Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN RETENSI PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

Putri Immi Rizky Budiyani 1, Renti Mahkota 2 ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

TESIS Untuk Memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-2. Program Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

Kualitas Hidup Klien Terapi Metadon di Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Sandat RSUP Sanglah

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9.

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

Methadon sejak 1972 disetujui FDA telah terbukti secara klinis mengurangi jumlah orang kecanduan opiat dengan efek samping jangka panjang terbatas

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. laporan kinerja BNN pada tahun 2015 dimana terjadi peningkatan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Relapse Opiat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta, Tahun

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol)

Tiara Sundari Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KEPERAWATAN DI RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

INTISARI GAMBARAN TEMPAT PENYIMPANAN DAN KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP NARKOTIKA DI APOTEK KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 57 TAHUN 2013 enkes/s TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADONA

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

OUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

Hubungan Peran Keluarga dan Komunitas Pecandu terhadap Motivasi untuk Sembuh Pengguna Narkoba Jarum Suntik

JURNAL MIDWIFE S RESEARCH

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau dikenal

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan


BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet Tri Rahayu, Syahrizal Syarif Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Abstrak Retensi merupakan salah satu indikator Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi pasien PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross sectional dengan melihat data rekam medik dan data formulir asesmen wajib lapor dan rehabilitasi medis. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 65 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan retention rate pada 1 tahun terapi pada Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Kecamatan Tebet sebesar 84,6%. Faktor yang berhubungan bermakna secara statistik dengan retensi pada penelitian ini adalah dosis obat metadon (nilai p : 0,000) dan dosis bawa pulang (nilai p : 0,022). Mekanisme pemberian dosis bawa pulang perlu dipertahankan untuk meningkatkan retensi pasien PTRM. Kata kunci : metadon, retensi, PTRM Abstract Retention is an indicator to Methadone Maintenance Treatment (MMT). This study is aims to see description and factors associated with methadone maintenance treatment retention on Tebet Subdistric health center. This study was a cross sectional on opiate dependence s patient medical records and Formulir Asesmen Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis who receive methadone maintenance therapy. This study involved 65 patients in Puskesmas Kecamatan Tebet who entered inclusion criteria. Results showed that retention rate on one year therapy is 84,6%. Factors associated with retention in this study is methadone dose (p value: 0,000) and take home dose ( p value: 0,022). Takehome dosing mechanism needs to be maintained to improve patient retention on MMT. Key words : methadone, retention, MMT Pendahuluan Masalah penyalahgunaan narkoba tampaknya tidak bisa dianggap sebagai masalah yang ringan karena jaringan peredaran narkoba sudah semakin meluas 1

dan merambat ke semua kalangan masyarakat, termasuk masyarakat kelas menengah ke bawah, suami, istri, anak sekolah, industri yang legal maupun illegal, di daerah perkotaan maupun pedesaan. (WPRO WHO, 2005). Dari tahun ke tahun, kasus penyalahgunaan narkoba secara global juga menunjukkan angka yang tinggi. Pada tahun 2010 diperkirakan sekitar 153 juta 300 juta orang berusia 15-64 tahun (3,4% 6,6% populasi dunia dalam kelompok umur ini) telah menggunakan satu jenis obat terlarang sekali di tahun sebelumnya. Berdasarkan World Drug Report (2012), diperkirakan jumlah kematian yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat-obat terlarang pada tahun 2010 sekitar 99.000 sampai 253.000 kematian.( UNODC, 2012). Badan Narkotika Nasional mencatat terjadinya kenaikan jumlah kasus pidana penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Pada tahun 2001, jumlah tindak pidana penyalahgunaan narkoba tercatat 1.907 kasus. Jumlah ini terus meningkat tajam setiap tahun. Tahun 2002, jumlah kasus meningkat 3,7 % menjadi 2.040 kasus, pada tahun 2003 tercatat 3.929 kasus, pada tahun 2005 sebanyak 8.171 kasus, hingga pada tahun 2008 tercatat 10.006 kasus. Kasus penyalahgunaan psikotropika juga menunjukkan pola yang sama. Pada tahun 2001 baru tercatat 1.648 kasus tindak pidana, dan tahun 2008 sudah mencapai 9.780 kasus tindak pidana penyalahgunaan psikotropika. Kasus tindak pidana atas penyalahgunaan zat adiktif juga meningkat dari 62 kasus pada tahun 2001 menjadi 9573 kasus pada tahun 2008. (Badan Narkotika Nasional, 2009). Narkoba mengakibatkan banyak kerugian, baik berupa fisik maupun psikologis. Narkoba dapat menyebabkan gangguan fungsi otak, gangguan pernafasan, gangguan jantung dan pembuluh darah, meningkatkan risiko terinfeksi HIV/AIDS serta hepatitis B dan C, menyebabkan gejala putus obat bagi yang tiba-tiba berhenti mengonsumsi narkoba, bahkan sering menimbulkan kematian akibat overdosis. Untuk mengurangi dampak buruk narkoba, terutama pada pengguna narkoba suntik, dilakukan terapi rumatan metadon. Program terapi metadon berfungsi untuk membantu pecandu opiat untuk lepas dari ketergantungan dan dampak buruk akibat ketergantungan tersebut. Program tersebut terbukti lebih efektif untuk membuat pasien lebih lama berada dalam terapi dibandingkan 2

dengan terapi lain. (D Ippoliti, 1998). Puskesmas Kecamatan Tebet merupakan satelit PTRM yang dirintis pada tahun 2007 sebagai PTRM pertama di wilayah Jakarta Selatan. Penulis ingin melihat gambaran retensi pasien di PTRM Kecamatan Tebet. Selain itu juga untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi pasien PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jl. Prof. Supomo No. 54, Jakarta Selatan. Populasi penelitian ini adalah semua pasien PTRM yang ada di Puskesmas Kecamatan Tebet. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah pasien PTRM Puskesmas Kecamatan Tebet yang memenuhi kriteria inkusi sebagai berikut: a. Berusia 18-65 tahun. b. Sudah terdaftar dalam program terapi metadon minimal 1 tahun sampai penelitian ini dilakukan atau sudah keluar dari terapi metadon saat penelitian ini dilakukan. Data dikumpulkan dengan memeriksa data rekam medik pasien program terapi rumatan metadon (PTRM). Jumlah sampel minimal yang telah dihitung menggunakan rumus uji dua proporsi sebesar 86. Analisis data dilakukan sampai analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil Penelitian dilakukan di PTRM Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Pengambilan data pasien program terapi rumatan metadon dilakukan pada tanggal 16 sampai dengan 19 April 2013. Pasien yang diambil menjadi responden dalam penelitian ini adalah pasien yang memiliki data rekam medik dan catatan pada formulir asesmen wajib lapor dan rehabilitasi medis pada Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Kecamatan Tebet. Jumlah sampel minimal yang telah dihitung dengan menggunakan rumus uji beda dua proporsi sebanyak 86 pasien. Jumlah tersebut tidak dapat dipenuhi karena jumlah data yang tersedia di Puskesmas Kecamatan Tebet hanya sebanyak 3

75 pasien. Dari jumlah tersebut hanya 65 pasien terapi metadon yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Jumlah data tidak semuanya tersedia dikarenakan kepindahan PTRM sehingga data-data pasien yang sudah tidak aktif tidak tersedia. Semua data dari status pasien yang telah berada dalam terapi selama minimal satu tahun atau sudah keluar sebelum waktu satu tahun diambil sebagai responden. Beberapa data dari status pasien tidak dapat dilengkapi dari formulir asesmen, sehingga terdapat beberapa missing data. Sedangkan data dari formulir asesmen yang tidak terdapat pada buku status tidak diambil sebagai responden karena tidak ada data retensi pasien. Retensi Pasien Retention rate pasien yang menjadi responden penelitian adalah 93,8% pada 3 bulan terapi, 90,3% pada 6 bulan terapi, dan turun menjadi 84,6% pada 12 bulan (1 tahun) terapi. Analisis Univariat Data hasil analisis univariat dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Analisis Univariat No Variabel Jumlah Persentase (%) 1. Umur 30 tahun < 30 tahun 18 47 27,7 72,3 2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 58 7 89,2 10,8 3. Status HIV Positif Negatif 24 21 36,9 32,3 Tidak diketahui 4. Status hepatitis B Positif Negatif Tidak diketahui 5. Status hepatitis C Positif Negatif Tidak diketahui 6. Pendidikan Rendah Tinggi Missing 20 4 18 43 18 9 38 3 57 5 30,8 6,2 27,7 66,2 27,7 13,8 58,5 4,6 87,6 7,7 4

Tabel 1 Analisis Univariat (Lanjutan) No Variabel Jumlah Persentase (%) 7. Pekerjaan Tetap Tidak tetap Tidak bekerja Missing 16 21 23 5 24,6 32,3 35,4 7,7 8. Status pernikahan Belum menikah Menikah Duda/janda Missing 9. Dosis metadon < 60 mg/hari 60 mg/hari 10. Dosis bawa pulang Tidak Ya 11. Dukungan keluarga Tidak ada Ada Missing Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Kecamatan Tebet 22 37 4 2 6 59 2 63 12 43 10 33,8 56,9 6,2 3,1 9,2 90,8 3,1 96,9 18,5 66,2 15,4 Tabel 1 diatas menggambarkan sebagian besar responden berusia > 30 tahun (72,3%). Rata-rata umur pasien adalah 33,1 tahun dengan rentang umur 23-51 tahun. Sebagian besar pasien (89,2%) berjenis kelamin laki-laki. Lebih dari separuh pasien (56,9%) berstatus menikah dan 33,8% belum menikah. Pasien yang berstatus duda/janda hanya 6,2%. Dari pasien PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet, hampir seluruh pasien (87,6%) berpendidikan tinggi. Sebanyak 35,4% ternyata tidak memiliki pekerjaan. Dari pasien yang menjadi responden, sebanyak 36,9% mengidap HIV, 6,2% mengidap hepatitis B, dan 27,7% mengidap hepatitis C. Hampir seluruh pasien mendapatkan dosis rumatan 60 mg/hari. Hampir seluruh pasien juga mendapatkan dosis bawa pulang pada masa awal terapi. Lebih dari separuh pasien (66,2%) mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengikuti terapi metadon. Pada data di atas diketahui beberapa variabel terdapat missing data, yaitu variabel status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan dukungan keluarga. Variabel tersebut tidak dapat dilengkapi karena beberapa data pasien tidak dapat dilengkapi dari data-data terlampir yang ada pada data status maupun dari data Formulir Asesmen Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis. 5

Analisis Bivariat Hasil uji chi square memperlihatkan variabel yang berhubungan secara dengan retensi pasien PTRM adalah dosis metadon (nilai p 0,000; PR : 9,8) dan dosis bawa pulang ( nilai p 0,022; PR: 3,5). Hasil analisis bivariat selengkapnya ditampilkan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Analisis Bivariat: Faktor yang Berhubungan dengan Retensi No Variabel Retensi PR < 1tahun 1 tahun (95% CI) 1. Umur 30 tahun 4 (22,2%) 14 (77,8%) 1,7 > 30 tahun 6 (12,8%) 41 (87,2%) (0,6-5,5) Nilai p 0,445 2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 3. Status HIV Positif Negatif Tidak tahu 4. Status Positif Hepatitis B Negatif Tidak tahu 5. Status Hepatitis C Positif Negatif Tidak tahu 6. Pendidikan Rendah Tinggi 9 (15,5%) 1 (14,3%) 3 (12,5%) 2 (9,5%) 6 ( 30,0%) 0 (0,0%) 1 (5,6%) 10 (23,3%) 1 (5,6%0 0 (0,0%)\ 10(26,3%) 1 (33,3%) 5 (8,8%) 49 (84,5%) 6 (85,7%) 21 (87,5%) 19 (90,5%) 14 (70,0%) 4 (100,0%) 17( 94,4%) 33( 76,7%) 17 (94,4%) 9 (100,0%) 28 (73,7%) 2 (66,7%) 52 (91,2%) 1,1 (0,2-7,3) 1,3 (0,2-7,1) 1,0 3,2 (0,6-1,1) 1,1 (0,9-1,2) 1,0 4,2 (0,6-30,3) 0,9 (0,8-1,1) 1,0 0,7 (0,6-0,9) 3,8 (0,3-54,2) 1,000 0,751 0,130 0,629 0,101 0,471 0,083 0,315 7. Pekerjaan Tetap Tidak tetap Tidak kerja 8. Pernikahan Belum/tidak Menikah 2 (12,5%) 1 (4,8%) 3 (13,0%) 5 (19,2%) 3 (8,1%) 14 (87,5%) 20 (95,2%) 20 (87,0%) 21 (80,8%) 34 (91,9%) 1,0 0,7 (0,9-5,9) 1,1 (0,2-5,1) 2,4 (0,6-9,1) 0,773 0,960 0,257 9. Dosis < 60mg/hari 60mg/hari 5 (83,3%) 5 (8,5%) 1 (16,7%) 54 (91,9%) 9,8 (3,9-24,4) 0,000 10. THD Tidak Ya 1 (50,0%) 9 (14,3%) 1(50,0%) 54 (85,7%) 3,5 (4,1-15,0) 0,022 11. Dukungan Tidak 2 (16,7%) 10 (83,3%) Keluarga Ya 3 (7,0%) 40 (93,0%) Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Kecamatan Tebet 2,3 (0,5-12,7) 0,298 Dosis metadon dibagi menjadi < 60 mg/hari dan mg/hari. Hasil analisis menunjukkan pasien dengan dosis 60 mg/hari memiliki kecenderungan untuk 6

lebih lama menjalani terapi. Pasien dengan dosis bawa pulang pada awal terapi juga cenderung lebih lama tinggal dalam terapi. Pembahasan Metadon merupakan terapi yang lebih efektif dibandingkan dengan terapi rumatan lain (D ippoliti dkk.;1998). Kunci keberhasilan terapi ini adalah retensi pasiennya. Beberapa penelitian menunjukkan outcome yang baik dari terapi ketergantungan obat berhubungan dengan lama terapi pasien. Sebagian besar pasien yang keluar dari terapi metadon sebelum waktu satu tahun akan kembali menggunakan heroin (relapse opiate).(cdc, 2002) Hasil analisis menunjukkan dosis berhubungan dengan retensi pasien terapi metadon. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang menunjukkan semakin tinggi dosis, pasien akan semakin lama berada pada terapi metadon. (Liu dkk., 2009;Mohamad dkk.,2010;d Ippoliti dkk.,1998;yang dkk.,2013;huissoud dkk.,2012). Dosis bawa pulang juga berhubungan dengan retensi pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Huissoud dkk. (2012) yang menunjukkan ada hubungan antara dosis bawa pulang dengan retensi (nilai p 0,009). Hasil analisis memperlihatkan variabel-variabel lain tidak berhubungan dengan retensi pasien PTRM. Hal ini mungkin dikarenakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti, seperti aksesibilitas waktu dan pelayanan yang diberikan dari petugas kesehatan. Jam buka PTRM yang dimulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.00 mungkin menyulitkan pasien-pasien yang bekerja untuk datang ke PTRM, sehingga mereka melewatkan dosis harian dan akhirnya berhenti dari terapi metadon. Kelemahan pada penelitian ini adalah pada desain studi dan jumlah sampel. Desain studi potong lintang (cross sectional) dengan penelusuran data rekam medik (data sekunder) mengakibatkan variabel-variabel yang diteliti terbatas pada variabel yang tersedia pada data sekunder tersebut. Jumlah sampel 7

yang didapatkan dalam penelitian ini kurang dari jumlah sampel minimal, yaitu hanya 65%, sehingga mengakibatkan turunnya power penelitian. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menganalisis 65 data pasien Program Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Kecamatan Tebet, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar pasien berusia > 30 tahun (72,3%) dan sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-laki (89,2%). Sebagian besar pasien memiliki pendidikan yang tinggi (87,6%). Terdapat 35,4% pasien yang tidak memiliki pekerjaan. 2. Terdapat 36,9% pasien yang mengidap HIV positif, 6,2% mengidap hepatitis B positif, dan 27,7% orang mengidap hepatitis C positif. 3. Hampir seluruh pasien mendapatkan dosis rumatan 60 mg/hari dan mendapatkan dosis bawa pulang. 4. Lebih dari separuh (66,2%) pasien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengikuti program terapi rumatan metadon (PTRM). 5. Terjadi penurunan retention rate pasien PTRM Puksesmas Kecamatan Tebet yaitu, 93,8% pada 3 bulan terapi, 90,8% pada 6 bulan terapi, dan 84,6 pada 1 tahun terapi. 6. Faktor yang berhubungan dengan retensi pasien terapi metadon di Puskesmas Kecamatan Tebet adalah dosis obat dan dosis bawa pulang. Pasien yang mendapatkan dosis lebih tinggi memeiliki kecenderungan untuk lebih lama tinggal dalam terapi. Pasien yang mendapatkan dosis bawa pulang pada awal terapi juga cenderung lebih lama tinggal dalam terapi. Saran Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran oleh peneliti yaitu: 8

Bagi Puskesmas Kecamatan Tebet 1. Mempertahankan mekanisme pemberian dosis bawa pulang yang telah dilakukan dan pemberian dosis rumatan 60 mg/hari guna mempertahankan pasien agar tetap berada pada Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) sampai dengan waktu lepas dari terapi sesuai keputusan yang ditetapkan oleh petugas. 2. Mengupayakan peningkatan arsip data agar data yang telah ada dapat diakses untuk kemudian hari. Bagi peneliti lain 1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian dengan desain studi kohort, baik kohort prospektif maupun retrospektik agar lebih terlihat hubungan kausal antara variabel dependen dan independenya. 2. Sebaiknya memperbanyak jumlah sampel agar tidak terjadi salah penilaian terhadap besar masalah. Daftar Pustaka Western Pacific Region World Health Organization. (2005). Drug Subtitution Treatment Steps Up Fight Against HIV/AIDS. [online] Diakses dari: http://www.wpro.who.int/mediacentre/releases/2005/20051103_1/en/ United Nations Office on Drugs and Crime. (2012). World Drug Report. New York: United Nations. [online] Diakses dari: http://www.unodc.org/documents/data-andanalysis/wdr2012/wdr_2012_web_small.pdf. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2009). Data Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Tahun 2001-2008. [online] Diakses dari: http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.php?nama=datakasus&op =detail_data_kasus&id=29&mn=2&smn=e. Central for Disease Control. (2002). Methadone Maintenance Treatment. [online] Diakses dari: http://www.cdc.gov/idu/facts/methadonefin.pdf 9

D Ippoliti,dkk. (1998). Retention in Treatment of heroin Users in Italy : the Role of Treatment type and of methadone maintenance dosage. Drug and Alcohol Dependence 52 (1998) 167-171. Huissoud, Terrese; Rousson, Valentin; Arber, Francoise Dubois. (2012). Methadone Treatments in a Swiss Region, 2001-2008: a registry based analysis. Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc3543381/ Liu, Enwu; Liang, Tao; dkk. (2009). Correlates of Methadone Client Retention: A Prospective Cohort Study in Guizhou Province, China. Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2903544/ Mohamad, Nasir. dkk. (2010). Better Retention of Malaysian Opiate Dependents Treated with High Dose Methadone in Methadone Maintenance Therapy. Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc3019202/ United Nations Office on Drugs and Crime. (2012). World Drug Report. New York: United Nations. [online] Diakses dari http://www.unodc.org/documents/data-andanalysis/wdr2012/wdr_2012_web_small.pdf Yang, Fang, dkk.. (2013). Predictors of Retension in Community-Based Methadone Maintenance Treatment Program in Pearl River Delta, China. [online] Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc3599968/. 10