BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap profesi yang dilakoni oleh manusia tentu memiliki fungsinya

BAB II GEREJA, PENDAMPINGAN PASTORAL DAN KONFLIK. memiliki korelasi yang signifikan antara fenomena dengan kondisi yang yang hendak peneliti

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan

BAB III METODE PENELITIAN

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT?

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

MANFAAT PENELITIAN UNTUK PERKEMBANGAN GEREJA Hary Purwanto STT Simpson Ungaran

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. dalam memperoleh data dengan suatu pendekatan dan jenis dalam penelitian tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU

BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA. A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Data yang diperoleh dapat berbentuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemahaman akan karakteristik manusia dan budayanya masing-masing


BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB IV KAJIAN PELAYANAN PASTORAL PENDETA TERHADAP PASIEN MARAPU DI RUMAH SAKIT KRISTEN LENDE MORIPA WAIKABUBAK SEBAGAI PENDEKATAN KONSELING LINTAS

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan gereja diutus di tengah-tengah masyarakat agar sukacita itu terjadi pada masyarakat. Sangat penting untuk dipahami bahwa agar sukacita ini menjadi milik masyarakat, pelayan gereja perlu menyadari eksistensinya sebagai pelayan masyarakat. Secara umum dalam dapat dikatakan bahwa gereja bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anggota jemaatnya, karena itu gereja perlu memahami keadaan dan kondisi masyarakat yang memiliki keragaman. Dengan adanya berbagai keragaman kondisi masyarakat tersebut, gereja perlu memiliki keterampilan dalam pendekatannya untuk tujuan yang hendak dicapai. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan maka, akhirnya misi gereja hanya menjadi sebuah anganangan yang tidak akan pernah mencapai sebuah realita. Untuk menjawab tantangan mengenai keragaman kondisi masyarakat itu maka, gereja merumuskan pedoman yang disebut sebagai tata aturan gereja. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa untuk mencapai tata aturan gereja tersebut, pelayan gereja perlu memiliki wawasan yang luas dan teknikteknik yang tepat untuk melaksanakan tata aturan itu, sehingga tata aturan gereja dapat di realisasikan dengan baik. Pada kenyataannya, persoalan mengenai teknik dalam melakukan tata aturan gereja seringkali menjadi masalah antara pelayan gereja dengan jemaat yang dilayaninya. Faktanya ialah bahwa ketidakmampuan pelayan gereja pada cara pendekatan dalam 1

menerjemahkan tata aturan gereja itu, sehingga menimbulkan rasa tidak puas di kalangan jemaat. Selain itu ada masalah-masalah yang lebih kompleks, terjadi diantara anggota jemaat sehingga menimbulkan perpecahan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, tidak cukup hanya melalui khotbah dari mimbar saja, namun perlu adanya pelayanan yang bersifat pendekatan, dalam arti tatap muka kepada setiap anggota jemaat, pendekatan ini disebut sebagai konseling pastoral (pastoral counseling). Kehadiran konseling pastoral dilandaskan pada pemahaman bahwa individu sebagai bagian dari jemaat yang memiliki sejumlah kebutuhan khusus sehingga harus diberi perhatian khusus pula. Selama ini dirasakan bahwa pendekatan melalui pemberitaan Firman diatas mimbar, tidak sepenuhnya menyentuh realitas persoalan jemaat. Konseling pastoral dapat dinilai sebagai jembatan untuk menghubungkan keretakan relasi antara gereja dan umatnya. Menurut Van Beek konseling pastoral dipahami sebagai :... proses pertolongan yang pada hakekatnya adalah psikologis antara seorang penolong dengan seorang atau beberapa orang yang ditolongnya dengan maksud meringankan penderitaan dari yang ditolong. Sementara kata pastoral berasal dari bahasa Latin yang berarti gembala (Pastor). Seorang pastor (pastoral adalah kata sifat dari pastor) adalah seseorang yang bersifat seperti gembala, yang bersedia merawat, memelihara, melindungi dan menolong orang lain. Bahkan seorang pastor merasa bahwa karya semacam itu adalah yang seharusnya dilakukannya, katakanlah bahwa itu adalah tanggung jawab dan kewajiban baginya. 1 Konseling pastoral dapat membantu pembaharuan semangat gereja dengan menyediakan alat untuk pembaharuan pribadi, hubungan, dan kelompok manusia. Jadi, konseling merupakan suatu alat pembaharuan melalui alat perdamaian yang membantu menyembuhkan keterasingan orang dari diri sendiri, dari warga gereja lainnya maupun dari kehidupan di masyarakat serta dari hubunganya dengan Allah yang memberikan kegairahan dan pertumbuhan. 1 Aart M. van Beek, Konseling Pastoral, (Semarang: Satya Wacana, 1987) 2

Konseling pastoral dapat menjadi alat penyembuhan dan pertumbuhan dengan membantu orang mengembangkan, apa yang paling sulit dicapai dalam periode masa kini, yaitu hubungan yang mendalam. Memang sangat sulit menjalin hubungan dengan orang lain, sehingga untuk mencapai keadaan itu seseorang patut berempati dengan sesama, pada rasa sakit dan kemampuannya, kehampaan dan keutuhannya, harapan dan keputusaannya yang bercampur secara unik. Sebagai konselor pendeta membutuhkan pengertian tentang dirinya sendiri yang berkaitan dengan citra, peran, fungsi dan tujuan sebagai konselor. 2 Dengan demikian sebagai seorang konselor pendeta dapat menjalin hubungan yang mendalam dengan jemaatnya. Pendampingan pastoral tidak hanya bisa dipahami dengan belajar tekniktekniknya saja, tetapi harus mempelajari manusia yang terlibat dalam pendampingan pastoral dan relasi di antara manusia itu. Seorang anggota jemaat mempunyai masalah, dia pergi kepada seorang penolong. Maupun seorang penolong menemui orang yang bermasalah, dan pada saat itu sesuatu yang baru akan terjadi yaitu relasi/hubungan dimana, jalinan emosional-intelektual antara dua manusia akan terjadi. Kekuatan relasi itu artinya, kekuatan dan sumbangannya terhadap relasi yang bergantung pada peranan masing-masing dan juga kebutuhan-kebutuhan dari anggota jemaat yang bermasalah itu dan keterampilan dari penolong dalam menangani masalah. Dengan demikian, seorang penolong harus tahu keadaan emosi dan keterampilannya sendiri sebelum dia bisa menolong orang lain yang bermasalah. 3 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa konseling pastoral ialah suatu usaha dan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk menolong orang lain yang sedang mengalami masalah. Adapun yang disumbangkan pastoral terhadap konseling adalah dimensi- 2 Howard Clinebell. Tipe-tipe dasar pendampingan dan koseling pastoral. (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 2002). 17-20 3 Mesach Krisetya, Diktat Konseling Pastoral, (Fakultas Teologi, Universita Kristen Satya Wacana, salatiga 2009) 5-6 3

dimensi rohaniah dan suatu perspektif menyeluruh. 4 Dalam hal ini, pendampingan pastoral sangat penting didalam sebuah gereja sehingga ketika ada permasalahan yang dihadapi oleh jemaat, gereja mengadakan pendekatan melalui perkunjungan pendeta, khotbah dan pemahaman Alkitab. Jadi, fokus kajian konseling pastoral adalah individu, karena ketika individu tidak lagi dijadikan sebagai titik pijakan pelayanan konseling pastoral, maka terjadi masalah. Hal tersebut terjadi pada jemaat GKS di Nggongi. Masalah yang ada dalam jemaat Nggongi adalah ketika terjadi konflik, baik itu antara jemaat dengan majelis, maupun warga jemaat dengan warga jemaat lainnya, maka pada akhirnya gerejalah yang menjadi sasaran utama. Adanya jemaat GKS Nggongi yang pindah ke denominasi gereja lain (Karismatik) yang berada di lingkungan Nggongi itu sendiri, seperti Gereja bebas Hosen, Gereja Bethel Indonesia, Gereja Bethel Taber Nakel, Gereja Sidang Jemaat Allah Lembah Damai, Gereja Reformasi. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka skripsi ini diberi judul: Analisis Pastoral dan Faktor-faktor Penyebab Jemaat Pindah Gereja (Kajian Kasus Jemaat GKS Nggongi di Sumba Timur) 1.2 Rumusan masalah Bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dan melihat situasi yang nampak, maka rumusan masalahnya adalah masalah sebagai berikut : 1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan warga jemaat GKS Nggongi pindah gereja? 2. Bagaimana pelaksanaan pendampingan pastoral bagi warga gereja yang pindah ke gereja lain? 1.3 Tujuan penelitian 4 ibid 4

Dari rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai peneliti adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab warga jemaat GKS Nggongi pindah gereja. 3. Mendeskripsikan pelaksanaan pendampingan pastoral bagi warga gereja yang pindah ke gereja lain? 1.4 Metode penelitian Metode penelitian yang dipakai yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu usaha dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, kondisi, suatu pemikiran ataupun peristiwa-peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. 5 Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya, atau sebagaimana adanya dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. 6 Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi alamiah (Sugiyono, 2005:1). 7 Guba (dalam Meleong, 1990:4) 8 menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Mulayana & Solatun (2007: 15) sepakat dengan pendapat Sugiyono maupun Guba yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif 5 Moh. Nasir, metode penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), 63 6 Handari Nanawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1994) 7 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005) 8 Meleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, 1990) hal 1 5

menggunakan konsep kealamiahan (kecermatan, kelengkapan, atau orisinalitas) yakni kesesuaian antara apa yang mereka rekam sebagai data dan apa yang terjadi di lapangan. 9 Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif merupakan jenis penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai suatu keadaan secara nyata dalam hal ini keadaan nyata tentang warga jemaat yang pindah ke gereja lain dan pelayanannya ke jemaat atau denominasi gereja lain, serta keadaan yang sebenarnya berdasarkan data yang diperoleh dilapangan. 1.5 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Observasi partisipan merupakan suatu bentuk observasi khusus dimana studi kepustakaan. Peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang aktif, yang mengamati kegiatan-kegiatan aktivitas-aktivitas yang dilakukan Pendeta digereja maupun di masyarakat. 1. Teknik wawancara ini bertujuan mengumpulkan keterangan tentang pemahaman pendeta terhadap jabatan kependetaan. 10 Adapun teknik wawancara yang digunakan ialah In-Dept Interviewing (wawancara mendalam). Wawancara ini bersifat tidak terstruktur (seperti percakapan biasa) tapi tearah. Yang akan di wawancarai adalah Pendeta, Majelis jemaat dan warga jemaat di GKS Nggongi yang pindah Gereja dan tidak pindah. 2. Teknik Focus Group Discussion (FGD), diskusi yang terfokus pada suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal. Jumlah pesertanya 9 Mulyana. D & Solatun, Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakaraya, 2007) hal. 15 10 Koentjaraningrat, Metode-Metode penelitian Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), 162 6

bervariasi antara 5-7 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator 11. FGD ini dilakukan untuk Jemaat yang sudah pindah gereja. 3. Teknik studi kepustakaan ini digunakan untuk mengumpulkan bahan atau data dari berbagai buku dan dokumen lainnya yang bermanfaat untuk menyusun landasan teoritis sebagai tolak ukur dalam menganalisa data penelitian lapangan yang berguna menjawab persoalan pada rumusan masalah penelitian. Lokasi dari penelitian ini adalah di jemaat GKS Nggongi Sumba Timur 1. Subjek Analisa dari penelitian ini adalah jemaat dengan tujuan untuk menggali pemahaman mengenai pendampingan pastoral terhadap jemaat GKS Nggongi. 2. Waktu Penelitian: dilakukan selama 1 bulan dengan melakukan penelitian yang menggunakan teknik wawancara. 1.6 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Memberi masukan bagi pendeta untuk mengadakan pendampingan pastoral di jemaat GKS Nggongi. 2. Memberi masukan bagi jemaat untuk saling terbuka ketika menghadapi masalah tersebut, sehingga permasalahan yang ada tidak menjadi suatu persoalan yang besar dan berdampak pada keputusan jemaat untuk memilih gereja yang lain. 3. Memberi masukan bagi Fakultas, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pelengkap dan tambahan pengetahuan khususnya sehubungan dengan studi pastoral. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa teologi yang berminat pada studi pastoral serta yang akan terjun dalam pelayanan di masyarakat. 11 Bdg. http://inspirewhy.com/teknik-moderasi-focus-group-discussion-fgd, di download 06 maret 2012 pkl. 7:22 Wib 7