BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman singkong adalah komoditas tanaman umbi-umbian yang dapat

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat lokal seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Penggunaan bahan baku yang

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal. Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh

5.1 Total Bakteri Probiotik

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

FORMULASI BUBUR BAYI INSTAN DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG LABU KUNING SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN PENDAMPING ASI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu dan sukun. Tepung tersebut dapat diolah

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat (66,1%) dan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

KAJIAN HUBUNGAN NILAI KIMJAWI PROTEIN TERHADAP PROTEIN EFFICIENC lt4tio PADA BERBAGAI FORMULA BAHAN MAKANAN CAMPURAN SKRIPSI OLEH : UDYA OCTAYIA

BAB I PENDAHULUAN. bahan makanan sayuran, 4. bahan makanan buah-buahan, 5. susu dan telur

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

KARAKTERISTIK BUBUR BAYI INSTAN BERBAHAN DASAR TEPUNG GARUT DAN TEPUNG KACANG MERAH

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fase perkembangan fisik dan fungsi fisiologis bayi sangat didukung oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, kebutuhan gizi bayi dapat tercukupi melalui pemberian air susu ibu (ASI) karena ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi selama usia tersebut. Setelah itu, pada umumnya jumlah ASI akan makin berkurang sedangkan kebutuhan bayi akan zat gizi makin meningkat seiring dengan bertambahnya umur bayi. Kebutuhan energi bayi yang semula 560 kkal/hari pada umur 0-6 bulan meningkat menjadi 650 kkal/hari pada umur 7-12 bulan (Anonim a, 2004). Meningkatnya kebutuhan energi bayi menyebabkan ASI tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan zat gizi bayi, sehingga bayi membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI sangat berperan penting dalam mendampingi pemberian ASI pada bayi. Dewasa ini, sudah banyak sekali jenis MP-ASI yang telah dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah bubur bayi instan. MP-ASI dikembangkan sesuai jumlah kebutuhan gizi bayi dengan memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam setempat sebagai bahan baku penyusunnya. Sumber bahan pangan yang dapat digunakan sebagai MP-ASI dapat meliputi: umbi-umbian, kacangkacangan (legume), dan serealia. Ada banyak jenis bubur bayi instan yang telah komersial di Indonesia, seperti bubur susu, beras merah, dan kacang hijau. 1

Bubur bayi instan harus bersifat mudah dalam hal penyiapannya dan konsistensi yang baik untuk memudahkan ketika penyuapan kepada bayi. Kriteria yang harus dimiliki oleh bubur bayi instan antara lain: memiliki sifat hidrofilik yaitu sifat mudah mengikat air, tidak memiliki lapisan gel yang tidak permeabel dan mampu membentuk struktur (body) dengan konsistensi yang baik (Hartomo dan Widiatmoko., 1993). Bubur bayi instan biasanya disiapkan dengan cara menambahkan air panas, sehingga kemudahan tepung bubur bayi instan dalam menyerap air mejadi parameter yang penting. Konsistensi yang dimiliki bubur bayi instan haruslah yang mudah disendok. Karakteristik fisik lain yang juga penting harus dimiliki oleh bubur bayi instan adalah tidak boleh bersifat meruah (bulky) agar bayi tidak cepat kenyang (Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Umumnya bubur bayi instan yang beredar di Indonesia dibuat dengan bahan utama beras putih dan beras merah. Fenomena ini dapat dijelaskan karena beras merupakan makanan pokok urutan pertama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Padahal, jenis bahan pangan lainnya seperti pati dan tepung dari umbiumbian tidak kalah kandungan gizinya dibandingkan beras jika digunakan sebagai komponen penyusun bubur bayi instan. Penggunaan pati dan tepung umbi-umbian telah dibuktikan dapat dibuat menjadi bubur bayi instan yang dapat menghasilkan sifat produk yang baik dan mampu memberikan fungsi zat gizi yang tidak dimiliki oleh beras, seperti penggunaan pati garut (Yoanasari, 2003), tepung sukun (Nuraini et al., 2011), dan tepung labu kuning yang memiliki kandungan betakaroten yang tinggi (Elvizahro, 2011). Sejauh ini belum ada penelitian mengenai penggunaan mocaf 2

dalam pembuatan bubur bayi instan. Mocaf (modified cassava flour) merupakan produk turunan singkong yang dihasilkan dengan memanfaatkan proses fermentasi mikrobia dalam proses pengolahannya. Proses fermentasi pada mocaf menyebabkan modifikasi pada pati alami singkong, sehingga terjadi perubahan karakteristik berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut (Subagio et al., 2008). Hal tersebut menyebabkan mocaf memiliki potensi yang baik jika digunakan sebagai komponen penyusun dalam bubur bayi instan. Mocaf sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pensubtitusi beras merah sebagai sumber karbohidrat dalam MP-ASI dikarenakan kadar karbohidrat yang dimiliki mocaf tidak berbeda jauh dengan beras merah (anonim b, 2004). Singkong sebagai komoditas pangan lokal yang dikonsumsi terbesar ke-2 setelah beras memiliki jumlah yang melimpah (anonim a, 2012), dan harga yang lebih murah dibandingkan beras merah. Formulasi MP-ASI berbahan dasar komoditas pangan lokal harus disesuaikan dengan persyaratan kebutuhan energi bayi. Selain karbohidrat, bayi juga memerlukan protein dalam jumlah yang cukup yang berperan dalam pembentukan jaringan. Bayi berumur 7-12 bulan membutuhkan jumlah asupan protein hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah asupan protein pada usia 6 bulan pertama. Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati yang baik untuk bayi dan dapat digunakan sebagai bahan campuran MP-ASI. Pemilihan sumber protein yang baik akan berpengaruh pada kualitas gizi dari MP-ASI yang dihasilkan. Salah satu jenis kacang-kacangan yang dapat digunakan sebagai 3

sumber protein dalam MP-ASI adalah koro putih. Koro putih (Phaseolus lunatus L.) adalah alternatif sumber protein yang sangat menjanjikan pada MP-ASI karena koro putih mudah dibudidayakan dan pemanfaatannya masih terbatas. Menurut Iheanacho (2010), biji koro putih memiliki profil nilai gizi yang tidak kalah baik dibandingkan kedelai. Namun koro putih memiliki senyawa toksin alami berupa HCN. Sebelum digunakan sebagai sumber protein yang aman dalam MP-ASI, kadar HCN dalam biji koro harus dikurangi. Melalui pembuatan tempe koro putih, kadar HCN dalam biji koro putih dapat dikurangi. Menurut Handajani et al., (2008) jumlah HCN di dalam biji koro dapat dikurangi melalui proses perendaman, pemasakan, dan fermentasi. Pembuatan tempe koro putih mencakup tahapan perendaman, pemasakan dan fermentasi, sehingga jumlah HCN dalam biji koro putih dapat dikurangi. Dengan demikian, tempe koro putih dapat digunakan sebagai pensubstitusi susu skim yang umumnya digunakan sebagai sumber protein dalam MP-ASI. Sejauh ini belum terdapat penelitian mengenai penggunaan tempe koro putih sebagai sumber protein dalam bubur bayi instan. Pada penelitian ini, dilakukan formulasi bubur bayi instan sebagai MP- ASI dengan menggunakan mocaf, beras merah dan tempe koro putih yang diharapkan memiliki sifat organoleptik, kimia dan fisik yang baik dan mampu mencukupi kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan. 1.2. Rumusan masalah Sebagai produk hasil fermentasi memiliki, mocaf mengandung asam organik sebagai akibat dari hidrolisis gula oleh mikrobia (Subagio et al., 2008). 4

Hal ini dapat mempengaruhi penerimaan panelis terhadap mocaf, sehingga perlu diketahui rasio mocaf dan beras merah yang paling disukai oleh panelis. Selain dilakukan penentuan rasio mocaf dan beras merah, pada penelitian ini juga dilakukan penentuan rasio penggunaan tempe koro putih dan susu skim. Tempe koro putih memiliki atribut flavor kacang-kacangan (beany flavor) yang kuat dan kurang disukai, sehingga jumlah penggunaannya harus disesuaikan dengan penerimaan panelis. Untuk menutupi flavor yang kurang disukai, maka digunakan susu skim untuk meningkatkan kualitas flavor pada bubur bayi instan yang dihasilkan. Penambahan mocaf dan tempe koro putih pada bubur bayi instan akan mempengaruhi kandungan gizi dan sifat fisik dalam bubur bayi instan. Kandungan gizi yang dimiliki oleh bubur bayi instan harus sesuai dengan persyaratan gizi MP-ASI, sedangkan sifat fisik bubur bayi instan harus diperhatikan agar dihasilkan karakteristik sifat fisik yang baik. 1.3. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.3.1 Menentukan rasio mocaf dan beras serta rasio tempe koro putih dan susu skim dalam formula bubur bayi instan yang paling disukai oleh panelis. 1.3.2 Mengetahui sifat organoleptik, sifat kimia (kadar air, lemak, protein, karbohidrat (by difference), abu, HCN dan sifat fisik (viskositas, densitas kamba, kapasitas pengikatan air) bubur bayi instan dari mocaf, beras merah dan tempe koro putih. 5

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah variasi produk bubur bayi instan berbahan dasar potensi pangan lokal, meningkatkan diversifikasi dan pemanfaatan komoditas pangan lokal. Pemanfaatan sumber daya pangan lokal yang baik dapat meningkatkan dan memperbaiki nilai ekonomi masyarakat dengan cara menyerap hasil tani, terutama singkong dan koro putih, serta mempemudah akses semua kalangan masyarakat untuk memperoleh MP-ASI yang dapat memenuhi kebutuhan gizi harian bayi dengan harga yang terjangkau. 6