2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Melati Ismi Hapsari Pendidikan Guru PAUD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto

PENDIDIKAN SEKS ANAK* (Pendekatan Praktis Bentuk dan Antisipasi Penyimpangan seks anak)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Surakarta cukup tinggi, yaitu pada bulan Januari-Juni 2012,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

GAMBARAN METODE SOSIALISASI SEKSUALITAS YANG DISAMPAIKAN OLEH IBU KEPADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA CIKERUH LARAS AMBAR SARI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak

METODE PEMBIASAAN BERMAIN PERAN DALAM MENGENALKAN KONSEP MEMBILANG PADA ANAK USIA DINI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejahatan terhadap anak kerap kali terjadi di Indonesia. Kondisi ini begitu

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

Dinamika kepribadian / Prinsip Motivasional. Ego cemas karena tuntutan id dan superego. 1. Dorongan-dorongan a. Seks b. Agresi 2.

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak mengalami berbagai fase sesuai dengan umur. mereka masing masing sehingga mencerminkan bahwa

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui, masalah penyimpangan sosial sedang marak terjadi di

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. anak dibawah umur seperti yang telah banyak diberitakan diberbagai media.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

PAUD yang Selaras dengan Prinsip Tumbuh Kembang Anak. Nurul Malika

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

: RIZKA RATNA NURVITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Segala sesuatu di muka bumi ini diciptakan Allah secara berpasangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

Persepsi Guru Taman Kanak-kanak Terhadap Pendidikan Seksual Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PADA IBU DAN ANAK DIDIK TK LABSCHOOL UNNES DENGAN MENGGUNAKAN BONEKA GENDER

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

Dra. Dyah Puspita, MSi., Psikolog

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. problematika individu di lingkungan keluarga, tidak terkecuali dalam

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan penyerapan informasi yang sangat pesat, dibandingkan tahap usia selanjutnya. Kepesatan kemampuan otak anak dalam menyerap berbagai informasi di sekitarnya juga diiringi dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tahu yang sangat tinggi ditunjukkan anak dengan aktif bertanya tentang berbagai hal yang mereka temui, serta mencari tahu berbagai jawaban yang mereka inginkan dengan bereksplorasi. Rasa ingin tahu anak meliputi beragam bidang termasuk hal yang berkaitan dengan seksualitas. Menurut Andriana (2006: 81) perkembangan gender dan seksualitas pada anak-anak dimulai dari hal yang paling mendasar, antara lain pada usia tiga tahun anak sudah dapat membedakan jenis kelamin dan perbedaan fisik yang menyertainya. Seksualitas berkembang sejak masa anak-anak, remaja, sampai dewasa. Perkembangan ini meliputi perkembangan fisik dan psikis, perkembangan secara psikis berupa perkembangan psikoseksual yang terjadi pada masa anak-anak (Rahmah, 2012: 59). Sigmund Freud (Rahmah, 2012: 59) membagi perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak menjadi empat fase, yaitu fase oral, fase anal, fase falik, dan fase laten. Pada fase oral berlangsung sejak bayi lahir hingga usia 1-2 tahun. Pada fase ini, mulut merupakan pusat kenikmatan bagi bayi, oleh karena itu bayi senang mengisap jari ke dalam mulutnya. Adapun fase anak berlangsung mulai usia sekitar 2-4 tahun. Pada fase ini, daerah dubur dan sekitarnya merupakan pusat kenikmatan.

2 Sedangkan fase falus/falik, mulai dari usia 4-6 tahun, pada tahap ini anak merasakan alat kelaminnya sebagi bagian yang menyenangkan. Oleh karena itu, pada pada fase ini anak senang bereksplorasi dengan alat genitalnya. Dan yang terakhir yaitu fase laten, yang berlangsung pada usia sekolah. Pada bagaian awal fase ini, anak tidak lagi memusatkan perhatian pada alat genitalnya. Freud (Sumaryani, 2014: 17) menempatkan bahwa anak usia prasekolah berada pada tahap falik, dimana selama tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif. Anak mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut. Fase yang sangat penting pada perkembangan seksual pada masa ini yaitu, mengenal identitas dan kepercayaan seksual individu secara menyeluruh. Anak usia prasekolah menguatkan rasa identitas gender dan mulai membedakan perilaku sesuai gender yang didefinisikan secara sosial. Proses pembelajaran ini terjadi dalam perjalanan interaksi normal orang dewasa dan anak dari boneka yang diberikan kepada anak, pakaian yang dikenakan, permainan yang dimainkan, dan respon yang dihargai. Anak juga mengamati orang dewasa, mulai untuk meniru orang tua yang berjenis kelamin sama, dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan balik orang tua. Pada tahap ini eksplorasi tubuh merupakan perkembangan yang sedang dialami anak. Eksplorasi dapat mencakup mengelus diri sendiri, memanipilasi genital, memeluk boneka, hewan peliharaan, atau orang di sekitar mereka, dan percobaan sensual lainnya. Sementara mempelajari bahwa tubuh itu baik dan bahwa stimulasi tertentu itu menyenangkan anak dapat juga diajarkan perbedaan perilaku yang bersifat pribadi. Permainan dengan pasangan jenis kelamin dapat ditangani dengan cara seperti apa adanya. Orang tua dapat menginterpretasi rasa keingintahuan yang ditunjukkan sebagai suatu indikasi yang menandakan bahwa anak telah siap untuk belajar tentang perbedaan dan nama-nama yang sesuai untuk genitalia perempuan dan laki-laki.

3 Seiring dengan perkembangan peran seks anak yang mulai muncul pada usia 3 tahun, membuat anak mulai terdorong untuk melakukan eksplorasi genital dan apabila hal tersebut dibiarkan dapat menjadi kebiasaan buruk hingga anak dewasa. Pengalaman seks yang keliru yang diperoleh anak, serta anak-anak yang tidak memperoleh bimbingan dan arahan yang tepat dapat mengembangkan persepsi yang keliru tentang alat kelamin, proses reproduksi, dan seksualitas. Dari pengalaman seks yang keliru yang diperoleh sejak anak usia dini, seseorang dapat berpotensi mengalami penyimpangan seksual. Penyimpangan atau perilaku seksual yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dapat dikatakan sebagai kekerasan seksual terhadap anak. Kekerasan seksual pada anak (sexual abuse) merupakan salah satu bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan trauma yang cukup berat baik secara fisik mau psikis dan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Beberapa perilaku seksual anak yang dianggap tidak wajar kerap dijumpai dalam tayangan berita diberbagai media informasi, kolom konsultasi psikologi, maupun laporan langsung para orang tua terhadap guru di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sejumlah kasus kekerasan seksual pada anak usia dini kian marak terjadi, salah satu kasus yang terjadi di sekolah bertaraf internasional, yaitu kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh petugas kebersihan sekolah dan guru terhadap murid Taman Kanak-Kanak Jakarta International School (JIS), selanjutnya kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh Emon di Sukabumi yang mengorbankan lebih dari 100 anak di bawah umur. Meskipun alasan terjadinya tindak kekerasan seksual bervariasi, setidaknya terdapat dua penyebab utama yang dapat memicu seseorang melakukan tindak pelecehan seksual kepada anak di bawah umur, yaitu faktor utama yang dipercaya sebagai pemicu seseorang berperilaku seks menyimpang dengan melibatkan anak sebagai korbannya adalah faktor trauma yang berkepanjangan dan faktor keluarga

4 (http://nasional.sindonews.com/read/2014/05/13/18/863054/melacak-akarkekerasan-seksual-terhadap-anak). Lingkungan keluarga merupakan tempat individu bersosialisasi, lingkungan keluarga dipercaya dapat memegang peranan yang penting bagi individu dalam melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap anak. Namun fatalnya, perilaku seksual kepada anak di bawah umur adalah orang-orang terdekat anak itu sendiri. Minimnya kehangatan hubungan emosional antar anggota keluarga dapat memicu seseorang mengalami gangguan orientasi seksual. Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap anak perlunya peran orang dewasa atau orang terdekat anak, dalam hal ini yaitu orang tua agar dapat memberikan informasi mengenai pendidikan seks terhadap anak. Banyak orang tua yang bersikap reaktif ketika mengetahui anaknya melakukan eksplorasi genital. Padahal anak hanya ingin mengetahui dan ingin mencoba hal yang baru mereka temukan dengan mengeksplorasi bagian tubuh mereka. Seringkali kita temui ketika anak melakukan eksplorasi genital dengan segera orang tua memberikan peringatan kepada anak, dengan melarang anak mengulangi hal tersebut, bahkan tidak sedikit yang membentak dan memberikan hukuman. Orang tua kerapkali menutup rapat-rapat kesempatan anak untuk memperoleh jawaban akan rasa ingin tahunya berkaitan dengan seksualitas dengan menganggap bahwa pendidikan seks tidak perlu diberikan sejak dini karena hal tersebut masih dianggap tabu untuk diberikan terhadap anak. Pendapat seperti ini merupakan kekeliruan yang sudah mengakar kuat dalam masyarakat kita. Mayoritas orang menganggap bahwa pendidikan seks dimulai sejak anak menginjak remaja atau sedikit lebih awal. Akan tetapi penelitian modern menyatakan bahwa anggapan itu salah dan berlebihan. Sebenarnya pendidikan seks dimulai sejak anak usia dini. Sejalan dengan itu Zuraiq (2004: 106) mengungkapkan bahwa: Pendidikan seks dimulai semenjak manusia lahir kemudian diperluas secara bertahap seiring dengan pertumbuhannya. Seorang anak belum

5 memasuki masa kematangan seksual, kecuali persiapannya telah cukup dan dibekali informasi memadai, yang pada gilirannya ia mampu melewati masa ini dengan lancar. Maka dalam hal ini diperlukan bekal orang tua untuk menjadi lebih terbuka serta informatif terhadap anak khususnya mengenai pendidikan seksual agar dapat memberikan pendampingan yang baik bagi anak dan diharapkan anak terhindar dari perilaku penyimpangan seksual. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2009: 85) pada salah satu TK di Mojokerto membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks dini dengan perilaku seks pada anak usia 3 sampai 6 tahun. Oleh karena itu peran orang tua sebagai pemberi informasi awal mengenai seks pada anak menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi perkembangan dan kehidupan anak pada masa yang akan datang. Pendapat lain dikemukakan oleh Zuraiq (2004: 108) bahwa sebenarnya pendidikan seks bukanlah masalah yanng harus dilaksanakan oleh orang tertentu dan hanya menjadi tanggung jawab perseorangan. Namun ia merupakan tindakan saling melengkapi yang melibatkan orang tua dan guru, tanpa membedakan apakah anak itu laki-laki atau perempuan. Hal ini nampaknya perlu mendapatkan perhatian khusus selain dari para orang tua sebagai lingkungan pertama anak, kedua adalah lingkungan sekolah anak dalam hal ini lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Inti dari pembelajaran di PAUD, dalam hal ini adalah Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak adalah mengoptimalkan perkembangan anak dalam setiap aspeknya, tidak terkecuali perkembangan anak pada aspek peran seksnya. Serta peran guru dalam menerapkan pendidikan seksual di sekolah pada anak usia dini. Implementasi pendidikan seksual di sekolah memberikan peran penting bagi perkembangan anak. Melalui pendidikan seksual guru dapat

6 menanamkan nilai tanggung jawab pada anak dengan mengenalkan tugas dan fungsi anggota tubuh berdasarkan jenis kelamin anak. Berdasarkan hasil observasi di Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi Kota Bandung pendidikan seksual pada anak diberikan secara sederhana, salah satunya seperti memisahkan toilet anak laki-laki dan perempuan, dari pemisahan tempat tersebut secara tidak langsung guru telah mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang seks kepada anak, bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Pendidikan seksual di TK Salman Al Farisi tidak tercantum menjadi program khusus dalam kurikulum, akan tetapi pendidikan seksual yang diterapkan dilakukan secara terintegrasi dengan pembelajaran melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten. Berdasarkan permasalahan yang berkembang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana guru menerapkan pendidikan seksual di TK Salman Al Farisi Kota Bandung. Maka penelitian ini memfokuskan pada Implementasi Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Dini. B. Identifikasi Masalah Penelitian Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Banyak orang tua yang bersikap reaktif ketika anak bertanya mengenai hal yang berkaitan dengan seksualitas, dengan menganggap bahwa pendidikan seks tidak perlu diberikan sejak dini kepada anak dan masih dianggap tabu untuk diberikan kepada anak usia dini. 2. Informasi mengenai pendidikan seksual sangat penting untuk diberikan kepada anak sejak usia dini, hal tersebut sebagai bekal pengetahuan untuk menyiapkan anak menjadi bertanggung jawab, menjaga dan mempergunakan fungsi seksnya dengan baik. 3. Pendidikan seksual belum menjadi program khusus akan tetapi pendidikan seksual yang diterapkan di beberapa Taman Kanak-kanak dilakukan secara sederhana dan terintegrasi dengan pembelajaran

7 4. Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi Bandung memiliki keberhasilan dalam menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia dini melalui pembiasaan yang terintegrasi dengan pembelajaran. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK Salman Al Farisi Kota Bandung? 2. Bagaimana implementasi pendidikan seksual di Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi Kota Bandung? 3. Apa saja kendala dan solusi Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi Kota Bandung dalam menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia dini? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep pendidikan seksual untuk anak usia dini di TK Salman Al Farisi Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan seksual di Taman Kanakkanak Salman Al Farisi Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui kendala dan solusi Taman Kanak-kanak Salman Al Farisi Kota Bandung dalam menerapkan pendidikan seksual untuk anak usia dini. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Diharapkan dapat menambahkan wawasan serta memberikan pengetahuan dalam upaya mengimplementasikan pendidikan seksual di Taman Kanak-kanak.

8 b. Bagi Lembaga Taman Kanak-Kanak Diharapkan dapat menjadi rujukan yang dapat diterapkan disetiap lembaga penyelenggara pendidikan khususnya Pendidikan Anak Usia Dini sebagai upaya pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada anak. c. Bagi Peneliti Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pendidikan seksual dan cara mengimplementasikan pendidikan seksual di Taman Kanak-kanak, yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut. d. Bagi Orang tua Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya pendidikan seks bagi anak usia dini kepada orang tua sebagai pendidik awal bagi anak. F. Struktur Organisasi Penelitian Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas secara keseluruhan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu sistematika organisasi. Sistematika organisasi yang tercantum dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab 1 berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian. Bab II berisi tentang kajian pustaka, dan kerangka pemikiran, pada bab ini diuraikan mengenai konsep pendidikan seksual untuk anak usia dini, dan penelitian terkait pendidikan seksual untuk anak usia dini. Bab III, pada bab ini penjabaran rinci mengenai metode penelitian, yang berisi tentang, desain penelitian, metode penelitian, tahapan-tahapan penelitian, lokasi dan subjek penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

9 Bab IV, bab ini berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan berisi tentang pembahasan atau analisis temuan. Bab V, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.