Ringkasan Eksekutif Ketenagakerjaan. batukota.bps.go.id

dokumen-dokumen yang mirip
Katalog BPS No

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

STATISTIK PENGANGGURAN. BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA-INDONESIA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

DATA DAN INFORMASI PEKERJA USIA MUDA AGUSTUS 2013

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015


No. Katalog :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015


KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK


KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 12/29/2015

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017


KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

Keadaan Ketenagakerjaan Bali Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

Transkripsi:

i

Ringkasan Eksekutif KetenagakerjaanKota Batu 2015 ISSN. No. Publikasi :35792.15.01 KatalogBPS :4107.3579 UkuranBuku :15 cm X 21 cm JumlahHalaman: vii + 47 Halaman Pengarah: Sri Kadarwati, S.Si., MT (Kepala BPS Kota Batu) Penyunting: Evy Trisusanti, S.Si., MT., M.Sc. (KepalaSeksiStatistikSosial) Naskah: Sri Iriantiningsih PW, SE (StatistisiPertama) GambarKulit: Sri Iriantiningsih PW, SE (Statistisi Pertama) Diterbitkanoleh: BadanPusatStatistikKota Batu Bolehdikutipdenganmenyebutsumbernya ii

KATA PENGANTAR Ringkasan Eksekutif Ketenagakerjaan Kota Batu Tahun 2015 ini merupakan produk utama dari pelaksanaan Sakernas 2014 yang menggambarkan secara ringkas indikator ketenagakerjaan di Kota Batu. Informasi yang disajikan dalam publikasi tersebut berasal dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) yang dikumpulkan oleh BPS setiap tahun. Secara khusus, dari Sakernas dapat diperoleh informasi mengenai jumlah penduduk yang bekerja, pengangguran dan penduduk yang pernah bekerja. Publikasi ini diharapkan dapat berguna bagi pengguna data khususnya dalam pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan pada wilayah Kota Batu. Publikasi Ringkasan Eksekutif KetenagakerjaanKota Batu Tahun 2015 memberikan penjelasan tentang latar belakang survei, metodologi, konsep dan definisi, serta ulasan singkat. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga diterbitkannya publikasi ini, diucapkan terima kasih. Semoga penerbitan publikasi ini bermanfaat. Batu, Juni 2015 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU Sri Kadarwati, S.Si., MT. NIP. 19660114 198802 2 001 iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI... IV DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI I. PENDAHULUAN... 2 II. KETERANGAN YANG DIKUMPULKAN... 4 III. KONSEP DAN DEFINISI... 5 IV. FAKTOR PENENTU... 15 V. PERKEMBANGAN DATA KETENAGAKERJAAN... 18 V.I. ANGKATAN KERJA... 19 V.II. PENDUDUK BEKERJA... 27 V.III. PENGANGGURAN... 42 iv

DAFTAR TABEL Tabel 1. Indikator Ketenagakerjaan Kota Batu 2011-2013... 18 Tabel 2. Penduduk Kota Batu Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Golongan Umur dan Jumlah Jam Kerja Seluruhnya, Agustus 2013.. 30 Tabel 3. Persentase Penduduk Kota Batu Yang Bekerja Menurut Kelompok Usia 2013.... 32 Tabel 5. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Golongan Umur dan Status Pekerjaan Utama, Agustus 2013... 41 Tabel 6. Penduduk Kota BatuMenurutKegiatan 2012-2013... 43 v

DAFTAR GAMBAR Ringkasan Eksekutif Ketenagakerjaan Gambar 1. Diagram Teori Ketenagakerjaan... 6 Gambar 2. Perkembangan Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja dan Yang Bekerja di Kota Batu 2012-2014 20 Gambar 3. Jumlah penduduk Kota Batu usia kerja yang sedang bersekolah 2012-2014.... 21 Gambar 4. Angkatan Kerja Di Kota Batu menurut Jenis Kelamin... 22 Gambar 5. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Di Kota Batu 2013 Dirinci Menurut Kegiatan (%)... 23 Gambar 6. Komposisi Angkatan Kerja Kota Batu Tahun 2014... 24 Gambar 7. Komposisi Angkatan Kerja Kota Batu 2014 Menurut Kelompok Umur (Persen)... 25 Gambar 8. Komposisi Angkatan Kerja Kota Batu Tahun 2014 Menurut Pendidikan yang Ditamatkan... 26 Gambar 9. Persentase Penduduk Kota Batu yang Bekerja Tahun 2012-2014... 27 Gambar 10. Persentase Penduduk Kota Batu yang Bekerja Dirinci Menurut Jam Kerja Keseluruhan Tahun 2014.... 28 Gambar 11. Persentase Penduduk Yang Bekerja Di Kota Batu Dirinci Menurut Kelompok Umur Tahun 2014... 31 Gambar 12. Penduduk yang Bekerja di Kota Batu Dirinci Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2014... 33 Gambar 13. Penduduk yang Bekerja di Kota Batu Tahun 2014 Dirinci Menurut Jenis Lapangan Usaha... 33 vi

Gambar 14. Persentase Penduduk yang Bekerja di Kota Batu Menurut Sektor Lapangan Usaha... 35 Gambar 15. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Bidang Pertanian Tahun 2014... 35 Gambar 16. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan di Bidang Industri Usaha Tahun 2014... 36 Gambar 17. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Perdagangan,Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Tahun 2014... 36 Gambar 18. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Tahun 2014... 37 Gambar 19. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Lainnya Tahun 2014.. 37 Gambar 20. Rata-Rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Buruh/Karyawan Selama Sebulan Kota Batu menurut Lapangan Usaha 2014... 39 Gambar 21. Angka Pengangguran Kota Batu 2012-2014 (Persen)... 42 Gambar 22. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Di Kota Batu 2012-2014... 44 Gambar 23. TPT menurut Kelompok Umur Tahun 2014... 45 Gambar 24. TPT Kota Batu Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin (%) Tahun 2014... 46 Gambar 25. Pengangguran tidak pernah bekerja dan pengangguran pernah bekerja di Kota Batu Tahun 2014 Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan.... 47 vii

viii

Ringkasan Eksekutif Keadaan Ketenagakerj RINGKASAN EKSEKUTIF KETENAGAKERJAAN KOTA BATU 2015 aan Kota Batu 2015 merupakan deskripsi ketenagakerja an Kota Batu hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2014 1

I. PENDAHULUAN Pengumpulan data tentang ketenagakerjaan dalam lingkup nasional merupakan kegiatan pokok Sub Direktorat Statistik Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik, sedangkan untuk lingkup Kota Batu merupakan kegiatan pokok Seksi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Kota Batu. Kegiatan pokok tersebut dilaksanakan melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), yang merupakan survey khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan. Selain melalui Sakernas, pengumpulan data ketenagakerjaan juga dilaksanakan melalui kegiatan survey lainnya, seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Sensus Penduduk (SP) dan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas). Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik tidak pernah berubah sejak 1976, kecuali untuk konsep pengangguran terbuka dan status pekerjaan, mulai tahun 2001 mengalami perluasan. Sampel terpilih untuk Sakernas Agustus 2014 di Kota Batu berjumlah 361 rumahtangga, dimana jumlah tersebut terdiri atas 91 rumah tangga sampel Sakernas Triwulanan dan 217 rumah tangga sampel sakernas tambahan. Ada pun tingkat pemasukan dokumen survey ini mencapai 80,37 persen. Tabel-tabel yang disajikan dirinci menurut jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan daerah (perkotaan dan perdesaan),dengan penomoran tabel yang dimulai dengan tabel total. 2

Pengumpulan data ketenagakerjaan melalui Sakernas mempunyai tiga tujuan utama. Ketiga tujuan tersebut adalah untuk mengetahui karakteristik: i. Penduduk yang bekerja; ii. Pengangguran dan setengah pengangguran; iii. Penduduk yang tercakup dalam kategori bukan angkatan kerja yaitu: mereka yang sekolah, mengurus rumahtangga, dan melakukan kegiatan lainnya, selain kegiatan pribadi. Daftar yang digunakan untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan perorangan adalah daftar SAK12.AK yang disusun untuk menanyakan informasi mengenai keadaan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Ada 2 (dua) catatan penting yang perlu disampaikan pada publikasi ini, yaitu: 1. Klasifikasi lapangan usaha menggunakan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 yang mengacu kepada ISIC revisi 4. Agar dapat dibandingkan dengan data-data sebelumnya dalam penyajian ini klasifikasi tersebut dikonversikan ke Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) 1990. 2. Klasifikasi jenis pekerjaan menggunakan Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu kepada ISCO 88 dengan uraian jenis pekerjaan lebih rinci. Dalam penyajian ini 3

klasifikasi tersebut dikonversikan ke Klasifikasi Jenis Pekerjaan Indonesia (KJI) 1982. II. KETERANGAN YANG DIKUMPULKAN Keterangan pokok berkaitan dengan ketenagakerjaan yang dikumpulkan melalui Sakernas adalah keterangan perorangan dari setiap anggota rumah tangga yang berumur 10 tahun ke atas. Meskipun demikian, informasi yang disajikan dalam publikasi ini hanya informasi dari penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Informasi tersebut meliputi: 1. Keterangan identitas anggota rumah tangga seperti: nama, hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Kegiatan selama seminggu yang lalu seperti: bekerja (paling sedikit 1 jam dalam seminggu), punya pekerjaan namun sedang tidak bekerja, mencari pekerjaan/mempesiapkan usaha, sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya (pensiun, cacat jasmani, dan lain-lain). 2. Bagi mereka yang bekerja/punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja ditanyakan antara lain jumlah hari kerja, jam kerja, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, dan upah/gaji bersih selama sebulan. 3. Bagi mereka yang mencari pekerjaan/mempersiapkan usaha ditanyakan alasan utama mencari pekerjaan/mempersiapkan usaha, upaya yang dilakukan, lama waktu mencari pekerjaan dan 4

jenis pekerjaan yang dicari (pekerjaan purna waktu atau paruh waktu). III. KONSEP DAN DEFINISI Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik adalah The Labor Force Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO) dimana konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu: penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya, penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Pendekatan teori ketenagakerjaan yang digunakan dalam Sakernas 2013 adalah konsep Dasar Angkatan Kerja (Standard Labour Force Concept), seperti pada diagram di bawah ini: 5

Sedang Bekerja Bekerja Sementara Tidak bekerja Angkatan Kerja Mencari Pekerjaan Usia Kerja Gambar1. Diagram Teori Ketenagakerjaan Definisi yang berkaitan dengan penerapan konsep tersebut di Indonesia dijelaskan dalam uraian berikut: Penduduk Pengangguran Mempersiapkan usaha Bukan Usia Kerja Bukan Angkatan Kerja Putus Asa: Merasa tidak mungkin mendapat kan pekerjaan Sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja 1. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. 2. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran. 6

3. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. 4. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam sutau usaha/kegiatan ekonomi. 5. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah keadaan dari seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok kerja, dan sebagainya. Contoh: a. Pekerja tetap, pegawai pemerintah/swasta yang sedang tidak bekerja karena cuti, sakit, mogok kerja, mangkir, mesin/peralatan perusahaanmengalami kerusakan, dan sebagainya. b. Petani yang mengusahakan tanah pertanian dan sedang tidak bekerja karena alasan sakit atau menunggu pekerjaan berikutnya (menunggupanen atau musim hujan untuk menggarap sawah). c. Pekerja profesional (mempunyai keahlian tertentu/khusus) yang sedang tidak bekerja karena 7

sakit, menunggu pekerjaan berikutnya/pesanan dan sebagainya,seperti: dalang, tukang cukur, tukang pijat, dukun, penyanyi, komersial, dan sebagainya. 6. Pengangur terbuka, terdiri atas: a. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan. b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha. c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. (lihat pada An ILO Manual on Concepts and Methods ) o Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti: a. Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. b. Yang sudah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. c. Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain. Usaha mencari pekerjaan ini tidak terbatas pada seminggu sebelum pencacahan, jadi mereka yang sedang berusaha 8

o mendapatkan pekerjaandan permohonannya telah dikirim lebih dari satu mingggu yang lalu tetap dianggap sebagai mencari pekerjaan asalkan seminggu yang lalumasih mengharapkan pekerjaan yang dicari. Mereka yang sedang bekerja dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang lain tidak dapatdisebut sebagai penganggur terbuka. Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakanburuh/pekerja dibayar maupun tidak dibayar. Mempersiapkan yang dimaksud adalah apabila tindakannya nyata, seperti: mengumpulkanmodal atau perlengkapan/alat, mencari lokasi/tempat, mengurus surat ijin usaha, dan sebagainya telah/sedang dilakukan. Mempersiapkan usaha tidak termasuk yang baru merencanakan, berniat, dan baru mengikuti kursus/pelatihan dalam rangka membukausaha.mempersiapkan suatu usaha yang nantinya cenderung pada pekerjaan sebagai berusaha sendiri (own account worker) atau sebagaiberusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar atau sebagai berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar. Penjelasan: 9

Kegiatan mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu yang lalu saja, tetapi bisa dilakukan beberapawaktu yang lalu asalkan seminggu yang lalu masih berusaha untuk mempersiapkan suatukegiatan usaha. 7. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) adalah presentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. 8. Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Pekerja Tidak Penuh terdiri dari: a. Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaanatau masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut setengah pengangguran terpaksa). b. Pekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut setengah pengangguran sukarela). 9. Sekolah adalah kegiatan seseorang untuk bersekolah di sekolah formal, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi selama seminggu yang lalu sebelum pencacahan. Tidak termasuk yang sedang libur sekolah. 10. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan seseorang yang mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya: 10

ibu-ibu rumah tangga dan anaknya yang membantu mengurus rumah tangga. Sebaliknya pembantu rumah tangga yang mendapatkan upah walaupun pekerjaannya mengurus rumah tangga dianggap bekerja. 11. Kegiatan lainnya adalah kegiatan seseorang selain diatas, yakni mereka yang sudah pensiun, orang-orang yang cacat jasmani (buta, bisu, dansebagainya) yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan seminggu yang lalu. 12. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatutingkatan sekolah dengan mendapatkan tanda tamat (ijazah). 13. Jumlah jam kerja seluruh pekerjaan adalah lamanya waktu dalam jam yang digunakan untuk bekerjadari seluruh pekerjaan, tidak termasuk jamkerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan selama seminggu yang lalu.bagi pedagang keliling, jumlah jam kerja dihitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba kembali dirumah dikurangi waktu yang tidakmerupakan jam kerja, seperti mampir ke rumah famili/kawan, dan sebagainya. 14. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja.lapangan pekerjaan pada publikasi ini didasarkan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009. 15. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atauyang sementara tidak bekerja. Jenis 11

pekerjaan pada publikasi ini, didasarkan atas Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yangmengacu kepada ISCO 88. 16. Upah/gaji bersih adalah imbalan yang diterima selama sebulan oleh buruh/karyawan baik berupa uang atau barang yang dibayarkanperusahaan/kantor/majikan. Imbalan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Upah/gaji bersih yang dimaksud tersebut adalahsetelah dikurangi dengan potonganpotongan iuran wajib, pajak penghasilan, dan sebagainya. 17. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan disuatu unit usaha/kegiatan. Mulai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 (tujuh) kategori, yaitu: a. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus. b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap. c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar. 12

d. Buruh/karyawan/pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 (satu) majikan (orang/rumah tangga) yang sama dalam sebulan terakhir. Khusus pada sektor bangunan, batasannya adalah tiga bulan. Apabila majikannya adalah instansi/lembaga, boleh lebih dari satu. e. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terahir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan system pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan pemburuan, termasuk juga jasa pertanian. Majikan adalah orang atau pihak yang memberikan pekerjaan dengan pembayaran yang disepakati. f. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak 13

tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan system pembayaran harian maupun borongan. Usaha non pertanian meliputi: usaha di sektor pertambangan, industri, listrik, gas dan air, sektor konstruksi bangunan, sektor perdagangan,sektor angkutan, perdagangan dan komunikasi, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan, sektorjasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. g. Pekerja keluarga/tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang. Pekerja tak dibayar tersebut dapat terdiri dari: 1. Anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri/anak yang membantu suaminya/ayahnya bekerja di sawah dan tidak dibayar. 2. Bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya, seperti famili yang membantu melayani penjualan di warung dan tidak dibayar. 3. Bukan anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang dibantunya, seperti orang yang 14

membantu menganyam topi pada industri rumah tangga tetangganya dan tidak dibayar. Kategori pada huruf e dan f yang dikembangkan mulai pada publikasi 2001, pada tahun 2000 dan sebelumnya dikategorikan pada huruf d dan a (kategori huruf e termasuk dalam kategori huruf d dan kategori huruf f termasuk dalam kategori huruf a). IV. FAKTOR PENENTU Beberapa faktor perlu dipertimbangkan oleh para pemakai data dalam menginterprestasikan dan menganalisis data ketenagakerjaan yang tersedia. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi: 1. Tujuan survei Sakernas merupakan survei khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan. Sedangkan SP maupun Supas bertujuan untuk mengetahui sifat demografi secara umum. Dengan demikian informasi yang dikumpulkan dalam SP dan Supas lebih banyak dan beragam, antara lain meliputi data pendidikan, migrasi, keluarga berencana, dan ketenagakerjaan. Begitu pula informasi yang dikumpulkan melalui Susenas lebih beragam sifatnya, seperti data pengeluaran/konsumsi, ketenagakerjaan, kesehatan, dan perumahan. Perbedaan tujuan survei ini menyebabkan kualitas data ketenagakerjaan antar berbagai survei tersebut relatif berbeda. 15

2. Ukuran sampel Ukuran sampel dalam Sakernas berbeda dengan ukuran sampel dalam SP dan Supas maupun Susenas. Perbedaaan ini menyebabkan sampling error yang dikandung oleh angka perkiraan dari masingmasing sumber data juga berbeda. Semakin kecil ukuran sampel, maka akan semakin besar sampling error-nya. 3. Faktor pengali Faktor pengali yang digunakan dalam publikasi ini berdasarkan jumlah penduduk menurut kabupaten/kota hasil akhir SP2010 yang diperkirakan ke bulan Agustus 2013. 4. Kualitas petugas lapangan Petugas lapangan Sakernas Agustus 2013 tidak lagi dalam bentuk tim, melainkan terdiri atas pengawas dan pencacah. Pengawas adalah organik BPS kabupaten/kota atau provinsi (diutamakan lulusan Diploma III ke atas). Sedangkan pencacah adalah pegawai organik BPS kabupaten/kota maupun non-organik (mitra) BPS yang ditunjuk dan berpendidikan minimal SLTA (diutamakan Diploma III ke atas). 5. Perencanaan kuesioner Cara menyusun pertanyaan mengenai ketenagakerjaan dalam kuesioner dapat berpengaruh terhadap hasil survei maupun sensus. Ini meliputi bentuk kalimat/pertanyaan yang tertulis, urutan pertanyaan, pemilihan kata-kata yang tepat dalam pertanyaan, dan banyaknya pertanyaan maupun jenis keterangan yang ditanyakan. Dalam Sakernas, telah diusahakan bentuknya ringkas/sederhana, mudah dimengerti serta pertanyaan pokoknya tidak berubah-ubah. 16

6. Waktu pelaksanaan/pencacahan Waktu pelaksanaan lapangan Sakernas Agustus 2013 adalah mulai tanggal 8 hingga 21 Agustus 2014. 17

V. PERKEMBANGAN DATA KETENAGAKERJAAN Berikut adalah beberapa indikator ketenagakerjaan di Kota Batu dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Tabel1. Indikator Ketenagakerjaan Kota Batu 2012-2014 Jenis Kegiatan 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) Penduduk Kota Batu Berumur 15 Tahun ke Atas 148.053 149.408 151.705 Angkatan Kerja Penduduk yang bekerja 100.364 103.024 104.177 Pengangguran Terbuka 3.648 2.421 2.600 Bukan Angkatan Kerja Sekolah 11.255 11.618 11.868 Mengurus rumah tangga 28.850 28.420 26.288 Lainnya 3.936 3.925 6.772 TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) 70.25 70.58 70.38 TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) 3,51 2,30 2,43 Pekerja Tidak Penuh Setengah Penganggur 4.453 1.007 1.768 Paruh Waktu 12.383 13.900 15.402 18

V.I. ANGKATAN KERJA Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal disebut pengangguran Satu di antara beberapa indikator kependudukan yang menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan wilayah adalah besarnya jumlah angkatan kerja yang berada di wilayah tersebut. Angkatan Kerja merupakan sumber daya manusia yang potensial untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Beberapa masalah yang timbul dalam ketenagakerjaan dalam suatu wilayah umumnya ditemukan seperti jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja, rendahnya kualitas tenaga kerja, persebaran tenaga kerja yang tidak merata, kesempatan kerja yang terbatas dan pengangguran. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat selalu berusaha untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dimulai dari mengetahui jumlah penduduk yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja yang ada di suatu wilayah. 19

Gambar 2. Perkembangan Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja dan Yang Bekerja di Kota Batu 2012-2014 Penduduk Kota Batu yang termasuk usia kerja di Kota Batu dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan (Gambar 2). Demikian pula kelompok penduduk yang sedang bekerja selama tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena perkembangan jumlah penduduk perempuan yang bekerja mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sebaliknya untuk penduduk laki-laki yang melakukan kegiatan bekerja mengalami peningkatan. Diduga karena sebagai penduduk perempuan lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau melakukan kegiatan mengurus rumahtangga dibandingkan dengan penduduk laki-laki yang cenderung memilih aktivitas kegiatan ekonomi setelah memasuk usia produktifnya. 20

Dari hasil Sakernas tahun 2012 2014 yang ditunjukkan pada Gambar 3, menunjukkan bahwa di Kota Batu penduduk perempuan usia kerja yang melakukan kegiatan bersekolah cenderung meningkat. Sebaliknya penduduk laki-laki usia produktif yang melakukan kegiatan sekolah cenderung menurun. Gambar 3. Jumlah penduduk Kota Batu usia kerja yang sedang bersekolah 2012-2014. Selanjutnya jika diperhatikan data mengenai kelompok angkatan kerja menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa pada Tahun 2014 persentase angkatan kerja perempuan mencapai 38,09 persen, atau lebih kecil dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 38,44 persen (Gambar 4). Sebaliknya untuk angkatan kerja laki-laki menunjukkan peningkatan selama periode 2012 2014 (61,56 menjadi 61,91 persen). 21

Gambar 4. Angkatan Kerja Di Kota Batu menurut Jenis Kelamin Seperti diketahui bahwa tidak semua penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) Kota Batu masuk sebagai angkatan kerja di tahun 2014. Gambar 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kota Batu yang berumur 15 tahun ke atas masuk dalam angkatan kerja, dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2014 mencapai 70,38 persen. Selebihnya masuk sebagai bukan angkatan kerja yaitu melakukan kegiatan mengurus rumah tangga (17,33 persen), sekolah (7,82 persen), dan memiliki kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi (4,46 persen). TPAK untuk laki-laki terus mengalami peningkatan dari 86,22 persen di tahun 2012 menjadi 86,72 persen di tahun 2014. Sementara TPAK untuk perempuan terus berkurang dari 54,18 persen di tahun 2012 menjadi 53,89 persen di tahun 2014. 22

Gambar 5. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Di Kota Batu 2013 Dirinci Menurut Kegiatan (%) Gambar 6 menunjukkan komposisi angkatan kerja Kota Batu tahun 2014. Secara umum angkatan kerja terbagi dua yaitu yang bekerja dan menganggur. Sementara yang bekerja terbagi menjadi pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Pekerja tidak penuh sendiri terbagi menjadi pekerja setengah menganggur dan pekerja paruh waktu. Persentase penduduk Kota Batu tahun 2014 yang bekerja penuh (jam kerja normal) sebanyak 81,48 persen dari total angkatan kerja Kota Batu 2013. Pekerja tidak penuh mencapai 16,08 persen dari total angkatan kerja Kota Batu, dimana 14,4 persen merupakan pekerja paruh waktu dan 1,66 persen merupakan setengah penganggur. Sebahagian pekerja tidak penuh merupakan pekerja paruh waktu. Pekerja jenis ini memang memilih untuk bekerja dibawah 35 jam seminggu tanpa mencari pekerjaan lain atau menerima pekerjaan tambahan. 23

Gambar 6. Komposisi Angkatan Kerja Kota Batu Tahun 2014 Angkatan kerja di Kota Batu jika dilihat dari komposisi umurnya (Gambar 7) menunjukkan bahwa ada 5,30 persen (5.664 jiwa) yang umurnya 15-19 tahun. Dapat dipastikan angkatan kerja dalam kelompok umur ini sangat terbatas kemampuan dan keterampilannya karena tingkat pendidikan yang ditamatkan rendah (SLTP ke bawah). Semakin tinggi pendidikan dan keterampilannya diharapkan akan menghasilkan kualitas angkatan kerja semakin baik, dengan demikian angkatan kerja memiliki keunggulan dalam pekerjaannya sehingga mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik pula. Pada kelompok umur paling tua (60 tahun ke atas) terdapat 10.16 persen(10.864 jiwa) penduduk yang masih masuk dalam angkatan kerja. 24

Gambar 7. Komposisi Angkatan Kerja Kota Batu 2014 Menurut Kelompok Umur (Persen) Seperti halnya daerah lain di Indonesia, kualitas angkatan kerja di Kota Batu tahun 2014 yang diukur dari tingkat pendidikannya menunjukkan kualitas yang masih rendah. Dapat dilihat pada (Gambar 8) bahwa hampir sepertiga angkatan kerja di Kota Batu yang hanya memiliki pendidikan SD (30,38 persen atau 32.437 jiwa).sebanyak 14,41 persen atau sekitar 15.385 jiwa yang tidak/belum tamat SD dan sebanyak 0,75 persen atau sekitar 804 jiwa sama sekali tidak pernah/belum pernah sekolah. Artinya hampir separuh angkatan kerja di Batu berpendidikan SD atau lebih rendah (45,54%). Sementara angkatan kerja yang berpendidikan SMP sebanyak 16,98 persen atau sekitar 18.132 jiwa, angkatan kerja yang berpendidikan SLTA baik umum maupun kejuruan sebanyak 28,91 persen atau sekitar 30.864 jiwa, angkatan kerja yang berpendidikan Diploma sebanyak 1,03 25

persen atau sekitar 1.100 jiwa dan terakhir yang berpendidikan Universitas sebanyak 7,54 persen atau sekitar 8.055 jiwa. Dengan kualitas angkatan kerja yang ada sekarang, yaitu sebagian besar masih berpendidikan sekolah dasar, akan mengalami kendala untuk dapat bersaing pada posisi jabatan yang strategis dalam kegiatan ekonomi. Gambar 8. Komposisi Angkatan Kerja Kota Batu Tahun 2014 Menurut Pendidikan yang Ditamatkan 26

V.II. PENDUDUK BEKERJA Jumlah penduduk yang bekerja di Kota Batu dalam tiga tahun terus mengalami fluktuasi (Gambar 9). Persentase penduduk yang bekerja terhadap total angkatan kerja di Kota Batu berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dari persentase angkatan kerja yang bekerja di Kota Batu ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan di Kota Batu sudah relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sebuah negara maju. Indikator ketenagakerjaan ini dapat dibandingkan dengan indikator ketenagakerjaan di negara lain karena menggunakan konsep ketenagakerjaan yang sama. Data ketenagakerjaan di Belanda tahun 2014 menunjukkan persentase angkatan kerja yang bekerja di negara ini mencapai 93,31 persen (http://statline.cbs.nl). Gambar9. Persentase Penduduk Kota Batu yang Bekerja Tahun 2012-2014 27

Kota Batu sebagai kota wisata secara terus menerus melakukan pembangunan di wilayahnya untuk menjadi kota yang maju dan tinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Lapangan usaha yang menjadi leading sektor di Kota Batu terus berkembang dan membuat daya tarik tersendiri baik bagi penduduknya sendiri maupun penduduk yang tinggal di luar Kota Batu. Peluang usaha yang terbuka luas serta pemerintah kota yang dianggap cukup serius dalam merealisasikan pandangan masa depan Kota Batu dengan memanfaatkan kekuatan lokal merupakan faktor yang membuat penduduk Kota Batu dapat aktif berpartisipasi dalam perekonomian Kota Batu. Dimulai dari sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran, konstruksi, perbankan serta sektor jasa-jasa menjadi lapangan usaha yang membuka peluang berusaha bagi banyak pihak. Gambar 10. Persentase Penduduk Kota Batu yang Bekerja Dirinci Menurut Jam Kerja Keseluruhan Tahun 2014. 28

Tentu saja peningkatan dalam jumlah yang bekerja tidak cukup membuat pemerintah Kota Batu yakin bahwa masyarakatnya dapat hidup dengan sejahtera. Perlu dilihat bagaimana kualitas penduduk yang bekerja di Kota Batu dari sisi umurnya, pendidikannya, lapangan usahanya, status dalam pekerjaannya, jumlah jam kerjanya, serta besar penghasilannya. Melalui Sakernas kita dapat melihat kualitas penduduk yang bekerja di Kota Batu. Jika dilihat dari jam kerja penduduk yang bekerja di Kota Batu, maka sebagian besar (82,42 persen) penduduk Kota Batu bekerja di atas 35 jam seminggu. Seperti yang dapat dilihat di Gambar 10 bahwa secara total hanya sekitar 18 persen penduduk yang bekerja memiliki jam kerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Namun, jika kita melihat dari sisi jenis kelamin maka terlihat persentase pekerja perempuan yang bekerja dibawah 35 jam dalam seminggu lebih besar daripada persentase pekerja laki-laki. Persentase pekerja perempuan yang jam kerjanya dibawah 35 jam seminggu ada sekitar 26 persen, sementara pekerja laki-laki yang jam kerjanya kurang dari 35 jam semingu sekitar 13 persen. Hal ini mudah dipahami karena secara kultural perempuan masih memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mengurus rumah tangga daripada bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Jika pun harus bekerja sifatnya hanya untuk menambah penghasilan keluarga yang utamanya menjadi tanggung jawab laki-laki. 29

Tabel 2.Penduduk Kota Batu Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Golongan Umur dan Jumlah Jam Kerja Seluruhnya, Agustus 2014. Golongan Umur Jam Kerja Keseluruhan 0 *) 5-9 10-14 15-19 20-24 25-34 35-44 45-54 55-59 60-74 75 + 15-19 - 406 406-500 203 371 1,027 740 906 453 5,012 20-24 406 250-203 - 287 824 4,438 449 2,124 656 9,637 25-29 - - 293 - - 541 1,803 4,340 714 1,380 839 9,910 Jumlah 30-34 - 209-123 209 1,527 3,683 4,155 755 2,809 1,087 14,557 35-39 200 - - - 568 914 2,590 1,934 820 2,386 584 9,996 40-44 246 200 200 246 770 706 2,856 3,680 2,438 2,960 430 14,732 45-49 - 177 354 530 760 749 2,869 3,117 1,216 1,332 687 11,791 50-54 - - 177 348 406 296 2,387 2,373 1,384 1,681 1,577 10,629 55-59 145 165-251 455 1,055 1,337 1,522 706 1,121 310 7,067 60+ 145 206 357 356 842 925 3,020 2,046 1,255 936 758 10,846 Jumlah 1,142 1,613 1,787 2,057 4,510 7,203 21,740 28,632 10,477 17,635 7,381 104,177 30

Jika dilihat dari komposisi umurnya maka kita akan melihat bahwa penduduk Kota Batu yang berusia muda (15-24 tahun) yang sudah bekerja ada sekitar 14,06 persen atau sekitar 14.649 orang. Sementara yang berusia lanjut (berusia 50 tahun ke atas) dan masih bekerja ada sekitar 27,40 persen atau sekitar 28.542 orang. Sementara penduduk Kota Batu yang bekerja dalam usia produktif lebih dari separuh (58,54 persen) dari total angkatan kerja Kota Batu yang bekerja atau sekitar 60.986 orang. Gambar11. Persentase Penduduk Yang Bekerja Di Kota Batu Dirinci Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 Tabel 3 berikut memperlihatkan bagaimana struktur penduduk yang bekerja berdasarkan kelompok usianya masing-masing untuk pekerja laki-laki maupun perempuan. Persentase pekerja perempuan yang bekerja di usia muda (12,31 persen) lebih kecil daripada persentase pekerja laki-lakinya (15,15 persen). Sementara persentase pekerja perempuan yang bekerja di usia produktif (59,56 persen) lebih 31

besar daripada pekerja laki-laki yang bekerja di usia yang sama (57,91 persen). Tabel 3. Persentase Penduduk Kota Batu Yang Bekerja Menurut Kelompok Usia 2014. Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Laki-laki +Perempuan Usia muda 15,15 12,31 14,06 Usia Produktif 57,91 59,56 58,54 Usia Lanjut 26,94 28,14 27,40 Komposisi penduduk Kota Batu yang bekerja menurut tingkat pendidikan tidak banyak berbeda dengan komposisi angkatan kerjanya. Sekitar 32.437 jiwa yang bekerja memiliki pendidikan yang rendah yaitu tamat SD, 15.208 jiwa tidak tamat SD dan 804 jiwa bahkan tidak/belum pernah sekolah). Begitu juga yang berpendidikan SLTP Umum sebanyak 17.617 jiwa dan 515 jiwa berpendidikan SLTP Kejuruan dari penduduk yang bekerja di Kota Batu. Sementara 17.406 jiwa yang memiliki pendidikan SLTA Umum dan 11.428 jiwa berpendidikan SLTA Kejuruan. Sementara penduduk yang bekerja yang memiliki pendidikan Diploma sebanyak 1.100 jiwa dan Universitas sebanyak 7.662 jiwa. 32

Gambar12. Penduduk yang Bekerja di Kota Batu Dirinci Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2014 Gambar 13. Penduduk yang Bekerja di Kota Batu Tahun 2014 Dirinci Menurut Jenis Lapangan Usaha 33

Jumlah penduduk yang bekerja di Kota Batu cukup besar dari total angkatan kerja yaitu sekitar 97,57 persen. Sakernas Agutus 2013 menunjukkan bahwa tiga lapangan usaha terbesar yang menampung pekerja di Kota Batu adalah sektor Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan (31,93 persen), Perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi (29,56 persen), Jasa kemasyarakatan, sosal dan perorangan (15,73 persen) dan Lainnya (16,18 persen). Gambaran sebaran penduduk yang bekerja di Kota Batu tahun 2013 dirinci menurut lapangan usaha dapat dilihat di Gambar 13. Perbandingan antara persentase pekerja laki-laki dan perempuan yang bekerja di lapangan usaha tersebut tidak terlalu berbeda. Jika lapangan usaha yang ada di Kota Batu dikategorikan dalam tiga kelompok besar, sektor primer, sekunder dan tersier maka persentase penduduk yang bekerja di ketiga sektor tersebut baik laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan yang sama proporsinya (Gambar 14). Sekitar 63 persen bekerja di sektor tersier yang mencakup sektor perdagangan, jasa dan lainnya. Sementara sekitar 30 persen bekerja di sektor primer yang mencakup sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan sisanya di sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan sekitar 6 persen. 34

Gambar 14. Persentase Penduduk yang Bekerja di Kota Batu Menurut Sektor Lapangan Usaha Gambar 15.Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Bidang Pertanian Tahun 2014 35

Gambar 16.Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan di Bidang Industri Usaha Tahun 2014 Gambar 17.Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Perdagangan,Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Tahun 2014 36

Gambar 18.Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Tahun 2014 Gambar 19. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Lainnya Tahun 2014 37

Tingkat pendidikan penduduk yang bekerja di sektor pertanian rendah, Sakernas 2014 menunjukkan bahwa 72,59 persen penduduk yang bekerja di sektor pertanian berpendidikan SD ke bawah. Sementara di sektor industri sebesar 37,99 persen berpendidikan tamat SD ke bawah, yang berpendidikan SMP hanya 13,60 persen dan yang berpendidikan SLTA 31,12 persen dan 17,29 persen berpendidikan perguruan tinggi. Di sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi sebanyak 35,65 persen berpendidikan SD ke bawah, hampir separuh (45,44 persen) berpendidikan SLTP, hanya 15,66 persen lulusan SLTA dan 3,24 persen lulusan perguruan tinggi. Di sektor jasa hampir separuh (41,14 persen) yang bekerja di sektor ini berpendidikan SLTA, yang berpendidikan perguruan tinggi sekitar 25,26 persen, lalu yang berpendidikan SD ke bawah 21,58 persen, sementara yang berpendidikan SLTP hanya 12,02 persen. Sedangkan penduduk Kota Batu yang bekerja di sektor lainnya sebagian besar berpendidikan SD ke bawah (42,59 persen), diikuti kemudian yang berpendidikan SLTA sebanyak 24,31 persen, lalu 20,28 persen berpendidikan SLTP dan hanya 12,28 persen yang berpendidikan perguruan tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang sedemikian maka dapat dilihat tingkat pendapatan penduduk Kota Batu yang bekerja. Gambar 20 menyajikan rata-rata pendapatan per bulan penduduk Kota Batu yang bekerja di masing-masing lapangan usaha dan menurut jenis kelamin. Terlihat bahwa secara umum pendapatan pekerja laki-laki lebih tinggi daripada pekerja perempuan. Rata-rata pendapatan tertinggi pekerja laki-laki diterima di sektor industri. Sementara rata-rata pendapatan tertinggi yang diterima pekerja perempuan di sektor lainnya. Dari hasil 38

survei terlihat bahwa di sektor pertanian pekerja laki-laki maupun perempuan secara umum mendapatkan rata-rata pendapatan yang relatif lebih kecil daripada lapangan usaha yang lain. Gambar 20. Rata-Rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Buruh/Karyawan Selama Sebulan Kota Batu menurut Lapangan Usaha 2014 Jumlah pekerja menurut status pekerjaan utama yang dicakup dalam Sakernas ada 7 (tujuh) kategori, yaitu : status berusaha sendiri, berusaha dibantu pekerja tidak tetap/tidak dibayar, berusaha dibantu pekerja tetap/dibayar, buruh, pekerja bebas sektor pertanian, pekerja bebas non pertanian, pekerja keluarga. Dari ketujuh kategori tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pekerja formal dan non formal. Termasuk dalam kategori pekerja informal adalah mereka yang bekerja sebagai karyawan/buruh dan sebagai pengusaha dibantu buruh tetap. 39

Pada umumnya tenaga kerja yang terserap pada sektor informal kurang didukung oleh sumber daya manusia yang tinggi dan sumber dana yang kuat, sehingga perkembangan usahanya relatif lambat dan rentan untuk bertahan lebih lama. Hampir semua status pekerjaan didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan SD kebawah kecuali pada status buruh adalah tenaga kerja berpendidikan SLTA. 40

Tabel 4.Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Utama, Agustus 2014 Kelompok Umur Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/ dibayar Status Pekerjaan Utama Buruh /karyawan /pegawai Menurut Golongan Umur dan Status Pekerjaan Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja keluarga/ tak dibayar 15-19 203 0 0 1.609 371 980 1.849 5.012 20-24 487 203 203 6.525 84 1.480 655 9.637 25-29 689 209 209 5.868 630 1.405 900 9.910 Jumlah 30-34 1.257 839 942 7.791 941 1.449 1.338 14.557 35-39 1.372 2.018 598 2.824 830 384 1.970 9.996 40-44 2.536 2.106 920 3.028 2.502 2.008 1.632 14.732 45-49 2.956 1.904 635 3.599 778 1.202 717 11.791 50-54 2.154 1.451 0 3.227 1.290 1.207 1.300 10.629 55-59 1.510 1.313 745 1.286 651 231 1.331 7.067 60+ 3.173 2.376 923 1.154 1.306 512 1.402 10.846 Jumlah 16.337 12.419 5.175 36.911 9.383 10.858 13.094 104.177 41

V.III. PENGANGGURAN Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali. sedang mencari kerja. mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha. mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan. karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. atau mereka yang sudah punya pekerjaan. tetapi belum mulai bekerja. atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran. produktivitas dan pendapatan masyarakatakan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinandan masalah-masalah sosial lainnya. Gambar21. Angka Pengangguran Kota Batu 2012-2014 (Persen) 42

Pengangguran di Kota Batu pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 2.600 jiwa atau 2.43 persen. Jumlah ini terus menurun dibandingkan tahun 2012 jumlah pengangguran 3.648 jiwa atau 3,51 persen dan 2013 berjumlah 2.421 jiwa atau sekitar 2,30 persen. Jika dilihat dari jenis kelaminnya maka di tahun 2014 persentase penganggur perempuan 1,86 persen (sekitar 757 orang) lebih sedikit daripada persentase penganggur laki-laki 2,79 persen (1.843 orang). Tabel 5.Penduduk Kota Batu Menurut Kegiatan 2012-2014 Indikator ketenagakerjaan 2012 2013 2014 Bekerja 100.364 103.024 104.177 Pengangguran 3.648 2.421 2.600 Sekolah 11.255 11.618 11.868 Mengurus Rumah Tangga 28.850 28.420 26.288 Lainnya 3.936 3.925 6.772 Penduduk Usia Kerja 148.053 149.408 151.705 Indikator utama ketenagakerjaan yang sering digunakan sebagai indikasi keberhasilan dalam menangani masalah pengangguran di suatu wilayah adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT merupakan perbandingan antara jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Dari data yang disajikan pada Tabel 4. dapat dihitung angka TPT pada tahun 2014 mencapai 2.43 persen atau turun dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 3,51 persen. Angka TPT di Kota 43

Batu sebesar 2.43 persen tersebut lebih kecil dibandingkan angka TPT Jawa Timur yaitu sebesar 4.12 persen. Gambar 22. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Di Kota Batu 2012-2014 Pengangguran di Kota Batu mengalami kecenderungan menurun dalam tiga tahun terakhir (Gambar 21 dan 22). Informasi ini tentunya menjadi hal yang positif bagi kinerja pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduknya. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang sedang berlangsung di Kota Batu dimana pembangunan fisik untuk sarana perumahan dan pariwisata semakin intens memiliki kapasitas menampung tenaga kerja. Kegiatan di sektor pertanian hortikultura yang semakin menjanjikan tentunya menjadi lapangan usaha yang mampu menampung tenaga kerja. Belum lagi sektor pariwisata yang 44

bergandengan dengan sektor perdaganan. hotel dan restoran yang terus berkembang menggembirakan. Meskipun demikian Pemerintah Kota Batu belum dapat berpuas diri mengingatpengangguran masih tetap saja ada dan dapat menjadi potensi masalah bagi masyarakat Kota Batu. Gambar 23.TPT menurut Kelompok Umur Tahun 2014 Secara total angka TPTmenurut kelompok umur menunjukkan persentase terbesar terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun. yang kemudian menurun seiring dengan pertambahan umur sebagaimana yang digambarkan pada Gambar 23. Jika dilihat dari jenis kelaminnya maka penganggur laki-laki ditemukan di kelompok umur 15-39 tahun. Sementara penganggur perempuan persentasenya lebih banyak di kelompok umur 25-34 tahun. Karakteristik lain yang menarik disajikan dari indikator penganggur adalah tingkat pendidikan. Hasil survei 45

menunjukkan bahwa sebagian besar penganggur di Kota Batu adalah lulusan SLTA. Jika dibandingkan antara SLTA Kejuruan dan SLTA Umum maka terlihat penganggur lebih banyak dari lulusan SLTA Kejuruan. Penganggur yang lulusan Universitas mencapai 15 persen sementara penganggur yang tidak tamat SD hanya ada sekitar 6 persen. Jika dilihat menurut jenis kelaminnya ternyata lebih dari sepertiga penganggur perempuan merupakan lulusan universitas. Yang menarik adalah penganggur yang memiliki pendidikan rendah (tidak/belum tamat SD) adalah penganggur perempuan. Gambar 24. TPT Kota Batu Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin (%) Tahun 2014 Jika pengangguran dibedakan menjadi dua yaitu penganggur yang pernah bekerja dan penganggur yang tidak pernah bekerja. maka pola TPT menunjukkan bahwa penganggur yang tidak tamat SD adalah penganggur yang pernah bekerja. Sementara yang penganggur yang 46

memiliki ijazah SMA Kejuruan adalah penganggur yang tidak/belum pernah bekerja. Dan hampir semua penganggur yang memiliki pendidikan hingga perguruan tinggi adalah pengangguran yang tidak/belum pernah bekerja. Gambar 25. Pengangguran tidak pernah bekerja dan pengangguran pernah bekerja di Kota Batu Tahun 2014 Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan. 47