Akhmad Fauzi Anwar (A ) di bimbing oleh: Prof. Dr Ir. H. M. H. Bintoro, M.Agr

dokumen-dokumen yang mirip
AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PELAKSANAAN PENELITIAN

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

HIDROPONIK SUBSTRAT TOMAT DENGAN BERAGAM UKURAN DAN KOMPOSISI SERAT BATANG AREN. Dwi Harjoko Retno Bandriyati Arniputri Warry Dian Santika

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN A.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK K DENGAN BERBAGAI DOSIS TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN DENGAN SISTEM POLIBAG IKA ANDRIANI A

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

Pertumbuhan Bibit Sagu pada Berbagai Kombinasi Pupuk NPK (merah, kuning, hijau, biru) dengan Zat Pengatur Tumbuh IBA dan Triacontanol pada Fase Aklimatisasi Akhmad Fauzi Anwar (A24120066) di bimbing oleh: Prof. Dr Ir. H. M. H. Bintoro, M.Agr

Latar Belakang 90 % areal sagu dunia 5,2 juta ha ada di Indonesia (Djoefrie et al. 2014) Produksi sagu 6,84 juta ton tahun -1 90 % di Papua (Syakir dan Karmawati 2013) Karbohidrat dari sagu 20 40 ton ha -1 (Amarilis, 2013) 1 ha mampu memberi makan 100 orang (Ishizaki, 1997) 5,2 juta ha mampu memberi makan dunia (Feed The World)

Sagu ditanam secara tradisional Kebun rakyat atau hutan rakyat Produktivitas rendah Penyediaan bibit sagu terbatas Penanaman bibit di dalam polibag Meminimalisir transplanting shock Bibit menyesuaikan kondisi lapang

Pupuk NPK ZPT Aplikasi pupuk NPK Penambahan zpt IBA dan Triakontanol Meningkatkan pertumbuhan Mampu adaptasi ke lapang Produksi meningkat

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibit tanaman sagu yang diberi pupuk npk (merah, kuning, hijau, biru) dan zpt (IBA dan triakontanol) dengan taraf yang berbeda pada fase aklimatisasi.

Metode Pelaksanaan Percobaan dilaksanakan di Desa Kepau Baru, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Percobaan dilaksanakan di lokasi nursery atau pembibitan kebun Waktu Penelitian 14 Februari 20 Juni 2016

Bahan dan Alat Bahan Dolomit Dithane M-45 NPK (merah, kuning, hijau, biru) Dechis Furadan 3GR IBA Triacontanol Tanah Gambut Bibit Sagu

Ember Angkong Skop Cangkul Meteran dan jangka sorong PH meter Timbangan Pompa Air Thermohygrometer Ion dan light meter Alat SPAD Parang Munshell Color Chart Kertas label & Alat Tulis

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) split plot 2 faktor dengan 3 ulangan. Petak utama terdiri atas pupuk yang diberikan dengan 4 jenis yakni tanpa npk, npk merah, npk kuning, npk hijau dan npk biru dengan mengacu dosis N yang diberikan 3 g tanaman -1 (Ahmad 2012) sehingga npk yang diberikan rentang dosisnya adalah 15-20 g tanaman -1. Anak petak terdiri atas zat pengatur tumbuh yang diberikan dengan 4 cara yakni kontrol, IBA dengan konsentrasi 7,40 mm (Amarilis 2013), Triakontanol dengan dosis 1,5 mg liter- 1 tanaman -1 (Dhalimi dan Syakir 2008), dan IBA 7,40 mm + Triakontanol 1,5 mg liter -1 tanaman -1.

Pupuk NPK K0 (Kontrol) ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) K1 K2 (IBA) (Triakontanol) K3 (IBA dan Trikontanol) P0 P0K0 P0K1 P1K2 P1K3 P1 (Merah) P2 (Kuning) P3 (Hijau) P4 (Bitu) P1K0 P2K0 P3K0 P4K0 P1K1 P2K1 P3K1 P4K1 P1K2 P2K2 P3K2 P4K2 P1K3 P2K3 P3K3 P3K3

1 Pengambilan bibit 4 Perendaman I 2 Seleksi 5 Perendaman II 3 Pembersihan 6 Penyemprotan

7 Penanaman 1 Aklimatisasi (1 Bulan) 8 Poliybag under shading Dalam kolam Polibag under UV plastik 0 1 Adaptasi (1 Bulan) 9 Pre- Nursery (1 Bulan) 1 Tanam di Lapang 2

Karakter respons morfologi yang diamati diantaranya yaitu panjang rachis panjang kemekaran rachis panjang petiole panjang anak daun terpanjang presentase bibit hidup jumlah anak daun jumlah tanaman sudah berdaun dua, luas daun bobot kering tanaman Presentase daun sudah mekar. Karakter respon fisiologi yang diamati yaitu kehijauan daun (klorofil), dan shoot root ratio.

Keterangan: A : Rachis Daun B : Tunas Anak C : Rhizome D : Akar E : Daun Tombak F : Diameter Rhizome G : Ujung Pemangkasan Rizhome H : Dasar Rhizome Keterangan: 1 : Akar Primer 2 : Akar Sekunder 3 : Akar Nafas

Keadaan Umum Percobaan dilaksanakan di lokasi nursery atau pembibitan kebun sagu camp molat. Daerah lokasi percobaan (pembibitan) memiliki luas 100 x 25 m 2.

Curah hujan rata-rata bulanan dari Januari hingga Juni yaitu 108,16 mm. Suhu harian dari bulan Februari hingga Juli pada pagi hari berkisar 27 0 C 30 0 C, sedangkan pada siang hari suhu hariannya berkisar 32 0 C-35 0 C. Kelembaban di lokasi percobaan dari bulan Februari hingga Juli pada pagi hari berkisar 86% -76 %, kemudian pada siang hari kelembabannya berkisar 76% - 66%.

Menrut Mulyanto dan Suwardi (2000) ketinggian optimal untuk sagu sampai 400 m dpl dengan suhu optimal 24-30 0 C. Kelembaban optimal 90%, dan toleransi maksimal kelembaban 70% (Flach 1986) serta suhu minimum tanaman sagu untuk dapat hidup yaitu 15 0 C (Flach et al. 1986).

Kondisi tanah pada lokasi pembibitan yang dijadikan tempat penelitian bersifat masam karena semua tanahnya merupakan tanah gambut. Tanah yang digunakan sebagai media tanam pada bibit sagu memiliki ph tanah sekitar <3,5 5,5. Menurut Gardner et al. (2008) pada tanah masam hara N mudah hilang jika tidak tersedia air karena nilai bulk densitynya rendah (Hardjowigeno 2007).

Hasil dan Pembahasan

Jenis Pupuk Presentase Hidup Tabel 2. Pengaruh interaksi pemupukan dan zat pengatur tumbuh terhadap presentase hidup tanaman 4 MSA msa (minggu setelah aplikasi) Kontrol IBA 7,40mM Zat Pengatur Tumbuh Presentase hidup (%) 4 MSA Triakontanol IBA 7,40mM dan 1,5 mg Liter -1 Triakontanol 1,5 mg Liter - Kontrol 98,333ab 93,333abcd 93,333abcd 96,667abc NPK Merah 20 g tanaman -1 81,667d 85,000cd 86,667bcd 91,667abcd NPK Kuning 19 g tanaman -1 96,667abc 90,000abcd 100,000a 86,667bcd NPK Hijau 17 g tanaman -1 85,000cd 93,333abcd 90,000abcd 93,333abcd NPK Biru 19 g tanaman -1 88,333abcd 95,000abc 93,333abcd 85,000cd Uji F * * * * Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %. 1

Tabel 3. Pengaruh interaksi pemupukan dan zat pengatur tumbuh terhadap presentase hidup tanaman 8 MSA. Jenis Pupuk msa (minggu setelah aplikasi) Zat Pengatur Tumbuh Presentase hidup (%) 8 MSA Kontrol IBA 7,40mM Triakontanol IBA 7,40mM dan 1,5 mg Liter -1 Triakontanol 1,5 mg Liter -1 Kontrol 88,333abc 80,000cd 83,333abc 91,667ab NPK Merah 20 g tanaman -1 76,667d 85,000abc 76,667d 90,000ab NPK Kuning 19 g tanaman -1 88,333abc 83,333abc 95,000a 85,000abc NPK Hijau 17 g tanaman -1 80,000cd 86,667abc 86,667abc 86,667abc NPK Biru 19 g tanaman -1 80,000cd 83,333abc 91,667ab 80,000cd Uji F * * * * Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %

Jumlah tanaman berdaun dua Tabel 4. Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap jumlah tanaman berdaun dua 12 MSA Perlakuan (Jenis ZPT) msa (minggu setelah aplikasi) Kontrol Tanaman berdaun daun dua 12 MSA 9,4667ab IBA 7,40mM 8,6000b Triakontanol 1,5 mg Liter -1 10,000a IBA 7,40mM dan Triakontanol 1,5 mg 9,0000ab Liter -1 Uji F * Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Bibit tanaman sagu cenderung tidak responsif terhadap pemberian zpt IBA justru cenderung menghambat pertumbuhan daun dua bibit tanaman sagu. Sebaliknya, tanaman sagu yang tidak diberi pupuk pertumbuhan daun tanaman sagu tidak terhambat. Hal tersebut diduga aplikasi zpt IBA lebih cocok dilakukan pada akar tanaman bukan melalui daun seperti penelitian yang dilakukan oleh Amarilis (2013).

Tabel 5. Pengaruh interaksi pemupukan dan zat pengatur tumbuh terhadap jumlah tanaman berdaun dua saat 12 MSA Jenis Pupuk Zat Pengatur Tumbuh Jumlah tanaman berdaun dua 12 MSA Kontrol IBA 7,40mM Triakontanol 1,5 mg Liter -1 IBA 7,40 mm dan Triakontanol 1,5 mg Liter - Kontrol 10,000abcd 8,333bcd 10,000abcd 9,000abcd NPK Merah 20 g tanaman -1 10,000abcd 9,333abcd 8,667abcd 11,000ab NPK Kuning 19 g tanaman -1 9,333abcd 8,333bcd 9,333abcd 7,667cd NPK Hijau 17 g tanaman -1 11,000ab 8,333bcd 10,333abc 9,667abcd NPK Biru 19 g tanaman -1 7,000d 8,667abcd 11,667a 7,667cd Uji F * * * * Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %. 1

Menurut Kakuda et al. (2005) aplikasi N pada tanaman sagu dapat meningkatkan biomasa tanaman sagu. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina et al. (2009). Menurut Lina el al. (2009) aplikasi N tidak berpengaruh nyata dengan peningkatan biomasa tanaman sagu.

Presentase tanaman berdaun mekar Tabel 6. Pengaruh pemupukan NPK terhadap presentase tanaman berdaun mekar 4-12 MSA Jenis Pupuk Jumlah daun mekar (helai) msa (minggu setelah 4 6 8 12 aplikasi) Kontrol 1,4117a 1,7517a 1,8717a 2,2225a NPK Merah 20 g tanaman -1 1,2550ab 1,4658ab 1,5167b 1,9900ab NPK Kuning 19 g tanaman -1 0,9950b 1,3758b 1,8050ab 2,2575a NPK Hijau 17 g tanaman -1 1,2183ab 1,2817b 1,7192ab 2,0542ab NPK Biru 19 g tanaman -1 1,1700ab 1,4383b 1,5075b 1,9108b Uji F * * * * Keterangan : Data merupakan hasil =transformasi ( ). angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Menurut Ando et al. (2007) aplikasi pupuk tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan status hara pada tanah masam. Hal tersebut terjadi ketika bibit sagu setelah melewati fase awal hingga pertengahan waktu aplikasi.

Tabel 7. Pengaruh pemupukan terhadap tujuh peubah perlakuan 12 MSA Perlakuan (NPK) Panjang rachis Panjang kemekaran rachis Panjang petiole Panjang anak daun terpanjang Jumlah anak daun Kehijauan daun Satuan (cm) (cm) (cm) (cm) (helai) (nilai index) (cm 2 ) Luas Daun Kontrol 21,141a 29,625abc 27,017ab 19,5500ab 28,000ab 2,3192b 731,56a vv NPK Merah 20 17,483b 27,200c 24,433b 18,4750b 26,250b 2,8808ab 577,65b g tanaman -1 NPK Kuning 19 21,639a 30,158ab 29,758a 20,1167a 30,917a 3,1483ab 759,44a vv g tanaman -1 NPK Hijau 17 g 22,490a 31,567a 27,683ab 19,7583ab 30,667a vv 3,6642a vv 792,56a vv tanaman -1 NPK Biru 19 g 20,338ab 28,350bc 25,467b 18,4583b 30,667a vv 2,5008b 674,16ab tanaman -1 Uji F * * * * * * * Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Panjang rachis Tanah gambut memiliki nisbah C N -1 > 30 yang membuat mikroorganisme tanah akan memobilisasi N untuk metabolismenya sehingga N tidak tersedia bagi tanaman (Barchia, 2006).

Panjang kemekaran rachis Menurut Barchia (2006) di dalam tanah gambut terkandung N-organik yang sedikit diserap oleh tanaman. Oleh karena itu, ketika dipupuk hara akan terikat oleh N-organik yang ada di dalam tanah tersebut sehingga pemupukan npk tidak meningkatkan panjang kemekaran rachis.

Panjang petiole Tanah gambut memiliki nisbah C N -1 > 30 yang membuat mikroorganisme tanah akan memobilisasi N untuk metabolismenya sehingga N tidak tersedia bagi tanaman (Barchia, 2006).

Panjang anak daun Tanaman sagu yang dipupuk mengalami kesulitan menyerap hara karena bakteri baik yang ada di dalam tanah disibukkan dengan proses metabolismenya sendiri dan tidak tersedianya N-anorganik karena dijerap oleh N-organik yang ada di dalam tanah kecuali pada bibit tanaman sagu yang tidak dipupuk dan yang dipupuk dengan pupuk npk slow release (npk kuning dan hijau). Oleh karena itu, menurut Miyazaki et al. (2007) hal tersebut menyebabkan proses fotosintesis menjadi rendah akibatnya pemupukan npk tidak meningkatkan pertumbuhan panjang anak daun terpanjang.

Jumlah anak daun Menurut Mulyanto (2000) suhu optimum untuk pertumbuhan sagu berkisar 24-30 0 C sedangkan di lokasi lebih tinggi dari itu. Selain itu, RH optimum untuk pertumbuhan sagu yakni 90 % sedangkan di lokasi lebih rendah dari itu bahkan bisa mencapai 65%.

Kehijauan daun Menurut Manaroinsong (2014), pemupukan P dan K meningkatkan indeks hijau daun. Hal tersebut disebabkan hara P dan K yang terdapat dalam pupuk npk hijau merupakan unsur esensial dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman apalagi dalam fase vegetatif (Eguchi et al. 2006). Nitrogen dalam tanaman mengandung molekul yang dibutuhkan oleh klorofil daun tanaman (Yoger dan P. Crosssy 1995). Apabila konsentrasi N meningkat di dalam tanaman maka akan meningkatkan konsentrasi klorofil yang ada di dalam tanaman dan sebaliknya ketika konsentrasi N dalam tanaman berkurang maka konsentrasi klorofil pada tanaman juga berkurang (Daughtry et al. 2000; Zhao et al. 2003).

Luas daun Pemupukan npk hijau, kuning tidak berbeda nyata dengan tanpa npk. Menurut Pinem (2008) pertumbuhan luas daun juga dipengaruhi oleh kadar air medianya. Media polibag memiliki ketersediaan air yang kurang berlimpah karena harus selalu butuh air dengan cara disiram, sehingga bibit tanaman sagu yang dipupuk sekalipun tidak meningkatkan pertumbuhan luas daun.

Bobot kering tajuk, bobot kering akar, shoot root ratio Perlakuan BK Tajuk (g) BK Akar (g) S R -1 rasio P0K0 15 0,82 18,29268 P0K1 12 13 2,15 6,046512 1,77 P0K2 11 2,38 4,621849 P0K3 9 1,75 5,142857 P1K0 12 2,34 5,128205 P1K1 22 3,03 7,260726 13,5 P1K2 12 1,42 8,450704 P1K3 8 0,57 14,03509 P2K0 8 2,5925 2,28 3,508772 P2K1 8 2,61 3,065134 P2K2 10,25 12 2,95 4,067797 P2K3 13 2,53 5,13834 P3K0 10 0,83 12,04819 1,305 P3K1 7 0,58 12,06897 P3K2 6 0,34 17,64706 P3K3 20 3,47 5,763689 P4K0 21 3,96 5,30303 P4K1 15 3,68 4,076087 2,71 P4K2 9 2,9 3,103448 P4K3 6 0,3 20

Aplikasi pupuk npk tidak memberikan ketersediaan hara N meningkat di dalam tanah. Hal tersebut terlihat dari pemberian pupuk npk dan penambahan zpt tidak memberikan rata-rata yang tinggi terhadap bobot kering tajuk, bobot kering akar, shoot root ratio. Menurut Lina et al. (2009) aplikasi N tidak meningkatkan biomassa pada tanaman. Nilai rasio tajuk dan akar yang proporsional yakni berkisar 2,5 (Irawan 2010).

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Hubungan antara kehijauan daun dan bobot kering akar

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Keterangan: P0 : Tanpa Pupuk NPK P1 : Pupuk NPK Merah 20 g tanaman -1 P2 : Pupuk NPK Kuning 19 g tanaman -1 P3 : Pupuk NPK HIjau 17 g tanaman -1 P4 : Pupuk NPK Bitu 19 g tanaman -1 K0 : Tanpa ZPT K1 : ZPT IBA 7,40 mm K2 : ZPT Triakontanol 1.5 mg liter -1 K3 : ZPT IBA dan Triakontanol (7,40 mm dan 1,5 mg liter -1 tanaman -1 )

Pemupukan npk ditambah dengan zpt memberikan hasil terhadap kehijauan daun berkolerasi positif dengan bobot kering akar pada bibit tanaman sagu. Peningkatan kehijauan daun menyebabkan konsentrasi klorofil yang ada pada tanaman meningkat (Daughtry et al. 2000). Peningkatan klorofil pada tanaman meningkatkan kapasitas asimilasi pada bibit tanaman sagu sehingga kemampuan bibit tanaman sagu dalam memrpoduksi biomassa juga meningkat (Lu dan Zang 2000). Oleh karena itu hasil regresi menunjukkan hubungan yang linier antara nilai indeks kehijauan daun dan bobot kering akar.

Pemberian pupuk NPK (merah, kuning, hijau, biru) dan penambahan zpt IBA dan triakontanol tidak meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman sagu. Bibit tanaman sagu tidak perlu diberikan pupuk dan penambahan zpt IBA dan triakontanol. Semakin hijau daun bibit tanaman sagu maka akarnya semakin banyak.

Saran Perlu dilakukan percobaan atau penelitian lanjutan mengenai peran mikroorganisme khususnya bakteri yang terdapat disekitar lingkungan tumbuh bibit sagu yang membantu proses penyerapan hara pada akar tanaman sagu.

TERIMA KASIH