Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

Anang Kadarsah ABSTRACT

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No.

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

Zulkaidhah 1), Abdul Hapid 1) dan Ariyanti 1) Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Palu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN KEGIATAN BIO301 STUDI LAPANGAN. Judul: Keragaman Cacing Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat

Lampiran 1 Kunci identifikasi rayap kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus (Haviland) (Ahmad 1965)

KOMPOSISI RAYAP DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT DI KANAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

IDENTIFIKASI RAYAP YANG MENYERANG TUMBUHAN PADA ZONA PEMANFAATAN YANG BERBEDA DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

KOMPOSISI RAYAP (O: ISOPTERA) PADA EKOSISTEM HUTAN PINUS DAN DAMAR ( m dpl) DI LERENG SELATAN GUNUNG SLAMET

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

Keanekaragaman Insekta Tanah Pada Berbagai Tipe Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Dan Hubungannya dengan Peubah Lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

KEANEKARAGAMAN SPESIES RAYAP PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET MILIK RAKYAT DI JAMBI TRI UTAMI NINGSIH

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

RAYAP KAYU (ISOPTERA) PADA RUMAH-RUMAH ADAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

Transkripsi:

JURNAL 92 Noor SILVIKULTUR Farikhah Haneda TROPIKA et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 02 Agustus 2012, Hal. 92 96 ISSN: 2086-8227 Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi Termite Biodiversity in Gunung Walat Education Forest, Sukabumi Noor Farikhah Haneda 1 dan Andri Firmansyah 1 1 Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB ABSTRACT Termites are social insects that are polimorfis that live in a colonial. It has a caste system. Each caste has different body morphology. The warrior caste has the typical form of mandible. Termites can be identified by observing the size of head as well as the mandibel of the warrior caste. This research aims to know the diversity of termites in Mount Walat Education forest, Sukabumi, West Java. Termites were found preserved in film canisters containing alcohol 70%. Based on research results from five locations namely termites at the stands of agathis, pine, puspa, agroforestri and around the mess (Inn). Schedorhinotermes is a genus of the family Rhinotermitidae members most often encountered, from twenty-six instances gained thirteen of which were species of termites from members of the genus Schedorhinotermes. Thirteen other termites example i.e. genus Macrotermes, Odontotermes, with a total of six and five respectively while the genus Pericapritermes and Nasutitermes respectively amounted to a single instance. Keywords: Mount Walat Education Forest, warrior caste, termites, Schedorhinotermes. Latar Belakang PENDAHULUAN Rayap adalah serangga sosial pemakan selulosa dan temasuk kedalam ordo Blatodea. Serangga ini diperkirakan telah menghuni bumi sekitar 220 juta tahun yang lalu atau 100 juta tahun sebelum serangga sosial lainnya menghuni bumi (Nandika et al. 2003). Rayap memiliki keragaman spesies yang cukup tinggi, tercatat 2500 spesies telah berhasil diidentifikasi. Spesies tersebut terbagi ke dalam tujuh famili, 15 subfamili, dan 200 genus yang tersebar di berbagai negara di dunia (Nandika et al. 2003). Rayap mudah dijumpai di dataran rendah tropik. Hal ini dikarenakan penyebaran dan aktivitas rayap sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan curah hujan. Namun demikian, beberapa genus rayap dapat hidup di daerah-daerah dingin seperti Archotermopsis yang hidup di Puncak Pegunungan Himalaya pada ketinggian 3000 m. Di Indonesia ditemukan 200 spesies rayap yang terdiri dari 3 famili yaitu Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan Termitidae. Rayap banyak memberikan manfaat bagi ekosistem bumi, sebagai makrofauna tanah rayap memiliki peran dalam pembuatan lorong-lorong di dalam tanah dan mengakibatkan tanah menjadi gembur sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman (Sigit & Hadi 2006). Rayap memiliki peran dalam membantu manusia sebagai dekomposer dengan cara menghancurkan kayu atau bahan organik lainnya dan mengembalikan sebagai hara ke dalam tanah (Nandika et al. 2003). Sebagian masyarakat beranggapan bahwa rayap merupakan serangga perusak. Hal tersebut tidak terlepas dari berbagai kegiatan rayap yang menimbulkan kerusakan pada tanaman dan kerusakan pada bangunan yang terbuat dari kayu sehingga merugikan dari sisi ekonomi. Rayap bersifat polimorfis yaitu terdapat sistem kasta yang terdiri dari kasta reproduksi, pekerja dan prajurit. Ketiga kasta ini memiliki ciri tubuh yang khas. Rayap dapat diidentifikasi dengan mengamati ukuran kepala serta mandibel dari kasta prajurit (Nandika et al. 2003). Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang luasnya mencapai 359 Ha dan memiliki berbagai spesies tegakan pohon diantaranya pohon agathis, pinus dan puspa namun belum memiliki data mengenai keragaman rayap, sehingga penelitian mengenai keanekaragaman rayap perlu dilakukan untuk melengkapi data fauna di HPGW. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman rayap di wilayah HPGW Sukabumi Jawa Barat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keranekaragaman spesies rayap di wilayah HPGW. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012. Pengambilan contoh dilakukan di HPGW Sukabumi, Jawa Barat. Pengukuran spesimen, analisis data dan pengambilan foto dilakukan di Laboratorium Teknologi Pemanfaatan Mutu Kayu (TPMK) Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Vol. 03 Agustus 2012 Keanekaragaman Rayap Tanah 93 Alat dan Bahan Objek penelitian yaitu rayap dari kasta prajurit. Bahan yang digunakan alkohol 70%. Alat yang digunakan pinset, botol film, plastik, Global Positioning Sistem (GPS), cawan Petri, dan National DC2-456 Digital Microscope. Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh rayap menggunakan metode purposive sampling dengan parameter yang digunakan adalah rayap pada permukaan tanah yang tertutup oleh serasah dan pohon-pohon yang telah rebah pada tegakan agathis, puspa, pinus, agroforestri dan mess (penginapan). Pencarian rayap dilakukan dengan cara berjalan kaki di wilayah penelitian dan pembuatan lubang pada tanah dengan kedalaman 10 cm dan pencarian pada pohon-pohon yang telah rebah yang diduga terdapat rayap. Contoh rayap yang diambil merupakan rayap yang berkasta prajurit. Rayap kasta prajurit diawetkan dan dimasukan ke dalam tabung film yang sebelumnya telah diberi alkohol 70%. Tiap tabung film diberi label nomor dan lokasi ditemukan. Identifikasi rayap Pengambilan foto rayap dan pengukuran tubuh rayap menggunakan National DC2-456 Digital Microscope dengan perbesaran 10x dan 30x. Identifikasi dilakukan secara deskriptif dengan mengamati karakter tubuh rayap diantaranya ukuran badan, bentuk mandibel, ukuran kepala dan jumlah segmen antena. Prosedur identifikasi rayap adalah rayap difoto secara utuh kemudian dilakukan pengukuran panjang total tubuh rayap. Tubuh rayap yang utuh kemudian dipotong pada bagian kepala. Pengambilan foto diulang kembali pada bagian kepala dan selanjutnya dilakukan pengukuran kepala rayap dari mandibel sampai pangkal kepala. Identifikasi pada penelitian ini berdasarkan kunci identifikasi oleh Tho (1992) dan Ahmad (1958). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima lokasi yaitu tegakan pinus, puspa, agathis, agroforestri dan disekitar mess (Tabel 1). Tabel 1 Sebaran famili, genus, spesies rayap berdasarkan lokasi di HPGW. No Lokasi Contoh Famili Genus Spesies 1 Agathis 7 2 3 6 2 Puspa 4 1 3 4 3 Pinus 10 2 3 6 4 Agro 1 1 1 1 5 Mess 4 1 2 4 Berdasarkan hasil identifikasi dua puluh enam contoh rayap maka diperoleh delapan belas spesies, lima genus yang dikelompokan ke dalam dua famili (Tabel 2). Tabel 2 Famili dan genus rayap Famili Rhinotermitidae Termitidae Genus - Schedorhinotermes - Macrotermes - Nasutiermes - Odontotermes - Procapritermes Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan spesies lainnya seperti sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa) dan akasia (Acacia mangium). Penelitian ini hanya mengeksplorasi lima lokasi yaitu damar (A. lorantifolia), pinus (P. merkusii), puspa (S. wallichii), agroforestri dan disekitar mess (penginapan). Kelima genus tersebut menyebar secara merata di lima lokasi tersebut. Lima genus yang diperoleh dari dua puluh enam contoh yaitu Macrotermes sp., Nasutitermes sp., Odontotermes sp., Pericapritermes sp. dan Schedorhinotermes sp. Hasil Identifikasi rayap pada tegakan agathis diperoleh enam spesies yaitu Macrotermes sp1., S. medioobscurus, Schedorhinotermes sp1., S. tarakensis, Schedorhinotermes sp1. (major), dan Pericapritermes. Agroforestri terdapat satu species yaitu ditemukan spesies Odontotermes sp1. Tegakan pinus terdapat sepuluh contoh dimana setelah dilakukan identifikasi diperoleh enam spesies yaitu Schedorhinotermes sp2. S. longirositis, S. medioobscurus, Macrotermes sp3., S. tarakensis dan Odontotermes sp2. Tegakan puspa diperoleh empat contoh rayap dan setelah dilakukan identifikasi diperoleh empat spesies rayap diantaranya N. javanicus, M. gilvus, Odontotermes sp4. dan Odonrotermes sp5. Di sekitar mess dilakukan pengambilan contoh dan setelah dilakukan identifikasi diperoleh empat contoh rayap yaitu M. gilvus, Macrotermes sp2., M. gilvus (major), Odontotermes sp2. Secara keseluruhan terdapat delapan belas spesies rayap dari dua puluh enam contoh yang berhasil diperoleh berdasarkan lima lokasi pengamatan di HPGW. Secara lengkap disajikan pada Tabel 3. Schedorhinotermes merupakan genus dari anggota famili Rhinotermitidae yang paling sering dijumpai, pada dua puluh enam contoh yang ditemukan, tiga belas diantaranya merupakan spesies rayap dari anggota genus Schedorhinotermes. Hal ini dikarenakan ordo Schedorhinotermes memilki daya jelajah yang luas. Rismayadi (1999) melaporkan bahwa luas wilayah jelajah koloni rayap tanah S. javanicus di sekitar Gedung Rektorat IPB memiliki daya jelajah mencapai 295 m. Menurut Krisna dan Weesner (1970) dalam Rismayadi (1999) menyatakan bahwa rayap

94 Noor Farikhah Haneda et al. J. Silvikultur Tropika S. javanicus mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah pulau Jawa terutama pada ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut sementara kondisi lingkungan HPGW terletak pada ketinggian 460 715 m dpl. Tabel 3 Spesies-spesies rayap yang dapat ditemukan diberbagai lokasi yang berbeda. NO Contoh Rayap 1 Agathis 1 Macrotermes sp1 Agathis 2 S. medioobscurus Agathis 3 Schedorhinoterme sp1 Agathis 4 S. tarakensis Agathis 5 S. tarakensis Agathis 6 Schedorhinotermes sp 1(major) Agathis 7 Pericapritermes mohri 2 Agroforestri Odontotermes sp1. 3 Mess 1 M. gilvus Mess 2 Macrotermes sp2 Mess 3 M. gilvus (major) Mess 4 Odontotermes sp 2. 4 Pinus 1 S. longirositis Pinus 2 S. medioobscurus Pinus 3 S. medioobscurus Pinus 4 Macrotermes sp3 Pinus 5 S. tarakensis Pinus 6 S. medioobscurus Pinus 7 Odontotermes sp 3 Pinus 8 Schedorhinotermes sp2 Pinus 9 S. medioobscurs Pinus 10 S. longirositis 5 Puspa 1 N. javanicus Puspa 2 M. gilvus Puspa 3 Odontotermes sp 4. Puspa 4 Odontotermes sp 5 Daya jelajah merupakan salah satu bagian dari prilaku rayap untuk mencari sumber makanannya (Nandika et al. 2003). Wilayah jelajah adalah daerah yang selalu dikunjungi oleh suatu organisme secara tetap untuk aktivitas hidupnya baik mencari makan, istirahat, reproduksi dan berlindung (Moen 1973) dalam Rismayadi (1999). Daya jelajah suatu organisme dipengaruhi oleh kualitas habitatnya. Apabila suatu organisme memiliki habitat wilayah yang baik maka wilayah jelajahnya cenderung sempit. Namun apabila kualitas habitat dari suatu organisme itu rendah maka organisme tersebut cenderung memperluas wilayah jelajahnya (Rismayandi 1999). Daya jelajah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ketersediaan makanan, variasi iklim mikro, kondisi fisik habitat, resiko perjumpaan dengan predator. Schedorhintermes merupakan spesies rayap tingkat rendah dan bila dikelompokan dalam spesies makananya genus ini dimasukan ke dalam kelompok I yaitu kelompok spesies rayap tingkat rendah yang memakan material pohon mati, sehingga tidak salah bila rayap spesies ini mudah untuk ditemukan (Faszly et al. 2005). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa genus Macrotermes cukup tesebar secara merata. Genus Macrotermes ditemukan pada empat lokasi dari lima lokasi penelitian yaitu pada lokasi agathis, puspa, pinus dan sekitaran mess. Subekti et al. (2008) melaporkan bahwa genus Macrotermes memiliki sebaran yang luas, hal ini dapat dilihat dari data yang menyebutkan bahwa genus Macrotermes ditemukan pada empat tempat yang berbeda dengan ketinggian yang beragam yaitu Taman Nasional Gunung Halimun Salak dengan ketinggian 600 700 m dpl dan 900 1000 m dpl, Cagar Alam Yanlappa Bogor dengan ketinggian 200 300 dan Taman Nasional Ujung Kulon dengan ketinggian 0 100 m dpl. Kondisi ini menunjukan bahwa genus Macrotermes memiliki kemampuan yang baik dalam beradaptasi. Beberapa spesies rayap pada sub famili Macrotermitidae diantarnya genus Odontotermes dan genus Macrotermes menunjukan kesukaannya terhadap jamur. Menurut Nandika et al. (2003) ini terlihat pada bagian sarang Macrotermes banyak dijumpai kebun jamur sebagai sumber makanannya. Menurut Food and Agriculture Organitation (2000) melaporkan bahwa jamur merupakan faktor penting dalam rantai makanan bagi rayap Macrotermes dan Odontotermes. Jamur berperan dalam menjaga iklim mikro yang konstan dalam sarang rayap. Jamur Termitomycetes ini dimakan oleh koloni yang masih muda untuk membantu dalam mencerna selulosa. Famili Termitidae merupakan spesies rayap tingkat tinggi, mayoritas anggota dari rayap famili Termitidae bila dibedakan dari jenis makanannya merupakan rayap grup II yaitu anggota rayap famili Termitidae memakan kayu, rumput dan termasuk lumut. Namun, tidak semua dari anggota famili Termitidae merupakan anggota dari grup II. Salah satunya genus Pericapritermes. genus ini termasuk ke dalam grup III yaitu, rayap anggota famili Termitidae pemakan tanah dengan kandungan organik tinggi (Faszly et al. 2005). Kondisi ini menyebabkan rayap genus Pericapritermes sulit untuk ditemukan Hal ini diduga karena rayap ini memiliki habitat yang spesifik. Pada penelitian ini genus Pericapritermes hanya terdapat satu contoh dan hanya ditemukan pada tegakan agathis. Genus Nasutitermes merupakan genus yang paling sedikit ditemukan. Dalam penelitian ini genus Nasutitermes terdapat pada tegakan puspa. Menurut Food and Agriculture Organitation (2000) melaporkan bahwa rayap ini dapat hidup di dalam semua habitat hanya saja yang menjadi faktor pembatas dalam distribusinya adalah makanan. Sumber makanan rayap ini mulai dari kayu, lumut dan humus yang berasal dari daun. Keberadaan lumut pada tegakan puspa diduga karena habitat pohon puspa yang memiliki kanopi yang luas menyebabkan kelembaban meningkat dan intensitas matahari rendah sehingga kondisi dibawah kanopi menjadi relatif basah dan lembab (suhu rendah) (Setyawan 2000), kondisi ini menyebabkan lumut dapat tumbuh optimal, dengan tersedianya cukup makanan maka rayap dapat berkembang biak. Dari kelima genus yang berhasil ditemukan hanya dua genus yang berpotensi sebagai hama yaitu Macrotermes dan Odontotermes. Nandika (2003) melaporkan bahwa serangan Macrotermes pada tegakan kayu putih tahun 1976 di Tasikmalaya menyababkan kematian sebesar 91%. Santoso melaporkan (1995) melaporkan bahwa terjadi kerusakan tanaman Shorea spp. di RPH Jasinga yang disebabkan oleh rayap M. gilvus. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan M. gilvus

Vol. 03 Agustus 2012 Keanekaragaman Rayap Tanah 95 mulai dari ringan hingga berat. M. gilvus menimbulkan kerusakan berat pada akar tanaman Shorea pinanga dan menimbulkan kerusakan berat pada batang S. stenoptera. Odontotermes menyerang tegakan kayu putih di Gunung Kidul sebesar 87,07%. Identifikasi Spesies Rayap yang tersebar di HPGW Contoh rayap yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan identifikasi dengan menggunakan mikroskop dan buku kunci identifikasi spesies rayap berdasarkan Ahmad (1958) dan Tho (1992). Hasil untuk identifikasi rayap di HPGW disajikan pada Tabel 3. Tabel 4 Hasil Identifikasi rayap di HPGW. No Rayap yang ditemukan Deskripsi berdasarkan kunci determinasi 1A Macrotermes Spesies-spesies rayap dengan ukuran besar, dimorfis (mempunyai dua ukuran). Panjang tubuh rayap dengan mandibel 8 15 mm 1B M. gilvus (major) Warna kepala coklat merah. mandible 4,8 5,48 mm. mandible 3,4 3,65 mm. Lebar kepala 2,88 3.17 mm. Ruas antena 17 segmen. 1C Macrotermes gilvus mandibel 3.07 3.43 mm. mandible 1.84-2.29 mm. Lebar kepala 1.52-1.92 mm. 2A Pericapritermes Bentuk mandible sangat tidak simetris, dengan mandible kiri melengkung ditengah seperti kait. 2B P. mohri mandible 3,36 3,65 mm. madible 1,84 2, 18 mm. Lebar kepala 1,16 1,23 mm.. 3A Odontotermes Spesies-spesies ukuran sedang panjang tubuh 2,17 mm. 3B Odontotermes sp. mandible 2,89 mm. mandible 2,55 mm. Lebar kepala 1,58 mm. 4A Schedorhiotermes Kepala berwarna kuning muda, panjang kepala dengan mandible 1,8 mm, lebar 1,33 mm dan 16 segmen antena. 4B 4C S. longirostris (major) S. longirostris Kepala berwarna kuning muda, panjang kepala dengan mandible 1,98 mm. Panjang kepala tanpa mandible 1.44 1,54 mm. Lebar kepala 1.38 1.44 mm. 16 segmen antena. mandible 1,33 1,40 mm. mandible 0,84 1,04 mm. Lebar kepala 0,72 0,80 mm. No 4D 4E Rayap yang ditemukan S. medioobscuru S. tarakensis Deskripsi berdasarkan kunci determinasi mandible 1,22 1,35 mm. mandible 0,78 0,83 mm. Ruas antena 16 segment. mandible 1,17 1,18 mm. mandibel 0,65 0,72. 5A Nasutitermes Mandible prajurit sangat kecil dan nyaris tidak terlihat dahi (frons) menonjol ke depan berbentuk alat penusuk (nasus) Prajurit berbentuk kerucut, bagian pangkal menebal dan agak lengkung. Anggota koloni berwarna gelap, coklat tua sampai hitam. 5B Kesimpulan Nasutitermes javanicus Jumlah antena 12 13 segmen. nasus 1,23mm. Lebar kepala 0,72 mm. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ditemukan dua famili rayap yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae. Genus yang berhasil ditemukan pada famili Rhinotermitidae diantaranya Macrotermes, Nasutitermes, Odontotermes dan Pericapritermes. Famili Termtidae hanya satu genus yang dapat ditemukan yaitu Schedorhinotermes. Genus Macrotermes dan Odontotermes merupakan genus yang paling banyak ditemukan dan memiliki sebaran yang luas dihampir semua lokasi. Pericapritermes dan Nasuitermes adalah genus yang paling sedikit ditemukan hanya berada di satu lokasi. DAFTAR PUSTAKA Ahmad M. 1958. Key to the Indomalayan Termites Biologi Volume 4. Departement of Zoology University of the Punjab Lahore. Borror DJ, Thriphelehorn CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan Serangga Edisi 6. Yogyakarta: UGM Press. FAO. 2000. Termitte Biology and Management Workshop. Geneva: Food and Agriculture Organization. Faszly R, Idris AB and Sajap AS. 2005. Termites (Insecta: Isoptera) Assemblages from Sungai Bebar Peat Swamp Forest, Pahang. Biodeversity Expedition Sungai Bebar, Pekan, Pahang. (4): 137 140.

96 Noor Farikhah Haneda et al. J. Silvikultur Tropika Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta: Muhamadiyah University Press. Prasetyo WK, Yusuf S. 2007. Mencegah dan Membasmi rayap secara Ramah Lingkungan. Jakarta: PT Agro Media Pustaka. Rismayadi Y. 1999. Penelahaan Daya Jelajah dan Ukuran Populasi Koloni Rayap Tanah Schedorhinotermes javanicus Kemmer (Isoptera: Rhinotermitidae) serta Microtermes inspiratus Kemmer (Isoptera:Termitidae) [Tesis]. Jurusan Teknologi Hasil Hutan IPB Bogor. Rismayadi Y. 2007. Ekologi Rayap. Bogor. Santosa I. 1995. Inventarisasi dan deskripsi serangga perusak tanaman muda Shorea spp. di RPH Jasinga, BKPH Jasinga, KPH Bogor [skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor Setyawan DA. 2000. Tumbuhan Efipit pada Tegakan Pohon Schima Wallichii (D.C.) Khorth. Di Gunung Lawu [Skripsi]. Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNS Surakarta. Sigit SH. Hadi UK. 2006. Hama Pemukiman Indonesia. Bogor. Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Subekti N, Duryadi D, Nandika D, Surjokusumo S dan Anwar S. 2008. Sebaran dan Karakter Morfologi Rayap Tanah Macrotermes givus Hagen di Habitat Hutan Alam. Jurnal dan Teknologi Hasil Hutan. (1): 27 33. Tho YP. 1992. Termites of Peninsular Malaysia. Kualalumpur: Forest Research Institute Malaysia.