IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Karakteristik semen segar yang didapatkan selama penelitian disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik Hasil Volume (ml) 1,54 ± 0,16 Bau Anyir Kekentalan Kental ph 7,04±0,8 Warna Krem Gerakan Massa +++ Konsenrasi Total (ml) 256,4 x 10 7 ± 24,7 x 10 7 Motilitas (%) 86,65 ± 2,87 MPU (%) 87,13 ± 2,26 Abnormalitas (%) 5,77 ± 1,05 Semen segar yang didapatkan selama penelitian dievaluasi menjadi data makroskopsis dan mikroskopsis. Data makroskopsis yang didapatkan salah satunya yaitu volume semen. Volume semen segar selama penelitian mempunyai rataan yaitu 1,54 ml ± 0,16. Hal ini sesuai dengan pernyataan Garner dan Hafez (2000) bahwa rataan volume semen domba yaitu 0,5 2,0 ml. Selain itu data makroskopsis seperti bau, warna dan kekentalan semen menunjukan hasil yang normal dan sama pada setiap kali ulangan yaitu bau anyir, warna krem serta
25 kental. Data makroskopsis lain yaitu ph, berdasarkan data yang didapatkan ph semen domba yaitu 7,04 ± 0,8. Menurut Toelihere (1993), ph domba berada pada kisaran 6,2 7,0. Perubahan ph semen diakibatkan oleh metabolisme sperma. Apabila ph menjadi rendah maka sperma akan mengalami kematian. Selanjutnya mengenai data semen segar secara mikroskopsis seperti konsentrasi total yaitu 256,4 x 10 7 /ml ± 24,7, motilitas 86,65 % ± 2,87 dan abnormalitas 5,77 % ± 1,05 serta keutuhan membran plasma 87,13 % ± 2,26. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Garner dan Hafez (2000) bahwa konsentrasi total normal semen segar domba berikisar antara 200 300 x 10 7 /ml, motilitas berada pada kisaran 60 80 % (Hafez, 2000) dan abnormalitas tidak lebih dari 14 % (Toelihere, 1993) serta keutuhan membran plasma > 30 % (Evans dan Maxwell, 1987). Selain itu terdapat gerakan massa yang mempunyai nilai +++. Nilai +++ didapatkan berdasarkan hasil pengamatan yang menunjukan gelombang awan hitam sangat cepat. Gerakan tersebut dinilai mulai dari + s/d +++. Menurut Rizal dan Herdis (2008) gerakan massa yang paling baik yaitu berada pada nilai ++ / +++. Berdasarkan data data tersebut maka semen segar ini dapat diproses pada tahap selanjutnya karena menurut Rizal dkk. (2002) syarat semen memasuki tahap selanjutnya yakni motilitas lebih dari 70 % abnormalitas kurang dari 15 % dengan konsentrasi total sperma lebih dari 200 x 10 7 /ml. 4.2 Pengaruh Penambahan Sari Kurma terhadap Recovery Rate Berdasarkan hasil penelitian penambahan Sari Kurma terhadap recovery rate didapatkan data yang disajikan pada tabel berikut :
26 Tabel 4. Pengaruh Penambahan Sari Kurma terhadap Recovery Rate Semen Beku Domba Lokal Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4..%... 1 47,33 48,08 51,70 57,12 2 44,68 46,39 48,05 53,14 3 38,76 46,08 49,45 50,85 4 47,37 50,04 48,57 52,37 5 42,64 47,52 52,37 51,28 Total 220,78 238,11 250,14 264,76 Rata-rata 44,16 a 47,62 b 50,03 c 52,95 d Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris Rata-rata menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05). Berdasarkan data pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa pengaruh penambahan Sari kurma terhadap recovery rate pada P1 atau fruktosa 0,5 % sebesar 44,16 %, P2 atau Sari kurma 0,25 % sebesat 47,62 %, P3 atau Sari kurma 0,5 % sebesar 50,03 %, dan P4 atau Sari kurma 0,75 % sebesar 52, 95 %. Data penelitian tersebut dianalisis pada taraf α 0,05 yaitu Fhitung 10,92 > F tabel yaitu 3,23. Hal ini menunjukan bahwa penambahan Sari kurma berbeda nyata terhadap recovery rate. Berdasarkan hasil tersebut data di analisis menggunakan uji lanjut yaitu uji lanjut duncan dan perhitungan tabel duncan dapat dilihat pada Tabel 8 di lampiran. Hasil dari uji lanjut tersebut menunjukan bahwa perlakuan penambahan Sari Kurma 0,75 % nyata (P<0,05) lebih baik daripada fruktosa 0,5 %, Sari
27 Kurma 0,25 % dan Sari Kurma 0,5 %. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian ini yaitu penambahan Sari Kurma 0,75 % memberikan pengaruh yang paling baik. Kandungan karbohidrat pada Sari Kurma berupa fruktosa, glukosa dan sukrosa menjadi sumber energi bagi spermatozoa sehingga proses metabolisme spermatozoa pada saat dibekukan terus berlanjut. Semakin banyak Sari Kurma yang ditambahkan ke dalam larutan pengencer maka tingkat recovery rate akan semakin baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Maxwell dan Salamon (1993); dan Panglowhapan (2003) dalam Mukminat dkk. (2014) bahwa sediaan karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi bagi spermatozoa selama proses pembekuan. Karbohidrat pada Sari Kurma tersebut digunakan sperma sebagai peng-hasil ATP dan ADP pada mitokondria. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rizal (2008) bahwa ATP dan ADP digunakan sperma untuk pergerakan atau biasa disebut motilitas. Hasil penelitian pada pemberian Sari Kurma 0,25 % dan 0,5 % memberikan pengaruh yang kurang baik. Hal ini dikarenakan sediaan sumber energi yang tidak mencukupi akan mengakibatkan spermatozoa menghentikan metabolisme energi pada proses pembekuan yang berujung pada kematian spermatozoa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Atmaja (2014) bahwa sediaan sumber energi yang sedikit mengakibatkan kebutuhan spermatozoa tidak terpenuhi. 4.3 Pengaruh Penambahan Sari Kurma terhadap Keutuhan Membran Plasma Berdasarkan penelitian didapatkan data mengenai penambahan Sari kurma terhadap keutuhan membran plasma yang disajikan pada tabel berikut.
28 Tabel 5. Pengaruh Penambahan Sari Kurma terhadap Membran Plasma Utuh Semen Beku Domba Lokal. Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4....%... 1 45,56 47,89 47,23 49,21 2 34,22 37,65 41,44 49,80 3 35,44 40,00 39,53 47,60 4 41,75 43,86 42,89 45,90 5 34,90 35,77 41,92 43,78 Total 191,87 205,17 213,01 236,29 Rata-rata 38,37 a 41,03 a 42,60 ab 47,26 b Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris Rata-rata menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05). Penambahan Sari Kurma terhadap keutuhan membran plasma menunjukan hasil yang signifikan. Hasil ini didapatkan dari perhitungan analisis statistik pada taraf α 0,05 yaitu Fhitung (4,38) > dari FTabel (3,23). Berdasarkan Tabel 5. rataan hasil penelitian menunjukan Pl sebesar 38,37 %, P2 sebesar 41,03 %, P3 sebesar 42,60 % dan P4 sebesar 47,26 %. Perbedaan diantara perlakuan di uji lanjut menggunakan uji lanjut Duncan. Berdasarkan Uji lanjut duncan penambahan Sari Kurma 0,75 % nyata (P< 0,05) lebih baik dari pada fruktosa 0,5 %, Sari Kurma 0,25 % dan Sari Kurma 0,5 %. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian ini bahwa penambahan Sari Kurma 0,75 % memberikan pengaruh paling baik. Penambahan Sari kurma pada pengencer Tris kuning telur telah terbukti memberikan pengaruh terhadap keutuhan membran
29 plasma sel selama proses pembekuan. Hal ini disebabkan gula pada Sari Kurma dapat melindungi kerusakan membran plasma dari luar sel. Menurut Salamon dan Maxwell (2000) dalam Rizal dkk. (2006), gula dalam keadaan beku berbentuk seperti kaca (glass) yang tidak tajam, sehingga tidak merusak sel spermatozoa. Gula diketahui dapat menjadikan membran plasma sel lebih stabil selama proses kriopreservasi (Strauses et al, 1986 dalam Rizal dkk., 2006). Gula pada Sari kurma yang berperan sebagai kriprotektan ekstraseluler yaitu sukrosa. Sukrosa berfungsi sebagai substrat sumber energi dan sekaligus sebagai krioprotektan ekstraseluler (Rizal, 2008). Hasil penelitian pada penambahan Sari Kurma 0,25 % kurang dapat mempertahankan keutuhan membran plasma sel karena penambahan Sari Kurma yang kurang tepat akan mengakibatkan perlindungan terhadap membran plasma sel selama pembekuan kurang optimal sehingga kematian spermatozoa akan lebih banyak. Akan tetapi penambahan Sari kurma pada tingkat 0,5 % memberikan pengaruh yang sama dengan Sari kurma 0,75 %. Selain itu penambahan fruktosa 0,5 % kurang baik dalam mempertahankan membran plasma sel selama pembekuan karena fungsi dari fruktosa yaitu sebagai penyedia energi bukan untuk melindungi membran plasma sel. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Van Tienhoven dkk. (1952) dalam Toelihere (1993) bahwa fungsi dari fruktosa cenderung digunakan spermatozoa untuk menghasilkan ATP dan ADP yang berujung pada pergerakan spermatozoa atau biasa disebut motilitas.