BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA. A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA. A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley"

Transkripsi

1 BAB IV PENTINGNYA KONSELING PASTORAL ANTARBUDAYA DI JEMAAT GMI WESLEY JAKARTA A. Realitas Konseling Pastoral Antarbudaya di GMI Wesley Jakarta Dalam kehidupan bergereja, keutuhan jemaat baik individu maupun persekutuan adalah suatu tugas panggilan gereja yang menjadi tujuan dari pelayanan. Namun realitas di jemaat GMI Wesley Jakarta menunjukkan bahwa kondisi seperti demikian belum terwujud secara baik dalam hubungan antar jemaat dengan pendeta, maupun antarsesama jemaat. Hal ini dikarenakan kondisi jemaat yang multikultural dan memiliki persoalan-persoalan praktis berjemaat yang bisa mengarah dan berakibat kepada ketidakutuhan jemaat baik secara individu maupun persekutuan jemaat itu sendiri. 1 Ketidaksenangan dengan pelayanan pendeta, tidak siap menerima keputusan majelis jemaat, pola kehidupan yang beragam (sebagian jemaat yang bergaya kebarat-baratan) sehingga menimbulkan ketersinggungan antar sesama jemaat, pengelompokkan jemaat berdasarkan kelas/status sosial, ekonomi, perbedaan bahasa yang memungkinkan terjadinya misunderstanding dalam 1 Lihat Bab IV, Seksi A dan B 1

2 pelayanan merupakan sekelumit persoalan berjemaat dalam konteks GMI Wesley yang multikulutural/plural tersebut. 2 Berhadapan dengan situasi demikian maka model konseling pastoral antarbudaya adalah salah satu pilihan penting bagi jemaat GMI Wesley Jakarta. B. Pentingnya Konseling Pastoral Antarbudaya Bagi Jemaat GMI Wesley Jakarta Berhadapan dengan konteks Jemaat GMI Wesley Jakarta yang multikultural, seperti yang diuraikan di atas maka pendeta sebagai orang yang melakukan tugas konseling pastoral harus dapat melakukan konseling antarbudaya dengan baik. Melalui konseling pastoral antarbudaya, pendeta dalam melaksanakan tugas sebagai konselor pastoral dan jemaat sebagai konseli dapat saling berbagi pengalaman. Selain itu, pendeta tersebut akan berusaha untuk memahami dunia jemaatnya dengan empatik. Dunia jemaat dalam konteks jemaat GMI Wesley adalah dunia yang multikultural/plural itu. Dalam kaitan dengan itu, konseling pastoral antarbudaya dapat berlangsung dengan baik apabila pendeta sadar akan dunianya sendiri dan masuk ke dalam dunia jemaatnya untuk memahaminya dan memberi solusi yang tepat bagi persoalan yang dihadapi oleh jemaatnya dengan kasih. Dalam melaksanakan tugas kependetaannya yang menggunakan konseling pastoral, pendeta dapat memberikan 2 Ibid 2

3 pengertian yang sebenarnya tanpa basa-basi kepada jemaat terkait dengan keterbatasan dirinya sebagai manusia yang membutuhkan pertolongan fisik maupun rohani. Harapan jemaat untuk mendapat pertolongan lewat proses konseling pastoral antarbudaya adalah tujuannya. Oleh karena itu, pendeta dalam melaksanakan tugas kependetaannya yang menggunakan konseling pastoral antarbudaya harus dapat menyembuhkan (healing), membimbing (guiding), menopang/ menyokong (sustaining), memperbaiki hubungan/ mendamaikan (reconciling) dan membebaskan (liberating, empowering, capacity building) jemaatnya yang terpenjara dengan masalah-masalah hidup mereka. Dalam melakukan konseling pastoral antarbudaya di jemaat GMI Wesley Jakarta, salah satu pendekatan yang bisa dikembangkan oleh pendeta sebagai orang yang melakukan tugas konselor pastoral adalah pendekatan relasional. Sesuai dengan pandangan Augsburger yang mengemukakan bahwa relasional adalah elemen sentral dalam konseling pastoral, maka dengan pendekatan relasional, konselor dapat memberi bantuan yang esensial terhadap konseli. Dengan konseling pastoral antarbudaya yang bersifat relasional, konselor dapat mengkomunikasikan sikapnya dalam menerima dan menghargai konseli, memahami dunia pribadi konseli melalui ungkapan empatik yang tepat, menyadari dunianya sendiri dan berbagi pengalaman dengan konseli dalam cara-cara yang terbuka dan kongruen, dan menghindarkan diri dari tindakan yang dibuat- 3

4 buat (artificial) atau basi-basi. 3 Selain itu, konseling pastoral antarbudaya yang relasional mengarahkan orientasi konseling pada arti dan bagaimana menjadi manusia yang sempurna. Sebagaimana yang dikatakan oleh Wiryasaputra, bahwa pendekatan trelasional berorientasi secara penuh dan utuh, kebebasan dan tanggung jawab manusia, pilihan manusia, menciptakan nilai dan makna kehidupan, kecemasan, rasa bersalah, kesadaran akan hakikat sebagai makhluk terbatas. 4 Melalui konseling pastoral antarbudaya yang bersifat relasional, akan terjalin suatu proses relasi yang empatik dari konselor terhadap konseli, dan menekankan konselor untuk memberikan perhatian kepada konseli secara penuh dan utuh ketika berhadapan dalam suatu proses konseling pastoral. Konseling pastoral antarbudaya seperti ini apabila dapat diterapkan dengan baik di jemaat GMI Wesley Jakarta, maka masalah-masalah yang dihadapi jemaat berkaitan dengan keragaman budaya dapat diminimalisir atau diatasi. Jemaat dapat diarahkan untuk memberi dan menerima kasih. Dengan demikian, konseling dapat membantu orang Kristen menjadi gereja, yaitu persekutuan yang di dalamnya kasih Allah menjadi realitas yang dialami dalam hubunganhubungan antar satu dengan yang lain. 3 Lihat David W. Augsburger, op.cit; juga lihat Sunaryo Kartadinata, Teori Bimbingan dan Konseling dalam Seri Landasan dan Teori Bimbingan dan Konseling, dipublikasi oleh edu Okt Lihat Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care, op.cit.,150. 4

5 Membangun kehidupan bergereja yang mencintai keutuhan persekutuan berjemaat di GMI Wesley yang multikultural dan menghindari kesenjangan antar pendeta dengan jemaat maupun antar sesama jemaat merupakan suatu tugas kependetaan yang menggunakan konseling pastoral antarbudaya dari pendeta. Proses konseling pastoral antarbudaya harus menghindari terjadinya ketidakbebasan berekspresi dari jemaat karena tekanan atau otoritas yang dipergunakan pendeta. Hal ini seperti yang tergambar pada proses konseling antarbudaya yang bersifat relasional dimana antara konselor dan konseli harus saling berelasi dalam kasih yang berdasar pada cinta ilahi. Relasional yang dilandaskan pada kasih ilahi merupakan aspek penting dalam konseling pastoral antarbudaya yang baik untuk diterapkan pada konteks jemaat GMI Wesley Jakarta yang multikultural. Hal ini dikarenakan suatu misunderstanding sangat rentan terjadi di tengah konteks jemaat yang beragam itu. Apalagi perbedaan budaya yang melatarbelakangi kehadiran pendeta dan jemaat itu sendiri. Oleh karena itu, relasi antara pendeta dan jemaat harus terbangun secara relasional dimana pendeta dapat berempati dengan jemaat sehingga mengedepankan proses mendengar dan berefleksi sebagai hal penting dalam proses konseling pastoral antarbudaya. Howard Clinebell mengatakan bahwa mendengar dapat membiarkan jemaat mengetahui bahwa pendeta sedang berusaha memahami dunia batinnya, yaitu arti perasaannya sehingga lewat 5

6 proses itu keakraban dalam hubungan konseling pastoral antarbudaya dapat tercipta antara pendeta dengan jemaat tentunya tanpa tenggelam di dalamnya. 5 Kondisi jemaat GMI Wesley yang terdiri dari pengelompokan orang-orang yang statusnya tinggi karena perbedaan tingkat ekonomi baik ekonomi mapan dan ekonomi lemah, pengelompokan karena bakat, misalnya kelompok musik sehingga cenderung eksklusif terhadap yang lain adalah suatu masalah keutuhan jemaat bukan saja secara individu tetapi juga persekutuan, serta menyangkut persoalan rohani. Masalah rohani yang dimaksudkan di sini adalah keterpecahan gambar Allah, yaitu kesatuan jemaat sebagaimana yang tergambar dalam diri Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pendeta dalam melakukan konseling pastoral antarbudaya di jemaat GMI Wesley Jakarta. Ketika menghadapi kondisi jemaat yang mengalami perselisihan atau ketidakutuhan ini, pendeta dipanggil untuk menjadi orang yang memungkinkan terwujudnya keutuhan rohani di sepanjang pelayanannya di GMI Wesley. Kehadiran pendeta disana adalah untuk melakukan tugas inti dalam konseling pastoral antarbudaya yaitu mendampingi dan menumbuhkan rohani jemaat dalam kasih. Konseling pastoral antarbudaya menolong jemaat 5 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan Konseling Pastoral. (Yogyakarta: Kanisius, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 99. 6

7 menikmati suatu hubungan yang terbuka dan berkembang dengan Allah, yang memampukannya untuk hidup dengan penuh pertumbuhan di tengah-tengah keterasingan, kehilangan, konflik dan tragedi kehidupan dunia. Gambaran ketidakutuhan jemaat baik secara individu maupun persekutuan dalam konteks bergereja di jemaat GMI Wesley yang multikuktur merupakan suatu masalah konseling pastoral. Oleh karena itu, membangkitkan kesadaran setiap jemaat melihat akarakar sosial dari ketidakutuhan/kehancuran mereka secara individual dan persekutuan, serta akar-akar yang merintangi pertumbuhan mereka adalah tanggung jawab pendeta dalam melaksanakan tugas kependetaannya yang menggunakan konseling pastoral antarbudaya untuk jemaat yang dilayaninya. Ketika tanggung jawab tersebut dapat dijalankan dengan baik maka keutuhan jemaat dapat tercipta dalam suatu hubungan relasional yang saling bekerjasama. Selain tugas pendeta sebagai seorang pendamping bagi jemaatnya melalui pendekatan konseling pastoral antarbudaya perlu ditingkatkan, jemaat secara individu dan persekutuan pun harus memiliki kasih dan keterbukaan untuk terjadi suatu transformasi hidup atas masalah yang memenjarakan mereka. Oleh karena itu, eksklusifitas dan sikap tinggi hati karena memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, ekonomi yang mapan, egoisme dan arogansi karena status atau gaya hidup yang lux dalam kehidupan jemaat harus bersedia terlebih dahulu untuk diubah dan 7

8 terbuka kepada pembaharuan Roh Kudus dalam kehidupan jemaat, sehingga jemaat secara individu dan persekutuan dapat mengalami proses transformasi spiritual, sosial dan mental. Ketika perubahan telah terbentuk dalam kehidupan jemaat, maka situasi kerjasama dan saling membangun antar jemaat itu dapat tercipta apabila antar sesama manusia saling membangun hubungan-hubungan yang terbuka, jujur dan penuh sukacita, menghilangkan batas-batas status sosial-ekonomi, pengetahuan, saling mengisi dan melengkapi dengan kasih yang merupakan sumber segala kehidupan, penyembuhan dan pertumbuhan. Dengan terjadinya pertumbuhan jemaat di dalam kasih, maka sifat misioner pelayanan Yesus turut dinyatakan dalam kehidupan persekutuan bergereja. Bosch mengatakan bahwa sifat misioner pelayanan Yesus sebagai ciri pelayanan kerajaan Allah, terwujud melalui suatu serangan total melawan si jahat dalam semua manifestasinya. 6 Kuasa jahat yang dilawan oleh Yesus mengambil banyak bentuk, seperti: penderitaan, kesakitan, maut, dosa pribadi dan imoralitas, rasa benar sendiri dan tidak mengenal kasih dari mereka yang mangaku mengenal Allah, usaha mempertahankan hak-hak istimewa kelas-kelas khusus, dan kehancuran hubungan-hubungan manusia. Pelayanan Yesus itu merupakan suatu perwujudan dari 6 David J. Bosch, op.cit., 50. 8

9 pemerintahan Allah sendiri (bnd. Luk. 11:20; Mat.12:28). 7 Jika pendeta dapat melakukan tugas konseling pastoral untuk mendampingi dan menolong konseli dari kesakitan pribadi, rasa benar sendiri dan tidak mengenal kasih persaudaraan, kehancuran hubungan antar sesama dan pengistimewaan hak-hak atau status sosial-ekonomi diri dan meremehkan yang lainnya, maka pemerintahan Allah secara nyata telah diwujudkan dalam misi pelayanannya. Pemerintahan Allah menghapuskan segala bentuk keterasingan dan meruntuhkan dinding-dinding kebencian dan pengasingan. Selain itu, pemerintahan Allah membuat orang-orang yang terabaikan dan dibenci bangkit kembali sebagai orang yang dipulihkan dan kemanusiaan mereka penuh di hadapan Allah dan orang banyak. C. Menjadi Sosok yang Tidak Asing di Tengah Situasi yang Baru Jemaat GMI Wesley Jakarta merupakan jemaat yang multikultural/plural sebagaimana pengakuan mereka. Di tengah konteks yang multikultural itu, banyak masalah yang juga kompleks baik yang dialami oleh individu, keluarga, dan persekutuan jemaat. Di tengah kondisi jemaat yang berhadapan dengan masalah ini, mereka membutuhkan peran pendeta untuk membantu dan menolong mereka agar bebas dari masalah itu. 8 Sebagai sosok yang bertanggungjawab untuk melayani jemaatnya, pendeta tidak bisa 7 Ibid., Lihat Bab. III seksi C. 9

10 mengabaikan tugas tersebut. Kehadiran pendeta di tengah situasi yang baru dengan konteks jemaat yang budayanya beragam, bahkan pendeta sendiri memiliki budaya yang berbeda dengan jemaat adalah suatu hal yang tidak mudah. Apalagi untuk menolong agar bisa keluar dari penjara masalah yang mencekik kehidupan mereka. Hal ini memang tidak mudah tetapi jika pendeta dapat menerima dan menghargai perbedaan sebagai kekayaan untuk membangun jemaatnya maka hal itu merupakan modal yang baik dalam konseling pastoral antarbudaya. Pandangan ini seperti yang dikemukakan oleh Mesach Krisetya bahwa kesadaran terhadap kemajemukan adalah suatu kekayaan dan menghargai perbedaan sebagai anugerah Allah yang dapat memunculkan sikap-sikap yang terbuka dan belajar (relasional) untuk saling melengkapi dan menumbuhkan adalah suatu keniscayaan. 9 Dengan proses itu, maka konseling pastoral antarbudaya di Jemaat GMI Wesley Jakarta yang multikultural diharapkan dapat berlangsung dan berjalan dengan baik. Menjadi seorang konselor pastoral antarbudaya berarti menjadi seorang penolong yang lahir dari budaya yang berbeda dengan konseli dan dalam perbedaan itulah ia bisa memahami kehidupan konseli dan menghubungkannya dengan Allah sebagai satu-satunya realitas tertinggi yang dapat memberikan pertolongan 9 Lihat Mesach Krisetya, Kepemimpinan Pastoral (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW Press, 1999),

11 dan pembebasan. Untuk melakukan tugas tersebut pendeta harus memiliki kompetensi intercultural dan strategi empati. Dengan intercultural empati konselor akan menyadari adanya budayabudaya, merendahkan hati (mengosongkan diri), bersedia masuk dalam budaya lain, memahami dan menerima budaya lain sebagaimana adanya secara utuh dan penuh sehingga dapat terjalin kesalingan di antara konselor dan konseli. 10 Saling belajar, saling menumbuhkan, saling melengkapi dalam kekurangan-kekurangan demi mencapai suatu pembebasan dari masalah kehidupan konseli. Dengan berlangsungnya proses kesalingan itu, maka kedua belah pihak memperlakukan dirinya dan diperlakukan oleh pihak lain sebagai subyek. Selain itu dengan sikap saling pandanganpandangan subordinat terhadap satu budaya dan menganggap budaya yang lain superior dapat dihindari, sehingga manifestasi gambar Allah nampak di antara konselor dan konseli sebagai satu keutuhan. Melalui sikap tersebut maka strategi konseling pastoral antarbudaya secara faktual telah dinyatakan dalam proses bersama mereka. Tetap memahami budaya sendiri dan memasuki kebudayaan lain untuk menolong orang lain bertemu dengan Kristus adalah tugas konselor pastoral dan juga pendeta yang melaksanakan tugas kependetaannya yang menggunakan konseling pastoral antarbudaya. Yesus sendiri adalah sosok yang telah menunjukkan jalan itu untuk 10 Lihat Totok S. Wiryasaputra, Konseling Antarbudaya, op.cit.,

12 bertemu dengan Allah. Yesus dalam sejarah hidupnya membenarkan dirinya sebagai seorang Yahudi, melakukan ritual dalam budaya Yahudi (sunat), menghormati Sabat, orang tuanya adalah orang Yahudi yang setia pada Torah dan praktik-praktik Yahudi Tradisional (Lukas 2:23-31). Bait Allah di Yerusalem adalah tempat yang tepat bagi Yesus (Lukas 2:49) dan Ia ikut serta dalam ibadah di Sinagoge (Lukas 4:16-21). Namun, Ia tidak menganggap Ke- Yahudiannya itu sebagai yang superior terhadap yang non Yahudi. Yesus menentang paradigma orang Yahudi yang menganggap dirinya superior dan tidak mau bergaul dengan orang dari budaya non Yahudi. Bahkan keselamatan yang saat itu diklaim hanya bagi orang Yahudi saja ditentang oleh Yesus. Bagi Yesus keselamatan adalah milik semua orang, termasuk orang bukan Yahudi juga. Allah bukanlah semata-mata Allah Israel, melainkan juga dan sama-sama, Allah bagi orang-orang bukan Yahudi. Oleh karena itu, Allah tidaklah terikat hanya kepada Israel. 11 Pola Yesus yang diterapkan dalam pelayanannya ini, seperti yang dikemukakan oleh Augsburger sebagai empati antarbudaya. 12 Ia dengan cinta ilahi memberi kepada manusia pembebasan, pendamaian, penyembuhan dan bimbingan, topangan untuk manusia bangkit dari keterpurukan karena dosa dan memberi anugerah hidup seutuhnya sebagai manusia. 11 Lihat David J. Bosch, op.cit., Lihat David W. Augsburger, op.cit. 12

13 Bahkan Yesus melewati batas-batas yang dianggap tabuh oleh orang Yahudi, melalui perjumpaannya dengan orang-orang Samaria (Lukas 9:51-56). Yesus melakukan tindakan penyembuhan kepada kesepuluh orang kusta (Lukas 17:11-19) dimana sembilan dari mereka adalah orang Yahudi dan sisa satunya adalah orang Samaria, yang justru datang berterimakasih kepadanya. Sikap Yesus ini menunjukkan dirinya sebagai seorang penolong dan pembebas antarbudaya, yang tidak membeda-bedakan orang dari latar belakang budaya sesuai dengan pandangan umum yang berlaku pada masa itu. Selain itu, kesediaan konselor untuk belajar memahami dan membagikan budaya orang lain sebagai aspek penting dalam konseling antarbudaya mencirikan kompetensinya dalam konseling. Belajar untuk memahami adalah suatu proses yang telah dilewati sebelumnya oleh Yesus sebelum memulai pelayanannya. Dikatakan bahwa Yesus belajar bahasa dan budaya. Yesus membangun hubungan yang relasional dengan belajar dan hidup bersama temanteman sebayanya. Ia belajar tentang keterampilan dan belajar firman Allah dan beribadah bersama pemuda sebayanya pada zaman itu, sampai-sampai Ia bertanya jawab dengan ahli-ahli hukum Taurat di Bait Suci. Padahal di satu sisi, Ia adalah Anak Allah. Pola hidup 13

14 Yesus itu sangat luar biasa, dimana Ia sebagai Anak Allah mau duduk di Bait Suci, mendengarkan dan bertanya-jawab. 13 Yesus dalam gambaran di atas ingin benar-benar memahami budaya pada saat itu dan masuk di dalam budaya untuk pada akhirnya bisa menolong orang lain. Pola seperti ini penting bagi seorang pendeta yang melaksanakan tugas kependetaannya dengan menggunakan konseling pastoral antarbudaya, yaitu masuk dalam budaya dan kehidupan jemaat yang dilayani. Belajar sebagai seorang anak dan bertumbuh di tengah-tengah mereka. Belajar menjadi murid dan membiarkan mereka mengajar kita sebelum kita bisa mengajar mereka dan mempertemukan mereka dengan Kristus sebagai pembebas. Adapun hakikat tugasnya, konselor pastoral antarbudaya harus meleburkan diri dengan orang-orang yang berbeda. Mengikuti teladan Yesus yang berenkulturasi 14 bahkan melalui suatu proses akulturasi 15 terhadap budaya lain berarti 13 Lihat Sherwood G. Lingenfelter dan Marvin K. Mayers, op.cit., Enkulturasi adalah proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, sistem norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan suatu masyarakat. Proses ini telah dimulai sejak awal kehidupan, yaitu dalam lingkungan keluarga, kemudian dalam lingkungan yang makin lama makin luas. seperti, seorang anak kecil yang mulai belajar dengan cara menirukan tingkah laku orang-orang di sekitarnya yang lama-kelamaan menjadi pola mantap, dan norma yang mengatur tingkah lakunya dibudayakan. Selain dari lingkungan keluarga, norma-norma dapat pula dipelajari dari pengalamannya bergaul dengan seksama warga masyarakat dan secara formal di sekolah. 15 Akulturasi dapat diistilahkan sebagai konsep mengenai proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsurunsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli. 14

15 menjalani reorientasi pribadi secara drastis. Artinya pendeta dalam melaksanakan tugas kependetaannya yang menggunakan konseling pastoral harus belajar mendalami konteks budaya baru jemaatnya. Masuk ke dalam budaya baru itu seolah-olah menjadi seorang anak yang tidak tahu apa-apa. Yesus yang dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan juga menjadi hamba di antara orang Yahudi (Flp. 2:6-7), maka masuk dan belajar memahami budaya konseli adalah suatu hal yang hakiki bagi konselor pastoral antarbudaya. Ketulusan kasih konselor adalah penting untuk berhadapan dengan konseli. Demikian juga dengan pendeta dalam melaksanakan tugas kependetaannya yang menggunakan konseling pastoral terhadap jemaat yang dilayaninya. Jika pendeta dalam melaksanakan tugas kependetaannya yang menggunakan konseling pastoral antarbudaya ingin menjadi sosok yang tidak asing di tengah situasi budaya yang baru, maka sudah sepantasnya ia harus bersedia belajar untuk memahami budaya baru, ia harus menyangkal dirinya. Yesus berkata: jika seorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya (Mat 16:24). Bersedia belajar dari jemaat, meninggalkan kenyamanan sendiri untuk dapat menolong dan mendampingi jemaat dari masalah kehidupannya merupakan suatu hal penting, dan pola itu merupakan proses dari konseling pastoral antarbudaya dengan pendekatan relasional. Melalui proses itu, maka kehadiran pendeta dalam melaksanakan 15

16 tugas kependetaannya yang menggunakan konseling pastoral antarbudaya di tengah kehidupan dan budaya jemaat yang baru baginya bukanlah suatu masalah yang asing, tetapi suatu berkat untuk dirinya dan berkat itu akan dibagikan kepada orang lain. 16

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB II GEREJA DAN PASTORAL BAB II GEREJA DAN PASTORAL 2.1. Pengertian Gereja Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada ditengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II. Konseling Pastoral Antarbudaya. Alkitab memberi kesaksian secara tertulis kepada orang

BAB II. Konseling Pastoral Antarbudaya. Alkitab memberi kesaksian secara tertulis kepada orang BAB II Konseling Pastoral Antarbudaya A. Konseling Pastoral: Suatu Refleksi Alkitabiah Alkitab memberi kesaksian secara tertulis kepada orang Kristen bahwa pelayanan pastoral kepada orang-orang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah BAB V PENUTUP Dari penjelasan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah Pendampingan Pastoral terhadap Pelayanan Kerohanian di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peran pendeta secara umum dapat dilihat dalam fungsi konseling pastoral, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan mengasuh. Dari hasil penelitian,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

Seri Kedewasaan Kristen (2/6) Seri Kedewasaan Kristen (2/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Ibadah dan Persekutuan Kode Pelajaran : OKB-P02 DAFTAR ISI A. BERTANGGUNG

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria Defenisi Gereja menurut Alkitab Di terjemahkan dari bahasa Yunani ekklesia, yang berarti dipanggil keluar. Ungkapan ini pada umumnya digunakan untuk orang yang mengadakan pertemuan apa saja. Di Perjanjian

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

Kuasa Persekutuan Kecil

Kuasa Persekutuan Kecil April 2010 1 Kisah Para Rasul 2:44; 5:12-16 Kuasa Persekutuan Kecil Dapat memahami tentang Care Group. Dapat hidup dalam komunitas/icare Group IFGF GISI Mukjizat dan tanda menyertai kehidupan jemaat mula-mula

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1075 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konseling pastoral merupakan salah satu bentuk pelayanan. gereja yang sangat penting, berkaitan dengan kepedulian gereja

BAB I PENDAHULUAN. Konseling pastoral merupakan salah satu bentuk pelayanan. gereja yang sangat penting, berkaitan dengan kepedulian gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konseling pastoral merupakan salah satu bentuk pelayanan gereja yang sangat penting, berkaitan dengan kepedulian gereja terhadap pertumbuhan umat terutama di

Lebih terperinci

Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di

Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di BAB 2 Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di hadapan ALLAH? Alkitab menggunakan berbagai ungkapan

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Surat Yohanes yang pertama

Surat Yohanes yang pertama 1 Surat Yohanes yang pertama Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman a yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan. Kami sudah

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga Hari Pertama Kamis, 25 Mei 2006 Kerajaan Kristus...dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem,

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL 1. Visi dan Misi Penginjilan dalam gereja lokal a. Visi: Terlaksananya Amanat Agung Yesus Kristus (Matius 28: 19 20) b. Misi: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD 25. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I 1. menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1.1 menerima dan mensyukuri dirinya sebagai ciptaan 1.2 menerima dan

Lebih terperinci

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th. Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang Roma 8:31-39 Pdt. Andi Halim, S.Th. Umumnya saat mendengar kata pemenang kita berpikir itu adalah orang yang hebat, yang berprestasi, dan yang luar biasa. Inilah

Lebih terperinci

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Modul 9: Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the

Lebih terperinci

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat FAKULTAS TEOLOGI PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013 Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat TESIS: Diajukan kepada: Program

Lebih terperinci

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit 15 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Paulus Catatan Umum Hampir separuh PB, yakni 13 kitab, memakai nama Paulus sebagai penulisnya (= Suratsurat Paulus). Selain itu,

Lebih terperinci

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Rencana Allah untuk Gereja Tuhan Yesus berkata, "Aku akan mendirikan jemaatku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Inilah janji yang indah! Ayat ini memberitahukan beberapa hal yang penting

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut : BAB V PENUTUP Pada bagian V ini, penulis akan memaparkan tentang kesimpulan dan saran. 5. 1. Kesimpulan Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal penting yang menjadi pokok

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat

Lebih terperinci

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO PENDADARAN PERJAMUAN KUDUS PASKAH Minggu, 5 April 2015 HOSANA : berilah kiranya keselamatan! GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO Kompleks Taman Alfa Indah Blok A No. 9 Joglo Jakarta Barat I. PENDAHULUAN Jemaat yang

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA 4.1 Pelayanan holistik di Gereja Pentakosta di Indonesia Pondok Diakonia Yayasan Sosial Harapan Bawen

BAB IV ANALISA 4.1 Pelayanan holistik di Gereja Pentakosta di Indonesia Pondok Diakonia Yayasan Sosial Harapan Bawen BAB IV ANALISA Pada Bab IV ini, penulis akan menganalisis bagaimana pelayanan holistik yang dilakukan oleh gereja terhadap anak autis dengan menggunakan teori yang ada bab II serta model yang ditemukan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

Surat Yohanes yang pertama

Surat Yohanes yang pertama 1 Yohanes 1:1 1 1 Yohanes 1:5 Surat Yohanes yang pertama 1 Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman * yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum

Lebih terperinci

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th. Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika,

Lebih terperinci

a) Mencari persatuan. Galatia 2:1-3.

a) Mencari persatuan. Galatia 2:1-3. Lesson 3 for July 15, 2017 Banyak orang-orang bukan Yahudi bergabung dengan Gereja, dan itu merupakan berkat yang besar. Namun, hal itu membawa beberapa masalah. Orang Yahudi mengerti bahwa mereka harus

Lebih terperinci

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) 6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Kolose. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus

Kolose. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus 296 Kolose 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus sesuai dengan kehendak Allah dan dari Timotius, saudara kita dalam Kristus. 2Kepada umat Allah, saudara-saudara yang setia dalam Kristus, yang tinggal di

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa XXVIII LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 2 Raj. 5 : Naaman kembali kepada Elisa, abdi Allah, dan memuji Tuhan.

Tahun C Hari Minggu Biasa XXVIII LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 2 Raj. 5 : Naaman kembali kepada Elisa, abdi Allah, dan memuji Tuhan. 1 Tahun C Hari Minggu Biasa XXVIII LITURGI SABDA Bacaan Pertama 2 Raj. 5 : 14-17 Naaman kembali kepada Elisa, abdi Allah, dan memuji Tuhan. Bacaan diambil dari Kitab Kedua Raja-Raja: Sekali peristiwa,

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT. mempertahankan keutuhan sebagai sebuah komunitas.

BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT. mempertahankan keutuhan sebagai sebuah komunitas. BAB 4 TINJAUAN EKKLESIOLOGIS TERHADAP MODEL HUGH F. HALVERSTADT 4. 1. Pendahuluan Kehidupan para murid (gereja mula-mula) bukan hanya menunjukkan tentang bagaimana perjuangan mereka melawan penaniayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Erik

Lebih terperinci

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman BAGI MEREKA YANG ADA DI DALAM Kristus Yesus. Siapa yang merdeka?

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman BAGI MEREKA YANG ADA DI DALAM Kristus Yesus. Siapa yang merdeka? Lesson 9 for December 2, 2017 Siapa yang merdeka? Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman BAGI MEREKA YANG ADA DI DALAM Kristus Yesus. (Roma 8:1) Hanya mereka yang memiliki hubungan yang erat dengan

Lebih terperinci

Hukum dan janji. Galatia 3:21. Tetap dibawah hukum Taurat. Galatia 3: Hukum sebagai pembimbing kita. Galatia 3:24.

Hukum dan janji. Galatia 3:21. Tetap dibawah hukum Taurat. Galatia 3: Hukum sebagai pembimbing kita. Galatia 3:24. Lesson 7 for August 12, 2017 Bagaimana hukum dan iman berkaitan? Apa peran kedua hal ini dalam rencana keselamatan? Apa yang dimaksud dengan berada dibawah hukum? Apakah hukum itu tidak berlaku lagi setelah

Lebih terperinci

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS KEMATIAN ORANG PERCAYA PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS KEMATIAN ORANG PERCAYA PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS KEMATIAN ORANG PERCAYA PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB Apakah tujuan dari kematian dalam hidup orang Kristen? Apa yang terjadi dengan tubuh dan jiwa saat kematian?

Lebih terperinci

Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum?

Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum? Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum? Setan disebut bapa segala dusta. Yahushua sendiri menyatakan bahwa Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula, dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia

Lebih terperinci

Persepuluhan adalah pernyataan iman dan kepercayaan kita kepada Allah.

Persepuluhan adalah pernyataan iman dan kepercayaan kita kepada Allah. Lesson 8 for February 24, 2018 Persepuluhan adalah pernyataan iman dan kepercayaan kita kepada Allah. Ketika kita mengembalikan persepuluhan, kita menunjukkan bahwa kita adalah penatalayan bukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT?

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT? JTA 4/6 (Maret 2002) 15-24 KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT? Agung Gunawan D i pertengahan tahun 30an, ada beberapa pemimpin gereja mulai tertarik dalam bidang konseling untuk dipakai di dalam pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Basuh Kaki Mendapat Bagian dalam Tuhan GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150,

Lebih terperinci

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A. Gal.6:1-5 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kitab Galatia dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat-jemaat di Galatia dengan tujuan agar mereka dapat berpegang pada Injil Kristus dan bukan pada hukum yang menyebabkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ).

Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ). Definisi Karunia Penyembuhan Adalah manifestasi Roh Kudus di mana terjadi penyembuhan fisik/ psikologis/rohani, atau suatu pembaharuan batin ( tobat ). Doa penyembuhan menekankan Iman yang Hidup Dalam

Lebih terperinci

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS MAKALAH 3 BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS Oleh Herlianto herlianto@yabina.org (Depok, Indonesia) ( Ya y a s a n b in a a w a m ) *) Makalah ini disampaikan dalam rangka Seminar Pneumatologi yang diselenggarakan

Lebih terperinci

MEMBERITAKAN INJIL DENGAN UTUH. Pembinaan Calon Pemimpin Kelompok Kecil UPEMKIP

MEMBERITAKAN INJIL DENGAN UTUH. Pembinaan Calon Pemimpin Kelompok Kecil UPEMKIP A. Hakikat Penginjilan 1 MEMBERITAKAN INJIL DENGAN UTUH Pembinaan Calon Pemimpin Kelompok Kecil UPEMKIP - 25062017 Menjadi saksi Kristus tidak hanya meliputi tingkah laku dan pola hidup sehari-hari, tetapi

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 37) Sunday, July 5, 2015

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 37) Sunday, July 5, 2015 Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 37) Sunday, July 5, 2015 Kepastian Ketiga: Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus 1 Yoh. 5:6 5:6 Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang yang dikenakan Disiplin Gereja Dalam bab ini, penulis akan meninjau hasil penelitian dalam Bab III dan menghubungkannya

Lebih terperinci

Level 3 Pelajaran 2. MENGGUNAKAN KARUNIA-KARUNIA DALAM PELAYANAN Oleh Andrew Wommack

Level 3 Pelajaran 2. MENGGUNAKAN KARUNIA-KARUNIA DALAM PELAYANAN Oleh Andrew Wommack Level 3 Pelajaran 2 MENGGUNAKAN KARUNIA-KARUNIA DALAM PELAYANAN Oleh Andrew Wommack Bagaimana Anda dapat menggunakan kasih Allah yang Anda telah terima, dan membagikannya kepada orang lain - bagaimana

Lebih terperinci

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI Minggu, 15 Mei 2016 PERSIAPAN *Doa Pribadi Umat *Doa Konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P2: Selamat malam dan selamat beribadah di hari Minggu, Hari Pentakosta,

Lebih terperinci

Ketika kita mempelajari kehidupan Petrus, kita menemukan seorang yang sangat kontras. Dia seorang yang impulsif dan mandiri namun disaat yang sama ia

Ketika kita mempelajari kehidupan Petrus, kita menemukan seorang yang sangat kontras. Dia seorang yang impulsif dan mandiri namun disaat yang sama ia Lesson 1 for April 1, 2017 Ketika kita mempelajari kehidupan Petrus, kita menemukan seorang yang sangat kontras. Dia seorang yang impulsif dan mandiri namun disaat yang sama ia seorang yang rendah hati

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci