BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3. Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5. Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

INVERSI GEOFISIKA (geophysical inversion) Dr. Hendra Grandis

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

ANALISIS STRUKTUR PATAHAN DAERAH PANASBUMI LAHENDONG - TOMPASO SULAWESI UTARA BERDASARKAN DATA SECOND VERTICAL DERIVATIVE (SVD) ANOMALI GAYABERAT

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

TESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK GEOTEKNIK. Oleh: Icksan Lingga Pradana Irfan Fernando Afdhal Joni Sulnardi

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

III. TEORI DASAR. al, 1990). Dasar teori penggunaan metode gayaberat (gravity) adalah Hukum. Newton, dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

Pemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI TG-11 DENGAN MENGUNAKAN METODE GAYA BERAT. Skripsi. Oleh BAGUS HARDIANSYAH

BAB III METODE PENELITIAN

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

Abstrak. Abstract. Kata kunci: Anomali Gravitasi; pemodelan ke depan; pemodelan Inversi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

Unnes Physics Journal

Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Pembahasan Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT

III. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini sering digunakan untuk

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

Identifikasi Perubahan Muka Air Tanah Berdasarkan Data Gradien Vertikal Gaya Berat Antar Waktu

BAB II METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

Eksplorasi Parameter Fisik Cekungan Migas di Perairan Blok Ambalat Dengan Metode Gravitasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

III. TEORI DASAR. menyatakan gaya tarik menarik F antara dua massa m 1 dan m 2 dengan dimensi

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

Pengolahan awal metode magnetik

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Transkripsi:

BAB III TEORI DASAR 3.1 Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa cebakan mineral dari daerah sekeliling (ρ = gram/cm3). Metode ini adalah metode geofisika yang sensitif terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang. Perpisahan anomali akibat rapat massa dari kedalaman berbeda dilakukan dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi (mgall), dengan demikian anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode pengukuran data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat (Sarkowi, 2009). 3.2 Konsep Dasar Gayaberat 3.2.1 Gaya Gravitasi (Hukum Newton I) Gambar 5. Gaya tarik menarik antara dua benda (Rosid, 2005) 16

Teori yang paling mendasar dalam metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gaya tarik menarik antara benda dengan masa tertentu. Kedua benda tertentu yang dipisahkan oleh jarak tertentu akan memiliki gaya tarik menarik yang besarnya dinyatakan oleh persamaan berikut: ( ) (1.1) Dimana : ( ) : gaya tarik menarik (N) : konstanta Gravitasi Universal (6,67 x 10-11 m 3 kg s -2 ) m 1, m 2 R : massa benda 1 dan massa benda 2 (kg) : jarak antara dua buah benda (m) : vector satuan (m) 3.2.2 Percepatan Gravitasi (Hukum Newton II) Newton juga mendefinisikan hubungan antara gaya dan percepatan. Hukum II Newton tentang gerak menyatakan gaya sebanding dengan perkalian massa benda dengan percepatan yang dialami benda tersebut. (2) Dimana adalah percepatan yang indentik dengan percepatan gravitasi g, sehingga persamaan (3.1) dapat ditulis : ( ) ( ) (3) Besarnya medan gayaberat di titik m 2 akibat massa titik m 1 yang berjarak r adalah: ( ) (4) 17

Terlihat bahwa besarnya gayaberat g berbanding lurus dengan massa m, yaitu perkalian antara densitas dengan volume benda, sehingga besarnya gayaberat terukur merupakan pencerminan dari densitas dan volume massa tersebut. 3.2.3 Potensial Gayaberat Distribusi Massa Potensial gayaberat adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan suatu massa dari suatu titik ke titik tertentu. Suatu benda dengan massa tertentu dalam sistem ruang akan menimbulkan medan potensial di sekitarnya. Dimana medan potensial bersifat konservatif, artinya usaha yang dilakukan dalam suatu medan gravitasi tidak tergantung pada lintasan yang ditempuhnya tetapi hanya tergantung pada posisi awal dan akhir (Rosid, 2005). Gayaberat merupakan sebuah vektor yang arahnya sepanjang garis yang menghubungkan pusat dari dua buah massa. Gaya ini menimbulkan suatu medan yang konservatif yang dapat diturunkan dari suatu potensial skalar dengan hubungan sebagai berikut. ( ) (5) Persamaan diatas mengikuti konvensi oleh Kellog tahun 1953, yang menyatakan potensial gayaberat ialah usaha yang dilakukan oleh medan gayaberat pada partikel uji dan negatif dari energi potensial partikel. Beberapa buku menetapkan potensial gayaberat sebagai usaha yang dilakukan partikel uji, sehingga dalam persamaan (5) ditulis: ( ) (6) Fungsi U pada persamaan di atas disebut potensial gravitasi, sedangkan percepatan gravitasi g merupakan medan potensial. Tanda minus menandakan bahwa arah gayaberat menuju ke titik yang dituju. Dengan mengasumsikan bumi dengan massa M bersifat homogen dan berbentuk bola dengan jari-jari R, potensial gravitasi di permukaan dapat didefinisikan dengan persamaan: 18

( ) ( ) ( ) (7) ( ) ( ) (8) ( ) (9) Gambar 6. Potensial massa tiga dimensi (Telford dkk., 1990) Berdasarkan persamaan (9), potensial yang disebabkan oleh elemen massa dm pada titik (x, y, z) dengan jarak r dari P(0, 0, 0) adalah: (10) Dimana: (x,y,z) adalah densitas r 2 = x 2 + y 2 + z 2. Potensial total dari massa adalah: (11) 19

karena g adalah percepatan gravitasi pada sumbu z (arah vertikal) dan dengan asumsi konstan, maka: ( ) (12) 3.2.4 Satuan Gayaberat Satuan gayaberat g yang menyatakan percepatan gravitasi dalam sistem MKS adalah m/s 2 dan dalam sistem CGS adalah cm/s 2.. Pengukuran percepatan gravitasi pertama kali dilakukan oleh Galileo. Untuk menghormati Galileo, kemudian didefinisikan : 1 Gall = 1 cm/s 2 = 10-2 m/s 2 (dalam CGS) Satuan anomali gayaberat dalam kegiatan eksplorasi diberikan dalam orde miligall (mgall): 1 mgall = 10-3 Gall 1 μgall = 10-3 mgall = 10-6 Gall = 10-8 m/s 2 Dalam satuan MKS, gravitasi diukur dalam g.u.(gravity unit) atau μm/s 2 (Octonovrilna, 2009): 1 mgall = 10 g.u. = 10-5 m/s 2 3.3 Anomali Bouguer Anomali Bouguer (dinamai oleh Pierre Bouguer) pada metode gayaberat disebabkan oleh benda anomali baik yang berada dekat dengan permukaan maupun yang jauh dari permukaan bumi. Karena tujuan eksplorasi geofisika pada umumnya untuk mempelajari struktur yang dekat permukaan (cekungan hidrocarbon, reservoir panasbumi, sumber daya alam, struktur geologi), maka 20

berbagai usaha telah dilakukan untuk memisahkan efek residual dari efek regional. Anomali Bouguer merupakan selisih antara harga gravitasi pengamatan ( ) dengan harga gravitasi teoritis ( ) yang didefinisikan pada titik pengamatan bukan pada bidang referensi, baik elipsoid maupun muka laut rata-rata. Selisih tersebut merefleksikan variasi rapat massa yang terdapat pada suatu daerah dengan daerah sekelilingnya ke arah lateral maupun ke arah vertikal. Anomali Bouguer dapat bernilai positif ataupun negatif. Nilai anomali positif mengindikasikan adanya kontras densitas yang besar pada lapisan bawah permukaan biasanya ditemukan pada survey di dasar samudera. Anomali negatif menggambarkan perbedaan densitas yang kecil dan pada umumnya didapat pada saat survei gayaberat di darat. Setelah dilakukan koreksi terhadap data percepatan gayaberat hasil pengukuran maka akan diperoleh persamaan anomali percepatan gayaberat (Blakely, 1995), yaitu: 1. Anomali Bouguer Sederhana ( ) (13) 2. Anomali Bouguer Lengkap (Δgbg) (14) 3.4 Second Vertical Derivative (SVD) Second vertical derivarive (SVD) dilakukan untuk memunculkan efek dangkal dari pengaruh regionalnya dan untuk menentukan batas-batas struktur yang ada di daerah penelitian. Sehingga filter ini dapat menyelesaikan anomali residual yang tidak mampu dipisahkan dengan metode pemisahan regional-residual yang ada. Metode second vertical derivative bersifat high pass filter, sehingga dapat menggambarkan anomali residual yang berasosiasi dengan struktur dangkal yang 21

dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis patahan. Metode SVD dapat digunakan untuk membantu interpretasi jenis struktur terhadap data anomali Bouguer yang diakibatkan oleh adanya struktur patahan turun atau patahan naik (Sarkowi, 2011). Medan potensial U dengan sumber tidak berada didalamnya akan memenuhi persamaan Laplace s sesuai dengan persamaan (Telford dkk., 1976): (15) Untuk metode gayaberat, persamaannya sesuai dengan persamaan berikut: (16) (17) Untuk SVD persamaannya sesuai dengan persamaan (Telford dkk., 1976): ( ) (18) Dari persamaan 17 dapat diketahui bahwa second vertical derivative dari suatu anomali gayaberat permukaan adalah sama dengan negatif dari derivative orde dua horizontalnya, artinya bahwa anomali second vertical derivative dapat melalui derivative orde dua horizontalnya yang lebih praktis di kerjakan. Untuk data anomali gayaberat dalam grid teratur, anomali Second Vertical Derivative (SVD) dapat diturunkan melalui proses filtering, dimana persamaan konvolusinya diberikan oleh persamaan: ( ) ( ) ( ) (19) dimana F adalah filter Second Vertical Derivative (SVD) sesuai persamaan (18) dan adalah anomali gayaberat sebagai data input. Tedapat beberapa operator filter SVD, yang dihitung oleh Henderson dan Zeits (1949)m, Elkins (1951), dan Rosenbach (1952). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan filter SVD hasil perhitungan Elkins. beberapa filter second vertical 22

derivative (SVD) dengan berbagai macam operator filter 2-D di tunjukan pada tabel 1. Tabel 1. Macam-macam koefisien filter SVD (Sarkowi, 2011) Sedangkan kriteria untuk menentukan jenis struktur patahan adalah sebagai berikut (Reynolds, 1997) : 1. Untuk patahan turun berlaku: ( ) ( ) (20) 2. Untuk patahan naik berlaku: ( ) ( ) (21) 23

3.5 Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Untuk mendapatkan pola struktur bawah permukaan dari data gayaberat, maka anomali Bouguer hasil pengukuran dan perhitungan harus dilakukan pemodelan baik dengan metode forward modeling atau inversion modeling dehingga akan diketahui distribusi densitas dan struktur di daerah penelitian. Selanjutnya berdasarkan distribusi densitas tersebut dilakukan interpretasi dengan menggabungkan data-data geologi yang ada didaerah tersebut sehingga akan diperoleh struktur bawah permukaan di daerah tersebut. 3.5.1 Forward Modelling Pemodelan ke depan adalah suatu proses perhitungan data yang secara teoritis akan teramati di permukaan bumi jika diketahui harga parameter model bawah permukaan tertentu Dalam pemodelan dicari suatu model yang cocok atau fit dengan data lapangan, sehingga model tersebut dianggap mewakili kondisi bawah permukaan di daerah pengukuran (Grandis, 2009). Seringkali istilah forward modelling digunakan untuk proses trial and error. Trial and error adalah proses coba-coba atau tebakan untuk memperoleh kesesuaian antara data teoritis dengan data lapangan. Diharapkan dari proses trial and error ini diperoleh model yang cocok responnya dengan data (Grandis, 2009). 3.5.2 Inverse Modelling Inverse Modelling adalah pemodelan berkebalikan dengan pemodelan ke depan. Pemodelan inversi berjalan dengan cara suatu model dihasilkan langsung dari data. Pemodelan jenis ini sering disebut data fitting atau pencocokan data karena proses di dalamnya dicari parameter model yang menghasilkan respon yang cocok dengan data pengamatan. Diharapkan untuk respon model dan data pengamatan memiliki keseuaian yang tinggi, dan ini akan menghasilkan model yang optimum (Supriyanto, 2007). 24