10 5 29 75 20 5 Jumlah 465 145 75 15 Rata-rata 66.43 20.71 10.71 2.15 Berdasarkan tabel pengaruh mengelola orang menjadi lebih baik terhadap stabilitas emosional di atas dapat digambarkan bahwa lebih dari 66% dan 20% responden memilih SMD dan MD dan sisanya memilih KMD dan TMD sebanyak lebh dari 10% dan 2%.

5. Nama Hakim Pengadilan Tinggi Agama Medan Tabel 5.11 Nama Hakim PT Agama Medan No Nama Hakim Jabatan 1. Drs. H. Soufyan M. Saleh, S.H.,M.M Ketua mejelis Ketua PT A 2. Drs. H. Syahron Nasution Ketua Majelis 3. Drs. H.M. Syazili Makhir, M.H Ketua Majelis 4. Drs. H. Lumban Hutabarat, S.H., M.H Ketua Majelis 5. Drs. H. Sudirman Cik Ani, S.H Ketua Majelis 6. Drs. H. Syamsuddin Harahap Ketua Majelis 7. H. Yazid Bustami Dalimunte, S.H Ketua Majelis 8. Drs. H. Pahlawan Harahap, S.H.,M.A Ketua Majelis 9. Drs. H. Muzammil Ali, S.H Ketua Majelis 10. Drs. Tariman, S.H Ketua Majelis 11. Drs. H. Irsan Mukhtar Nasution Hakim Anggota 12. Drs. H. Armia Jalil, S.H., M.H Hakim Anggota 13. Hj. Enita F, S.H Hakim Anggota 14. Drs. Busra, S.H., M.H Hakim Anggota 15. Drs. H. Yusuf Buchori, S.H., M.Si Hakim Anggota 16. Drs. Jasiruddin, S.H., M.Si Hakim Anggota 17. Drs. H. Aridi, S.H., M.Si Hakim Anggota 18. Drs. H. Zulkifli Yus, M.H Hakim Anggota 19. Drs. Idham Khalid, S.H Hakim Anggota

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 1. Menganalisis angket 2. Merancang desain model penataan stabilitas emosional hakim wanita bagi percepatan penyelesaian perkara 3. Melakukan wawancara dengan hakim wanita di Pengadilan Agama Medan bagi penguatan hasil angket 4. Membuat draft jurnal yang ber-issn.

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Hasil angket menggambarkan bahwa sebagian besar responden menggambarkan diri dari beberapa pertanyaan yang diberikan. 2. Perlu adanya model penataan stabilitas emosional hakim wanita. B. Saran Perlu koordinasi intensif antara Pengadilan Tinggi Agama dan Pengadilan Agama Kota Medan.

DAFTAR PUSTAKA Afiatin, T dan Martaniah, S. M. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok, Laporan Penelitian. Tidak Diterbitkan Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Ashari (2013). Apakah Wanita Boleh Menjadi Hakim? http://thisisgender.com/apakahwanita-boleh-menjadi-hakim diakses pada tanggal 15 Maret 2013, pukul 13.40. Bharian.com.my. (2013), Ganguan Prahaid Jejas Emosi Wanita http://www.ehomakers.net/article.php?id=436. Hurlock, Elizabeth (1980). Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga. Goleman, Daniel (2000). Emotional Intelligence, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Muhammad, Abdulkadir. (2004). Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : PT Citra Aditya Bakti. Megawangi, Ratna (1999). Membiarkan Berbeda : Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, Bandung : Mirzan. Mustafa, Hasan, (2000), Teknik Sampling,_unpar.ac.id/hasan/SAMPLING diakses pada tanggal 16 Agustus 2012, pkl. 10.15 Yahya, M (2009). Kedudukan kewenangan dan acara Peradilan Agama, UU No. 7 Tahun 198. Jakarta : Sinar Grafika. SOP Penyelesaian Perkara (2013), http://pakedirikab.go.id/utama/index.php?option=com_conten&view=category&id=157&ite mid=147 diakses pada tanggal 24 Maret 2013. Sugiyono (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. (2010). Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta. Yusuf Syamsu (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tim Puslitjaknov. (2008) http://www.infokursus.net/download/0604091354metode_penel_pengembangan_pe mbelajaran_n.pdf, diakses pada tanggal 10 Maret 2013.