BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak di usia dini merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak dalam jenjang pendidikan usia pra sekolah dan sekolah dasar yang bertujuan untuk membantu anak dalam menumbuh kembangkan jasmaniah serta rohaniah mereka yang diharapkan nantinya dapat lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan dan kehidupan yang lebih lanjut. Namun dalam praktek pendidikan bagi anak usia dini, ada hal yang terlupakan oleh orang tua maupun lembaga pendidkaan untuk anak di usia dini yaitu memberikan pembekalan mengenai pendidikan seks. Menurut dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp,OG(K), M.M. Pendidikan seks adalah menanamkan pemahaman kesehatan reproduksi. Pendidikan seks sangatlah diperlukan agar anak memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya menjaga organ-organ reproduksi, serta menanamkan nilai-nilai moral yang berkaitan dengan masalah seksualitas. Namun, pandangan masyarakat dan orang tua di Indonesia mengenai pendidikan seks masih terbilang sempit dan masih banyak yang beranggapan negatif bahwa seks adalah orang yang berhubungan seks dan lebih memilih untuk diam daripada memberikan informasi kepada anak yang mulai bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai seks. Padahal pendidikan seks bagi anak sejak usia dini sangatlah diperlukan agar anak memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya menjaga organ-organ reproduksi, serta menanamkan nilai-nilai moral yang berkaitan dengan masalah seksualitas yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, seperti apa yang dilarang, apa yang di perbolehkan dan bagaimana melakukanya. Kurangnya kesadaran dari institusi pendidikan, pemerintah serta orang tua dalam memberikan pendidikan seks di Indonesia dapat menyebabkan informasi mengenai seks pada anak justru didapatkan diluar pendidikan formal maupun informal tanpa adanya tanggung jawab dan kebenaranya. Ketidaktahuan mengenai seks akibat kurangnya pengalaman dan informasi mengenai pendidikan dapat 1

2 dilihat dari data rekapitulasi yang didapat dari LPA Jawa Barat, pada tahun 2015 di Jawa Barat data tindakan kejahatan yang dialami pemerkosaan 12,66%, pencabulan 10,13%, sodomi 29,11% dan 48,1 berbagai tindak kejahatan dan pelecehan lainya terhadap anak. Jumlah pelaku yang paling banyak melakukan tindak kejahatan dan pelecehan terhadap anak-anak adalah orang asing sebanyak 19,88% dan gerombolan pemuda 32,75% sisanya sebanyak 47,37% orang terdekat termasuk ayah, ibu dan teman-teman. Angka ini terbilang cukup mengkhawatirkan karena tidak sedikit anak yang mengalami kejahatan seksual, bahkan anak- anak terkadang tidak sadar bahwa dirinya sedang menjadi korban kejahatan seksual. Pendidikan seks sejak dini pada anak sangatlah penting agar anak anak dapat mengantisipasi, mengetahui, dan mencegah kegiatan seks bebas dan terhindar dari dampak-dampak dari tindakan seksual diluar norma norma yang berlaku di masyarakat. Selain itu pendidikan seks akan lebih mudah dibicarakan kepada anakanak yang sudah mulai aktif bertanya tentang seks dan sebelum anak-anak mengalami masa pubertas atau kematangan seks-nya, karena anak akan lebih terbuka dan perasaan malunya berkurang. Peran orang tua serta lembaga pendidikan maupun lembaga pendukung lainya sangat diperlukan untuk mengajarkan pendidikan seks sejak dini pada anak sebelum anak-anak mengetahui dari orang lain yang mungkin memberikan informasi yang mungkin tidak benar. Pendidikan seks sejak dini yang diberikan pada anak harus secara kompleks dan tepat dengan tingkat usia yang sesuai, karena pada dasarnya pengetahuan edukasi mengenai seks pada anak dapat membantu anak anak dalam kehidupanya bersosialisasi di masyarakat. Dalam tugas akhir ini, perancangan media edukasi seks pada anak bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pendidikan seks pada anak dengan membuat buku ilustrasi edukasi seks untuk anak berusia 5-9 tahun. Menurut Syamsu (2012:86) usia tersebut merupakan fase prasekolah dan anak sekolah yang menuntut kemampuan intelektual dan kemampuan kognitif seperti membaca, menulis, dan mengingat. Dalam perkembangan emosionalnya anak memiliki perasaan ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Adapun pembahasan yang diangkat mengenai edukasi seks pada anak dalam buku ilustrasi 2

3 tersebut adalah mengenali organ biologis pada anak serta perbedaan antara laki laki dan perempuan, informasi dan tips penting bagi anak anak dan juga orang tua yang disajikan dengan cara yang benar dalam bahasa anak anak dan ilustrasi yang menarik. Peran orang tua dan lingkungan pendidikan serta lembaga lainya sangat diperlukan dalam mendampingi anak anak agar edukasi mengenai seks dapat disampaikan dengan jelas dan dapat diterima dengan baik oleh anak- anak. 1.2 Permasalahan Identifikasi Masalah 1. Pendidikan seks yang masih dianggap tabu dan tidak pantas untuk diberikan kepada anak oleh para orang tua. 2. Informasi mengenai seks yang salah dan tidak sesuai dengan nilai moral dan norma yang berlaku di masyarakat didapatkan dari luar pendidikan formal maupun informal karena kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan seks. 3. Perkembangan teknologi yang begitu pesat dengan mudahnya dapat diakses oleh anak anak tanpa adanya pengawasan dari orang tua sehingga informasi yang didapatkan cenderung tidak sesuai dengan nilai moral dan norma susila yang berlaku di masyarakat. 4. Kurangnya kesadaran pendidikan seks pada anak berakibat pada terjadinya tindak kejahatan seksual pada anak Rumusan Masalah Bagaimana merancang buku ilustrasi mengenai pendidikan seks untuk anak? 1.3 Fokus Permasalahan Dalam perancangan media edukasi seks pada anak ini, materi yang disajikan dalam bentuk buku ilustrasi di tujukan kepada anak anak dalam tahapan usia mulai dari 5-9 tahun. Menurut salah satu pakar psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, pendidikan seks diberikan kepada anak dimana anak mulai bertanya mengenai seks dan sebelum anak-anak mengalami masa pubertas atau kematangan 3

4 seks-nya, karena anak akan lebih terbuka dan perasaan malunya berkurang untuk membicarakan pendidikan mengenai seks. Selain itu anak akan memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman seksualitas sebagai bagian dari kehidupan dan sikap tanggung jawab serta tindakan preventif terhadap berbagai penyimpangan seksual yang cukup saat anak anak mulai tumbuh dewasa. Buku ilustrasi edukasi seks untuk anak disajikan dalam bahasa anak-anak yang mudah dipahami serta ilustrasi yang menarik. Buku ilustrasi ini dibuat berdasarkan konsultasi dengan beberapa ahli di bidang psikologi serta pengarang dan illustrator buku anak. 1.4 Tujuan Penelitian Merancang sebuah media buku ilustrasi mengenai edukasi seksual pada anak yang dapat membantu dan memudahkan para orang tua dan anak mendapatkan informasi mengenai pendidikan seksual pada anak. Disamping itu pentingnya akan kesadaran pendidikan seks untuk anak dari usia dini dapat membangun kepercayaan antara orang tua dan anak, menangkal efek buruk dari media teknologi dan lingkungan serta mendukung perkembangan dan pemahaman anak mengenai seks. 1.5 Metode Pengumpulan Data a. Studi Pustaka Studi pustaka adalah proses peneliti membaca buku agar referensi yang dimilikinya semakin luas dan untuk mengisi frame of mind. Dengan studi pustaka juga dapat memperkuat perspektif dan kemudian meletakkannya di dalam konteks (Soewardikoen, 2013:6). Studi pustaka dilakukan untuk mencari referensi dan landasan teori sebagai acuan yang berkaitan dengan perancangan buku ilustrasi mengenai pendidikan seksual untuk anak. b. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kejadian yang oleh peneliti tidak dapat diamati sendiri secara langsung, baik karena tindakan atau peristiwa yang terjadi di masa 4

5 lampau ataupun karena peneliti tidak diperbolehkan hadir di tempat kejadian itu. (Rohidi, 2011:208). Metode wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari para ahli psikologi anak, dan berbagai lembaga sosial yang berkaitan dengan pendidikan seks untuk anak guna memperoleh data yang valid serta pengarang dan illustrator buku anak yang akan di gunakan sebagai acuan dalam pembuatan buku ilustrasi. c. Observasi Observasi merupakan tindakan yang mengamati kejadian disekitar. Observasi yang dilakukan yaitu dengan mendapatkan data berdasarkan narasumber. (Rohidi, 2011:208). Observasi dilakukan dengan cara mengamati data-data yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Nurjanah dari Lembaga Perlindungan Anak mengenai tindak kejahatan dan pengetahuan orang tua akan pendidikan seks untuk anak dan juga mengamati bagaimana buku edukasi yang sesuai untuk anak-anak berdasarkan hasil perbandingan produk sejenis. 5

6 1.6 Kerangka Perancangan Latar Belakang Pendidikan seks pada anak masih dianggap tabu dikalangan masyarakat dan juga orang tua yang berdampak pada kejahatan dan berbagai penyimpangan seksual terhadap anak karena ketidak tahuanya pengetahuan anak mengenai masalah seksualitas. Permasalahan Bagaimana cara merancang media buku ilustrasi mengenai pendidikan seks untuk anak yang tepat dan menarik agar pendidikan seks tidak lagi menjadi hal yang tabu di masyarakat Tujuan perancangan Merancang sebuah media buku ilustrasi mengenai edukasi seksual pada anak yang dapat membantu dan memudahkan para orang tua dan anak mendapatkan informasi mengenai pendidikan seksual pada anak agar pendidikan seksual terhadap anak tidak lagi menjadi hal yang tabu dan tidak pantas untuk disampaikan sehingga anak dapat mengenal dan mampu mengambil tindakan preventif terhadap berbagai penyimpangan seksual yang terjadi pada anak anak. Cara pengumpulan data dana analisis Metode studi pustaka, dilakukan dengan mengutip informasi dan teori Metode wawancara, melakukan wawancara dengan narasumber para ahli Dari data-data yang diperoleh di analisis sebagai panduan dalam perancangan media edukasi pendidikan seks berupa buku ilustrasi Hasil perancangan berupa buku ilustrasi edukasi mengenai seks pada anak yang disajikan dalam bahasa anak-anak dan ilustrasi yang menarik Tabel 1.1 kerangka penelitian (Sumber: Dokumentasi Penulis) 6

7 1.7 Pembabakan Bab 1 Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup permasalahan, memaparkan tujuan penelitian, menjelaskan cara pengumpulan data, skema perancangan dan pembabakan. Bab 2 Dasar Pemikiran Menjelaskan teori atau dasar pemikiran yang relevan, menjelaskan uraian dari studi pustaka (definisi dari para ahli), dan mencari landasan teori yang berkaitan dengan perancangan buku edukasi seks pada anak. Bab 3 Data dan Analisis Masalah Menguraikan hasil survey pengumpulan data di lapangan mengenai objek yang diamati secara terstruktur, dan menganalisis hasil penelitian menggunakan dasar pemikiran terhadap hasil survey sehingga menghasilkan strategi perancangan. Bab 4 Konsep dan Hasil Perancangan Menjelaskan tentang konsep yang digunakan dalam perancangan serta menampilkan hasil perancangan mulai dari sketsa hingga ke perancangan visualisasi akhir. Bab 5 Penutup Kesimpulan untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian, serta saran mengenai ide atau solusi terhadap permasalahan. 7