ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK BATIK

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Identifikasi Aktivitas Rantai Pasok Industri Hijab Pemula Berdasarkan Value Chain Analysis

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Analisis Rantai Nilai Industri Kreatif Produk Batik Tulis (Studi Kasus : Desa Wisata Batik Jarum, Bayat)

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR

Peningkatan Produktivitas pada UKM melalui Iptek Bagi Masyarakat (Studi kasus di Sentra Pengrajin Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo)

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI BATIK BERBASIS DIAMOND PORTER MODELLING. Suhartini (1), Evi Yuliawati (2)

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI/TEKNOLOGI INFORMASI PADA STMIK YADIKA BANGIL

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA BENGKEL TISKY S MOTOR

BAB III Landasan Teori

Pengembangan Ekonomi Lokal Batik Tegalan: Pendekatan Swot Analisis Dan General Electrics

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era teknologi dan informasi yang berkembang pesat saat ini tak

Sistem Informasi Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan analisis value chain telah banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kompetitior asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing

Diskusi mengenai topik minggu lalu.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN METODE ENTERPRISE ARCHITECTURE DALAM MENINGKATKAN STRATEGI BISNIS DAN TEKNOLOGI PADA PT. PAKARTI GRAHA SENTOSA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

Jurnal TIM Darmajaya Vol. 01 No. 02 Oktober 2015 Page 192 ISSN: E-ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. (UKM) maupun bisnis startup ikut membeludak. Tercatat menurut majalah SWA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis efektivitas..., Maulana Abdillah, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

ANALISIS RANTAI NILAI UNTUK MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF PT. EURO EAST BRIDGE DIVISI AGRONIC FARM PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses pada 08 November 2016 pukul WIB.

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional

PERENCANAAN SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS STIE CANDA BHIRAWA PARE

Analisis Fungsi Bisnis Sistem Informasi Terintegrasi pada SMA Negeri I Yogyakarta

PERENCANAAN STRATEGIS SI/TI DI PT. NEO IMAGO

PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PENGRAJIN BATIK

[Summary] Sistem Informasi Perusahaan Chapter 3

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management

Perencanaan Kebutuhan Pengembangan Sistem Informasi

ANALISIS POSISI STRATEGIS USAHA KECIL MENENGAH (UKM) PERLOGAMAN DI KOTA TEGAL

Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN STRATEGIS SI/TI DI UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD PADA PT. BEST DENKI SURABAYA

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM INFORMASI PADA PT. KAKADA PRATAMA

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

REKAYASA ALUR KERJA DAN ARSITEKTUR INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN BSP

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENENTUKAN POTENSI DI MASA DEPAN. Titien S. Sukamto

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan

Hakikat Rantai Pasokan

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE WARD DAN PEPPARD (STUDI KASUS BANK BPR JAWA TIMUR)

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEGIATAN ADMINISTRASI SERTIFIKASI PADA PT. PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT SERTIFIKASI

PENERAPAN IT BALANCED SCORECARD DALAM PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI STIKI MALANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

COST ANALYSIS CONSIDERATIONS AND MANAGERIAL APPLICATION OF VALUE CHAIN

Internal Value Chain Starbucks

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAH 7 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Informasi. dikerjakan di masa yang akan datang (Sukarno, 2002, p129).

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM INFORMASI UNTUK EFISIENSI PEMASARAN BUAH SAWIT PADA PT. ROLESYA GROUP KABUTPATEN ROKAN HULU RIAU

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERDAGANGAN. SEMINAR RETAIL NASIONAL 2006 (RETAILER DAY & AWARD 2006) JAKARTA, 25 Januari 2007 =========================

KONSEP SISTEM INFORMASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Keywords ; supply chain management system, distribution system, manajemen mata rantai suplai, tracking items, mata rantai distribusi.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria

PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI PRODUKSI PADA CV. MECOHO

Seminar Nasional Kewirausahaan & Inovasi Bisnis VI

BAB I PENDAHULUAN. nyaman, aman dan mampu memberikan nilai lebih (value) bagi pemakainya.

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN

BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK BATIK Suhartini (1), Evi Yuliawati (2) Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jalan Arief Rachman Hakim 100 Surabaya Telp. (031) 5997244 E-mail : ttitin63@yahoo.com (1), evi_y_widodo@yahoo.com (2) ABSTRAK Pengakuan dunia atas batik membawa pengaruh positif pada meluasnya pasar batik ke berbagai negara. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan industri batik saat ini sangat pesat, Dengan perkembangan industri batik yang sangat pesat secara tidak langsung akan meningkatkan potensi pengembangan industri batik Indonesia untuk mendukung penciptaan nilai tambah ekonomi. Industri batik saat ini masih menghadapi beberapa masalah dan juga tantangan, dimana permasalahan dalam pengembangan batik Indonesia adalah ketersediaan bahan baku, kendala pemasaran dan berkurangnya tenaga pembatik. Pendekatan strategi yang akan dipakai adalah analisis value chain, dimana dalam analisis value chain menurut (Porter, 1980) dapat digunakan sebagai alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah (value added) maupun penurunan biaya sehingga dapat membuat usaha lebih kompetitif. Dari hasil diagnosa rantai nilai pada produk batik dapat diketahui bahwa profit margin dari produk batik sebesar Rp. 226.190,86,- per potong kain batik. Profit margin dari produk batik ini bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja dari pengrajin batik secara maksimal yaitu dengan mempertimbangkan peran dari beberapa aktifitas dari proses usaha batik, adapun yang harus dipertimbangkan adalah aktifitas inbound logistics, operation, outbound logistic, marketing and sales dan service. Dengan mempertimbangkan peran aktifitas rantai nilai pada proses batik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi cost dan meningkatkan daya saing industri batik. Kata kunci : manajemen strategi, UKM batik, value chain analisys, value added PENDAHULUAN Latar Belakang Pengakuan dunia atas batik membawa pengaruh positif pada meluasnya pasar batik ke berbagai negara. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan Industri batik saat ini sangat pesat, berdasarkan sumber data dari Kementerian Perdagangan, selama kurun waktu tahun 2008 hingga 2012 rata- rata pertumbuhan ekspor batik sebesar 33,83%, dimana pada tahun 2012 nilainya mencapai USD 278 juta. Sementara itu, pada triwulan pertama tahun 2013 ekspor Indonesia telah mengalami pertumbuhan sebesar 18,49% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Negara-negara tujuan ekspor batik antara lain Amerika Serikat (AS), Belgia, Jerman, Inggris, Jepang dan Korea Selatan. AS tercatat sebagai negara tujuan A-18-1

ekspor terbesar dari total penjualan ke luar negeri pada kuartal I/2013 yaitu sebesar USD 21,18 juta, adapun pada kuartal I tahun sebelumnya sebesar USD17,46 juta. Ekspor batik terbesar selanjutnya yaitu ke Jerman dan Korea Selatan. Dengan perkembangan industri batik yang sangat pesat secara tidak langsung akan meningkatkan potensi pengembangan industri batik Indonesia untuk mendukung penciptaan nilai tambah ekonomi dan lapangan kerja. Diharapkan pasar batik akan terus meluas sehingga bisa meningkatkan devisa negara dan menggerakkan ekonomi rakyat. Pesaingan perkembangan industri batik tidak lepas dari tujuan pokok dalam meningkatkan daya saing produk. Walaupun dianggap sebagai salah satu industri yang strategis untuk dikembangkan, Industri batik saat ini masih menghadapi beberapa masalah dan juga tantangan, dimana permasalahan dalam pengembangan batik indonesia adalah ketersediaan bahan baku, kendala pemasaran dan berkurangnya tenaga pembatik. Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan batik adalah fluktuasi pasar luar negeri, perkembangan teknologi, terbatasnya pengetahuan konsumen batik, konsentrasi pasar batik dalam negeri, isu pencemaran lingkungan. Salah satu kendala yang dihadapi yang dilihat dari sisi teknologi, para pengusaha industri batik umumnya belum melakukan perbaikan sistem dan teknik produksi agar lebih produktif. Karena pada kenyataannya di dalam negeri sendiri, batik Indonesia belum bisa bersaing dengan batik printing buatan dari luar negeri khususnya dari negara Cina dan Thailand, secara kualitas batik buatan Indonesia lebih baik, namun dari segi harga batik Indonesia kalah bersaing dengan buatan dari luar negeri terutama Thailand dan Cina. Hal ini diakui sendiri oleh Menteri Perdagangan bahwa baju batik yang dijual murah di pasar-pasar tradisional di Indonesia kebanyakan berbahan baku kain batik impor dari luar negeri khususnya Cina dan Thailand. Pakaian batik dengan kain batik produksi asli Indonesia masih sangat terbatas di kalangan tertentu khususnya pada kalangan ekonomi atas dikarenakan harganya yang lebih mahal. Dan sepertinya pemerintah Indonesia belum bisa memberikan perlindungan dan pendampingan yang memadai untuk produsen batik khususnya dikalangan usaha kecil dan menengah, agar bisa menghasilkan kain batik dengan harga yang lebih murah agar bisa bersaing dengan produk impor dari luar negeri. Dari permasalahan tersebut diatas maka akan dilakukan suatu pendekatan-pendekatan strategi yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki industri batik dengan mengeliminir berbagai kendala yang dihadapi industri batik khususnya menghadapi persaingan dengan kain batik printing dari luar negeri. Pendekatan strategi yang akan dipakai adalah analisis value chain, dimana dalam analisis value chain menurut (Porter, 1980) dapat digunakan sebagai alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah (value added) maupun penurunan biaya sehingga dapat membuat usaha lebih kompetitif. Permasalahan Sesuai dengan latar belakang yang ada, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut : 1. Bagaimana pemetaan value chain produk batik? 2. Bagaimana mengembangkan strategi peningkatan daya saing produk batik? Asumsi 1. Responden memahami dengan baik supply chain produk batik 2. Biaya yang terlibat dalam perhitungan tidak mengalami perhitungan. A-18-2

Ruang Lingkup 1. Objek penelitian adalah produsen produk batik, yang berada di Kabupaten Sidoarjo provinsi Jawa Timur. 2. Penelitian dilakukan pada supply chain produk batik, mulai dari supplier, sampai ke buyer. 3. Analisis value chain dilakukan untuk mendapatkan strategi peningkatan daya saing. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis value chain produk batik. Mendapatkan strategi pengembangan untuk meningkatkan daya saing produk batik. METODE Berikut akan dijelaskan masing-masing tahapan penyelesaian penelitian sesuai dengan diagram alirnya, termasuk juga tentang data yang dibutuhkan, bagaimana memperoleh data tersebut dan hasil dari masing-masing tahapannya. Pemetaan Value Chain Produk Batik Langkah awal dalam menyelesaikan penelitian adalah dengan melakukan pemetaan rantai nilai produk batik, dimana tujuan dalam pemetaan ini untuk mengetahui aliran input produk dan jasa dalam rantai nilai produk batik. Didalam pemetaan ini akan dilakukan mulai dari segmen upstream, segmen midstream, dan dilanjutkan pada segmen downstream. 1. Jenis data dan sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan mencari studi literatur dari lembaga atau instansi. 2. Pengumpulan data Adapun sumber data yang dilakukan yaitu dengan : a. Dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait. b. Mempelajari topik penelitian melalui buku, jurnal, laporan dari lembaga yang terkait yang berhubungan dengan penelitian. c. Melakukan observasi dengan mencatat informasi dan mendokumentasi objek penelitian dengan foto. 3. Penentuan sampel Penentuan sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling, artinya bahwa sampel yang distrasifikasikan secara proporsional namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Sampel yang diambil adalah 2 orang. 4. Penentuan variabel 5. Definisi operasional a. Bahan baku adalah semua yang dibutuhkan dalam proses pembuatan batik yang terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku penunjang. b. Proses produksi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk jadi yang berupa kain potongan batik. A-18-3

c. Harga produk jadi adalah besarnya harga yang dijual oleh pengrajin batik ke end customer. 6. Analisis value chain Langkah dalam menganalisis dengan menggunakan analisis value chain : a. Mengidentifikasi aktifitas value chain Memisahkan kegiatan atau operasi pada usaha pengrajin batik menjadi beberapa aktivitas bisnis, dengan cara mengelompokkan aktifitas atas proses tersebut kedalam kategori primer atau pendukung. b. Mengidentifikasi cost driver pada setiap aktifitas nilai. Bertujuan untuk mengidentifikasi aktifitas dimana pengrajin mempunyai keunggulan biaya baik saat ini maupun keunggulan biaya potensial. c. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan mengurangi biaya atau menambah nilai. Pengrajin menentukan sifat keunggulan kompetitif potensial dan saat ini dengan mempelajari aktifitas nilai dan cost driver yang sudah diidentifikasi. 7.Analisis Finansial Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis biaya dilakukan dalam bentuk perhitungan margin dan blok kuantitatif. Dalam analisis ini bertujuan untuk mengetahui peran masing-masing segmen rantai nilai dalam memberikan kontribusi terhadap penambahan nilai sehingga dapat dijadikan acuan untuk langkah analisis selanjutnya. Metode yang digunakan dalam analisis finansial ini dengan melakukan metode wawancara ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga sampel yang digunakan analisis finansial akan dilakukan dengan ketua Paguyuban dan Koperasi Batik Sidoarjo. HASIL DAN DISKUSI Mapping Value Chain Berikut adalah value chain pengrajin batik di kampoeng batik Jetis Sidoarjo dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini. Analisa Data Mapping Value Chain Mapping value chain pada gambar diatas menggambarkan distribusi batik dari produksi hingga konsumen akhir melewati tahapan dan proses yang berbeda. Mapping value chain terdiri dari tiga bagian yaitu segmen utama value chain, pelaku utama value chain, dan lembagalembaga terkait yang menunjang keberlangsungan value chain batik. a. Segmen utama value chain Segmen utama value chain adalah segmen Upstream, segmen Midstream, dan segmen Downstream. b. Pelaku utama value chain Pelaku utama value chain adalah supplier, pengrajin, wholeseller, ritel dan end customer. c. Lembaga penunjang value chain Lembaga penunjang adalah paguyupan koperasi batik Jetis Sidoarjo. A-18-4

Input supplie Proses Pembatikan Wholeselle Retail UPSTREAM MIDSTREAM DOWNSTREAM 1. Kain mori 2. Lilin/malam 3. Kaustik soda 4. Pewarna Naptol 5. Pewarna Vatsol 6. HCL 1. Tahap I Persiapan a. Pemotongan b. Menjahit pinggir c. Diketel d. Pencucian e. Pengeringan f. Ngloyor g. Ngemplong 2. Tahap II Perekatan lilin a. Memola b. Mbatik c. Nembok 3. Tahap III Pewarnaan napsol a. Nyoled b. Pengeringan c. Mbironi d. Pengeringan e. Pewarnaan 4. Tahap IV Pewarnaan vatsol a. Ngesol b. Pengeringan 5. Tahap V Nglorod a. Nglorod 6. Tahap VI Finishing a. Pengeringan b. Pelipatan c. Pelabelan d. Packing Distribusi Bahan utama: Kain mori Bahan penunjang: Lilin/malam Kaustik soda Pewarna Naptol Pewarna Vatsol HCL Pengrajin wholeseller retailer Dinas Koperasi, Perindag, UKM & ESDM Gambar 1 Mapping Value Chain Berikut adalah keterangan tiga bagian dalam mapping value chain : Segmen utama value chain Dalam mapping value chain terdiri dari tiga segmen utama : a. Segmen Upstream Segmen upstream terdiri dari supplier-supplier yang terdiri dari supplier bahan baku utama dan supplier bahan bahu penunjang. Bahan utama batik adalah kain mori dan bahan baku penunjang batik adalah lilin/malam, kaustik soda, pewarna naptol, pewarna vatsol, HCL. A-18-5

b. Segmen Midstream Segmen midstream terdiri merupakan produsen dalam aktifitas value chain. Dalam segmen ini terdapat proses-proses penambahan nilai yaitu proses yang persiapan, perekatan lilin, pewarnaan napsol, pewarnaan vatsol, nglorod dan finishing. c. Segmen Downstream Segmen downstream merupakan keseluruhan kegiatan yang melibatkan pengiriman produk kepada konsumen akhir. Kegiatan utama dalam distribusi, pergudangan, transportasi dan layanan purna jual. Pelaku Utama Value Chain Pelaku utama value chain terdiri dari : a. Supplier b. pengrajin c. Wholesaller d. Retailer Lembaga Penunjang Value Chain Selama ini upaya pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk mendukung pertumbuhan industri usaha kecil menengah terutama pengrajin batik Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo yaitu: a. Dengan melakukan pembinaan, adapun pembinaan yang dilakukan, antara lain: 1. Pembinaan pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan yaitu berupa pelatihan desain dan motivasi kewirausahaan. 1. Pembinaan peningkatan kemampuan teknologi. Peningkatan kemampuan teknologi yaitu berupa kemampuan teknologi dalam produksi batik dan kemampuan teknologi dalam bidang pemasaran. b. Dengan melakukan pemberdayaan. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo yaitu: 1. Memberikan fasilitasi akses permodalan, Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo bekerja sama dengan Bank Jatim untuk masalah akses permodalan. 2. Memberikan fasilitasi pemasaran. Untuk fasilitasi pemasaran Diskoperindag dan ESDM mengadakan kegiatan pameran dan promosi. Dalam pembinaan dan pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo bisa dikatakan sudah memberikan manfaat dan dampak yang baik bagi pengrajin kampoeng batik Jetis. Karena pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan belum secara keseluruhan untuk kedepannya diharapkan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan tersebut bisa dilakukan secara merata sehingga pengrajin kampoeng batik jetis dapat memanfaatkan hasil dari pembinaan dan pemberdayaan tersebut. Sebagian pengrajin Akan tetapi, dampak baik tersebut belum merata dirasakan oleh seluruh pengrajin batik dikarenakan pembinaan dan pemberdayaan belum menyeluruh dilakukan kepada semua pengrajin batik di Kampoeng Batik Jetis. Perhitungan Margin Berikut adalah hasil perhitungan margin segmen-segmen value chain. Langkah-langkah dalam menentukan marjin adalah: A-18-6

Value Chain Actor Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Margin Segmen-Segmen Value Chain Unit Total Cost (Rp) Costs Revenoues Profits Margins Added Unit % Added Unit Price % Total Unit Unit Cost Profit Cost (Rp) Profit Margin (Rp) (Rp) % Unit Margin Supplier 78660 0.504166 86526 7866 0.129977 95178.6 0.420789 Produksi 159886 73360 0.470196 175874.6 15988.6 0.264195 89348.6 0.395014 Wholeseller 178874.6 3000 0.019228 196762.06 17887.46 0.295571 20887.46 0.092344 Retailer 197762.06 1000 0.006409 217538.27 18776.20 0.310257 20776.20 0.091853 Jumlah 156020 1 60518.26 1 226190.86 1 Value Chain and Value Added Setelah dilakukan perhitungan margin maka dapat digambarkan value chain dan value added dari pengrajin batik sehingga akan diketahui profit margin dari industri tersebut. Firm infrastructure Visi dan misi pengrajin batik Human resources development Karyawan mengikuti pelatihan yang diadakan disperindag Sidoarjo Technology development Proses produksi sistem manual, pemasaran menggunakan teknologi informasi Inbound Operation Outbound Marketing service logistics logistic and sales Add value produk supplier Pengiriman Add value industry pengolahan Rp. 95178.6,- Rp. 89348.6,- Add value industry penyimpanan Rp. 20887.46,- + Rp. 20776.20,- = Rp. 41663,66,- Profit margin= add value ( Inbound logistics+ Operation+ Outbound logistic+ Marketing and sales+ service) Profit margin =Rp. 226190.86,-= Rp. 95178.6,-+ Rp. 89348.6,-+ Rp. 20887.46,- + Rp. 20776.20,- Gambar 2. Value Chain and Value Added Adapun dari gambar menunjukan bahwa nilai tambah terbesar di aktivitas primer mulai dari inbound logistics, operation, outbound logistic, marketing, sales dan service berturutturut,- untuk inbound logistics adalah Rp. 95178.6, untuk operation and outbound logistics adalah Rp. 89348.6,-, dan untuk marketing and service adalah Rp. 41663,66,-. Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa nilai tambah terbesar sebenarnya terdapat pada inbound logistics karena harga bahan baku batik yang cukup tinggi. Harga bahan baku yang cukup tinggi dikarenakan bahan baku lilin atau malam tidak tersediaanya lilin lokal di Sidoarjo sehingga pengrajin harus membeli lilin atau malam produksi di luar Sidoarjo. Bahan baku untuk pewarna batik yang digunakan selama ini adalah pewarna sintetis bukan menggunakan pewarna alami sehingga akan berdampak pada harga pewarna batik yang sangat mahal. Selanjutnya nilai tambah yang terbesar kedua adalah pada operation dan inbound logistics yaitu sebesar Rp. 89348.6,-, hal ini dikarenakan pada proses operation khususnya pada proses mbatik untuk tenaga kerja nya dari luar kota hal ini dikarenakan para pengrajin batik mencari tenaga kerja yang benar-benar ahli dibidang membatik sehingga harga yang dikeluarkan untuk proses batik dapat dikatakan cukup mahal. Para pengrajin batik mencari tenaga kerja untuk proses mbatik selain mencari tenaga yang benar-benar ahli juga dikarenakan daya saing dari desain motif batik. Sedangkan nilai tambah yang ketiga adalah pada marketing and sales, service yaitu sebesar Rp. 41663,66,-, nilai tersebut dapat dikatakan terendah karena selama ini pada proses tersebut hanya terdapat aktifitas pengiriman produk jadi batik. A-18-7

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan: 1. Dalam mapping value chain terdiri dari tiga segmen utama yang meliputi segmen upstream, segmen midstream dan segmen downstream. Sedangkan pelaku utama dalam value chain pengrajin batik adalah supplier pengrajin batik, wholeseller dan retailer. 2. Dari hasil diagnosa rantai nilai dapat diketahui bahwa profit margin dari produk batik sebesar Rp. 226190,86,- per potong kain batik. Profit margin dari produk batik ini bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja dari pengrajin batik secara maksimal yaitu dengan mempertimbangkan peran dari beberapa aktifitas dari proses usaha batik, adapun yang harus dipertimbangkan adalah aktifitas inbound logistics, operation, outbound logistic, marketing and sales dan service. Pada aktifitas inbound logistics yang harus dipertimbangakan adalah pengadaan bahan baku terutama pada pengadaan lilin atau malam dan pewarna, Pada aktifitas operation yang harus dipertimbangkan adalah teknologi untuk proses produksi batik khususnya pada proses mbatik. Pada aktifitas marketing and sales dan services yang harus dipertimbangkan adalah pemasaran produk batik. Dengan mempertimbangkan peran aktifitas rantai nilai pada proses batik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi cost dan meningkatkan daya saing industri batik. DAFTAR PUSTAKA Bernard,Scott A. (2005). An Introduction To Enterprice. 2nd Edition. Disperindag, (2013) Strategi Industri Nasional, Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, Jakarta. David, F. R (1997), Strategi Management, 6 Th Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey Donelan, Joseph G., Kaplan, Edward A, (2000): Value Chain Analyisis: A Strategi Approach To Cost Management, Thomson Learning. Kumalasari Y.Y, Suryono A, Rozikin M, (2013). Pembinaan dan pemberdayaan pengrajin batik, Jurnal Administrasi public (JAP), Vol.2, No. 1, Hal 66-70, Unibraw Malang. Kuncoro, Mudrajat (2006). Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Bersaing. Erlangga. Jakarta. Porter, M.E., (1985), Competitive Advantage: Creating And Sustaining Superior Performance, Free Press, New York. Rangkuti, Freddy (2004). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Suhartini, Mahbubah Nina A, Muid A, Udisubakti Ciptomulyono, Singgih M. L,(2010), Perancangan Sistem Teknologi Informasi Berdasarkan Integrasi Model Green Productivity Dan Environmental Management Accounting Untuk Pengembangan Usaha Kecil Menengah, Prosiding Seminar Nasional MMT ITS Surabaya. Sekaran, Uma, (1992), Research Method for Business. John Wiley and Sons, Inc. New York. Ward, John, Dan Peppard, Joe. (2002). Strategic Planning For Information Systems. John Wiley And Sons Ltd., England. A-18-8