BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak menggunakan sayap (terbang) yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak menggunakan kakinya. Oleh karenanya daerah jajahan lalat cukup luas. Pada saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 60.000-100.000 spesies (Maryantuti, 2008). Jenis lalat yang banyak merugikan manusia diantaranya adalah lalat rumah (Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megacephala). Lalat ini tersebar secara cosmopolitan dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat seperti glukosa dan sedikit protein bagi pertumbuhannya sebagian besar ada pada makanan manusia (Sitanggang, 2001). 2.2.1 Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (Musca domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup dan berasosiasi dengan manusia. Lalat ini berukuran medium, yaitu memiliki panjang 6-9 mm, berwarna abu-abu, dan mempunyai empat pita yang berupa garis memanjang pada permukaan toraks (Sembel, 2009). 5
Gb. 1. Lalat Rumah Musca domestica mudah berkembang biak, tempat perindukannya di timbunan sampah, tinja manusia dan binatang. Setiap 3-4 hari seekor lalat betina bertelur dalam 5-6 kelompok yang masing-masing berisi 75-150 butir telur. Jarak terbangnya 10 km, umur lalat dewasa 2-4 minggu (Utama, 2008). 2.2.2 Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Lalat hijau (Chrysomya megacephala) atau dalam bahasa inggris disebut sebagai Blow flies memiliki ukuran yang lebih besar daripada lalat rumah. Lalat ini memiliki tubuh yang berwarna hijau metalik, dan memliki kepala besar dengan mata yang berwarna merah. Chrysomya megacephala meletakkan telur dalam daging yang sudah membusuk, ikan, tempat pembuangan kotoran/sampah, dan hewan yang sudah mati (Sembel, 2009). 6
Gb. 2. Lalat Hijau Lalat hijau (Chrysomya megacephala) adalah jenis serangga yang termasuk dalam famili Caliphoridae yang mempunyai arti penting dalam bidang kedokteran dan veteriner, karena di antara larvanya ada yang menyerang dan makan jaringan hidup pada kulit, mukosa, dan organorgan dalam, serta menimbulkan kondisi patologis yang disebut myasis (Mardihusodo, 1997). Lalat rumah dan lalat hijau juga dapat berperan sebagai vektor mekanis dan biologis. Penularan secara mekanis terjadi melalui kulit tubuh. Kaki-kaki lalat yang kotor merupakan tempat menempelnya mikroorganisme yang kemudian hinggap pada makanan. Penularan secara biologis yaitu dengan hinggap pada makanan dan mengeluarkan air liurnya yang mengandung bakteri patogen. Bakteri patogen yang disebarkan oleh lalat adalah antara lain Salmonella typhi, Vibrio cholera, Shigella disentry, Clostridium pefringens (Maryantuti, 2008). 2.2. Salmonella sp. Salmonella sp. adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang lurus, dengan ukuran 0,7 1,5 2 5 m, pada umumnya bergerak dengan 7
menggunakan flagel peritrika (peritrichous flagella), memiliki tipe fermentasi Non Lactosa Fermenter (NLF). Tumbuh optimal pada suhu 37 C. Mampu mengkatabolisme glukosa dengan menghasilkan asam, pada species tertentu dapat menghasilkan gas. Oksidase negatif dan katalase positif. Pada uji biokimia, indol dan Voges-Proskauer (Vp) negative, Methyl-Red (MR) positif. Species-species Salmonella mampu menghasilkan hidrogen sulfide (H 2 S), namun ada beberapa species dari Salmonella yang tidak dapat menghasilkan H 2 S. Salmonella sp. dapat ditemukan pada manusia, hewan berdarah panas maupun dingin, makanan dan lingkungan. Bersifat patogen untuk manusia dan beberapa jenis hewan. (Holt, 1994). Salmonella sp. mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa (Jawetz, 2004). Salmonella ini diberi nama oleh Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika Serikat, meskipun sebenarnya rekannya Theobald Smith yang pertama kali menemukan bakteri ini pada tahun 1885 pada tubuh babi. Salmonella sp. digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab Salmonella sp. adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penutup yakni safranin yang ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat gram negatif berwarna pink. (Prasetyo, 2008) 8
2.2.1. Patogenesis Salmonella sp. Organisme ini hampir selalu masuk melalui oral, biasanya bersama makanan atau minuman yang terkontaminasi. Dosis infektif rata-rata untuk dapat menimbulkan infeksi klinis atau subklinis pada manusia adalah 10 5-10 8 Salmonella (mungkin cukup dengan 10 3 organisme Salmonella typhi). Beberapa faktor pejamu yang menimbulkan resistansi terhadap infeksi Salmonella sp. adalah keasaman lambung, flora mikroba normal usus, dan kekebalan usus setempat (Jawetz, 2004). Salmonella menginvasi mukosa usus, bermultiplikasi secara lokal dan menyebabkan inflamasi serta sekresi cairan (Mandal, 2002). Salmonella sp. menyebabkan tiga penyakit utama pada manusia, yakni demam enterik seperti tipoid dan paratipoid, bakterikemia dengan lesi fokal, dan enterokolitis. Tetapi sering juga ditemukan bentuk campuran (Jawetz, 2004). 2.2.2 Epidemiologi Penyebaran infeksi Salmonella terkait dengan pemasukan makanan dan air yang terkontaminasi oleh manusia dan kotoran binatang (Lenge, 2008). Salmonellosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp.. Dari sekitar 2000 serotipe, hanya sejumlah kecil serotipe yang berperan dalam sebagian besar infeksi pada manusia. Infeksi ini merupakan penyebab tersering kedua diare bakterial di negara maju, dimana insidensinya meningkat secara bermakna dalam tiga dekade terakhir. Sebagian besar kasus disebabkan oleh S. enteritidis dan S. typhi yang timbul akibat penggunaan antibiotik dalam lingkungan hewan, 9
penyakit ini lebih sering menjadi berat dan invasif. Penularannya melalui konsumsi daging terkontaminasi yang dimasak kurang matang, telur ayam, dan susu mentah. Penularan manusia ke manusia jarang terjadi. Sebagian besar wabah dalam intuisi berhubungan dengan makanan, namun dapat terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan diare yang tidak terdiagnosis. Hanya sedikit yang diketahui mengenai epidemiologi di negara berkembang, namun insidennya meningkat di sejumlah negara Timur Tengah dan Asia Tenggara. Wabah Salmonella yang resisten terhadap banyak obat di rumah sakit yang ditularkan secara nosokomial jarang terjadi di Afrika dan India (Mandal, 2002). 2.2.2. Pemeriksaan Laboratorium Jenis pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi Salmonella sp. yakni : 1. Metode Bakteriologik untuk Isolasi Salmonella sp. (Kultur/biakan) Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Media yang dapat digunakan yakni Media differensial seperti Mac Concey (MC), medium selektif yakni media SSA (Salmonella-Shigella Agar), Media diperkaya yakni Selenit, dan Uji Biokimia. 10
a. Biakan pada medium diferensial (Mac Concey) memungkinkan deteksi cepat organisme yang tidak memfermentasi laktosa (tidak hanya Salmonella dan Shigella, tetapi juga Proteus, Serratia, Pseudomonas dan lain-lain). Organisme sedikit dihambat. b. Biakan pada medium selektif SSA (Salmonella-Shigella Agar) yang membantu pertumbuhan Salmonella dan Shigella melebihi Enterobacteriaceae yang lain. c. Biakan pada medium diperkaya (Selenit) yang dapat menghambat replikasi bakteri normal usus dan memungkinkan multiplikasi Salmonella. Setelah inkubasi selama 1 hari, specimen tersebut ditanam pada medium diferensial (MC) dan medium selektif (SSA). d. Identifikasi Akhir. Koloni yang dicurigai pada medium padat diidentifikasi dengan mencocokkan hasil uji biokimia dengan standar Internasional yang ada. 2. Metode Serologi Teknik serologi digunakan untuk mengidentifikasi kultur yang tidak diketahui dengan serum yang diketahui dan juga dapat digunakan untuk menentukan titer antibodi pada pasien yang tidak diketahui penyakitnya, walaupun penentuan titer antibody ini tidak terlalu bermanfaat untuk diagnosis infeksi Salmonella sp. Diantara metode serologi tersebut adalah Tes Widal. (Jawetz, 2004). 11