BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB X RELASI GENDER DALAM P2KP

BAB IX FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERMASALAHAN PADA P2KP

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

Diskusi Kota Hari Ketiga ( 8 September 2009 ) SURABAYA

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

GENDER DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (Kasus Pelaksanaan P2KP di Desa Banjarwaru, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

PROFIL BKM/LKM ANDESPA

PROFIL BKM/LKM LESTARI

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

II. PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN DATA. A. Capaian Penanganan Pengaduan

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

II. PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN DATA. A. Capaian Penanganan Pengaduan

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).

BAB IV GAMBARAN UMUM. tersebut bisa dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Terlampir

III KERANGKA PEMIKIRAN

PROFIL BKM/LKM SERUAI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Menggilir Ternak Bergulir. Ada Fulus di Balik Kasur. Bersatu dalam Manunggal Sakato Kriuk, Kriuk... Krupuk Emas

2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 182, Tamb

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

INTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG BANTUAN KREDIT PEMBANGUNAN DAN PEMUGARAN PASAR TAHUN 1983/1984

PROFIL BKM/LKM HARAPAN SEJAHTERA

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

IX. PROFIL IBU YANG MENDAPATKAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan keluarganya. Wijono(2004). Sedangkan menurut Bank. mempunyai hasil penjualan paling banyak Rp.100 juta per tahun.

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

BAB VI HASIL PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PRONANGKIS) DI KELURAHAN PAKEMBARAN Program Asistensi Sosial dan Jaminan Sosial

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

FORMULIR PERMOHONAN PINJAMAN SIMPAN PINJAM GERDU TASKIN UPK SEJAHTERA KELURAHAN RAMPAL CELAKET KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG PERORANGAN

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

ISU-ISU STRATEGIS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011

BANTUAN KREDIT PEMBANGUNAN DAN PEMUGARAN PASAR TAHUN 1981/1982 Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 1981 Tanggal 6 Mei 1981

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang

FORMULIR PERMOHONAN PINJAMAN SIMPAN PINJAM GERDU TASKIN UPK SEJAHTERA KELURAHAN RAMPAL CELAKET KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG POKMAS

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 35 SERI E

I. Bagasi tenghpendahuluan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO SECARA PARTISIPATIF

Tabel.1. Pengaduan Informatif Pada Siklus BLM

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB V PENUTUP. Dari beberapa uaraian diatas, penulis memperoleh kesimpulan bahwa: di wilayah kelurahan atau desa. maupun dalam segi kemasyaraktannya.

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI GORONTALO TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1979 TENTANG BANTUAN KREDIT PEMBANGUNAN DAN PEMUGARAN PASAR TAHUN 1979/1980

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Bab 4. Pengelolaan Dana Pinjaman Bergulir oleh UPK-BKM

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau usaha tersebut dapat dikatakan mengalami perkembangan

Transkripsi:

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP Dengan mempertimbangkan bahwa pelaksanaan P2KP harus dilandasi oleh nilai kesetaraan gender, maka untuk mengetahui keberhasilan P2KP dilihat tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP pada masing-masing komponen P2KP. Komponen tersebut terdiri dari dua tahap, yaitu: tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap perencanaan terdiri terdiri dari tiga jenis kegiatan, yaitu: rembug warga untuk sosialisasi P2KP, penyusunan PJM Pronangkis, dan pembentukan KSM. Sedangkan pada tahap pelaksanaan, terdiri dari kegiatan perbaikan rumah tidak layak huni, perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana fasilitas umum, bantuan sosial berupa kegiatan santunan kepada jompo dan yatim piatu, bantuan pinjaman kredit mikro, dan pelatihan dan pengembangan SDM. Untuk mengetahui tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP pada setiap komponen kegiatan P2KP tersebut diperoleh data dari 30 rumahtangga contoh yang mendapatkan bantuan dari P2KP. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas lebih mendalam mengenai tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP pada dana BLM untuk pemugaran rumah, perbaikan fasilitas umum dan bantuan sosial, tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP terhadap dana bantuan pinjaman kredit ekonomi mikro, dan tingkat akses RMKL dan RMKP pada pengembalian dana bantuan pinjaman kredit mikro.

77 8.1. Tingkat Akses RMKL dan RMKP Terhadap Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Sebagai salah satu tujuan dari P2KP, kegiatan pemugaran rumah, perbaikan fasilitas umum dan bantuan sosial menjadi menjadi indikator penting untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan P2KP. Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan-kegiatan tersebut telah berhasil dilaksanakan dapat dilihat dari tingkat akses RMKL dan RMKP pada masing-masing komponen kegiatan tersebut. Tingkat akses RMKL dan RMKP terhadap dana BLM untuk pemugaran rumah, perbaikan fasilitas umum dan bantuan sosial tersebut dilihat dari jumlah bantuan yang diterima oleh masing-masing RMKL dan RMKP. Apabila RMKL atau RMKP menerima tiga jenis bantuan fisik seluruhnya, maka aksesnya tergolong tinggi. Jika menerima satu hingga dua jenis bantuan fisik tergolong sedang, dan jika tdak menerima satupun jenis bantuan fisik maka tergolong rendah aksesnya. Berikut data mengenai jenis bantuan fisik yang diterima oleh RMKL dan RMKP. Tabel 19. Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Dana Bantuan Fisik menurut Jumlah Jenis Bantuan Fisik yang Diterima (dalam persen) Jenis Bantuan RMKL RMKP Rendah (tidak mendapatkan bantuan) 4,35 14,29 Sedang (1 atau 2 jenis bantuan) 95,65 85,71 Tinggi (3 jenis bantuan) 0 0 Total (rumahtangga) 23 7 Total (%) 100 100 Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007 Dari Tabel 19 diketahui bahwa tingkat akses RMKL dan RMKP terhadap dana bantuan fisik tergolong sedang. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan

78 persentase jumlah bantuan fisik yang diterima antara RMKL dan RMKP berkisar hanya satu hingga dua jenis bantuan fisik saja yang diterima. Bila membandingkan jumlah bantuan fisik yang diterima oleh RMKL dan RMKP, maka terlihat persentase yang tidak jauh berbeda antara jumlah bantuan fisik yang diterima oleh RMKL dan RMKP tersebut. Kurang lebih sebesar 90 persen RMKL yang menerima bantuan fisik, mendapatkan satu jenis bantuan fisik saja, yaitu perbaikan sarana dan prasarana fasilitas umum berupa perbaikan jalan setapak. Sedangkan pada RMKP sebesar kurang lebih 80 persen yang menerima bantuan fisik yang sama seperti pada RMKL, yaitu hanya menerima satu jenis bantuan fisik saja. 8.2. Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP Terhadap Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Tingkat kontrol RMKL dan RMKP terhadap dana bantuan fisik ditentukan dari pola pengambilan keputusan atas bantuan fisik yang diperoleh. Pola pengambilan keputusan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) pola pengambilan keputusan yang hanya dilakukan oleh suami sendiri atau istri sendiri, (2) pola pengambilan keputusan suami dan istri tapi suami dominan atau suami dan istri tapi istri dominan, dan (3) pola pengambilan keputusan suami dan istri setara. Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa secara keseluruhan pada RMKL pola pengambilan keputusannya cenderung bervariatif. Hal tersebut terlihat dari jumlah persentase yang hampir sama pada masing-masing pola pengambilan keputusan. Pola pengambilan keputusan yang diambil oleh suami atau istri sendiri adalah sebesar 30,4 persen, pola pengambilan keputusan oleh suami dan istri tapi

79 istri atau suami dominan dan pada pola pengambilan keputusan suami dan istri setara memiliki persentase sebesar 34,8 persen. Pada beberapa RMKL ditemukan bahwa meskipun para suami yang mengaku sebagai pencari nafkah utama ternyata pada proses produksi seluruhnya dilakukan oleh istri, sedangkan suami hanya bertugas untuk menjualnya saja. Hal ini berlaku pada mereka yang berprofesi sebagai pedagang. Tabel 20. Pola Pengambilan Keputusan RMKL dan RMKP terhadap Dana Bantuan Fisik (dalam persen) Pola Pengambilan Keputusan RMKL RMKP Rendah (suami/istri sendiri) 30,4 71,4 Sedang (suami+istri, istri/suami dominan) 34,8 28,6 Tinggi (suami-istri setara) 34,8 0 Total (rumahtangga) 23 7 Total (%) 100 100 Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007 Perbedaan yang signifikan pada pola pengambilan keputusan terlihat pada RMKP. Dimana jumlah terbesar pada pola pengambilan keputusannya ada pada pola suami atau istri sendiri, yaitu sebesar 71,4 persen, dan sisanya sebesar 28,6 persen adalah pola pengambilan keputusan yang dibuat oleh suami dan istri tetapi terdapat suami atau istri yang dominan. Hal ini diduga karena sebagian besar pada RMKP adalah mereka yang telah berstatus sebagai janda. 8.3. Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Dana Bantuan Pinjaman Kredit Mikro Tingkat akses RMKL dan RMKP pada bantuan pinjaman kredit mikro ditentukan dari jumlah rupiah bantuan yang diterima. Terdapat ketentuan maksimal besarnya jumlah pinjaman kredit pertama bagi setiap penerima bantuan

80 tersebut, yaitu sebesar Rp.500.000,00, sedangkan batas maksimal pinjaman untuk tahap berikutnya adalah sebesar Rp.2.000.000,00. Tingkat akses RMKL dan RMKP pada bantuan pinjaman kredit tersebut dikategorikan menjadi tiga, yaitu: (a) rendah, jika jumlahnya lebih rendah dari rata-rata ketentuan P2KP (<Rp.500.000,00), (b) sedang, jika sesuai dengan ratarata dana yang diterima sama dengan ketetapan P2KP atau sebesar (Rp.500.000,00), dan (c) tinggi, jika di atas rata-rata dana yang ditetapkan P2KP (>Rp.500.000,00). Berikut perincian mengenai jumlah bantuan kredit yang diterima oleh RMKL dan RMKP. Tabel 21. Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Dana Bantuan Pinjaman Kredit Mikro (dalam persen) Jumlah Pinjaman (Rupiah) RMKL RMKP Rendah (<500 000) 78,3 57,1 Sedang (500 000) 17,4 42,9 Tinggi (>500 000) 4,3 0 Total (rumahtangga) 23 7 Total (%) 100 100 Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007 Dari Tabel 21 diketahui, dengan membandingkan antara jumlah rupiah bantuan pinjaman kredit yang diterima oleh RMKL dan RMKP, hanya pada RMKL saja yang menerima bantuan pinjaman >Rp.500.000,00 yaitu sebesar 4,3 persen dari total keseluruhan RMKL penerima bantuan pinjaman. Bila membandingkan jumlah penerima bantuan kredit yang diperoleh RMKL dan RMKP pada jumlah bantuan pinjaman kredit sebesar Rp.500.000,00 diketahui dengan persentase masing-masing sebesar 17,4 persen pada RMKL dan sebesar 42,9 persen pada RMKP menerima bantuan sejumlah itu. Kemudian sebesar 78,3 persen RMKL dan 57,1 persen RMKP memperoleh bantuan

81 pinjaman kredit <Rp.500.000,00. Dengan mayoritas penerima bantuan pinjaman kredit yang <Rp.500.000,00 dapat disimpulkan bahwa tingkat akses RMKL dan RMKP terhadap dana bantuan pinjaman kredit mikro tergolong rendah. 8.4. Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP Terhadap Dana Bantuan Pinjaman Kredit Mikro Tingkat akses RMKL dan RMKP terhadap dana bantuan pinjaman kredit telah diketahui dari penjelasan sebelumnya, selanjutnya untuk melengkapi analisis mengenai keberhasilan P2KP berdasarkan pada kesetaraan gender, akan dilihat tingkat kontrol RMKL dan RMKP terhadap bantuan pinjaman kredit tersebut. Seperti pada tingkat kontrol RMKL dan RMKP pada dana bantuan fisik, untuk mengetahui tingkat kontrol RMKL dan RMKP pada bantuan pinjaman kredit juga akan ditentukan dari pola pengambilan keputusan RMKL dan RMKP dalam penentuan alokasi dana bantuan pinjaman kredit yang akan digunakan. Dibedakan ke dalam pengambilan keputusan: (a) rendah, jika hanya suami sendiri atau istri sendiri, (b) sedang, jika pola pengambilan keputusannya suami dan istri tapi suami dominan atau suami dan istri tapi istri dominan, serta (c) tinggi, jika suami dan istri setara. Tabel 22. Pola Pengambilan Keputusan RMKL dan RMKP terhadap Dana Bantuan Pinjaman Kredit Mikro (dalam persen) Pola Pengambilan Keputusan RMKL RMKP Rendah (suami/istri sendiri) 13,1 14,3 Sedang (suami+istri, istri/suami dominan) 39,1 85,7 Tinggi (suami-istri setara) 47,8 0 Total (%) 100 100 Total (rumahtangga) 23 7 Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007

82 Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa pola pengambilan keputusan terhadap dana bantuan pinjaman kredit pada RMKL memiliki tingkat kesetaraan yang paling tinggi, dimana jumlah pola pengambilan keputusan tertinggi ada pada pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami dan istri secara bersama (setara) dengan persentase sebesar 47,8 persen. Kemudian sebesar 13,1 persen memiliki pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami atau istri sendiri tanpa melibatkan pasangannya, dan sisanya sebesar 39,1 persen memutuskan secara bersama-sama, namun ada satu pihak yang dominan. Pada RMKP, pola pengambilan keputusan terbanyak terdapat pada pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami dan istri tetapi istri atau suami dominan dengan persentase sebesar 85,7 persen. Kemudian sebesar 14,3 persen RMKP mengambil keputusannya secara sendiri, istri atau suami saja yang memutuskan. Pada RMKP tidak ditemukan adanya pola pengambilan keputusan yang dilakukan secara setara antara suami dan istri. Hal ini diduga karena hampir pada sebagian besar RMKP adalah mereka yang berstatus janda, sehingga dalam pengambilan keputusan, para istri memutuskannya sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontrol atau pengambilan keputusan yang lebih setara terhadap dana bantuan pinjaman ada pada RMKL. 8.5. Tingkat Akses RMKL dan RMKP pada Pengembalian Dana Bantuan Pinjaman Kredit Mikro Ketaatan RMKL dan RMKP dalam mengembalikan dana bantuan pinjaman kredit, akan menentukan tingkat akses RMKL dan RMKP terhadap pengembalian dana bantuan pinjaman kredit tersebut.

83 Berdasarkan kesepakatan bersama, bantuan pinjaman kredit dapat dikembalikan dengan cara diangsur setiap bulannya hingga 10 kali angsuran. Sehingga total waktu pengembaliannya seluruhnya adalah 10 bulan. Kemudian besarnya pinjaman kredit tersebut dikenakan biaya administrasi sebesar 1,5 persen per angsuran/bulan. Kedua hal itu tentu saja meringankan beban para penerima pinjaman kredit tersebut, karena biasanya apabila mereka mendapatkan pinjaman kredit dari rentenir bunganya mencapai 20 persen hingga 30 persen per bulannya. Selain itu mereka yang terlambat membayar angsuran tiap bulannya tidak dikenakan sanksi apapun. Pengukuran tingkat akses RMKL dan RMKP terhadap pengembalian dana bantuan pinjaman kredit sesuai kesepakatan tersebut, dikategorikan menjadi tiga, yaitu: (a) rendah, jika di bawah 50 persen dari jumlah angsuran, (b) sedang, jika 50 persen hingga 80 persen dari total seluruh angsuran, dan (c) tinggi, jika memenuhi 80 persen atau lebih pengembalian angsuran. Berikut data mengenai pengembalian dana bantuan pinjaman kredit pada RMKL dan RMKP. Tabel 23. Tingkat Akses RMKL dan RMKP pada Pengembalian Dana Pinjaman Kredit Mikro menurut Jumlah Pengembalian Dana (dalam persen) Pengembalian Dana RMKL RMKP Rendah (<50%) 4,4 28,6 Sedang (50%-80%) 47,8 28,6 Tinggi (>80%) 47,8 42,8 Total (%) 100 100 Total (rumahtangga) 23 7 Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007 Bila membandingkan jumlah pengembalian dana pinjaman kredit antara RMKL dan RMKP, maka terlihat bahwa jumlah terbesar yang tidak mengembalikan dana bantuan pinjaman kredit lebih dari 50 persen dari total

84 bantuan pinjaman kredit yang diberikan ada pada RMKP dengan persentase sebesar 28,6 persen dari total keseluruhan RMKP yang mengembalikan dana. Kemudian diantara 42,8 persen RMKP ada yang telah melunasi pinjaman kredit tersebut, dan ada juga yang belum melunasinya secara keseluruhan namun telah mengembalikannya >80 persen dari total keseluruhan pinjaman. Dan sisanya sebesar 28,6 persen RMKP atau dengan persentase yang sama dengan jumlah RMKP yang belum melunasi sisa bantuan >50 persen dari total keseluruhan, telah melunasi angsuran bantuan pinjaman tersebut sejumlah 50 persen hingga 80 persen dari total keseluruhan pinjaman. Sedangkan pada RMKL, dengan persentase yang sama yaitu sebesar 47,8 persen telah melunasi sebesar 50 persen hingga 80 persen dari total pinjaman seluruhnya, bahkan ada juga yang telah melunasinya. 8.6. Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP pada Pengembalian Dana Bantuan Pinjaman Kredit Mikro Tingkat kontrol RMKL dan RMKP pada pengembalian dana bantuan pinjaman kredit mikro, seperti pada tingkat kontrol RMKL dan RMKP pada dana BLM untuk bantuan fisik dan bantuan pinjaman kredit, dilihat dari pola pengambilan keputusan RMKL dan RMKP dalam menentukan jumlah dana pinjaman kredit yang akan dikembalikan (pengembalian angsuran). Pola pengambilan keputusan tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) rendah, jika hanya suami sendiri atau istri sendiri, (b) sedang, jika pola pengambilan keputusannya suami dan istri tapi suami dominan atau suami dan istri tapi istri dominan, serta (c) tinggi, jika suami dan istri setara. Berdasarkan kriteria tersebut

85 diketahui pola pengambilan keputusan pada RMKL dan RMKP terhadap pengembalian dana bantuan pinjaman kredit seperti yang terdapat pada Tabel 24. Tabel 24. Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP pada Pengembalian Dana Bantuan Pinjaman Kredit Mikro (dalam persen) Pola Pengambilan Keputusan RMKL RMKP Rendah (suami/istri sendiri) 17,39 42,86 Sedang (suami+istri, istri/suami dominan) 30,43 42,86 Tinggi (suami-istri setara) 52,17 14,29 Total (%) 100,00 100,00 Total (rumahtangga) 23 7 Sumber: Dikumpulkan oleh penulis dari survei Tahun 2007 Dilihat dari jenis kelamin kepala rumahtangganya, pola pengambilan keputusan pada RMKL tergolong tinggi. Sedangkan pada RMKP pola pengambilan keputusan tergolong rendah cenderung sedang, dimana jumlah antara persentase pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami atau istri secara sendiri dan pola pengambilan keputusan yang dilakukan suami dan istri secara bersama namun terdapat istri atau suami yang dominan adalah sama besarnya. Pada pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh RMKL dan RMKP terhadap pengembalian pinjaman kredit tersebut, erat kaitannya dengan pendapatan dan alokasi pengeluaran pada masing-masing rumahtangga. Oleh sebab itu pola pengambilan keputusan pada RMKL adalah tinggi, dimana suami dan istri membuat keputusan secara bersama pada saat pengembalian dana pinjaman kredit setiap bulannya. Sedangkan pada RMKP, pola pengambilan keputusannya cenderung rendah, karena seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa hampir sebagian besar pada RMKL adalah mereka yang berstatus janda. Meskipun pada RMKP ditemui mereka yang masih berstatus suami istri, namun

86 karena pencari nafkah utamanya adalah istri maka pada pengambilan keputusan tersebut meskipun dilakukan secara bersama tetapi istri memiliki posisi yang dominan. 8.7. Ikhtisar Pengukuran terhadap tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP pada P2KP akan mengetahui sejauh mana keberhasilan P2KP dengan menggunakan prinsip kesetaraan gender (gender dalam P2KP). Tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP terhadap P2KP yang diduga dipengaruhi oleh faktor input terkontrol dari P2KP (stimulan P2KP dan pengelolaan), karakteristik individu dan rumahtangga, juga oleh faktor lingkungan (pengawasan dan dukungan dari aparat pemerintah desa, kecamatan serta LSM), dilihat dari tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP pada masing-masing komponen kegiatan P2KP tersebut. Tingkat akses RMKL dan RMKP terhadap dana BLM untuk bantuan fisik dilihat dari jumlah bantuan yang diterima oleh P2KP, dikategorikan: (a) rendah, jika RMKL/RMKP tidak menerima sama sekali bantuan fisik, (b) sedang, jika RMKL/RMKP menerima satu atau dua jenis bantuan fisik, dan (c) tinggi, jika RMKL/RMKP menerima semua atau tiga jenis bantuan fisik. Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa akses RMKL dan RMKP terhadap dana BLM untuk bantuan fisik tergolong sedang, dimana jumlah bantuan fisik yang diterima oleh RMKL dan RMKP hanya berkisar menerima satu jenis bantuan fisik saja, yaitu perbaikan sarana dan prasaran fasilitas umum berupa perbaikan jalan setapak. Sedangkan kontrol RMKL dan RMKP terhadap dana BLM untuk bantuan fisik yang dilihat dari pola pengambilan keputusan dalam menentukan bantuan fisik yang akan diperoleh cenderung bervariasi dimana pada pola

87 pengambilan keputusan pada RMKL cenderung sedang ke tinggi karena persentase antara pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami dan istri namun ada satu pihak yang dominan dan pada pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami dan istri secara setara adalah sama, dan kontrol pada RMKP terhadap bantuan fisik tergolong rendah dimana persentase pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami atau istri saja cenderung tinggi. Hal tersebut diduga berkaitan dengan status kepala rumahtangga pada RMKP yang kebanyakan berstatus sebagai janda. Pada tingkat akses terhadap bantuan pinjaman kredit, baik pada RMKL dan RMKP tergolong rendah. Hampir sebagian besar dari RMKL dan RMKP yang menerima bantuan pinjaman kredit hanya menerima bantuan <Rp.500.000,00 atau lebih rendah dari rata-rata ketentuan P2KP. Sedangkan pada tingkat kontrol terhadap bantuan pinjaman kredit, pada RMKL tergolong tinggi, dan paad RMKP tergolong sedang. Tingkat akses RMKL dan RMKP terhadap pengembalian dana pinjaman kredit dikategorikan menurut jumlah bantuan pinjaman yang telah dikembalikan. Berdasarkan hal tersebut akses tertinggi pada pengembalian dana pinjaman kredit ada pada RMKL, dimana persentase pada RMKL yang telah mengembalikan pinjaman >80 persen dari seluruh total pinjaman menunjukkan angka yang tinggi. Seperti pada kontrol terhadap bantuan dana BLM untuk bantuan fisik dan bantuan pinjaman kredit, kontrol terhadap pengembalian dana pinjaman kredit tersebut juga memiliki persentase yang hampir sama baik pada RMKL dan RMKP dengan kedua komponen tersebut.