AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 1 MARET 2015 ISSN PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP EKSPLAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.)

dokumen-dokumen yang mirip
AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 1 MARET 2014 ISSN

UPAYA PEMBIBITAN BIJI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) DENGAN KULTUR JARINGAN. Heru Sudrajad

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F PADA PERTUMBUHAN PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina Benth)

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN

PENGARUH PENAMBAHAN SITOKININ PADA SENYAWA FLAVONOID KALUS (Echinacea purpurea L)

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Lampiran 1. Data Pengamatan Jumlah Muncul Tunas (Tunas) PERLAKUAN ULANGAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Kontaminasi No Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total 1 B B B B B

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

Membuat Larutan Stok A. Teori kepekatan jumlah larutan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Staf pengajar PS Pemuliaan Tanaman, Jurusan BDP FP USU Medan

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

BAB III METODE PENELITIAN

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

LAMPIRAN. Persiapan alat dan bahan. Sterilisasi alat. Pembuatan media. Inisiasi kalus. Pengamatan. Penimbangan dan subkultur.

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

III. METODE PENELITIAN A.

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP REGENERASIBAWANG PUTIH (Allium sativum L) SECARA KULTUR JARINGAN

Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Repositori FMIPA UNISMA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

INDUKSI AKAR SARANG SEMUT (Myrmecodia pendansmerr. & L.M.Perry)DENGAN PERLAKUAN ARANG AKTIF DAN IBA PADA MEDIUM MS SECARA IN VITRO

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sintetis dan mulai beralih dengan mengkonsumsi obat-obatan herbal.

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PROLIFERASI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) SECARA INVITRO

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Komposisi Media Murashige & Skoog (MS). Bahan penyusun a. Makronutrien NH 4 NO KNO CaCl 2.2H 2 O

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MICROPROPAGATION OF Jatropha curcas

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

Inisiasi Kalus Sanrego (Lunasia Amara Blanco.) dalam Kultur Jaringan

KULTUR MERISTEM PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca L.) PADA MEDIA MS DENGAN BEBERAPA KOMPOSISI ZAT PENGATUR TUMBUH NAA, IBA, BAP DAN KINETIN

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

Imam Mahadi, Sri Wulandari dan Addarwida Omar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

PENGARUH VARIASI ZAT PENGATUR TUMBUH 2,4-D, KINETIN DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens Merr.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

Tugas Akhir - SB091358

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH PADA PERBANYAKAN JATI MUNA SECARA KULTUR JARINGAN*)

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN K1.5 K4.5 K1.3 K3.3 K3.5 K4.4 K2.3 K4.3 K3.2 K5.2 K2.1 K5.3 K3.1 K4.1 K5.4 K1.2 K4.2 K5.5 K3.4 K5.1 K1.4 K2.5 K2.2 K1.1 K2.

KULTUR MERISTEM PUCUK STROBERI (Fragaria chiloensis dan F. Vesca) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI OLEH:

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

KAJIAN PERKECAMBAHAN BENIH MAHONI PADA BEBERAPA MEDIA SECARA IN VITRO

PERBANYAKAN IN VITRO PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca Var. Sapientum L.) PADA MEDIA MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN PENAMBAHAN BENZYLAMINOPURIN

Transkripsi:

26 AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 1 MARET 2015 ISSN 1979 5777 PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP EKSPLAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.) Heru Sudrajad, Didik Suharto, Fauzi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Penelitian dan Pengembang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI email: herub2p2to2t@gmail.com ABSTRACT Pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) representing one of theplant which good of as drug. Plantof pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) good of to launch the urine, degrading blood pressure and quicken to heal the hurt. Ready of the seed for the crop of drug which require to be paid attention by quality from itself seed. One of the alternative to get the uniform seed and a flash in the pan is with the technique of tissue culture. Tissue culturelaboratory research was conducted Researchand Development Center for Medicinal Plantsand Traditional MedicineTawangmangu. Research Method use the Random Device of Complete Group at (Murashige Skoog) media with the treatment ofplant growth regulator the NAA concentration 0, 1, 3 and 5 mg / l and BAP concentration 0, 1, 2, 3 and 4 mg / l). Result of research show the combination of giving of NAA 1 until 3 mg / l and BAP 1 until 5 mg / l of is condition of explan experience of the change become the callus. Treatment of combination NAA 3 mg / l and BAP 4 mg / l give the best result to callus forming with the quicker callus forming time that is 25 day. Keywords : Pegagan, Centella asiática (L.) Urb., tissue culture, NAA, BAP PENDAHULUAN Produksi bibit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pengembangan suatu jenis tanaman. Pada saat ini untuk tanaman jenis obat dalam areal yang sangat luas selalu terbentur pada permasalahan penyediaan bibit. Untuk penyediaan bibit bagi tanaman obat perlu diperhatikan tentang kualitas dalam bibit itu sendiri (Wahid, 1986). Bahan baku tanaman obat kebanyakan diperoleh dari penanaman kecil-kecilan oleh petani ditegalan dan pekarangan serta pengumpulan tumbuhan yang terdapat secara alami dihutan, kebun, tegalan, pematangpematang sawah dan tempat lainnya (Abdullah, 1986).Tanaman pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) tumbuh liar di seluruh Indonesia serta daerah-daerah beriklim tropik pada umumnyadari dataran rendah hingga ketinggian 2500 m dpl. Tumbuh di tempat yang terbuka atau sedikit naungan. Pada tanah yang lembab dan subur seperti di tegalan, padang rumput, tepi parit, diantara batu-batu, di tepi jalan dan tembok (Anonim, 1977). Tanaman pegagan dapat berkhasiat untuk peluruh air seni. Pemberian ekstrak pegagan secara in vivo pada tikus teranestesi terbukti dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan daya kontraksi dan denyut jantung (Marderosin and Beutler, 2005). Berdasarkan penelitian dengan menggunakan kultur sel fibroblas kulit manusia, fraksi triterpenoid total dari ekstrak pegagan mampu meningkatkan biosintesis kolagen dan fibronektin, sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka (Barnes et al, 2007) Dalam membudidayakan suatu tanaman, pengadaan bibit yang berkualitas merupakan tahapan penting. Jika mutu bibit baik maka kemungkinan besar akan menghasilkan tanaman yang baik pula dilahan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas bibit dapat dilakukan teknik kultur jaringan (Rahardjo, 1988).

Heru S, Didik S, Fauzi : Pengaruh Naa Dan Bap Terhadap... 27 Penerapan kultur jaringanmempunyai bebarapa keuntungan yaitu dengan teknik kultur jaringan dapat dibentuk senyawa bioaktif dalam kondisi terkontrol dan waktu yang relatif singkat, kultur bebas dari kontaminasi mikroba, setiap sel dapat diperbanyak untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder tertentu, pertumbuhan sel diawasi dan proses metabolismenya dapat diatur secara rasional dan kultur jaringan tidak tergantung kondisi lingkungan seperti keadaan geografi, iklim dan musim (Flower, 1983). Menurut Habir (1987), bahwa satu keuntungan teknik kultur jaringan adalah diperoleh bibit yang banyak dengan waktu yang singkat. Dengan berkembangnya teknik kultur jaringan, kendala dalam produksi bibit dapat diatasi, karena disamping tanaman dapat dihindari dari kemunduran genetik akibat kesalahan-kesalahan dalam proses produksi bibit, juga dapat diperbanyak setiap waktu dengan multiplikasi yang tinggi (Habir, D. et. Al., 1992). Respon zat pengatur tumbuh berkaitan erat dengan konsentrasinya, pada konsentrasi yang tepat akan dapat mengatur proses fisiologis tanaman sehingga akan dapat merangsang pertumbuhannya sedangkan pada tingkat konsentrasi yang tinggi justru akan dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman. Permulaan terbentuknya akar tidak hanya dipengaruhi oleh auksin saja, tetapi dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh yang lain seperti sitokinin, giberelin dan sejumlah kofaktor pembentuk akar lainnya, akan tetapi auksin mempunyai pengaruh besar. Pembelahan sel-sel dari permulaan akar yang pertama tergantung pada auksin alami maupun yang diberikan dari luar (Hartmann dan Kester, 1983). Menurut Tong dan Hardjito (1974), penggunaan zat pengatur tumbuh pada dasarnya adalah untuk mempercepat proses fisiologis tanaman yang memungkinkan tersedianya bahan pembentuk akar. Setiap tanaman jika diperlakukan dengan zat pengatur tumbuh akan memberikan reaksi yang berbeda-beda. Keberhasilan zat pengatur tumbuh tergantung pada beberapa faktor antara lain dosis, jenis zat pengatur tumbuh yang digunakan, interval waktu pemberian, cara pemberian serta faktor dalam tanamam itu sendiri antara lain umur dan jenis tanaman (Prawiranata dan Tjondronegoro, 1981). Menurut Danoesastro(1980),agar diperoleh hasil yang baik perlakuan dengan zat pengatur tumbuh perlu sekali digunakan dosis yang tepat. Pemberian zat pengatur tumbuh secara kombinasi akan lebih efektif merangsang perakaran daripada digunakan secara tunggal pada konsentrasi yang sama.berdasar hal tersebut maka dilakukan penelitianpengaruh NAA dan BAP terhadap eksplan pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) BAHAN DAN METODE Bahan penelitian yang digunakan berupa eksplan daun pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) didalam rumah kaca,deterjen, sunclean, aquades steril dan alkohol. Alat yang digunakan yaitu aluminium foil, pinset, petridish steril, pisau steril, ph stik, hol plate, bunsen, botol media, erlenmeyer, Laminair Air Flow (LAF) dan autoclaf. Penelitian dilakukan di laboratorium kultur jaringan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawang mangu dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial. Faktor pertama konsentrasi NAA dengan konsentrasi 0, 1, 3 dan 5 mg/l, sedangkan faktor kedua konsentrasi BAP dengan konsentrasi masing-masing 0, 1, 2, 3 dan 4 mg/l. Parameter pengamatan adalah saat tumbuh kalus, pertumbuhan kalus selama diinkubasi.

28 Heru S, Didik S, Fauzi : Pengaruh Naa Dan Bap Terhadap... Tabel 1. Komposisi media Murashige dan Skoog () (mg/l) Makronutrien KNO 3... NH 4 NO 3... CaCl 2.2H 2 O... MgSO 4... KH 2 PO 4... 1900 1650 440 370 170 Mikronutrien Besi Vitamin MnSO 4.4H 2 O... H 3 BO 3... ZnSO 4.4H 2 O... Na 2 MoO 4.2H 2 O... CuSO 4.5H 2 O... CoCl 2.6H 2 O... KI... FeSO 4.7H 2 O... Na 2 EDTA.2H 2 O.. Niacin... Glicine... Pyridoxine HCl. Thiamine HCl.. 22,3 6,2 8,6 0,25 0,025 0,025 0,83 27,8 37,3 0,5 2 0,5 0,1 Myo-Inositol... Sukrosa... Sumber : Gunawan, 1987 100 30.000 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan terhadap pertumbuhan kalus daun duduk pada media (Murashige Skoog) yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh NAA dan BAP pada berbagai konsentrasi adalah sebagai berikut : Tabel 1.Pengaruh penambahan NAA dan BAP terhadap pertumbuhan eksplan daun pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) dengan masa inkubasi 75 hari. Perlakuan (mg/l) NAA 0 + BAP 0 NAA 0 + BAP 1 NAA 0 + BAP 2 NAA 0 + BAP 3 NAA 0 + BAP 4 Media Awal Tumbuh Kalus (hst) - Pertumbuhan Kalus Mati Keterangan Berwarna kuning

Hari Heru S, Didik S, Fauzi : PengaruhNaa Dan Bap Terhadap... Perlakuan (mg/l) Media Awal Tumbuh Kalus (hst) NAA 1 + BAP 0 - NAA 1 + BAP 1 NAA 1 + BAP 2 NAA 1 + BAP 3 NAA 1 + BAP 4 NAA 3 + BAP 0 - NAA 3 + BAP 1 NAA 3 + BAP 2 NAA 3 + BAP 3 NAA 3 + BAP 4 25 NAA 5 + BAP 0 NAA 5 + BAP 1 40 NAA 5 + BAP 2 NAA 5 + BAP 3 NAA 5 + BAP 4 NB : + = sedikit, ++ = agak banyak, +++ = banyak Pertumbuhan Kalus Mati Kalus (+++) Mati Kalus(+++) Keterangan Berwarna kuning kekuningan Berwarna kuning Dari tabel 1menunjukkan bahwa media Murashige dan Skoog () tanpa diperkaya dengan hormon tumbuh (kontrol) dan menggunakan hormon NAA 1 dan 3mg/l eksplan tidak mengalami pertumbuhan (mati). Pada media yang diperkaya dengan kombinasi hormon tumbuh NAA (1 sampai 3 mg/l) dan BAP (1 sampai 5 mg/l) kondisi eksplan mengalami perubahan menjadi terbentuknya kalus. Pengaruh konsentrasi juga berhubungan dengan jenis zat pengatur tumbuh. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Pertumbuhan Kalus Gambar 1. Diagram Saat awal tumbuh kalus pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) Pemberian zat pengatur tumbuh secara bersama-sama memberikan respon yang baik terhadap pembentukan kalus pegagan (Centella asiática (L.) Urb.). Pada gambar 1 dapat dilihat

30 Heru S, Didik S, Fauzi : Pengaruh Naa Dan Bap Terhadap... tampak pada kombinasi perlakuan NAA 3 mg/lt dan BAP 4 mg/l memberikan hasil terbaik terhadap pembentukan/perkembangan kalus dengan waktu pembentukan kalus lebih awal yaitu 25 hari. Menurut Varesa 2010, waktu muncul kalus kalus pegagan tercepat pada pemberian 2,4 D 2,5 ppm dan BAP 0,5 ppm yaitu 19-22 hari setelah tanam. Hal ini menunjukkan bahwa yang berlebihan akan ikut tergabung dalam sel penerima yang akan bersifat kerja hormon tersebut tidak efektif (Dixon R.A., 1985). Pada semua perlakuan zat pengatur tumbuh terhadap eksplan pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) mengarah pada pembentukan kalus. Oleh karena itu eksplan pegagan akan berubah terlebih dahulu membentuk jaringan meristematik sebelum membentuk organ (tunas dan akar). Sumber : Dokumen penulis Gambar 2. Botol media dengan eksplan daun pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) diruang inkubasi Terbentuknya kalus pegagan (Centella asiatica Urb) yang efektif memerlukan zat pengatur tumbuh NAA dan BAP. Perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang semakin meningkat diperoleh hasil yang lebih baik walaupun belum sampai pada terbentuknya planlet. BAP termasuk golongan hormon sitokinin yang berpengaruh terhadap pembelahan sel, sedangkan NAA termasuk golongan auksin yang berpengaruh terhadap pemanjangan sel, tetapi pada konsentrasi tinggi bersifat sebaliknya (Wetter, I.R & F. Constabel., 1991). NAA memiliki sifat lebih stabil dan mobilitasnya dalam tanaman rendah. Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat karena adanya persaingan didalam penempatan pada kedudukan sel penerima. Jumlah auksin Sumber : Dokumen penulis Gambar 3. Kalus pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) pada pemberian hormon NAA 3 mg/l dan BAP 4 mg/l KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan : 1. Pemberian zat pengatur tumbuh NAA dan BAP dengan berbagai konsentrasi pada media menghasilkan kalus pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) 2. Kombinasi perlakuan NAA 3 mg/l dan BAP 4 mg/l efektif menghasilkan kalus pegagan (Centella asiática (L.) Urb.) yang paling baik 3.Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan induksi kalus agar diperoleh planletpegagan (Centella asiática (L.) Urb.)

Heru S, Didik S, Fauzi : Pengaruh NAA Dan BAP Terhadap... DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Abdullah A.A., 1986. Pembudidayaan Tanaman Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Penelitian. Jakarta. Audus, 1963. Plant Growth Substances. Leonard Hill Book. Ltd. London Barnes J, Anderson LA., Phillipson JD, 2007.Herbal Medicines 3 rd Ed. Pharmaceutical Press London. Danoesastro, H. 1980. Pengantar Tumbuhan Dalam Pertanian. Yayasan Pembinaan Fakultas pertanian UGM. Yogyakarta Der Marderosin A, Beutler JA, (eds.), 2005.The Review of Natural Product, 4 th Ed. Fact & Comparison.Misouri. Folwer, M.W.,1983. Commercial Aplicationand Economic Aspects of Mass Plant Cell Culture. Mantels. S.H., Smith, H (Eds). Plant Biotechnology. Cambridge University. Gunawan, L.W., 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman PAU Bioteknologi IPB. Bogor Habir, D. Sukmadjaja dan I. Mariska., 1992. Aplikasi Kultur Jaeingan Dalam Produksi Bibit Pada Beberapa Industri proseding Forum Karya Ilmiah. Balitangtan. Balitbangtri. Bogor. Hartman dan Kester, 1983.Plant propagation Principle and Practise Prentice. Hall Internasional Inc Engelwoods Clifs New Jersy 253-1 Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Komar, dkk, 1987. Hasil Penelitian dan Prospek Penggunaan Rootone-F Pada Beberapa Jenis Tanaman Kehutanan. Bogor. Prawiranata, S.H dan Tjondronegoro, 1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid II, Fakultas Pertanian. IPB Bogor. Rahardjo,P.C., 1988. Kultur Jaringan. Etnik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Penebar Swadaya. Jakarta Tong, T.H. dan Hardjito. 1974. Ikhtisar Tentang Kemajuan di Bidang Stimulasi Produksi. Menara Perkebunan Bogor. Varesa, W., 2010. Induksi kalus Daun Pegagan (Centella asiatica L. Urban.) Pada Medium Murashige dan Skoog () dengan Pemberian Beberapa Konsentrasi 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4D) dan Benzyl Aminopurin (BAP).Skripsi Sarjana Biologi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan. Universitas Andalas. Padang