BAB 4 ANALISIS DANBAHASAN 4.1 Mekanisme Pembahasan Penelitian Pembahasan penelitian ini akan dimulai dengan pembahasan mengenai aset tidak berwujud, dengan melakukan penilaian apakah telah memenuhi beberapa kriteria yang telah dipilih dalam PSAK 19 untuk aset tidak berwujud dan PSAK 22 untuk kombinasi bisnis terkait goodwill. Penilaian dilakukan dengan melihat apakah telah terpenuhi dan sesuai dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan dan adakah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Bagian kedua dalam pembahasan ini penulis akan membandingkan perusahaan yang ada di Indonesia dengan indeks LQ 45 dengan perusahaan yang berada di Singapura dengan indeks Strait Times. Perbandingan ini dilaksanakan untuk melihat dari kedua negara tersebut negara mana yang perusahaan-perusahaannya lebih banyakmengikuti kriteria yang telah diberlakukan. Bagian ketiga dalam pembahasan ini penulis akan melakukan pembahasan pada beberapa kriteria yang telah dipilih serta mengungkapkan bagaimanakah kriteria yang sesuai dengan PSAK dan apa yang telah di terapkan oleh perusahaan. 38
4.2 Sumber Data Data yang digunakan dipenelitian ini berupa 75 laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari 45 laporan keuangan dari Bursa Efek Indonesia dengan indeks LQ 45 dan 30 laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times.Laporan keuangan ini didapatkan oleh peneliti dengan mengunduh laporan keuangan yang telah diaudit pada tahun pembukuan yang berakhir 31 Desember 2012. Sumber pengunduhan adalah situs resmi dari Bursa Efek Indonesia, pada http://www.idx.co.id dan situs resmi Bursa Efek Singapura pada http://www.sgx.com/. Peneliti mengambil semua perusahaan dari segala bidang selain perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan keuangan.laporan keuangan yang akan dianalisis telah dikelompokkan seperti yang terdapat pada Tabel 4.1 (Nama Perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 yang dijadikan sampel) dan Tabel 4.2 (Nama Perusahaan yang termasuk dalam indeks Strait Times yang dijadikan sampel). Setelah mendapatkan seluruh laporan keuangan yang diperlukan, peneliti melakukan penelitian dengan memfokuskan pada aset tak berwujud pada setiap laporan keuangan beserta notes to financial statement yang terkait dengan aset tak berwujud. Dari45 laporan keuangan yang didapat di Bursa Efek Indonesia dengan indeks LQ 45, peneliti menemukan adanya 34 perusahaan yang menampilkan akun aset tidak berwujud pada laporan keuangan beserta notes to financial statement, 5 laporan keuangan lainnya yang tidak menampilkan akun aset tidak berwujud pada laporan keuangan beserta notes to financial 39
statement, dan 6 perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor perbankan dan keuangan. Untuk 30 laporan keuangan yang didapat dari Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times, ditemukan adanya 25 perusahaan yang menampilkan akun aset tidak berwujud pada laporan keuangan beserta notes to financial statement, dan sisanya 5 perusahaan bergerak dalam sektor perbankan dan keuangan. Total sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 59 sampel perusahaan, yang terdiri dari 34 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 25 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura. Berikut adalah tabel ringkasan banyaknya perusahaan yang diteliti untuk penelitian ini yang di kelompokan sesuai dengan sektornya dan juga perusahaan yang memiliki aset tak berwujud berwujud pada laporan keuangan beserta notes to financial statement. Tabel 4.1 Nama Perusahaan Yang Termasuk Dalam Indeks LQ 45 yang Dijadikan Sampel No Nama saham Nama Perusahaan Industri 1 ASII Astra International 2 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 3 ICBP Indofood CBP 4 IMAS Indomobil Sukses International 5 INDF Indofood Sukses makmur 6 INTP Indocement Tunggal prakarsa 7 KLBF Kalbe Farma 8 SMCB Holcim Indonesia 9 SMGR Semen Indonesia (persero) 10 UNVR Unilever Indonesia 40
No Nama saham Nama Perusahaan Infrastruktur, Utilitas Transportasi, Perdagangan, Jasa, dan Investasi 11 EXCL XL axiata 12 GIAA Garuda Indonesia 13 INDY Indika energy 14 JSMR Jasa marga 15 PGAS Perusahaan Gas Negara 16 TLKM Telekomunikasi Indonesia 17 AKRA AKR corporintdo 18 BHIT Bhakti Investama 19 BMTR Global media com 20 MAPI Mitra Adiperkasa 21 MNCN Media Nusantara Citra 22 UNTR untited tractors Properti dan Real Estate 23 ASRI Alam Sutra realty 24 BKSL Sentul city 25 BSDE BumiSserpong damai 26 LPKR Lippo Karawaci 27 SSIA Surya Semesta Internusa Pertambangan 28 ADRO Adaro eeergy TBK 29 ANTM Aneka Tambang (persero) 30 BUMI Bumi Resouces 31 PTBA Tambang Batubara Bukit asam Pertanian 32 AALI Astra AgroLestari 33 BWPT BW Plantation 34 LSIP PP London Sumatra Indonesia 41
Tabel 4.2 Nama Perusahaan yang Termasuk Dalam Indeks Strait Times No Nama saham Nama Perusahaan Industri 1 KepCorp Keppel Corparation Limited 2 Semb Corp Sembcorp industries 3 ST Engg Singapore Teknologi Engineering 4 THBEV Thai Beverage Public Company 5 Wilmar Wilmar International Limited Perdagangan, Jasa, Investasi, Transportasi 6 Noble Noble Group 7 Jardine C&C Jardine cycle & carriage 8 JMH 400US$ Jardine Matheson Holdings 9 JSH 500US$ Jardine Strategic Holdings 10 Olam Olam International limited 11 SIAEC SIA Engineering Company 12 SPH Singapore Press Holding 13 HPH Trust US$ Hutchison Port Holding 14 ComfortDelGro ComfortDelgro 15 SembMar Sembcorb marine 16 SIA Singapore Airlines LTD 17 SingTel singapore telecomunication 18 StarHub Starhub LTD Properti dan Real Estate 19 Capitaland Capital Land Limited 20 CapMallsAsia Capmalls asia 21 Citydev City Development Limited 22 GLP Global Logistic Properties 23 HKLand US$ Hongkong Land Holding Limited 24 CapitaMall Capitamall trust Pertanian 25 GoldenAGr Golden Agri-resources LTD 42
4.3 Aset Tidak Berwujud Penulis melakukan penilaian terhadap kualitas dari notes to financial statement untuk mengetahui nilai dari laporan keuangan perusahaan yang memiliki aset takberwujud didalam perusahaan sesuai dengan poin-poin sebagai berikut : 1. Adanya pengungkapan mengenai umur manfaat dari aset takberwujud, terbatas atau tidak terbatas secara tertulis. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 119a). 2. Adanya pengujian atas penurunan nilai aset untuk aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas maupun tidak terbatas. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 108). 3. Adanya pengungkapan atas penerapan awal yang dilakukan perusahaan untuk perubahan atas perlakuan goodwill. (PSAK No. 22 revisi 2010 paragraf 66a dan 66b). 4. Adanya pengungkapan atas penerapan awal yang dilakukan perusahaan untuk goodwillnegatif yang diakui sebelumnya. (PSAK No. 22 revisi 2010 paragraf 67). 5. Adanya pengungkapan serta penerapan yang dilakukan perusahaan atas pengakuan trademark. 6. Adanya pengungkapan atas pemisahan untuk tahap penelitian(research) dan tahap pengembangan (development) (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 42). 7. Adanya penerapan atas perlakuan pengakuan beban untuk tahap penelitian(research)(psak No. 19 revisi 2010 paragraf 53 dan 54). 43
8. Adanya penerapan ataskapitalisasi biayabeban untuk tahap pengembangan (development)(psak No. 19 revisi 2010 paragraf 42b dan 56). Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dan SGX akan dinilai denganmenggunakan simbol. 4.4 Hasil Penelitian Berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pendataan laporan keuanganyang telah disebutkan, hasil penelitian terhadap kriteria pengakuan yangdidapatkan oleh penulis dungkapkan dalam bentuk tabel yang diberikan simbol-simbol degnan keterangan sebagai berikut : : Yang menampilkan sesuai dengan ketentuan PSAK yang telah diberlakukan. : Yang tidak menampilkan sesuai atau berbeda dengan ketentuan PSAK yang telah diberlakukan. - : Yang tidak memiliki aset tidak berwujud dan tidak perlu diungkapkan. 44
No Nama saham Tabel 4.3 Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan indeks LQ 45 Nama Perusahaan Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 Industri 1 ASII Astra International - - - 2 CPIN Charoen Pokphand Indonesia - 3 ICBP Indofood CBP - 4 IMAS Indomobil Sukses International - - - 5 INDF Indofood Sukses makmur - 6 INTP Indocement Tunggal prakarsa - - - - - - 7 KLBF Kalbe Farma 8 SMCB Holcim Indonesia - - - 9 SMGR Semen Indonesia (persero) 10 UNVR Unilever Indonesia 11 EXCL xl axiata - - - - 12 GIAA Garuda Indonesia - - - - - - 13 INDY Indika energy - - - - 14 JSMR Jasa marga - - - - 15 PGAS Perusahaan Gas Negara - - - - - 16 TLKM Telekomunikasi Indonesia - - - - 17 AKRA AKR corporintdo - - - 18 BHIT Bhakti Investama - - - - 19 BMTR Global media com - - - - 45
No Nama Kriteria Nama Perusahaan saham 1 2 3 4 5 6 7 8 20 MAPI Mitra Adiperkasa - - - 21 MNCN Media Nusantara Citra - - - - 22 UNTR untited tractors - - - - - - - 23 ASRI Alam Sutra realty - - - - - 24 BKSL Sentul city - - - - 25 BSDE BumiSserpong damai - - - - 26 LPKR Lippo Karawaci - - - - 27 SSIA Surya Semesta Internusa - - - - 28 ADRO Adaro eeergy TBK - - - - 29 ANTM Aneka Tambang (persero) - - - - 30 BUMI Bumi Resouces - - - - 31 PTBA Tambang Batubara Bukit asam - - - - 32 AALI Astra AgroLestari - 33 BWPT BW Plantation - 34 LSIP PP London Sumatra Indonesia - Yang menampilkan sesuai PSAK ( ) 25 33 29 25 5 7 7 5 TOTAL Yang tidak menampilkan sesuai PSAK ( ) 5 0 5 3 5 3 0 4 Yang tidak memiliki (-) 4 1 0 6 24 24 27 25 46
Tabel 4.4 Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times No Nama saham Nama Perusahaan Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 Industri 1 KepCorp Keppel Corparation Limited - 2 Semb Corp Sembcorp industries - 3 ST Engg ST Engineering - 4 THBEV Thai Beverage Public Company - - 5 Wilmar Wilmar International Limited - - 6 Noble Noble Group - - - - 7 Jardine C&C Jardine cycle & carriage - - - - 8 JMH 400US$ Jardine Matheson Holdings - - - - 9 JSH 500US$ Jardine Strategic Holdings - - - 10 Olam Olam International limited - - 11 SIAEC SIA Engineering Company - - - 12 SPH Singapore Press Holding - - - 13 HPH Trust US$ Hutchison Port Holding - 14 ComfortDelGro ComfortDelgro - - - - 15 SembMar Sembcorb marine - - - 16 SIA Singapore Airlines LTD - - - - 17 SingTel singapore telecomunication - 18 StarHub Starhub LTD - 19 Capitaland Capital Land Limited - - - - 47
No Nama saham Nama Perusahaan Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 20 CapMallsAsia Capmalls asia - - - - 21 CDL City Development Limited - - - - - 22 GLP Global Logistic Properties - - - 23 HKLand US$ Hongkong Land Holding Limited - - - - - 24 CapitaMall Capitamall trust - - - - - 25 GoldenAGr Golden Agri-resources LTD Yang menampilkan sesuaiifrs ( ) 25 25 24 20 6 9 7 9 TOTAL Yang tidak menampilkan sesuai PSAK ( ) 0 0 1 1 0 2 0 1 Yang tidak memiliki (-) 0 0 0 4 19 14 18 15 Keterangan : : Yang menampilkan sesuai dengan ketentuan PSAK yang telah diberlakukan. : Yang tidak menampilkan sesuai atau berbeda dengan ketentuan PSAK yang telah diberlakukan. - : Yang tidak memiliki atau tidak perlu. 48
Pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 telah disajikan data dengan nama perusahaan yang telah mengklasifikasikan komponen aset tidak lancar pada laporan keuangannya bersertanotes to financial statement dengan penilaian atas pemenuhan kriteria pengakuan sesuai dengan yang diterapkan pada PSAK 19 (IFRS 38) dan PSAK 22 (IFRS 3). Pada bagian akhir dari tabel, dapat dilihat jumlah keseluruhan perusahaan yang memenuhi masing-masing kriteria. 4.4.1 Pengungkapan Aset Tidak Berwujud Dengan Umur Manfaat Terbatas dan Tidak Terbatas Berdasarkan tabel 4.3 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Indeks LQ 45), perusahaan yang telah mengungkapkan mengenai adanya pemisahan atas aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas dan tidak terbatas atas aset yang mereka milikiyaitu sebanyak 26 perusahaan dari 34 perusahaan yang dianalisis. Sisanya terdapat 8 perusahaan yang tidak memiliki aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. Sedangkan pada tabel 4.4 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times), semua perusahaannya telah mengungkapkan secara tertulis dengan benar mengenai adanya pemisahan atas aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas dan tidak terbatasatas aset tak berwujud yang mereka milikiyang tercatat sebanyak 25 perusahaan. Seharusnya sesuai dengan ketentuan PSAK 19 yang mengacu pada IFRS 38 yang telah di berlakukan semenjak 1 Januari 2011, setiap 49
perusahaan sudah seharusnya mengungkapkan adanya perubahan atas penentuan masa manfaat bagi aset tidak berwujud. Kriteria ini dapat dilihat pada PSAK No. 19 revisi 2010 umur manfaat dari aset takberwujud menjadi terbatas atau tidak terbatas. Tidak ada lagi pembatasan mengenai umur manfaat aset maksimal selama 20 tahun. Aset tidak berwujuddikatakan umur manfaatnya tidak terbatas apabila tidak diketahui batas waktunya padasaat pengkajian, namun bisa terjadi di masa yang akan datang umurnya menjadi terbatas.hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan pada estimasi akuntansi dan jugaadanya indikasi penurunan nilai. Kreteria ini dapat dilihat dari pengungkapan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan karena pada pengungkapan kebijakan biasanya diungkapkan mengenai jenis dan umur manfaat dari aset takberwujud tersebut. Beberapa perusahaan juga mengungkapkan mengenaiumur manfaat di notes to financial statement yang langsung berhubungan denganaset tak berwujud. Umur manfaat berguna bagi perusahaan untuk menentukanaset tak berwujud perlu diamortisasi atau tidak, karena aset tak berwujud yangmemiliki masa manfaat yang tidak terbatas tidak lagi diamortisasi sesuai dengankebijakan baru pada PSAK No. 19 revisi 2010. Beberapa perusahaan ada yang tetap mengungkapkan mengenai adanya umur manfaat dari aset tak berwujud menjadi terbatas atau tidak terbatas secara tertulis pada notes to financial statement, walaupun kondisi mereka yang tidak memiliki aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. Untuk perusahaan Jasa Marga (JSMR), Global Media (BMTR), Mitra Adiperkasa (MAPI), Keppel Corporation Limited, ST Engineering, Singapore Press Holding, dan Golden Agri-resorces LTD mereka tidak 50
mengungkapkan secara tertulis dalam notes to financial statement, akan tetapi mereka tetap melakukan perhitungan amortisasi sesuai dengan ketentuan yang yang berlaku di PSAK dan IFRS. Persentase pemenuhan kriteria yang membandingkan dengan jumlah perusahaan yang berada di Indonesia dan Singapura dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Persentase Pemenuhan Kriteria PSAK 19 atau IFRS 38 (Kriteria 1) Berdasarkan dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa perusahaanperusahaan disingapura lebih banyak yang mengungkapkan dibanding perusahaan-perusahaan di indonesia dengan persentasi 85% berbanding 100%. 4.4.2 Pengungkapan Atas Pengujian Atas Penurunan NilaiAset tidak berwujud Berdasarkan tabel 4.3 (Penilaian Pemenuhan Kriteria Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Indeks LQ 45), 51
semua perusahaan di Indonesiatelahmelakukan pengungkapan atas pengujian penurunan nilai untuk aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas maupun masa manfaat tidak terbatas atas aset yang mereka miliki sesuai dengan standar yang diterapkan. Sedangkan pada tabel 4.4 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times), semua perusahaan di Singapurayang memiliki aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas maupun masa manfaat tidak terbatas juga telah melakukan pengungkapan atas pengujian penurunan nilai sesuai dengan standar yang telah diberlakukan. Perusahaan-perusahaan tersebut menampilkan sesuai dengan standar yang berlaku,dimana perusahaan diwajibkan untuk melakukanpengujianpenurunan nilai suatu aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas setiap tahunnya. Sedangkan untukaset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas dapat diuji setiap tahunnya atau dikarenakan adanya indikasi bahwa aset tidak berwujud mengalami penurunan nilai. Kenyataan bahwa tidak ada lagi pasar aktif bagi aset yang direvaluasi dapat menjadi indikasi bahwa aset mengalami penurunan nilai.jika suatu aset tidak berwujud dalam sekelompok aset yang akan dilakukan penilaian kembali tetapi tidak dapat dilakukan penilaiankembali karena tidak terdapat pasar aktif untuk aset tersebut, maka harus dicatat pada harga perolehannya dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Kerugian penurunan nilai yang terjadi diperusahaan akan diakui dalam laporan rugi laba selama periode sesuai.pengakuan kerugian atas 52
penurunan nilai pada aset dapat juga memberikan indikasi bahwa periode amortisasi dapat dirubah. Persentase pemenuhan kriteria yang membandingkan dengan jumlah perusahaan yang berada di Indonesia dan Singapura dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Persentase Pemenuhan Kriteria PSAK 19 atau IFRS 38 (Kriteria 2) Berdasarkan dari gambar 4.2 dapat dilihat baik perusahaan di Indonesia maupun Singapura sama-sama menerapkan secara benar. 4.4.3 Pengungkapan atas penerapan awal yang dilakukan perusahaan untuk perubahan atas perlakuan goodwill. (PSAK No. 22 revisi 2010 paragraf 66a dan 66b) Bila melihat tabel 4.3 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Indeks LQ 45), terdapat sebanyak 29 perusahaan dari 34 perusahaan yang mengungkapkan secara jelas atas penerapan awal yang mereka lakukan terhadap perubahan perlakuan goodwill dikarenakan adanya perubahan standar. Sisanya 5 53
perusahaan lainnya merupakan perusahaan yang tidak mengikuti standar yang telah diterapkan. Sedangkan pada tabel 4.4 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times), semuaperusahaan yang telah mengungkapkan secara jelas atas penerapan awal yang mereka lakukan terhadap perubahan perlakuan goodwill, dikarenakan adanya perubahan yaitu sebanyak 24 perusahaan dari 25 perusahaan yang dianalisis. Perusahaan-perusahaan yang telah melakukan pengungkapan sesuai dengan standar yang berlaku, mereka memberikan informasi-informasi seperti : _ Sebelumnyagoodwill diamortisasi selama 5 20 tahun dengan menggunakan metode garis lurus. Sekarang untuk goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis yangtanggal akuisisinya sebelum 1 Januari 2011, perusahaan akanmenghentikan amortisasi goodwillnya sejak awal periodetahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari2011; - Goodwill yang termasuk dalam jumlah tercatat investasi, dan efektif 1 Januari 2011 tidak lagi diamortisasi tetapi diuji penurunan nilai setiap tahun sebagai bagian dari investasi - Perusahaan akan mengeliminasi jumlah tercatat yang terkait denganakumulasi amortisasi sehubungan penurunan goodwillpada awal periode tahun buku yang dimulai pada atausetelah tanggal 1 Januari 2011. 54
Seharusnya sesuai dengan ketentuan berlaku,perusahaan yang memiliki goodwillharus mengungkapkan ketentuan tersebut. Ketentuan ini dapat memberikan dampak atas perhitungan goodwill. Perusahaan seperti Garuda Indonesia, Perusahaan Gas Negara yang berada di Indonesia dan Capmalls Asia yang berada di Singapura, mereka merupakan perusahaan yang tidak memiliki goodwill, tetapi mereka tetap memberikan keterangan atas perubahan perlakuan goodwill tersebut. Ada juga perusahaan yang memiliki goodwill dalam laporan keuangan mereka tetapi perusahaan tidak memberikan keterangan secara tertulis dalam notes to financial statement perlakuan mereka terhadap goodwill seperti perusahaan Jasa Marga. Persentase pemenuhan kriteria yang membandingkan dengan jumlah perusahaan yang berada di Indonesia dan Singapura dapat dilihat pada gambar 4.3. Gambar 4.3 Persentase Pemenuhan Kriteria PSAK 19 atau IFRS 38 (Kriteria 3) 55
Berdasarkan dari Gambar 4.3 perusahaan di Indonesia memiliki presentasi yang lebih sedikit di banding perusahaan di Singapura dengan perbandingan 85% berbanding 94%. 4.4.4 Pengungkapan atas penerapan awal yang dilakukan perusahaan untuk goodwill negatif yang diakui sebelumnya. (PSAK No. 22 revisi 2010 paragraf 67) Berdasarkan tabel 4.3 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Indeks LQ 45), perusahaan di Indonesia yang telah mengungkapkan sesuai dengan standar atas penerapan awal untuk goodwill negatif yang diakui sebelumnya sebanyak25 perusahaan dari 34 perusahaan yang dianalisis.terdapat sebanyak 3 perusahaan yang tidak menampilkan sesuai standar dan sisanya 6 perusahaan lainnya merupakan perusahaan yang tidak memiliki goodwill. Sedangkan pada tabel 4.4 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times), perusahaan-perusahaan yang berada di Singapura yang menerapkan sesuai dengan standar terdapat sebanyak 20 dari 21 perusahaan yang di memiliki goodwill. Sisanya merupakan perusahaan yang melakukan penerapan yang tidak sesuai dengan standar. Salah satu perusahaan yang melakukan penerapan sesuai dengan standar adalah perusahaan Aneka Tambang. Perusahaan ini memperlakukan goodwill negatif yang berasal dari kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum tanggal 1 januari dihentikan pengakuannya dengan melakukan 56
penyesuaian terhadap saldo laba awal periode buku pada tanggal 1 januari 2011. Kasus ini terjadi pada tanggal 22 Desember 2010 ketika perusahaan menaiki kepemilikan saham di AJSI senjadi 100% dan mencatat goodwill negatif sebesar Rp. 444.438. Sehingga goodwill negatif yang berasal dari kombinasi bisnis tersebut dihentikan pengakuannya dengan melakukan penyesuaian terhada saldo laba awal periode buku pada tanggal 1 Januari 2011. Pada perusahaan Indomobil Sukses Internasional juga mengidentifikasikan adanya goodwill negatif sebesar Rp 21.768.583.777 yang diakui sebagai pendapatan operasi lain-lain dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Sedangkan perusahaan PP London Sumatra Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki goodwill dalam laporan keuangannya, tapi tidak memberikan keterangan atas perlakuan goodwill yang perusahaan miliki sehingga tidak dapat dilakukan pengecekan atas keserasian perlakuan dengan standar yang telah ditetapkan. Perusahaan Noble Group merupakan salah satu perusahaan di Singapura yang melakukan penurunan nilai goodwill pada Metal, Minerals, and Ores pada tahun 2012, tetapi perusahaan ini tidak memberikan keterangan yang jelas atas penurunan nilai tersebut.. Sisanya untuk beberapa perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan atas penerapan awal tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki goodwill. 57
Berdasarkan pembahasan yang tersebut, berikut merupakan gambar yang membandingkan kesesuaian penerapan untuk negara Indonesia dan Singapura dengan persentase: Gambar 4.4 Persentase Pemenuhan Kriteria PSAK 19 atau IFRS 38 (Kriteria 4) Berdasarkan Gambar 4.4 perusahaan di Singapura lebih banyak yang mengungkapkan sesuai dengan standar dibandingkan dengan perusahaan di Indonesia dengan perbandingan 96% berbanding 91%. 4.4.5 Adanya pengungkapan serta penerapan yang dilakukan perusahaan atas merek dagang Berdasarkan tabel 4.3 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Indeks LQ 45), perusahaan yang telah melakukan penerapan yang sesuai dengan standar yang diterapkan untuk merek dagang terdapat5 perusahaan dari 34 perusahaan yang dianalisis. 5 perusahaan lainnya merupakan perusahaan yang tidak memiliki merek dagang dalam laporan keuangan mereka, dan 5 58
perusahaan lainnya merupakan perusahaan yang tidak menerapkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sedangkan pada tabel 4.4 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times), terdapat sebanyak 6perusahaan dari 25 perusahaan yang di analisis dan sisanya merupakan perusahaan yang tidak memiliki merek dagang. Ketentuan yang terbaru menetapkan merek dagang tidak lagi harus berpedoman dengan umur manfaat dengan batas maksimal 20 tahun, tetapi merek dagang juga dapat dijadikan sebagai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. Ketika merek dagang menjadi aset dengan masa manfaat tidak terbatas maka aset tersebut tidak lagi di amortisasi, tetapi diuji penurunan nilainya setiap tahun. Perusahaan yang tidak melakukan sesuai ketentuan yang berlaku merupakan perusahaan yang memiliki merek dagang tetapi tidak memberikan keterangan serta perhitungan secara jelas seperti perusahaan Astra Internasional. Semen Indonesia dan Mitra Adiperkasa merupakan perusahaan yang tidak melakukan amortisasi, seharusnya sesuai dengan merek dagang yang perusahaan miliki tersebut disertai keterangan memiliki umur manfaat 10 sampai 40 tahun. Ketika merek dagang dengan masa manfaat 10 tahun dibeli dengan harga tertentu, kemudianperusahaan ingin memperpanjang masa manfaat dari aset tersebut, bila perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sama pada saat pertama kali perusahaan membeli merek dagang. Dengan demikian, umur manfaat merek dagang itu terbatas. Akan tetapi bila perusahaanmengeluarkan 59
biaya yang lebih kecil dari harga pada saat membeli untuk perpanjangan merek dagang tersebut, maka merek dagang tersebut dapat disebutkan sebagai aset dengan masa manfaat aset tidak terbatas. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, berikut merupakan gambar yang membandingkan kesesuaian penerapan untuk negara Indonesia dan Singapura dengan persentase: Gambar 4.5 Persentase Pemenuhan Kriteria PSAK 19 atau IFRS 38 (Kriteria 5) Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan perusahaanperusahaan di Singapura lebih banyak yang mengungkapkan sesuai standar dibandingkan dengan perusahaan di Indonesia. 4.4.6 Pengungkapan atas pemisahan untuk tahap penelitian (research) dan tahap pengembangan (development) (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 42) Berdasarkan tabel 4.3 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Indeks LQ 45), 60
perusahaan yang telah melakukan pengungkapan atas pemisahan terhadap tahap penelitian dan tahap pengembangansesuai dengan standar sebanyak7perusahaan dari 34 perusahaan yang dianalisis.dengan 3 perusahaan yang tidak mengungkapkan sesuai dengan standar, dan perusahaan lainnya merupakan perusahaan yang tidak mengungkapkan atas perpisahan tersebut dikarenakan tidak memiliki tahap penelitian dan tahap pengembangan. Sedangkan pada tabel 4.4 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times), perusahaan yang telah melakukan pengungkapan atas pemisahan terhadap tahap penelitian dan tahap pengembangan sesuai dengan standar sebanyak9perusahaan dari 25 perusahaan yang dianalisis. Dengan 2 perusahaan yang tidak mengungkapkan sesuai dengan standar,dan perusahaan lainnya yang tidak mengungkapkan atas perpisahan tersebut dikarenakan tidak memiliki tahap penelitian dan tahap pengembangan. Menurut ketentuan yang berlaku, seharusnya sudah terdapat pemisahan antara tahap pengembangan dan tahap penelitian. Karena dari tahap pengembangan memiliki makna yang berbeda dengan tahap penelitian. Tahap pengembangan adalah penerapan temuan riset atau pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian Sedangkan tahap riset adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru. 61
Tahap Penelitian Tahap Pengembangan (beban) Tahap Pengembangan (ATB) Gambar 4.6 Siklus Tahapan Atas Tahap Penelitian dan Tahap Pengembangan Dapat dilihat pada Gambar 4.6 bahwa pada awal perusahaan melakukan perencanaan yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru itu disebut itu termasuk dalam tahap penelitian. Ketika perusahaan telah melakukan penerapan atas temuan riset atau pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan tetapi belum memenuhi kriteria aset tidak berwujud dalam tahap pengembangan, maka segala pengeluaran biaya atas tahap pengembangan didalokasikan ke beban. Bila dalam tahap pengembangan telah memenuhi 6 kriteria, maka tahap pengembangan dapat digolongkan sebagai aset tidak berwujud. Perusahaan seperti Sembcorb Marine, Thai Beverage Public Company, dan Capmalls Asia merupakan perusahaan yang tetap mengungkapkan adanya pemisahan antara tahap tersebut walaupun mereka tidak memiliki tahap penelitan dan pengembangan. Sedangkan seperti perusahaan Wilmar, Singapore Telecommunication, Unilever Indonesia mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan terhadap tahap riset ataupun penelitian, dengan begitu segala pengeluaran dari perusahaan dialokasikan kedalam beban. 62
Berdasarkan pembahasan yang tersebut, berikut merupakan gambar yang membandingkan kesesuaian penerapan untuk negara Indonesia dan Singapura dengan persentase: Gambar 4.7 Persentase Pemenuhan Kriteria PSAK 19 atau IFRS 38 (Kriteria 6) Berdasarkan Gambar 4.7 perusahaan di Singapura lebih banyak yang mengungkapkan sesuai standar dibandingkan dengan perusahaan di Indonesia dengan perbandingan persentase 92% berbanding 91%. 4.4.7 Penerapan atas perlakuan pengakuan beban untuk tahap penelitian (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 53 dan 54 ) Berdasarkan tabel 4.3 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Indeks LQ 45), terdapat 7 perusahaan yang memiliki tahap penelitian dan semuanya telah melakukan penerapan atas perlakuan pengakuan beban sesuai dengan standar yang diberlakukan. Sedangkan pada tabel 4.4 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait 63
Times), dari 7 perusahaan yang memiliki tahap penelitian mereka melakukan penerapan atas perlakuan pengakuan sesuai dengan standar yang diberlakukan. Setiap perusahaan yang memiliki tahap riset disebuah proyek internal, dan dari tahap tersebut tidak dapat menunjukkan telah adanya suatu aset tidak berwujud yang akan dapat menghasilkan manfaat ekonomis masa depan. Maka, pengeluaran untuk riset diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Contoh contoh dari tahap penelitian yang ada di perusahaan yang dianalisis seperti : (a) Penelitian klinis yang dilakukan oleh perusahaan Kalbe Farma. (b) Penelitian atas evaluasi sistem dan jasa oleh perusahaan Unilever. (c) Penelitian atas peralatan sawit oleh perusahaan PP London Sumatra Indonesia dan Singapore Press Holding. (d) Penelitian atas penemuan ilmiah dan ilmu pengetahuan secara teknis oleh perusahaan Sembcorp Industries dan Keppel corporation Limited. Berdasarkan pembahasan yang tersebut, berikut merupakan gambar yang membandingkan kesesuaian penerapan untuk negara Indonesia dan Singapura dengan persentase: 64
Gambar 4.8 Persentase Pemenuhan Kriteria PSAK 19 atau IFRS 38 (Kriteria 7) Berdasarkan Gambar 4.8 baik perusahaan di Indonesia maupun perusahaan di Singapura sama-sama menerapkan sesuai dengan standar. 4.4.8 Penerapan atas kapitalisasi biaya pengembangan untuk tahap pengembangan. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 42b dan 56 ) Berdasarkan tabel 4.3 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan Indeks LQ 45), terdapat 5 perusahaan dari 9 perusahaan yang memiliki tahap pengembangan dan melakukan pengakuan sesuai dengan standar yang telah diberlakukan, sisanya 4 perusahaan merupakan perusahaan yang tidak melakukan sesuai standar yang berlaku. Sedangkan pada tabel 4.4 (Penilaian Pemenuhan Kriteria pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times), terdapat 9 perusahaan yang mengungkapkan secara benar dari 10 perusahaan yang memiliki tahap pengembangan. Sisanya 1 perusahaan yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan. 65
Dalam tahap pengembangan seharusnya perusahaan melakukan penyesuaian terhadap kriteria tahap pengembangan yang dapat diakui sebagai aset seperti : a. Teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut sehingga aset tersebut dapat digunakan atau dijual, seperti pengembangan atas produk yang dilakukan pada perusahaan Kalbe Farma. b. Kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut, seperti kontraksi pada lokasi Jurong Island pada perusahaan Sembcorp. c. Menyelesaikan aset tersebut dan kemudian menjualnya, seperti pengembangan plasma pada perusahaan Indofood Sukses Makmur. d. Aset tidak berwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomis masa depan. e. Tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan pengembangan aset tidak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut; f. Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak bewujud selama pengembangannya. Ketika tahap pengembangan tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, maka segala pengeluaran yang timbul dari taham pengembangan tersebut dianggap sebagai beban. Berdasarkan pembahasan yang tersebut, berikut merupakan gambar yang membandingkan kesesuaian penerapan untuk negara Indonesia dan Singapura dengan persentase: 66
Gambar 4.9 Persentase Pemenuhan Kriteria PSAK 19 atau IFRS 38 (Kriteria 8) Berdasarkan Gambar 4.9 perusahaan di Singapura lebih banyak yang mengungkapkan sesuai dengan standar dibandingkan dengan perusahaan di Indonesia. 67