BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

STANDAR.OPERASIONAL.PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

R I N G K A S A N. setiap perkara perdata yang diajukan kepadanya dan Hakim berkewajiban membantu

E K S E K U S I (P E R D A T A)

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT. No AKTIVITAS PROSEDUR WAKTU

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA Muhammad Ilyas,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

ALUR PENDAFTARAN GUGATAN PERMOHONAN DI PENGADILAN NEGERI

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 DENGAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 PADA PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

BAB IV PENUTUP. Perselisihan Hubungan Industrial yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap

KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG ARBITER DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

E K S E K U S I Bagian II Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

BAB IV PENUTUP. (perkara Nomor: 305/Pdt.G/BANI/ 2014/PNJkt.Utr) adalah sebagai berikut:

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran N

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG

BERPIKIR MENURUT HUKUM TERHADAP PRINSIP NON EKSEKUTABEL JIKA OBYEK EKSEKUSI TELAH BERPINDAH TANGAN Oleh: H. Syamsul Anwar.*

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

Bahan Ajar Mata Kuliah PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

A. Proses Mediasi dalam Pembatalan Pekawinan di Pengadilan Agama Lamongan (Studi Kasus Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg)

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

V. STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP ) KEPANITERAAN PERDATA

Nomor SK W23-A5/ /OT.01.3/ I /2017 Nomor SOP. SOP EKSEKUSI RIIL, PENGOSONGAN DAN PEMBONGKARAN Dasar Hukum : Kualifikasi Pelaksana :

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

TINJAUAN MATA KULIAH...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGAN ALUR PROSEDUR PENDAFTARAN PERKARA GUGATAN

BAB III PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN. Bangkalan pertama kali berdiri bertempat dengan bergabung di Kantor

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN

SOP EKSEKUSI LELANG. 1. S-1 Sederajat 2. memahami pola bindalmin 3. menguasai hukum acara 4. menguasai Siadpa Plus. Panitera / Jurusita Ketua Kantor

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Melawan

P U T U S A N Nomor 1342/Pdt.G/2015/PA. Pas

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

SALINAN PUTUSAN Nomor : 17/Pdt.G/2012/PA.NTN. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

BAB V P E N U T U P. forum penyelesaian sengketa yang pada awalnya diharapkan dapat menjadi solusi

PEDOMAN PELAKSANAAN MEDIASI PADA PENGADILAN AGAMA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA KALIMANTAN BARAT MENURUT PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1

PENGADILAN NEGERI PADANG Jl. Rasuna Said No 81 Padang REVIU INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN NEGERI KLAS IA PADANG

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Eksekusi adalah pelaksanaan isi putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap dengan cara paksa dan pelaksanaannya tidak boleh menyimpang dari isi putusan. Pengadilan Agama Talu dapat melakukan eksekusi sendiri terhadap putusannya salah satunya adalah putusan pembagian harta bersama. Jika pihak yang dikalahkan atau pihak yang menguasai objek perkara tidak mau melaksanakan putusan maka pihak yang menang atau pihak yang tidak menguasai objek perkara dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Agama Talu. Atas dasar pemohonan itu, Ketua Pengadilan Agama menerbitkan penetapan untuk aanmaning yang isinya perintah kepada jurusita supaya memanggil tereksekusi untuk hadir pada sidang aanmaning. Di dalam sidang aanmaning, Ketua Pengadilan menyampaikan peringatan supaya dalam tempo 8 (delapan) hari dari hari setelah peringatan, Termohon eksekusi untuk melaksanakan isi putusan. Jika dalam masa tempo 8 (delapan) hari tersebut, Pemohon eksekusi melaporkan bahwa Termohon eksekusi belum melaksanakan isi putusan, Ketua Pengadilan Agama talu menerbitkan penetapan perintah eksekusi. Atas dasar itu, apabila dalam putusan tidak dinyatakan sita sah dan berharga, maka panitera atas perintah ketua pengadilan melakukan sita eksekusi yang bertujuan untuk memperoleh 112

informasi akhir tentang hal ihwal objek perkara yang akan dieksekusi. Eksekusi yang diterapkan di Pengadilan Agama Talu adalah eksekusi riil dan apabila tidak dapat dilakukan, maka terhadap objek perkara akan dijual lelang melalui Kantor Lelang Negara dan hasilnya dibagi-bagi kepada para pihak sesuai amar putusan. 2. Mediasi yang diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan adalah bersifat mandatory (wajib) sedangkan mediasi dalam proses eksekusi adalah bersifat voluntary (sesuai dengan permintaan) meskipun aturannya tidak diatur dalam Perma tersebut, namun pelaksanaannya saat proses eksekusi putusan hakim tentang pembagian harta bersama Nomor 0130/Pdt.G/2013/PA Talu menggunakan aturan hukum yang diatur dalam Perma Nomor 1 Tahun 2008. Jika dikaji secara filosofi, tidak ada kerugian apabila mediasi terhadap permohonan eksekusi dilakukan karena pada dasarnya mediasi merupakan metode yang dianggap akan menyelesaikan sengketa antara para pihak dengan hasil winwin solution. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan dalam proses mediasi ini karena hasil damai mediasi yang didapat murni dari kesepakatan para pihak. Mediator hanya sebagai penengah yang bersikap netral dengan memberi saran yang dapat dijadikan solusi oleh para pihak. Proses mediasi yang dilakukan sama dengan proses mediasi yang dilakukan saat perkara masih dalam tahap pemeriksaan sebelum diputus yaitu melalui tahap awal mediasi, tahap pelaksanaan mediasi dan tahap akhir mediasi. Hasil mediasi 113

ini telah dijalankan oleh kedua belah pihak dengan penyerahan harta yang telah disepakati. 3. Hasil kesepakatan bersama antara para pihak melalui mediasi dalam proses eksekusi yang aturannya tidak diatur baik dalam Perma nomor 1 tahun 2008 maupun dalam Perma nomor 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, sementara masyarakat ternyata membutuhkan mengingat penyelesaian sebuah persoalan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan adalah mempunyanyi kekuatan hukum sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1338 KUHPerdata meskipun kesepakatan tersebut menyimpang dengan isi putusan hakim. Pelaksanaan eksekusi atas dasar mediasi tersebut oleh Panitera yang dipimpin langsung oleh ketua pengadilan Agama adalah sah dan sudah selesai dengan alasan sebagai berikut: a. Mediasi tersebut dilakukan dalam perkara perdata yang sifatnya menganut azas fakultatif (para pihak diberi hak memilih) bukan dalam perkara pidana yang sifatnya menganut azas imperatif (wajib) serta dilakukan dalam ranah judicial power; b. Mediasi atau perdamaian merupakan tradisi masyarakat adat yang merupakan hukum-hukum yang hidup ( Living Law) yang penerapannya dijamin serta dihormati oleh undang-undang; c. Hasil kesepakatan melalui mediasi tersebut telah dilakukan secara benar yang berpedoman kepada pasal 1320 KUHPerdata, yakni telah terpenuhi syarat-syarat baik syarat subyektif yaitu adanya keksesuaian pendapat kedua belah pihak bukan karena paksaan, penipuan dan khilaf serta 114

dilakukan oleh orang yang cakap maupun syarat objektif yaitu objek yang dibagi jelas dan berimbang, halal serta tidak bertentangan dengan kesusilaan dan kepentingan umum; d. Hasil kesepakatan dalam mediasi adalah merupakan keputusan hukum mengandung 3 prinsip dasar yang merupakan ruh hukum yaitu: 1) Prinsip kepastian hukum, karena sebuah perjanjian atau kesepakatan yang dibuat bersama oleh para pihak melalui mediasi merupakan undang-undang sehingga akan mengikat kedua belah pihak, sama halnya dengan keputusan hukum melalui putusan hakim. 2) Prinsip kemanfaatan hukum, karena sebuah perjanjian atau kesepakatan yang dibuat bersama oleh para pihak dijalankan sendiri oleh para pihak secara sukarela atau dengan itikad baik, sedangkan putusan hakim akan bermanfaat apabila dapat dieksekusi ; 3) Prinsip keadilan dapat dimaknai dengan kepuasan batin. Sebuah perjanjian atau kesepakatan yang dibuat bersama oleh para pihak tidak ada pihak kalah dan menang ( win-win solution), karena mereka meyakini bahwa apa yang diperjanjikan atau yang disepakati adalah benar meskipun menyimpang dengan putusan hakim, sehingga keduabelah pihak akan melahirkan rasa puas sepuas-puasnya, berbeda dengan putusan hakim ada yang kalah dan ada pula yang menang. Pihak yang menang meyakini putusan hakim itu benar, sehingga ia merasa puas, sebaliknya pihak yang kalah meyakini putusan hakim itu salah, sehingga ia menjadi kecewa. Jadi tegasnya ruh hukum yang 115

dikandung dalam keputusan hukum melalui mediasi lebih sempurna dibanding dengan ruh hukum yang dikandung dalam putusan hakim. B. Saran Bebarapa saran yang dapat penulis ajukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Hendaknya kepada para pihak yang bersengketa, sebelum mengajukan masalah ke pengadilan akan lebih baik menyelesaikan masalah dengan cara damai terlebih dahulu karena saat perkara dimasukkan ke pengadilan seperti perkara yang dibahas dalam penelitian ini akan menguras waktu dan biaya yang akhirnya pun hasilnya tidak dijalankan. 2. Para pihak yang bersengketa akan lebih baik saat mediasi dilakukan bersikap kooperatif karena akan membantu jalannya mediasi untuk mencapai hasil terbaik yang dapat diterima kedua belah pihak. 3. Hendaknya Mahkamah Agung RI memperhatikan bahwa kebutuhan Mediasi tidak hanya dalam litigasi akan tetapi dalam proses eksekusi dibutuhkan pula. Oleh karena ketentuan Mengenai mediasi tidak diatur baik dalam Perma nomor 1 tahun 2008 maupun dalam Perma nomor 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan maka ke depan diharapkan mengenai mediasi dalam proses eksekusi sebaiknya diatur pula. 4. Hendaknya para pihak tidak membuat perjanjian baru di luar pengadilan yang menyimpang dengan isi putusan sebab akan menyulitkan diri sendiri apabila di kemudian hari salah satu pihak menyesal dan bahkan berakibat kepada non executable. 116