SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI

dokumen-dokumen yang mirip
dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang

OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SINTESIS SENYAWA KALSIUM FOSFAT DENGAN TEKNIK PRESIPITASI SINGLE DROP

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

STUDI KARAKTERISTIK HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS DAN AYAM KAMPUNG RATIH WIDYANING TYAS

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA

SINTESIS BIPHASIC CALCIUM PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM UPRIYANTI OCTAVIANY SIREGAR

STUDI XRD PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DENGAN CARA HIDROTERMAL STOIKIOMETRI DAN SINTERING 1400 C

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT BERBASIS CANGKANG KERANG MENCOS (Anadara maculosa) BUDI SETIADI

PELAPISAN HIDROKSIAPATIT BERBASIS CANGKANG TELUR PADA LOGAM STAINLESS STEEL 316 DENGAN METODE DEPOSISI ELEKTROFORETIK CARYONO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

SINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI

BAB III METODE PENELITIAN

PENUMBUHAN KRISTAL APATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN BEBEK PADA KITOSAN DENGAN METODE PRESIPITASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

3 Metodologi Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi. cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari

III. METODE PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS (Gallus gallus) MENGGUNAKAN METODE PENGENDAPAN BASAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, neraca analitik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN METODE BASAH-PENGENDAPAN

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DENGAN POROGEN KITOSAN DAN KARAKTERISASINYA

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

Proses Sintesa dan Pengujian XRD. dengan Proses Terbuka

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA

Pengaruh Waktu Ageing dan Kecepatan Pengadukan Pada Sintesis Hidroksiapatit dari Cangkang Telur dengan Metode Presipitasi

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DARI CUTTLEFISH LAUT JAWA (KENDAL) DENGAN BEJANA TEKAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING HARDIYANTI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metoda Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite

ANALISIS DERAJAT KRISTALINITAS, UKURAN KRISTAL DAN BENTUK PARTIKEL MINERAL TULANG MANUSIA BERDASARKAN VARIASI UMUR DAN JENIS TULANG MELLY NURMAWATI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

SINTESIS DAN PENCIRIAN HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU DENGAN METODE KERING CHAECAR HIMAWAN SISWANTO

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

PROSES SINTESA DAN PENGUJIAN XRD HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN BEJANA TEKAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

Transkripsi:

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Telur Ayam dan Porogen dari Kitosan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Indri Putri Sitoresmi NIM G74090052

ABSTRAK INDRI PUTRI SITORESMI. Sintesis Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Telur Ayam dan Porogen dari Kitosan. Dibimbing oleh KIAGUS DAHLAN dan SETIA UTAMI DEWI. Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis hidroksiapatit berpori dengan metode presipitasi. Prekursor kalsium yang digunakan berasal dari cangkang telur ayam negeri serta sumber fosfat menggunakan (NH 4 ) 2 HPO 4. Dilakukan variasi ukuran kitosan yakni 0.26 μm (kitosan X) dan 625.45 μm (kitosan Y) serta variasi komposisi HA-kitosan yaitu 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, dan 50:50. Fasa dan struktur kristal dari HA berpori dianalisa menggunakan X-Ray Diffractometer. Untuk sampel dengan variasi ukuran kitosan X dan kitosan Y diperoleh fasa HA murni 100%. Ukuran kristal terbesar didapat dari sampel HA_X60 dengan ukuran 63.83 nm. Kandungan gugus kompleks HA diidentifikasi menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy. Gugus yang terdapat dalam HA berupa OH -, PO 4 3-, dan CO 3 2-. Morfologi struktur HA berpori dianalisa menggunakan Scanning Electron Microscopy. Terlihat bahwa sampel HA telah menunjukkan struktur berpori dengan menggunakan kitosan sebagai porogennya, meskipun porinya masih relatif kecil sekitar 0.2-1.6 μm dengan bentuk pori bulat kecil. Penggunaan variasi ukuran kitosan sebagai porogen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ukuran pori yang dihasilkan. Kata kunci: Cangkang telur ayam negeri, hidroksiapatit, kitosan, pori, presipitasi ABSTRACT INDRI PUTRI SITORESMI. Synthesis of Porous Hydroxyapatite from eggshells and Chitosan-Porogen. Supervised by KIAGUS DAHLAN and SETIA UTAMI DEWI. This research had been done the synthesis of porous hydroxyapatite (HA) by presipitasi method. The precusor calcium using come from eggshells and (NH 4 ) 2 HPO 4 as phosphate source. The ratio of HA-chitosan to synthesize porous HA are 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, and 50:50 and variation of chitosan size are 0.26 μm and 625.45 μm. The phase and crystaline structure of sample characterized by X-Ray Diffractometer. For sample with chitosan size 100% HA phase obtained. The biggest size of chrystaline gotten of HA_X60 sample by 63,83 nm. The functional groups of HA identified by Fourier Transform Infrared Spectroscopy. The functional groups of HA which detected by are OH -, PO 4 3-, and CO 3 2-. The morphological structure of sample analyzed by Scanning Electron Microscopy. The result of sampel HA had shown the porouses structure with chitosan as porogen however its size is quite small. In the order of about 0.2 1.6 μm in the form of cyrcle and the ditribution of porouses is smooth. Variation of chitosan size as porogen is not significant and has no effect to the crystal size. Keywords : Chitosan, eggshells, hydroxyapatite, porous, presipitasi.

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Judul Skripsi : Sintesis Hidroksiapatit Berpori dmi Cangkang Telur Ayam dan Porogen dari Kitosan Nama NIM : Indri Putri Sitoresmi : G74090052 Disetujui oleh Dr. agus Dahlan Setia Utami Dewi, MSi Pembimbing I Pembimbing II Tanggal Lulus: 0 1 OCT 2013

Judul Skripsi : Sintesis Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Telur Ayam dan Porogen dari Kitosan Nama NIM : Indri Putri Sitoresmi : G74090052 Disetujui oleh Dr. Kiagus Dahlan Pembimbing I Setia Utami Dewi, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Akhiruddin Maddu Ketua Departemen Fisika Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan pada allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul Sintesis Hidroksiapatit Berpori dari Cangkang Telur Ayam dan Porogen dari Kitosan sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan para sahabat (Mita, Aceri, Rady dan Dede) yang selalu memberikan nasehat, bimbingan dan semangat kepada penulis. Kepada pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta menyempatkan waktunya untuk berdiskusi mengenai penyusunan usulan penelitian ini. Tak lupa pula kepada rekan-rekan fisika terutama Upriyanti, Vina, Kania, Noldy, Budi, dan Kak Aisyah, beserta civitas akademika fisika lainnya yang telah banyak membantu penulis selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2013 Indri Putri Sitoresmi

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 3 Bahan 3 Alat 3 Prosedur Penelitian 3 Preparasi cangkang telur 3 Sintesis HA dengan metode Wise Drop 3 Sintesis HA berpori 4 Karakterisasi FTIR 4 Karakterisasi XRD 4 Karakterisasi SEM 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Hasil Kalsinasi Cangkang Telur Ayam 5 Hasil Sintesis HA dengan Metode Wise DropI 6 Hasil Sintesis HA Berpori 6 Karakterasasi Sampel 7 Hasil Karakterasasi FTIR 7 Hasil Karakterisasi XRD 9 Hasil Karakterisasi SEM 12 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 22

DAFTAR TABEL 1. Variasi ukuran kitosan 4 2. Variasi komposisi HA-kitosan 4 3. Efisiensi massa hasil kalsinasi 5 4. Efisiensi massa sampel HA berpori 6 5. Komposisi senyawa sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan X 10 6. Parameter kisi dan persentase ketepatan sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan X 11 7. Ukuran kristal sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan X 11 8. Komposisi senyawa sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan Y 12 9. Parameter kisi dan persentase ketepatan sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan Y 12 10. Ukuran kristal sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan Y 12 11. Ukuran pori pada sampel HA berpori dengan variasi kitosan X dan Y 15 DAFTAR GAMBAR 1. Spektra FTIR Kitosan. 7 2. Spektra FTIR HA. 7 3. Spektra FTIR sampel HA berpori dengan variasi kitosan X (a) 10%, (b) 20%, (c) 30%, (d) 40%, dan (e) 8 4. Spektra FTIR sampel HA berpori dengan variasi kitosan Y (a) 10%, (b) 20%, (c) 30%, (d) 40%, dan (e) 50% 8 5. Pola XRD sampel HA. 10 6. Pola XRD sampel HA berpori dengan variasi kitosan X 10% (a), 20% (b), 30% (c), 40% (d), dan 50% (e). 10 7. XRD sampel HA (a) dan HA berpori dengan variasi kitosan Y 10% (b), 20% (c), 30% (d), 40% (e), dan 50% (f). 11 8. Karakterisasi SEM sampel HA dengan variasi kitosan X 10% (a), 20% (b), 30% (c), 40% (d), dan 50% (e). 13 9. Karakterisasi SEM sampel HA dengan variasi kitosan Y 10% (a), 20% (b), 30% (c), 40% (d), dan 50% (e). 14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Diagram alir penelitian 17 2. Keterangan sintesis HA berpori 18 3. JCPDS HA 20 4. JCPDS TCP 20 5. Perhitungan parameter kisi untuk sampel HA 21

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kerusakan pada organ tulang merupakan masalah kesehatan yang serius karena tulang merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Kerusakan tersebut dapat terjadi akibat faktor kecelakaan maupun penyakit. Untuk menangani kerusakan pada tulang tersebut dibutuhkan suatu material yang tepat untuk implantasi tulang. Material pengganti tulang yang umum digunakan adalah autograf (penggantian satu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lainnya dalam satu individu), allograf (penggantian tulang manusia dengan tulang yang berasal dari manusia lain), xenograf (penggantian tulang manusia dengan tulang yang berasal dari hewan), exogenus (penggantian atau implantasi dengan bahan sintetik atau yang biasa disebut dengan biomaterial). Biomaterial yang biasa digunakan adalah material sintetik seperti polimer, material logam, komposit dan biokeramik. Setiap material tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai material untuk memperbaiki tulang, seperti stabilitas kimia, biokompatibilitas, biodegradasi dengan tubuh dalam waktu yang lama. 1 Adanya keterbatasan dalam setiap material tersebut memicu perkembangan riset di bidang biomaterial. Biomaterial didefinisikan secara umum merupakan bahan inert yang diimplantasi ke dalam sistem hidup sebagai pengganti fungsi jaringan hidup atau organ. Biomaterial digunakan sebagai perangkat medis dan mampu berinteraksi dengan sistem medis. Adanya interaksi ini mengharuskan setiap biomaterial memiliki sifat biokompatibilitas, yaitu kemampuan suatu material untuk bekerja selaras dengan tubuh tanpa menimbulkan efek lain yang berbahaya. 1 Hidroksiapatit (HA) yang memiliki formula Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 dengan rasio Ca/P sekitar 1,67 merupakan senyawa kalsium fosfat yang ekivalen dengan komponen organik utama dari tulang dan gigi. HA bersifat biokompatibilitas yang dapat berikatan dengan tulang. 2 HA berpori saat ini menjadi kebutuhan yang mendasar bagi rekonstruksi tulang yang patah atau retak. HA berpori diharapkan mampu meminimalisir sifat getas pada HA. Adanya pori-pori pada HA akan menjadi kantung oksigen dan tempat tumbuhnya saraf dari tulang, sehingga pori tersebut menjadi tempat tumbuhnya sel sel tulang baru. Umumnya HA berpori dibuat melalui pembuatan komposit HA-porogen. Porogen diartikan sebagai bahan pembentuk pori. Komposit yang terbentuk kemudian dikalsinasi sehingga senyawa organik menguap dan terbentuk pori-pori. Sebagai porogen bisa digunakan polimer alam maupun buatan, seperti celulosa, chitosan, collagen, polyurethane, carboxymethyl cellulose dan sebagainya. 3 Pada penelitian ini dilakukan sintesis hidroksiapatit berpori dari cangkang telur ayam sebagai sumber CaO, (NH 4 ) 2 HPO 4 sebagai sumber fosfat dan kitosan sebagai porogen alami. Penggunaan porogen dari bahan alami seperti kitosan diharapkan dapat meningkatkan biokompatibilitas, mampu mempercepat penyerapan nutrisi, mineralisasi pada jaringan yang rusak, serta mempermudah sel

2 2 untuk berinfiltrasi dalam pori sehingga dapat mempercepat proses remodelling tulang. Perumusan Masalah 1. Bagaimana karakterisasi HA berbasis kalsium dari cangkang telur dengan metode presipitasi? 2. Apa pengaruh variasi komposisi HA-kitosan dan variasi ukuran kitosan terhadap fasa serta ukuran pori dari HA berpori yang dihasilkan? Tujuan Penelitian 1. Mensintesis HA berbasis kalsium dari cangkang telur ayam dengan menggunakan metode presipitasi. 2. Mensintesis HA berpori dari porogen kitosan dengan variasi komposisi HAkitosan dan variasi ukuran kitosan. 3. Melakukan karakterisasi struktur kristal HA dan HA berpori menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), komposisi gugus fungsi dengan Spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR), dan mengetahui morfologi eksternal (tekstur) dengan Scanning Electron Microscopy (SEM). Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk mensintesis HA berpori sebagai material pengganti tulang manusia. Sintesis HA ini memanfaatkan limbah rumah tangga berupa cangkang telur ayam negeri serta kitosan yang berasal dari cangkang udang, sehingga biaya proses sintesis dapat diminimalisir dan diharapkan dapat berdaya saing dengan HA komersial. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup umum penelitian ini adalah bidang biomaterial berupa HA. Secara khusus meliputi sintesis HA, lalu membuatnya menjadi berstruktur pori. Selanjutnya HA berpori akan dikarakterisasi untuk mengetahui struktur kristal, kandungan gugus kompleks, dan morfologinya.

3 METODE Bahan Cangkang telur ayam negeri, (NH 4 ) 2 HPO 4, aquades, dan kitosan. Alat Gelas ukur, labu takar, corong, pipet, crusible, neraca digital, magnetic strirer, spatula, alumunium foil, furnace, mortar, kertas saring, dan erlenmeyer. Prosedur Penelitian Preparasi Cangkang Telur Penelitian ini diawali dengan mengkalsinasi cangkang telur ayam. Cangkang telur ayam dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran makro, membran dieliminasi dari cangkang, kemudian cangkang dikeringkan di udara terbuka. Kalsinasi dilakukan pada suhu 1000 0 C dengan waktu penahanan selama 5 jam, hasil yang diperoleh berbentuk serbuk putih. Sintesis HA dengan Metode wise drop Cangkang telur yang telah dikalsinasi dilarutkan dalam 100 ml aquades, kemudian ditambahkan larutan (NH 4 ) 2 HPO 4. Massa cangkang telur ayam dan (NH 4 ) 2 HPO 4 yang dilarutkan ditentukan berdasarkan hasil perhitungan stoikiometri sehingga menghasilkan rasio konsentrasi Ca/P sebesar 1,67. Presipitasi dengan menggunakan metode wise drop, dilakukan dengan meneteskan 0.3 M larutan (NH 4 ) 2 HPO 4 ke dalam 0.5 M larutan dari cangkang telur dengan melakukan stirring dengan kecepatan pengadukan 300 rpm. Proses tersebut dilakukan selama 90 menit. Setelah kedua larutan tercampur, lakukan stirring kembali pada kecepatan pengadukan 300 rpm selama 60 menit. Kemudian presipitat tersebut di-aging selama overnight. Presipitat kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Kemudian sampel dikeringkan dengan menggunakan furnace pada suhu 110 o C dengan waktu penahanan 5 jam dan sintering pada suhu 900 o C dengan waktu penahanan 5 jam. Selanjutnya, sampel ditimbang menggunakan neraca digital.

4 4 Sintesis HA Berpori dengan Porogen Kitosan Serbuk HA hasil sintesis HA dicampurkan dengan serbuk kitosan, kemudian diaduk sampai homogen. Variasi ukuran serbuk kitosan dapat dilihat pada Tabel 1 dan variasi komposisi HA-Kitosan dapat dilihat pada Tabel 2. Setelah pencampuran tersebut, kemudian dilakukan sintering dengan menggunakan furnace pada suhu 900 o C dengan waktu penahanan 5 jam. Setelah itu, sampel ditimbang kemudian dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, dan SEM. Tabel 1 Variasi ukuran kitosan Kode Kitosan Ukuran (µm) X 0.26 Y 625.45 Tabel 2 Variasi komposisi HA-kitosan Kitosan HA (%) Kitosan (%) Kode Sampel 90 10 HA_X90 80 20 HA_X80 X 70 30 HA_X70 60 40 HA_X60 50 50 HA_X50 90 10 HA_Y90 80 20 HA_Y80 Y 70 30 HA_Y70 60 40 HA_Y60 50 50 HA_Y50 Karakterisasi FTIR Karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR) dilakukan untuk mengetahui kandungan gugus karbonat dalam sampel HA dan HA berpori. Dua miligram dari masing - masing sampel dicampur dengan 100 mg KBr, dibuat pelet terlebih dahulu. Kemudian dicetak dalam jangkauan bilangan gelombang 400 4000 cm -1. KBr selalu digunakan pada uji FTIR untuk menghilangkan latar belakang absorpsi. Alat yang digunakan adalah ABB mb3000. Karakterisasi XRD Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan untuk mengidentifikasi fasa, parameter kisi, dan derajat kristalinitas yang terdapat pada HA maupun HA berpori. Pengujian fasa dengan teknik ini dilakukan pada sudut 2Ө dari 10 o hingga 80 o. Alat yang digunakan adalah GBC emma.

5 Karakterisasi SEM Karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) dilakukan untuk mengetahui morfologi dari sampel HA dan sampel HA berpori. Sampel diletakkan pada plat alumunium yang memiliki dua sisi kemudian dilapisi dengan lapisan emas setebal 48 nm. Sampel yang telah dilapisi diamati menggunakan SEM dengan tegangan 10 kv atau 15 kv dan perbesaran 5.000x. Alat yang digunakan adalah JSM-5310LV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kalsinasi Cangkang Telur Ayam Sampel yang dibuat adalah berupa serbuk dari cangkang telur. Untuk memperoleh serbuk ini, cangkang telur yang telah dibersihkan dikalsinasi pada suhu 1000 o C selama 5 jam. Kalsinasi cangkang telur perlu dilakukan untuk menghasilkan prekursor kalsium dalam bentuk kalsium oksida (CaO) sebelum sintesis HA. Sebelum dilakukan kalsinasi, senyawa kalsium dalam cangkang telur berbentuk CaCO 3. Reaksi pembentukan CaO melalui proses kalsinasi dapat dilihat pada persamaan di bawah ini: 4 Pada proses kalsinasi terjadi pengurangan massa cangkang telur. Hal tersebut ditunjukkan dengan massa setelah kalsinasi lebih kecil dari massa sebelum kalsinasi. Pengurangan massa cangkang telur ini terjadi karena pada waktu pemanasan, kandungan material organik dan material lain tereliminasi, dan terjadi perubahan fase senyawa kalsium karbonat menjadi kalsium oksida. 5 Efisiensi adalah suatu ukuran perbandingan antara massa sebelum dan massa hasil. Persentase rata-rata efisiensi massa hasil kalsinasi adalah 53.54% yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Efisiensi massa hasil kalsinasi Crusible Massa CaCO 3 Massa Hasil Efisiensi (gram) Kalsinasi (gram) (%) 1 20.85 11.18 53.62 2 20.86 11.12 53.30 3 20.86 11.15 53.44 4 20.85 11.24 53.91 5 20.85 11.19 53.66 6 20.85 11.17 53.56 7 20.86 11.21 53.73 8 20.85 11.14 53.43 9 20.86 11.09 53.17 Rata rata 53.54

6 6 Sintesis Hidroksiapatit dengan Metode Wise Drop Sintesis HA pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode presipitasi, yaitu wise drop. Dimana senyawa kalsium (CaO) sebesar 2.83 gram dan fosfat ((NH 4 ) 2 HPO 4 ) sebesar 3.96 gram yang digunakan pada sintesis HA dilakukan dengan perbandingan konsentrasi sebesar 1.67 pada temperatur ruang. 6 Dalam sintesis HA tersebut dihasilkan serbuk putih keras, sehingga harus ditumbuk terlebih dahulu menggunakan mortar agar didapatkan serbuk putih halus. Massa serbuk putih halus yang dihasilkan lebih kecil dari massa awal dan persentase rata-rata efisiensinya adalah 63.28%. Pengurangan massa tersebut disebabkan oleh hilangnya uap air seiring dengan kenaikan suhu sintering. Reaksi sintesis HA dapat dilihat dari persamaan dibawah : 10CaO + 6(NH 4 ) 2 HPO 4 + 10H 2 O Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 + 12NH 4 OH + 6H 2 O Sintesis HA Berpori Untuk mendapatkan HA berpori, maka HA yang telah diperoleh sebelumnya dicampur dengan kitosan. Kitosan berfungsi sebagai porogen, yaitu pembuat pori. Setelah dicampurkan, selanjutnya dilakukan sintering pada suhu 900 o C selama 5 jam yang bertujuan untuk menghilangkan kitosan. Hasil dari sintering didapatkan HA berpori berupa serbuk putih yang lebih halus dibandingkan sampel HA. Massa yang diperoleh dari hasil sintering lebih kecil dibandingkan massa awal. Pengurangan massa tersebut terjadi karena saat proses sintering, kitosan akan menghilang pada setiap kenaikan suhu sintering. Namun dari massa hasil dan efisiensi yang diperoleh menunjukan masih terdapat kitosan pada sampel, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 dapat dilihat juga nilai efisiensi dari setiap sampel berpori. Masih terkandungnya kitosan disebabkan pada suhu sintering sebesar 900 o C, ternyata kitosan tidak semuanya menghilang. Karena kitosan memiliki sifat jika berikatan dengan suatu material dapat memiliki titik leleh yang sangat tinggi bahkan tidak memiliki titik leleh. 7 Tabel 4 Efisiensi massa sampel HA berpori Kode HA Massa HA (gram) Massa Kitosan (gram) Massa Hasil Sintering (gram) Efisiensi (%) HA_X90 2 0,22 2.04 101.91 HA_X80 2 0,5 2.07 103.49 HA_X70 2 0,86 2.08 104.13 HA_X60 2 1,33 2.09 104.64 HA_X50 2 2 2.06 102.80 HA_Y90 2 0,22 2.04 102.00 HA_Y80 2 0,5 2.05 102.50 HA_Y70 2 0,86 2.09 104.50 HA_Y60 2 1,33 2.07 103.50 HA_Y50 2 2 2.04 102.00

7 Karakterisasi Sampel Karakterisasi FTIR Identifikasi gugus kompleks pada kitosan, HA, dan HA berpori dilakukan dengan karakterisasi FTIR. Kandungan kitosan diindikasikan dengan pita serapan gugus C-H pada bilangan gelombang 2850.06 cm -1 dan 2918.87 cm -1, NH 2 pada bilangan gelombang 1641.13 cm -1, dan C=O pada bilangan gelombang 2935, 1377, dan 1321 cm -1 yang dapat dilihat pada Gambar 1. 8 Sedangkan HA dapat terdeteksi dengan pita serapan gugus OH - dan PO 4 3-. Jika terjadi gugus CO 3 2- dalam sampel, bisa menyebabkan dua kemungkinan yaitu adanya AKA (Apatit Karbonat tipe-a) berada pada bilangan sekitar 1545, 1450, dan 890 cm -1 atau AKB (Apatit Karbonat tipe-b) berada pada bilangan gelombang di sekitar 1465, 1412, dan 873 cm -1. 9 Dari hasil karakterisasi FTIR didapatkan gugus fungsi OH -, PO 4 3- dan CO 3 2- dapat dilihat pada Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4. Gugus OH - yang teridentifikasi menunjukkan bahwa pada sampel HA (Gambar 2) maupun sampel HA berpori dengan variasi kitosan X (Gambar 3) dan variasi kitosan Y (Gambar 4) masih mengandung H 2 O. Gambar 1 Spektra FTIR Kitosan. Gambar 2 Spektra FTIR HA.

8 8 Pada sampel HA_X70, HA_X60 dan HA_Y70 terdapat kandungan karbonat pada bilangan gelombang 1450 cm -1, sedangkan pada sampel HA, HA_X90, HA_X80, HA_X50, dan semua sampel HA berpori dengan variasi kitosan Y tidak mengandungan karbonat. Karbonat tersebut tidak terdeteksi pada karakterisasi XRD karena kadarnya sangat kecil, namun dengan karakterisasi FTIR ini dapat terdeteksi. Karena karakterisasi FTIR dapat mendeteksi kadar senyawa yang sangat kecil sekali pun. Penambahan kitosan tidak mempengaruhi gugus fungsi yang didapatkan. * PO 4 3- + 2- CO 3 # OH - (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3 Spektra FTIR sampel HA berpori dengan variasi kitosan X (a) 10%, (b) 20%, (c) 30%, (d) 40%, dan (e) 50% (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 4 Spektra FTIR sampel HA berpori dengan variasi kitosan Y (a) 10%, (b) 20%, (c) 30%, (d) 40%, dan (e) 50%

9 Karakterisasi XRD Karakterisasi XRD dilakukan untuk menentukan fasa, ukuran kristal, dan parameter kisi setiap sampel. Untuk menentukan fasa HA dari sampel dilakukan perbandingan terhadap setiap puncak sampel dengan puncak dari HA (Hydroxyapatite) dan TCP (Tri Calcium Phospate). Identifikasi fasa tersebut mengacu pada data JCPDS dengan nomor 09-0432 (Lampiran 3) untuk material HA dan 09-0169 untuk TCP (Lampiran 4). 10 Hasil karakterisasi XRD pada sampel HA menunjukkan bahwa terbentuk dua fase yang berbeda yaitu HA dan TCP (Gambar 5). Fasa HA memiliki lima puncak difraksi tertinggi yaitu pada sudut 2θ sebesar 25.88 o, 31.84 o, 32.94 0, 46.74 o, dan 49.48 o. Selain itu fasa TCP menempati satu puncak difraksi tertinggi yaitu pada sudut 2θ sebesar 39.8 o. Pada Gambar 6 menunjukkan pola XRD sampel HA berpori untuk variasi kitosan X. Hasil XRD menunjukan setiap sampel diperoleh HA murni. Pada Tabel 5 dapat dilihat komposisi senyawa yang dihasilkan dari sintesis HA dan HA berpori menggunakan kitosan jenis X. Perhitungan parameter kisi dengan menganalisis data XRD dengan menggunakan metode Cramer (Lampiran 5). Parameter kisi dan ketepatan dari sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan X yang dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai ketepatan parameter kisi untuk a maupun c dari sampel HA berpori dengan variasi kitosan jenis X sudah diatas 99% dibandingkan dengan sampel HA yang hanya 98%. Nilai ketepatan parameter kisi dari sampel HA berpori dengan variasi kitosan jenis X yang paling baik ada pada sampel HA_X70. Pada Tabel 8 dapat dilihat ukuran kristal diperoleh dari analisis data XRD. Ukuran kristal untuk setiap sampel. Ukuran kristal terbesar terdapat pada sampel HA_X60 dengan ukuran 63.83 nm. Pada Gambar 7 menunjukkan pola XRD sampel HA berpori untuk variasi kitosan Y. Hasil XRD menunjukan setiap sampel diperoleh HA murni 100%. Pada Tabel 9 dapat dilihat komposisi senyawa yang dihasilkan dari sintesis HA dan HA berpori menggunakan kitosan jenis Y. Perhitungan parameter kisi dengan menganalisis data XRD dengan menggunakan metode Cramer (Lampiran 5). Parameter kisi dan ketepatan dari sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan Y yang dapat dilihat pada Tabel 10. Nilai ketepatan parameter kisi untuk a maupun c dari sampel HA berpori dengan variasi kitosan jenis Y sudah diatas 99% dibandingkan dengan sampel HA yang hanya 98%. Nilai ketepatan parameter kisi dari sampel HA berpori dengan variasi kitosan jenis Y yang paling baik ada pada sampel HA_Y60. Ukuran kristal diperoleh dari analisis data XRD. Pada Tabel 11 dapat dilihat ukuran kristal untuk setiap sampel. Ukuran kristal terbesar terdapat pada sampel HA_Y60 dengan ukuran 36.93 nm. Dari hasil karakterisasi XRD pada setiap sampel telah terbentuk fase HA murni sebesar 100%. Variasi ukuran dan komposisi dari kitosan X maupun kitosan Y berpengaruh secara sigfinikan terhadap perubahan ukuran kristal HA berpori, hal ini terlihat dari ukuran kristal yang terbentuk memiliki ukuran yang jauh berbeda.

10 10 Gambar 5 Pola XRD sampel HA. # HA T Gambar 6 Pola XRD sampel HA berpori dengan variasi kitosan X 10% (a), 20% (b), 30% (c), 40% (d), dan 50% (e). Tabel 5 Komposisi senyawa sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan X Kode % Sampel HA TCP HA 91.78 8.22 HA_X90 100 0 HA_X80 100 0 HA_X70 100 0 HA_X60 100 0 HA_X50 100 0

11 Tabel 6 Parameter kisi dan persentase ketepatan sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan X Kode Sampel Parameter Kisi Ketepatan a(a) c(a) a(%) c(%) HA 9.52 7.01 98.92 98.17 HA_X90 9.45 6.89 99.54 99.76 HA_X80 9.46 6.90 99.55 99.77 HA_X70 9.41 6.89 99.92 99.91 HA_X60 9.43 6.88 99.87 99.94 HA_X50 9.40 6.87 99.81 99.80 # HA Gambar 7 Pola XRD sampel HA (a) dan HA berpori dengan variasi kitosan Y 10% (b), 20% (c), 30% (d), 40% (e), dan 50% (f). Tabel 7 Ukuran kristal sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan X Kode Sampel Ukuran Kristal (nm) HA 50.61 HA_X90 49.85 HA_X80 56.11 HA_X70 46.82 HA_X60 63.83 HA_X50 61.25

12 12 Tabel 8 Komposisi senyawa sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan Y Kode Sampel % HA TCP HA 91.78 8.22 HA_Y90 100 0 HA_Y80 100 0 HA_Y70 100 0 HA_Y60 100 0 HA_Y50 100 0 Tabel 9 Parameter kisi dan persentase ketepatan sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan Y Kode Sampel Parameter Kisi Ketepatan a(a) c(a) a(%) c(%) HA 9.52 7.01 98.92 98.17 HA_Y90 9.50 6.90 99.13 99.77 HA_Y80 9.49 6.91 99.24 99.77 HA_Y70 9.41 6.87 99.92 99.80 HA_Y60 9.41 6.88 99.92 99.94 HA_Y50 9.40 6.87 99.81 99.80 Tabel 10 Ukuran kristal sampel HA dan HA berpori dengan variasi kitosan Y Kode Sampel Ukuran Kristal (nm) HA 50.61 HA_Y90 34.13 HA_Y80 36.09 HA_Y70 36.91 HA_Y60 36.93 HA_Y50 33.91 Karakterisasi SEM Karakterisasi SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi sampel HA berpori. Karakteristik fisik dari HA berpori diantaranya ukuran pori, morfologi pori dan keseragaman pori yang mempengaruhi pertumbuhan tulang pada implan. 11 Gambar 8 dan Gambar 9 memperlihatkan hasil analisa SEM dengan pembesaran 5000 kali pada sampel HA berpori. Dimana morfologi tersusun dari butiran-butiran yang membentuk suatu agregat yang menunjukan struktur berpori. Pada Gambar 8 dapat dilihat hasil karakterisasi SEM dari sampel HA berpori dengan penambahan kitosan X yaitu telah terbentuk pori-pori yang kurang seragam. Pada sampel HA_X50 terlihat jelas pori yang terbentuk dan ukurannya

13 yang lebih besar dibandingkan sampel HA_X60, HA_X70, HA_X80 dan HA_X90. Pada Gambar 9 dapat dilihat hasil karakterisasi SEM dari sampel HA berpori dengan penambahan kitosan Y. Pada sampel HA_Y50 dan HA_Y60 terlihat jelas pori yang terbentuk dan ukuran pori yang lebih besar dibandingkan HA_Y70, HA_Y80, dan HA_Y90. Pada sampel dengan penambahan kitosan Y, pori-pori yang terbentuk kurang seragam. Ukuran pori yang didapatkan setiap sampel dapat dilihat pada Tabel 11. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 8 Karakterisasi SEM sampel HA dengan variasi kitosan X 10% (a), 20% (b), 30% (c), 40% (d), dan 50% (e).

14 14 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 9 Karakterisasi SEM sampel HA dengan variasi kitosan Y 10% (a), 20% (b), 30% (c), 40% (d), dan 50% (e). Dari data yang didapatkan, dapat dilihat bahwa semakin banyak komposisi kitosan yang ditambahkan berpengaruh secara signifikan terhadap ukuran pori dari HA yang dihasilkan. Meskipun pori yang dihasilkan relatif kecil dan kurang seragam, tetapi sampel telah menunjukkan bahwa telah terbentuk HA berpori dengan menggunakan kitosan sebagai porogennya. Hal ini terjadi karena proses pencampuran antara HA dan kitosan secara langsung, mengakibatkan pencampuran yang tidak homogen.

15 Tabel 11. Ukuran pori pada sampel HA berpori dengan variasi kitosan X dan Y. kode ukuran pori (µm) sampel terkecil terbesar HA-X90 0.2 0.6 HA-X80 0.2 0.6 HA-X70 0.2 0.6 HA-X60 0.4 0.6 HA-X50 0.4 0.8 HA-Y90 0.8 1.1 HA-Y80 0.8 1.1 HA-Y70 0.8 1.1 HA-Y60 0.9 1.4 HA-Y50 0.9 1.6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sintesis HA berpori dengan porogen kitosan berhasil dibuat dengan metode presipitasi, yaitu wise drop. Sampel HA berpori yang dihasilkan baik dari variasi kitosan X maupun kitosan Y berupa HA murni 100%. Pada massa hasil HA berpori masih terkandung kitosan, namun pada hasil karakterisasi FTIR dan XRD kitosan tidak terdeteksi. Hal ini dikarenakan kandungan kitosan hanya sedikit. Pencirian SEM terhadap sampel HA berpori memperlihatkan telah terbentuknya pori-pori berukuran 0.2-1.6 μm dengan morfologi pori bulat kecil serta distribusi pori yang mulai seragam. Dimana penambahan kitosan Y menghasilkan pori yang berukuran lebih besar dibandingkan penambahan kitosan X. Adanya variasi ukuran kitosan yang digunakan sebagai porogen tidak berpengaruh signifikan tehadap ukuran pori yang dihasilkan. Saran Pada pembuatan sintesis hidroksiapatit berpori harus dilakukan teknik yang lebih baik lagi untuk penyempurnaan, seperti teknik pada pencampuran antara HA dengan porogen alaminya. Dimana pencampuran dilakukan ketika pembuatan sintesis HA, agar diperoleh pori dengan ukuran yang lebih besar dan diperoleh pori yang seragam.

16 16 DAFTAR PUSTAKA 1. Wang, Pie-Yi, dkk. 2004. Method Of Producing Eggshell Powder. [Terhubung Berkala]. http://www.wipo.int/pctdb/images1/patentscope/ 41/0b/6b/000b6b.pdf. [8 Januari 2013]. 2. Shi D. (2003). Biomaterial and Tissue Engineering. Springer Berlin Heidelberg : New York.hlm 1-12. 3. Yustinus P. 2011. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Dengan Pori Terkendali [Tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. 4. Ajeng Anggraeni. 2012. Metode Single Drop Pada Pembuatan Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Telur [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. 5. Irwan sofia, pirman, dan zulfiana haris. Yang Diperoleh dari Limbah Cangkang Udang Windu. Jurnal Kimia. 2010: Vol. 9 No. 1, 11-18. 6. Fitriani P. 2008. Pemanfaatan Cangkang Telur Ayam untuk Sintesis Hidroksiapatit dengan Reaksi Kering [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor 7. Griffith P.R, Haseth J.A. 2007. Fourier Transform Infrared Spectrometry. A John Wiley & Sons, Inc Publication : New Jersey. 8. Ratna juwita. 2012. Sintesis Hidroksiapatit Berpori Berbasis Kalsium dari Cangkang Telur dan Porogen Lilin Sarang lebah [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. 9. Joint Committee on Powder Diffraction Standards. 10. Aoki H. (1991). Science and Medical Application of Hidroxyapatite. Tokyo : JAAS. 11. Mardiyah K, Dwi K. Sintesis dan Karakterisasi Fisika-Kimia Kitosan. Jurnal Kimia. 2012: Vol-5-No-1-hal-42-48. 12. Sulistioso GS, Deswita, Armi Wulanawati, dan Ayu Romawati. Sintesis Hidroksiapatit Berpori Dengan Porogen Kitosan dan Karakterisasinya. BBKK. 2012: vol. 34 no.1 april 2012. 13. Sopyan I, Mel M, Ramesh S, Khalid KA. Porous hydroxiapatite for artificial bone application. Science and technology of advanced materials. 2007; 8:116-123. 14. Dahlan KA, Prasetyanti F, Sari YW. Sintesis hidroksiapatit dari cangkang menggunakan dry method. Jurnal Biofisika. 2009; 5(2):71-78. 15. Putri AAM. Metode Single Drop pada Pembuatan Hidroksiapatit Berbasis Cangkang Telur. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2012. 16. Ahmiatri S, Soejoko D.S. 2002. Pengaruh Ion Karbonat dalam Proses Presipitasi Senyawa Kalsium Fosfat. Makara Sains. 6 : 2. 17. Tian T, Jiang D, Zhang J, Lin Q. 2008. Synthesis of Si- Substituted Hydroxyapatite by a Wet Mechanochemical Method. Materials Science and Enggineering. C 28 : 57-63.

17 Lampiran 1 Diagram alir penelitian Mulai Persiapan alat dan bahan Kalsinasi Cangkang telur ayam Sintesis Hidroksiapatis 0,5 M CaO (dari Cangkang Telur Ayam) 0,3 M (NH4)2HPO4 Presipitasi Wise Drop (1 jam) Karakterisasi XRD FTIR SEM Analisis/pengolahan data Penyusunan laporan Selesai

18 18 Lampiran 2 Keterangan sintesis HA (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)

19 (i) (j) (k) (a) Preparasi cangkang telur (b) Kalsinasi cangkang telur (c) Serbuk hasil kalsinasi (d) Larutan kalsium (e) Larutan fosfat (f) Stirring (g) Aging (h) Penyaringan (i) Hasil penyaringan (j) Sintering (k) Serbuk hasil HA (l) Pencampuran HA dengan kitosan

20 20 Lampiran 3 JCPDS HA Lampiran 4 JCPDS TCP

21 Lampiran 5 Perhitungan parameter kisi untuk sampel HA Perhitungan parameter kisi kristal dihitung melalui metode Cohen dengan persamaan sebagai berikut: Σ α sin 2 θ = C Σ α 2 + B Σ αγ + A Σ αδ Σ γ sin 2 θ = C Σ αγ + B Σ γ 2 + A Σ γδ Σ β sin 2 θ = C Σ αδ + B Σ γδ + A Σ δ 2 Dimana: C = α = (h 2 + hk + k 2 ) B = γ = l 2 A = δ = 10 sin 2 2θ

22 22 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 29 Juni 1991. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di TK Pertiwi Serang selama satu tahun, SDN IV Serang selama enam tahun, SMPN 1 Serang selama 3 tahun, dan melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Keramatwatu selama tiga tahun serta pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) IPB 2010-2011 dan Badan Pengawas HIMAFI IPB 2011-2012. Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa FMIPA IPB dan seminar-seminar baik di dalam maupun di luar kampus. Diluar kampus penulis bekerja sebagai manager di Toko Pena Stationary.