BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Untuk analisis sitologi

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

TUGAS AKHIR (SB )

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Maret 2015 di

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan menggunakan dua faktor. Faktor pertama

METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODE PENELITIAN. adalah jenis eksplan tumbuhan Puwoceng yang digunakan yaitu daun dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BIOTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN

LAMPIRAN. Persiapan alat alat dan. bahan- bahan. Sterilisasi. Pembuatan Media. Sterilisasi Media. Sterilisasi Eksplan.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan RAL (Rancangan acak lengkap) dengan 1 media pembanding

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan yaitu perbedaan pemberian konsentrasi ion logam Cu 2+

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

LAMPIRAN. Sterilisasi. Pembuatan Media. Sterilisasi Media. Inisiasi Kalus HASIL

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2012 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Bahan Penelitian Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1 ditumbuhkan di sawah daerah Nganjuk pada bulan Januari sampai Juli 2012. Kuncup bunga cabai rawit dengan ukuran yang sudah ditentukan (petal sedikit lebih panjang daripada sepal dengan perbandingan sekitar 3:2) dipanen pada pagi hari pukul 6 s.d. 7 WIB. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur antera cabai rawit adalah bahan penyusun media MS yang tercantum pada lampiran 1. Selain bahan kimia yang tercantum pada lampiran 1, pada media MS perlu penambahan zat pengatur tumbuh. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa konsentrasi kombinasi IAA, NAA, dan BA. Untuk membuat ph media agar 5,6-5,8 maka perlu penambahan KOH (jika terlalu asam) dan HCl (jika terlalu basa). Bahan pendukung lain yang digunakan meliputi akuades steril, clorox, alkohol 70%, spiritus, kertas payung, aluminium foil, kertas ph, dan kertas label. 32

33 3.2.2 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah alat-alat yang digunakan dalam membuat media Murashige-Skoog (MS) sebagai media kultur antera cabai rawit. Alat-alat tersebut adalah botol kultur, pipet ukur, timbangan analitik, tabung erlenmeyer, gelas ukur, magnetic stirer, kompor pemanas, dan autoklaf. Kelompok kedua adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi dan penanaman eksplan antera cabai rawit. Alat tersebut adalah Laminar Air Flow (LAF), microfilter, gelas ukur steril, gelas beker, cawan petri steril, korek api, bunsen, kertas saring steril, pinset, skalpel dan mata pisau steril, dan hand sprayer. Kelompok ketiga adalah alat yang digunakan untuk menyimpan alat-alat yang telah disterilisasi yaitu oven dan lemari es untuk menyimpan larutan stok. 3.3 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan berupa kombinasi zat pengatur tumbuh. Pada percobaan ini terdapat 25 perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh dan masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ulangan. Perlakuan menggunakan 13 kombinasi auksin dan 2 benzyladenin. Perlakuan auksin 0 ppm dan BA 0 ppm tidak dilakukan karena bukan merupakan kombinasi.

34 Tabel 3.1 Perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh auksin dan BA. Sitokinin BA Aukin 0 0,5 0 x 0,5 IAA 1 1,5 0,5 NAA 1 1,5 0,5 2,4-D 1 1,5 0,5 IBA 1 1,5 Parameter yang diamati adalah persentase antera yang membesar dan persentase antera yang pecah. 3.4 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Variabel bebas (independent variable), berupa kombinasi zat pengatur tumbuh auksin dan BA dengan konsentrasi auksin (IAA, NAA, 2,4-D, dan IBA) 0; 0,5; 1; dan 1,5 ppm sedangkan konsentrasi BA 0 dan 0,5 ppm. 2. Variabel terikat (dependent variable) persentase antera yang pecah, dan persentase antera yang membesar. 3. Variabel terkendali (control variable), meliputi media MS dua lapis, eksplan (antera), suhu inkubasi, intensitas cahaya, botol kultur, dan ph media.

35 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Tahap Persiapan 1. Pembuatan larutan stok untuk media MS a. Pembuatan stok mikronutrien Pembuatan stok mikronutrien 100 ml (100 kali konsentrasi) dilakukan dengan menimbang bahan-bahan kimia mikronutrien (lampiran 1) dengan timbangan analitik kemudian satu per satu bahan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml yang berisi akuades 80 ml. Setiap kali memasukkan bahan kimia harus segera dilarutkan (diaduk), baru kemudian bahan berikutnya. Jangan memasukkan semua bahan kimia kemudian dilarutkan karena akan terjadi presipitat (endapan). Untuk membantu melarutkan bisa digunakan magnetic stirer. Setelah itu ditambahkan akuades sampai volume mencapai 100 ml. Kemudian dimasukkan ke dalam botol, ditutup dengan aluminium foil dan diberi label MIKRONUTRIEN MS 100X, 1 ml/l. Selanjutnya stok disimpan ke dalam kulkas, untuk membuat medium MS 1 liter diperlukan 1 ml stok mikronutrien. b. Pembuatan stok zat besi Pembuatan stok zat besi 200 ml (40 kali konsentrasi) dilakukan dengan menimbang 1.492 mg Na 2 EDTA dan 1.112 mg FeSO 4.7H 2 O. Kemudian kedua bahan tersebut dilarutkan ke dalam 75 ml akuades secara terpisah. Langkah selanjutnya larutan FeSO 4.7H 2 O dipanaskan sampai hampir mendidih, kemudian larutan Na 2 EDTA dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan magnetic stirer. Kedua larutan akan tercampur, bening dan berwarna kuning. Larutan dibiarkan dingin pada suhu kamar, kemudian ditambahkan akuades

36 sampai volume 200 ml. Stok diberi label ZAT BESI MS 40X, 5 ml/l. Kemudian stok disimpan di dalam kulkas, untuk membuat 1 liter medium MS diperlukan 5 ml larutan stok zat besi. c. Pembuatan stok vitamin Pembuatan stok vitamin 200 ml (50 kali konsentrasi) dilakukan dengan menimbang bahan yang diperlukan untuk stok vitamin (lampiran 1). Kemudian satu persatu bahan dilarutkan ke dalam erlenmeyer yang berisi akuades steril 150 ml. Setelah itu ditambahkan akuades steril sampai volume 200 ml dan dimasukkan ke dalam botol, ditutup dengan aluminium foil, diberi label VITAMIN MS 50X, 4 ml/l. Selanjutnya stok vitamin disimpan ke dalam kulkas, untuk membuat 1 liter medium MS diperlukan 4 ml stok vitamin. d. Pembuatan stok zat pengatur tumbuh Stok auksin (IAA, NAA, 2,4-D, dan IBA) 100 ppm dalam 100 ml. Pembuatan stok IAA dilakukan dengan menimbang auksin (IAA, NAA, 2,4-D, dan IBA) masing-masing 10 mg, kemudian bahan tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Auksin dapat dilarutkan dengan meneteskan beberapa tetes larutan KOH 1 N dengan hati-hati kemudian dipanaskan sampai larut (jernih), sambil diaduk. Kemudian ditambahkan akuades 50 ml untuk mempercepat proses kelarutan. Setelah larut semua, dipindahkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam botol, ditutup dengan aluminium foil dan diberi label IAA 100 ppm, NAA 100 ppm, 2,4-D 100 ppm, dan IBA 100 ppm. Selanjutnya larutan stok tersebut disimpan ke dalam kulkas.

37 Stok BA (100 ppm) Pembuatan stok BA 100 ppm dilakukan dengan menimbang BA 10 mg dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. BA dapat dilarutkan dengan meneteskan beberapa tetes HCl 1N sambil diaduk dan ditambahkan 20 ml akuades sampai jernih. Setelah itu ditambahkan akuades sampai 100 ml dan dimasukkan ke dalam botol. Selanjutnya mulut botol ditutup dengan aluminium foil dan diberi label BA 100 ppm (100 ml) serta disimpan ke dalam kulkas. e. Pembuatan stok glutamin Stok glutamin dibuat untuk 5 liter media cair. Glutamin yang dibutuhkan adalah 500 mg/l media cair. Sebanyak 2,5 gram glutamin dilarutkan dalam 200 ml akuades dengan menggunakan stirer. Setelah larut, stok tersebut disterilkan dengan menggunakan milipore filter dan dilakukan dalam keadaan steril di laminar air flow. Alat yang dibutuhkan disemprot menggunakan alkohol 70% kemudian dimasukkan ke dalam LAF. Lampu UV dinyalakan selama 15 menit. Setelah itu lampu UV dimatikan sedangkan lampu neon dan blower dinyalakan. Larutan glutamin diambil menggunakan syringe kemudian disaring menggunakan milipore filter yang diletakkan di atas botol steril. Syringe ditekan sehingga larutan dapat lolos filter, larutan yang terkumpul di botol steril merupakan glutamin yang sudah steril. Mulut botol dilewatkan pada api bunsen dan ditutup. Setelah itu botol diberi label glutamin 4 ml/100 ml media. 2. Pembuatan Media 2.1 Media MS padat

38 Pembuatan media MS padat dilakukan dengan menyiapkan erlenmeyer 1000 ml yang berisi 500 ml akuades. Kemudian setiap komponen bahan kimia penyusun makronutien ditimbang dan dilarutkan satu per satu. Kemudian dimasukkan 5 ml larutan stok zat besi, 1 ml mikronutrien, dan 4 ml larutan stok vitamin. Setelah itu zat pengatur tumbuh dimasukkan sesuai kebutuhan. Selanjutnya 100 mg myo-inositolditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian dilarutkan. Setelah itu 30 gram sukrosa ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian dilarutkan. Langkah selanjutnya ph larutan diukur dengan kertas ph (ph yang diharapkan adalah 5,6-5,8). Apabila terlalu asam dapat ditambahkan KOH dan bila terlalu basa dapat ditambahkan HCl. Kemudian ditambahkan akuades sampai 100 ml. Selanjutnya 8 gram agar-agar ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian dipanaskan (sambil diaduk) sampai agar-agar larut. Setelah itu dimasukkan ke dalam botol kultur (keadaan media masih cair) sekitar 15 ml/botol. Kemudian mulut botol ditutup dengan aluminium foil dan diberi label. Selanjutnya media disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 o C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah selesai media dikeluarkan dari autoklaf apabila tekanan pada autoklaf menunjukkan angka 0. Selanjutnya media yang sudah steril disimpan dalam ruang penyimpanan. 2.2 Media MS cair Komposisi dan cara pembuatan media MS cair hampir sama dengan media MS padat hanya saja media MS cair tidak memerlukan agar-agar. Pada media MS cair kadar sukrosa ditingkatkan sampai 6% dan ditambahkan glutamin 500 mg/l. Media cair dituangkan di atas media padat sebanyak 5 ml tiap botol.

39 3. Penyiapan eksplan Eksplan yang akan diambil berupa antera bunga cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada bunga yang masih kuncup. Kultur antera cabai paling baik dilakukan pada saat perkembangan mikrospora pada tahap uninukleat akhir yaitu saat antera berwarna hijau kekuningan dengan warna ungu pada bagian ujungnya yang terdapat pada kuncup bunga saat daun mahkotanya sedikit lebih panjang dari daun kelopaknya. Kuncup bungan diambil kemudian dibungkus dengan tissue yang telah dibasahi dengan air. Kemudian kuncup bunga diberi pra perlakuan dengan meletakkan kuncup ke dalam kulkas pada suhu 4 o C selama satu hari. 3.5.2 Sterilisasi Alat dan Media Alat-alat dissecting-set (skalpel dan pinset) dan glass-ware (erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, cawan petri) yang akan digunakan untuk kultur antera, setelah dicuci bersih dengan sabun cuci dan dibilas dengan air kran kemudian dikeringkan. Bagian mulut gelas ukur, gelas beker, botol kultur kosong ditutup dengan aluminium foil. Skalpel, pinset, dan cawan petri dibungkus dengan kertas payung. Botol-botol kultur yang telah berisi media ditutup dengan aluminium foil kemudian disterilisasi di dalam autoklaf dengan suhu 121 o C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Teknik pelaksanaan sterilisasi menggunakan autoklaf adalah mengisi autoklaf dengan akuades sampai dasar autoklaf terendam air. Alat yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam keranjang besi dan selanjutnya dimasukkan ke dalam autoklaf. Kemudian menutup rapat pintu autoklaf. Setelah itu suhu, waktu, dan tekanan diatur kemudian autoklaf dinyalakan. Setelah proses sterilisasi selesai

40 dan tekanan autoklaf menunjukkan angka nol, pintu autoklaf dibuka dan kemudian alat dan media yang telah disterilisasi dikeluarkan dari autoklaf dan disimpan pada ruangan yang telah ditentukan. 3.5.3 Penanaman Eksplan AnteraCapsicum frutescensl. Proses penanaman eksplan dilakukan secara aseptis di dalam Laminar Air Flow (LAF). Sebelum LAF digunakan, permukaan LAF disterilkan dengan cara membersihkan seluruh permukaan LAF dengan tissue yang telah dibasahi dengan alkohol 70%. Seluruh alat dan bahan yang akan digunakan untuk menanam eksplan pada media kultur dimasukkan ke dalam LAF yang sebelumnya telah disemprot dengan alkohol 70%. Alat dan bahan tersebut meliputi botol kultur berisi media kultur, pinset, skalpel, mata pisau, gunting, cawan petri, dan gelas ukur dalam keadaan steril, gelas beaker, labu erlenmeyer berisi akuades steril, botol berisi alkohol 70%, botol berisi clorox, bunsen berisi spiritus, dan korek api. Selanjutnya lampu ultra violet (UV) dinyalakan selama 15-20 menit, setelah itu lampu UV dimatikan, lampu TL dan blower dinyalakan. Eksplan kuncup bunga dipanen kemudian dibungkus dengan tissue basah dan diberi pra perlakuan dengan diletakkan di kulkas pada suhu 4 o C selama satu hari. Setelah itu kuncup bungan dicuci dengan deterjen dan disterilkan di dalam LAF. Sterilisasi dilakukan dengan merendam kuncup dalam larutan bayclin selama 10 menit kemudian dibilas tiga kali dengan akuades steril. Stamen dari kuncup bunga yang sudah steril diambil dengan menggunakan pinset dan skalpel. Bagian dasar bunga dipotong menggunakan skalpel kemudian kelopak dan mahkota bunga dibuang sehingga antera dapat diambil menggunakan

41 pinset kultur. Sebanyak 10 antera (berasal dari 2 kuncup bunga) dimasukkan ke dalam tiap botol kultur yang telah berisi media padat. Setelah itu ditambahkan 5 ml media cair sesuai perlakuan yang diharapkan. Kemudian mulut botol dilewatkan pada bunsen dan ditutup kembali dengan aluminium foil dan disegel menggunakan seal. Botol kultur disimpan dalam ruang inkubasi dengan penyinaran lampu TL selama 10 minggu. 3.6 Pengumpulan Data Pada penelitian ini terdapat beberapa pengumpulan data, diantaranya: 1. Pengamatan persentase antera yang pecah. Menentukan persentase antera yang pecah (terjadi sobekan pada dinding antera) pada tiap perlakuan. Pengamatan ini dicatat setiap minggu. jumlah antera yang pecah % antera yang pecah= jumlah antera keseluruhan 100% 2. Pengamatan persentase antera yang membesar Menentukan persentase antera yang ukurannya membesar dibandingkan dengan sebelum dikultur pada tiap perlakuan. Pengamatan ini dilakukan pada minggu terakhir pengamatan yaitu minggu kesepuluh. jumlah antera yang membesar % antera yang membesar= jumlah antera keseluruhan 100% 3.7 Analisis Data Data yang diperoleh pada tiap perlakuan dianalisis menggunakan program SPSS 17.0 (Statistical Package for Social Science). Pertama kali, dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi

42 (α) 0,05. Uji normalitas ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Nilai p yang didapatkan <0,05, artinya data tidak berdistribusi normal. Adanya variansi 0 akibat data yang sama menyebabkan data tidak homogen. Karena data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen maka tidak dapat dilakukan uji ANOVA dan harus dilakukan uji nonparametrik. Uji nonparametrik yang dilakukan adalah Uji Kruskal-Wallis. Jika signifikansi yang diperoleh <0,05 maka dilakukan uji lanjutan dengan Uji Mann-Whitney. Dengan Uji Mann-Whitney akan didapatkan signifikansi antar 2 kelompok perlakuan. Dari hasil tersebut dibuat tabel signifikansi antar perlakuan (lampiran 4). Subset yang diberikan dibelakang angka rerata disusun berdasarkan tabel signifikansi antar perlakuan. Perlakuan yang optimum adalah perlakuan yang memiliki persentase pecahnya antera paling besar dan persentase antera membesar paling tinggi.