BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN TEORI

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

KUESIONER PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahirkan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan sumber ide penelitian yang dapat memberikan

PENGARUH FREKUENSI KONTRASEPSI SUNTIK DMPA TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA. Oleh: ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN LAMANYA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEMBALINYA KESUBURAN PADA POST AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA. Oleh:

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin. (guided respons), mekanisme (mehanisme), adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

tanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

SAP KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No 1. Februari 2015 GAMBARAN PEMAKAIAN DAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG KONTRASEPSI SUNTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB II TINJAUHAN PUSTAKA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI DESA GRINGGING, SAMBUNGMACAN, SRAGEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Alat Kontrasepsi Suntik DMPA a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007 : 905). Kontrasepsi Menurut Buku Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana (Depkes RI, 2005). Berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran, 2001) adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan operasi. Sedangkan alat kontrasepsi suntik menurut BKKBN adalah kontrasepsi dengan hormon progesterone yang disuntikan ke bokong atau otot panggul setiap 3 bulan sekali, atau dengan hormon estrogen yang disuntikan setiap 1 bulan sekali. 9

10 b. Kontrasepsi Suntik Progestin 1) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu: a) Depoprovera, mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroxi Progesteron Asetat), yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular b) Depo Noristerat, mengandung 200 mg Noretindron Enantat, yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular (Saifuddin, 2006). 2) Cara kerja: a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum b) Mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa c) Perubahan peristaltik tuba falopii, sehingga konsepsi dihambat d) Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi (BKKBN, 2009). 3) Efektivitas Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas tinggi yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal

11 penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin, 2006). 4) Keuntungan a) Sangat efektif b) Pencegahan kehamilan jangka panjang c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI f) Klien tidak perlu menyimpan pil g) Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun sampai perimenopause h) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik i) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara j) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul k) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Saifuddin, 2006) 5) Keterbatasan a) Sering ditemukan gangguan haid b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan)

12 c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya d) Permasalahan kenaikan berat badan merupakan efek samping tersering e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B maupun HIV f) Terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian g) Terlambat kembalinya kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan h) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang i) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala, nervositas, dan jerawat (Saifuddin, 2006). 6) Efek Samping a) Gangguan haid (ini yang paling sering terjadi) (1) Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan kontrasepsi suntik (2) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selam menggunakan kontrasepsi suntik

13 (3) Metrorhagia yaitu perdarahan yang jumlahnya berlebihan b) Sakit Kepala Rasa berputar/sakit kepala yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi, atau keseluruhan dari bagian kepala. Ini biasanya bersifat sementara dan akan hilang setelah suntik pertama dan kedua. c) Penambahan berat badan Berat badan bertambah beberapa kilo gram dalam beberapa bulan setelah menggunakan kontrasepsi suntik d) Keputihan (Leukorea) Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa mengganggu (jarang terjadi). e) Pada system kardio-vaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL-Kolesterol (Hartanto, 2004). 7) Indikasi a) Usia reproduksi (usia 16-35 tahun) b) Nullipara dan yang telah memiliki anak c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai e) Perokok (kontraindikasi pada suntik kombinasi) f) Setelah abortus atau keguguran

14 g) Telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi i) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi ber-estrogen j) Anemia defisiensi besi k) Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit l) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiurat) atau obat tuberculosis (rifampisin) m) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Saifuddin, 2006) 8) Kontraindikasi a) Hamil atau dicurigai hamil b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan diabetes dengan komplikasi (Saifuddin, 2006). 9) Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik progestin a) Setiap saat selama siklus haid selama akseptor tidak hamil

15 b) Mulai hari pertama sampai ban ke-7 siklus haid c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan atau tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang e) Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikan jenis lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya 10) Cara penggunaan Kontrasepsi suntik progestin DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular dalam didaerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Pemberian kontrasepsi suntik progestin Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan

16 setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu (Saifuddin, 2006). 2. Faktor-faktor yang menentukan pemilihan alat kontrasepsi suntik a. Pendidikan Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005). Menurut (Suhartono, 2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan Menurut beberapa ahli salah satunya adalah Dictionory of Education, Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Dasar-Dasar Kependidikan Ihsan Fuad, 2005). Adapun jenjang pendidikan akseptor yang diteliti :

17 a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. Pendidikan Dasar (SD) c. Pendidikan Menengah (SMP dan SMA) d. Pendidikan Tinggi Diseluruh dunia terdapat 6000 juta penduduk buta huruf, sekalipun mesin otak telah ditemukan 500 tahun yang lalu. Hampir dapat dipastikan kemampuan menyediakan fasilitas pendidikan semakin terbatas maka seharusnya jumlah yang memanfaatkan harus terkendali dengan jalan Keluarga Berencana. a. Pengetahuan 1) Pengertian pengetahuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan didefinisikan segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Sedangkan Notoatmodjo (2003) mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.

18 2) Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b) Memahami (Comprehension) Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dan formulasi-formulasi yang ada.

19 f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut : a) Faktor internal (1) Jasmani Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang. (2) Rohani Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu. b) Faktor eksternal (1) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. (2) Paparan media massa Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga

20 seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. (3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder. (4) Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. (5) Pengalaman Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya,

21 misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatankegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. 4) Cara memperoleh pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah). a) Cara tradisional (non ilmiah) Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain : (1) Coba-coba dan salah Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain. (2) Cara kekuasaan (otoritas) Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa

22 menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri. (3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis. (4) Melalui jalan pikir Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi. b) Cara modern (ilmiah) Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoatmodjo, 2003). 5) Sumber pengetahuan Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media

23 elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). 6) Pengukuran pengetahuan Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100 % pertanyaan dijawab benar, cukup bila 56-75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila pertanyaan dijawab benar < 56 % (Arikunto, 2003). b. Ekonomi Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang. Ekonomi juga cakupan urusan keuangan rumah tangga (Depdiknas, 2005). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga. Penggolongan Masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan 3 tingkatan yaitu: Upper class (Tingkat atas), Meddlo class (Tingkat Menengah), Lower class (Tingkat Bawah). Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun

24 tingkat ekonomi yang diteliti adalah pendapatan per kapita, berdasarkan upah minimal regional (UMR) adalah penghasilan rendah < Rp 650.000,- /bulan, sedang Rp 650.000-Rp 1.075.000,-/bulan, tinggi > Rp.1.075.000,- /bulan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, 2009). c. Usia Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan (Depdiknakes, 2005). Usia yang dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor usia dapat ditentukan fase-fase. Usia kurang 20 tahun; fase menunda kehamilan, usia antara 20-35 tahun; fase menjarangkan kehamilan. Usia antara 35 tahun lebih; fase mengakhiri kehamilan (Hartanto, 2004). e. Paritas Paritas adalah keadaan kelahiran (Kamus Besar Indonesia 2005). Sedangkan menurut (Siswosudarmo, 2008) paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi. Paritas yang diteliti adalah nullipara yaitu seorang wanita yang belum pernah melahirkan, primipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan bayi untuk pertama kali, multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan 2 orang anak, dan Grande multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan 5 orang anak (Prawirohardjo, 2007).

25 B. KERANGKA TEORI Faktor predisposisi : Faktor predisposisi : 1. Ekonomi 1. 1. Ekonomi Pendidikan 2. Usia 2. Pengetahuan 3. Paritas 2. Usia 4. 3. Pendidikan Ekonomi 5. 3. 4. Pengetahuan Paritas Usia 5. Paritas 4. Pendidikan 6. kepercayaan masyarakat 7. tradisi Faktor pendukung : 1. Ketersediaan waktu 2. Jarak ke fasilitas kesehatan Perilaku Pemilihan Alat Kontrasepsi suntik DMPA Faktor Pendorong : 1. Sikap petugas 2. Dukungan Keluarga = Yang diteliti = Yang tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)