SINOPSIS RENCANA TESIS

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. yangpaling mendesak negara-negara berkembang seperti Indonesia (Muhi, penduduk yang besar tanpa disertai dengan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

GAMBARAN PERUBAHAN POLA HAID AKSEPTOR KON

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSTU BANDUNG, DESA BANDUNG, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN JOMBANG

Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

TINJAUAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPO MEDROXY PROGESTERONE ACETATE BERDASARKAN KEJADIAN AMENOREA.

Amirul Amalia Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

KEJADIAN AMENOREA PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPM CH SUSILOWATI, TREKO, MUNGKID TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

Transkripsi:

SINOPSIS RENCANA TESIS PENERAPAN PROMOSI KESEHATAN TRANSTHEORETICAL MODEL TERHADAP KECEMASAN AKSEPTOR KB DMPA (DEPO MEDROXY PROGESTERONE ACETAT) YANG MENGALAMI AMENORHEA OLEH LIANITA PRIMI OCTAVIANA 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah utama yang dihadapi diindonesia dibidang kependudukan yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan pendudukm yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mensejahterahkan rakyat. Masalah utama yang dihadapi diindonesia dibidang kependudukan yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mensejahterahkan rakyat. KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) merupakan alat kontrasepsi yang mengandung medroxyprogesteron acetate 150 mgr yang diberikan secara intramuskular mencegah terjadinya kehamilan (Medfort, 2011:526). Ada beberapa efek samping dari KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yang umum terjadi yaitu perubahan siklus haid umumnya yaitu tidak datangnya haid (amenorhea), berat badan bertambah, spotting antara menstruasi dan saat haid lebih sakit (Saifudin, 2006). Amenorhea merupakan tidak datangnya haid setelah 3 bulan pertama dan berlanjut selama akseptor menggunakan alat kontrasepsi (Suratun, 2008). Sebuah studi di beberapa Negara mengenai efek samping yang sering timbul karena pemakaian DMPA (depo medroxy progesterone acetat) adalah gangguan menstruasi karena efek kerja hormon progesterone. Efek samping yang paling menonjol pada para pemakai DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yaitu amenorhea, spotting, peningkatan berat badan Oleh karena itu berbagai penelitian

terus diupayakan, untuk mengurangi efek samping dan mempertinggi daya guna dan efektifitas DMPA (depo medroxy progesterone acetat) (Brahm, 2012). Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa berhentinya haid yang terjadi setelah 3 bulan pertama tidak wajar. Oleh karena itu Mereka merasa cemas dan beranggapan jika berhentinya haid bisa menyebabkan penyakit berbahaya seperti darah menggumpal didalam rahim dan hal tersebut juga membuat Akseptor tidak merasa nyaman. Hal itu disebabkan dari pengetahuan akseptor KB yang masih rendah dalam penerimaan KIE dari Bidan mengenai efek samping dari KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat). Hasil survey Akseptor KB suntik pada tahun 2015 untuk provinsi jawa timur sendiri sebanyak 2.850.214 peserta (50,66 %), Pil sebanyak 1.073.902 peserta (19,09%), Kondom sebanyak 96.809 peserta (1,72%), IUD sebanyak 740.442 peserta (13,16%), Implan sebanyak 556.262 peserta (9,89%), MOW sebanyak 281.255 peserta (5,00%) dan MOP sebanyak 27.786 peserta (0,49%). Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi suntikan masih mendominasi penggunaan alat kontrasepsi di jawa timur (BKKBN, 2015). Berdasakan survey yang peneliti lakukan di BPM Hj. Kiptiyah, S.ST Kecamatan pakong Kabupaten Pamekasan tanggal 15 Maret 2016 dengan metode wawancara dengan bertanya kepada 20 responden akseptor DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yang mengalami Amenorhea didapatkan 19 atau 95% dari akseptor DMPA (depo medroxy progesterone acetat) tersebut mengalami kecemasan, Sedangkan 1 atau (5%) diantaranya tidak mengalami kecemasan. Faktor yang menjadi penyebab kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) tentang Amenorhea yaitu informasi dan KIE tentang efek samping KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat). Suatu kekhawatiran baru ketidaktahuan akseptor mengenai efek samping KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yaitu amenorhea yang sering menjadi keluhan akseptor, dan ini merupakan salah satu sebab Akseptor mengalami rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan karena dianggap berbahaya. Dari berbagai dampak yang terjadi itulah akan menimbulkan pandangan negatif mengenai KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yang bisa mempengaruhi Akseptor yang lain. Pada akhirnya hal ini akan membuat gambaran negatif tentang KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat), padahal metode kontrasepsi DMPA (depo medroxy progesterone acetat) juga memiliki banyak keuntungan seperti mencegah kehamilan jangka panjang, tidak

berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak memiliki pengauh terhadap ASI, klien tidak perlu menyimpan alat suntik dan sangat efektif (Handayani, 2010). Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecemasan akseptor tentang efek samping yang masih kurang yaitu menerapkan transteoritical model merupakan hal yang paling penting untuk memastikan bahwa wanita yang bersangkutan siap menghadapi kemungkinan perubahan pola haid dengan pemakaian DMPA (depo medroxy progesterone acetat) (Brahm, 2012). Keikutsertaan suami saat konseling pertama kali dalam pemilihan alat kontrasepsi sangat berpengaruh. Setelah itu memberikan KIE secara detail mengenai efek samping KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) sehingga tidak akan ada pandangan negatif ataupun kecemasan tentang efek samping kontrasepsi DMPA (depo medroxy progesterone acetat). Pemberian konseling bahwa tidak perlu pengobatan khusus dalam efek samping tersebut, hanya perlu pemahaman bahwa hal tersebut wajar dialami oleh para akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) seperti amenorhea. Berdasarkan permasalahan diatas, dipandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang penerapan transteoritical model terhadap kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yang mengalami amenorhea. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan sebagaib berikut : 1.2.1 Bagaimana gambaran kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) sebelum diterapkan transteoritical model akibat terjadinya amenorhea 1.2.2 Bagaimana gambaran kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) setelah diterapkan transteoritical model akibat terjadinya amenorhea 1.2.3 Apakah ada pengaruh penerapan transteoritical model terhadap kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yang mengalami amenorhea

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh transtheoritical model terhadap kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yang mengalami amenorhea. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi gambaran kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) sebelum diterapkan transteoritical model yang mengalami amenorhea 2. Mengidentifikasi gambaran kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) setelah diterapkan transteoritical model yang mengalami amenorhea. 3. Menganalisis pengaruh penerapan transteoritical model terhadap kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yang mengalami amenorhea. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis 1. Dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam tujuan meningkatkan konseling tentang efek samping penggunaan DMPA (depo medroxy progesterone acetat) 2. Bagi peneliti, Dapat menambah wawasan baik dari segi disiplin ilmu maupun pengalaman dalam melakukan penelitian dilapangan 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Memberi informasi kepada akseptor KB dan instansi-instansi terkait seperti efek samping kontrasepsi DMPA (depo medroxy progesterone acetat). 2. Dapat meningkatkan pemahan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) tentang efek samping dari kontrasepsi DMPA (depo medroxy progesterone acetat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transtheoritical Model 2.1.1 Pengertian Model transteoritical model adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai kesiapan seorang individu untuk bertindak atas prilaku sehat yang baru dan memberikan strategi atau mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan dengan tidak tergantung pada perangkap teori tertentu. Model ini juga dikenal sebagai TTM atau dapat dikatakan model dominan perubahan prilaku kesehatan. 2.1.2 Sejarah dan inti konstruksi model James O. Prochaska, dkk. (1977) mengembangkan TTM berdasarkan analisa teori yang berada dari psikoterapi. Model asli terdiri atas empat variable, yaitu prasyarat untuk terapi, proses-proses perubahan, isi harus diubah, dan hubungan terapeutik. Selanjutnya model ini disempurnakan oleh prochaska, dkk. Berdasarkan penelitian yang mereka publikasikan dalam peer review jurnal dan bukunya terdiri atas lima inti kontruksi, yaitu tahapan perubahan, proses-proses perubahan, keseimbangan putusan, kebersihan diri, dan godaan/pencobaan. 1) Tahapan perubahan Model perubahan ini adalah sebuah proses yang melibatkan kemajuan melalui enam tahap a. Prekontemplasi, yaitu orang tidak berniat mengambil tindakan dimasa mendatang (biasanya diukur selama enam bulan berikutnya) b. Kontemplasi, yaitu orang yang berniat untuk berubah dalam enam bulan mendatang c. Persiapan, yaitu orang yang berniat mengambil tindakan dalam waktu dekat, biasanya diukur dari bulan berikutnya. d. Aksi, yaitu orang telah membuat modifikasi terbuka tertentu dalam gaya hidup mereka dalam enam bulan e. Pemeliharaan, yaitu orang berupaya mjencegah kekambuhan, tahap yang diperkirakan terakhir dari enam bulan sampai sekitar lima tahun f. Pemutusan, yaitu individu tidak memiliki godaan dan memiliki keberhasilan dari 100%, dimana mereka yakin tidak akan kembali pada kebiasaan lama yang tidak sehat mereka sebagai cara untuk mengatasi (Hikmawati, 2011)

2.2 Kecemasan 2.2.1 Pengertian Cemas berbeda dengan gangguan kecemasan. Cemas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan cemas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Respon yang timbul karena kecemasan yaitu khawatir, gelisah, tidak tenang, dan dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan bebeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya (Riyadi & Purwanto, 2005). 2.2.2 Tingkat Kecemasan Tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu : 1) Kecemasan ringan Kecemasan ringan ditunjukkan pada skor 14-20. 2) Kecemasan sedang Kecemasan sedang ditujukkan pada skor 21-27. 3) Kecemasan berat Kecemasan berat ditunjukkan pada skor 28-41. 4) Panik Panik ditunjukkan pada skor 42-56. (Riyadi & Purwanto, 2009) 2.3 DMPA 2.3.1 Pengertian DMPA (depo medroxy progesterone acetat) adalah cairan yang berisi hormon progesteron yang diberikan dalam waktu 3 bulan secara injeksi intramuskular (Manuaba, 2008). 2.3.2 Efektifitas DMPA (depo medroxy progesterone acetat) sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 0,1 0,4 per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan DMPA (depo medroxy progesterone acetat). DMPA (depo medroxy progesterone acetat) dengan daya kerja konservatif yang paling sering dipakai 25 mg setiap 3 bulan adalah dosis yang paling tinggi. DMPA (depo medroxy progesterone acetat) diberikan setiap 3 bulan dengan suntikan intramuskular. Klien diminta datang

12 minggu, suntikan dapat diberikan 7 hari lebih awal, dapat juga diberikan 7 hari setelah jadwal, dengan ketentuan perempuan tersebut tidak hamil. 2.4 Amenorhea 2.4.1 Pengertian Amenorea adalah kondisi dimana seorang wanita tidak mengalami menstruasi sedikitnya 3 bulan berturut-turut. 2.4.2 Jenis jenis Amenorea ada 2 macam yaitu: 1. Amenore primer adalah tidak terjadinya haid sampai dengan usia 17 tahun, karena faktor genetik, dengan atau tampa perkembangan seksual sekunder. Perkembangan seksual sekunder, contohnya : payudara berkembang, tumbuh rambut pada alat kelamin. 2. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3-6 bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus menstruasi (Prawiroharjo, 2009). 2.5 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan, dan dalil sementara yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2005). H1 : Ada pengaruh penerapan transtheoritical model terhadap kecemasan akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat) yang mengalami amenorhea. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan jenis pra eksperimental The One- Group Pre-test-Post-Test Design, dimana dalam rancangan ini akan diungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Tabel 3.1 Metode Penelitian The One-Group Pre-test-Post-Test Design Subyek Pre test Perlakuan Post test K O I O1 Time 1 Time 2 Time 3

Keterangan : K : Subyek (Akseptor KB DMPA (depo medroxy progesterone acetat)) O : Observasi kecemasan I : Intervensi (transteoritical model) O1 : Observasi kecemasan setelah diberi penyuluhan. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. 2015. Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi. No : 1-64 Brahm, U.P. 2012. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC Chandranita. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta : EGC Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yokyakarta : Pustaka Rihana Hikmawti, Isna 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Yogyakarta : Muha medika Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Manuaba, I, dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC Medfort, dkk. 2011. Kebidanan Oxford dari Bidan untuk Bidan. Jakarta : EGC Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP Riyadi, Sujono, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBPSP Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana Dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media