31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli - Desember 2008. 3.2 Metode Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan analisis terhadap kondisi eksisting yang meliputi potensi ekologi, ekonomi dan sosial bagi pengembangan sistem agribisnis komoditas unggulan (ikan lele) untuk mendukung minapolitan di Kabupaten Boyolali. Selanjutnya dilakukan analisis keberlanjutan minapolitan, mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan minapolitan dan mengidentifikasi skenario pengembangan minapolitan di Kabupaten Boyolali. Pada analisis keberlanjutan dicari atribut-atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan sistem yang dikaji selanjutnya dijadikan sebagai faktor-faktor penting dalam sistem dan dianalisis tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor tersebut. Pada analisis prospektif, masing masing faktor penting didefinisikan kemungkinan keadaannya (state) di masa depan dan dirumuskan berbagai skenario strategi masa depan dalam pengembangan sistem yang dikaji. Pada tahap akhir, dirumuskan prioritas kebijakan pengembangan kawasan minapolitan Kampung Lele di Kabupaten Boyolali. 3.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi, wawancara, pengisian kuesioner, dan pengamatan langsung terhadap kegiatan pengembangan minapolitan di lokasi penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dengan cara mencari dari berbagai sumber, seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian.
32 3.3.1 Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang bersumber dari responden dan semua stake holders dalam bidang budidaya ikan lele. Pada Tabel 1 disajikan secara rinci, jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian. Tabel 1. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian. Jenis Data I. Data Primer 1. Sosial-Ekonomi 2. Data tingkat kepentingan faktor-faktor strategis terhadap sistem. 3. Data untuk perumusan skenario sistem. II. Data Sekunder Sumber Data Responden (Pembudidaya) Responden (Expert/Pakar) Responden (Expert/Pakar) 1. Sosial-ekonomi 2. Pola penggunaan lahan 3. Jumlah angkatan pencari kerja 4. Jumlah Pembudidaya, dsb Data BPS RTRW BPS Kelompok pembudidaya lele 3.3.2 Teknik Penentuan Responden dan Pengambilan Contoh Pemilihan responden dipilih secara sengaja (purposive sampling). Adapun pertimbangan dalam menentukan masyarakat dan pakar yang akan dijadikan responden, menggunakan kriteria yaitu mempunyai pengalaman, reputasi, dan kedudukan/jabatan sesuai dengan bidang yang dikaji, serta memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia, dan atau berada pada lokasi yang dikaji. Pakar yang akan menjadi alternatif pilihan untuk dijadikan responden sebanyak 10 orang yang mewakili semua stakeholders seperti kelompok pembudidaya, pengusaha lele, Kasubdin Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Ketua Bapeda, Perguruan Tinggi, Dinas PU, BPN, lembaga keuangan, LSM dan DKP, sehingga pakar yang terpilih diharapkan dapat mewakili setiap unsur birokrasi, akademisi (pergururan tinggi), pelaku usaha, peternak, dan asosiasi/organisasi yang peduli dengan budidaya ikan lele serta LSM.
33 3.4 Analisis Data Pada penelitian ini dilakukan berbagai analisis data, adapun analisis data yang dilakukan sesuai dengan tahapan penelitiannya adalah sebagai berikut : 3.4.1 Analisis Kondisi Eksisting Analisis ini dilakukan secara deskriptif dan bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosial budaya dan potensi minapolitan di kawasan minapolitan Desa Sawit. 3.4.2 Analisis Keberlanjutan Keberlanjutan kawasan minapolitan berbasis agribisnis ikan lele akan dianalisis melalui pendekatan multidimensional scaling (MDS) dengan analisis Rapfish. MDS adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui keberlanjutan pembangunan wilayah secara multidisipliner. Dimensi dalam MDS menyangkut berbagai aspek. Setiap dimensi memiliki atribut atau indikator yang terkait dengan keberlanjutan pembangunan kawasan. Berdasarkan indikator tersebut dilakukan analisis status masing-masing dimensi pengelolaan lingkungan apakah mendukung atau tidak terhadap keberlanjutan sumberdaya dalam suatu wilayah tertentu untuk jenis kegiatan yang spesifik. Dasar dari penentuan status ini menjadi barometer dalam penentuan kebijakan yang harus dilakukan guna terjaminnya keberlanjutan kawasan agropolitan berbasis agribisnis ikan lele. Teknik MDS ini akan menjelaskan hubungan dari berbagai aspek keberlanjutan, dan juga mendefenisikan pembangunan kawasan yang fleksibel. Data yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya akan dianalisis dengan software Rapfish (rapid assesment techniques for fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center University of British Columbia, Kanada. Pada analisis MDS ini, data yang diperoleh diberi skor sesuai dengan status sumberdaya tersebut dengan skala 0 sampai 100%. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi. Adapun tatacara melakukannya dapat dilihat pada Gambar 5.
34 Gambar 5. Proses aplikasi MDS Pada penelitian ini keberlanjutan kawasan minapolitan dinilai dari lima dimensi. Setiap dimensi tersebut dilengkapi dengan atribut yang digunakan untuk menilai kondisi di masa lalu dan saat ini. Atribut yang tersebar dalam lima dimensi kondisi disajikan pada Tabel 2, 3, 4, 5, dan 6. Penentuan skor setiap atribut dilakukan dengan berbagai teknik yaitu: untuk atribut yang datanya tersedia dalam bentuk numerik, maka menggunakan data dokumentasi. Sedangkan atribut yang datanya berupa persepsi atau pandangan maka dilakukan wawancara terhadap responden yang mengetahui dengan tepat kondisi atribut tersebut.
35 Tabel 2. Atribut ekologi keberlanjutan pengembangan agribisnis ikan lele Atribut dimensi ekologi 1 Tingkat pemanfaatan lahan untuk budidaya ikan lele 2 Pemanfaatan bahan kimia dalam kegiatan budidaya ikan lele 3 Ketersediaan sumberdaya air 4 Tingkat pencemaran air 5 Tingkat penggunaan air tanah 6 Tingkat penggunaan pakan ikan/pelet 7 Daya dukung lingkungan 8 Sistem pemeliharaan 9 Ketersediaan instalasi pengelolaan limbah budidaya Tabel 3. Atribut ekonomi keberlanjutan pengembangan agribisnis ikan lele Atribut dimensi ekonomi 1 Permintaan ikan lele 2 Trend harga ikan lele 3 Pasar produk 4 Tingkat pendapatan dari usaha budidaya lele 5 Kelayakan usaha pengolahan ikan lele 6 Pemasaran ikan lele 7 Ongkos produksi ikan lele 8 Dukungan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan pembudidaya
36 Tabel 4. Atribut sosial budaya keberlanjutan pengembangan agribisnis ikan lele Atribut Dimensi sosial budaya 1 Peran masyarakat dalam usaha agribisnis ikan lele 2 Pertumbuhan rumah tangga pembudidaya 3 Pemahaman, kepedulian, dan tanggung jawab masyarakat terhadap sumberdaya air 4 Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat pembudidaya 5 Status kesehatan masyarakat pembudidaya 6 Frekuensi konflik masyarakat dalam pengelolaan lingkungan 7 Pengaruh keberadaan kawasan minapolitan terhadap nilai-nilai sosial budaya local 8 Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan Tabel 5. Atribut teknologi keberlanjutan pengembangan agribisnis ikan lele Atribut dimensi teknologi 1 Teknologi budidaya ikan lele 2 Teknologi pengolahan hasil budidaya 3 Managemen pemberian pakan 4 Teknologi pembuatan pakan 5 Teknologi transportasi dan adaptasi benih 6 Standarisasi mutu produk 7 Teknologi pengolahan limbah hasil budidaya 8 Penggunaan probiotik pada budidaya 9 Ketersediaan teknologi informasi dan transportasi Tabel 6. Atribut hukum dan kelembagaan keberlanjutan pengembangan agribisnis ikan lele
37 Atribut dimensi hukum dan kelembagaan 1 Kemitraan kelompok pembudidaya 2 Sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah 3 Intensitas kegiatan budidaya yang melanggar hukum 4 Konsistensi penagakan aturan/hukum 5 Mekanisme kerjasama lintas sektor dalam pengelolaan minapolitan 6 Ketersediaan peraturan perundana-undangan tentang pengelolaan sumberdaya perikanan 7 Pengurusan izin investasi baru 8 Keberadaan aparat penegak hukum di kawasan minapolitan 9 Penyuluhan hukum tentang pengelolaan usaha perikanan Output dari hasil analisis ini adalah berupa status keberlanjutan pengembangan minapolitan berbasis budidaya ikan lele untuk ke-lima dimensi dalam bentuk skor dengan skala 0 100. Adapun kategori keberlanjutannya menggunakan skor yang diadopsi dari Kavanagh (2001), yakni jika didapat skor < 50 menunjukan bahwa dimensi tersebut tidak berkelanjutan; jika didapat skor 50 75 menunjukkan belum berkelanjutan; dan jika skor >75 menunjukkan bahwa dimensi tersebut berkelanjutan. Pada penelitian ini juga akan didapatkan faktor pengungkit (leverage factors) yakni faktor-faktor strategis yang harus diperhatikan dalam pengembangan minapolitan berbasis budidaya lele di masa mendatang. Dari faktor pengungkit ini akan dicari faktor sensitif atau intervensi yang akan membuat pengembangan minapolitan ikan lele menjadi berkelanjutan. Dalam rangka mengevaluasi pengaruh galat (error) acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengembangan minapolitan berbasis budidaya lele digunakan analisis "Monte Carlo", sehingga dari sini akan mengetahui hal-hal sebagai berikut (Kanvanagh, 2001 serta Fauzi dan Anna, 2002): 1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemanaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut;
38 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda; 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi); 4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing data); 3.4.3 Analisis Prospektif Analisis prospektif ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam pengembangan minapolitan berbasis budidaya lele yang berkelanjutan. Analisis ini juga dapat mengeksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang, sesuai kebutuhan para pelaku (stakeholders) yang terlibat dan akan diperoleh melalui bantuan kuesioner dan wawancara langsung di wilayah studi. Adapun faktor kunci yang didapat akan digunakan untuk mendeskripsikan kemungkinan masa depan bagi pengembangan minapolitan berbasis budidaya ikan yang berkelanjutan. Pada analisis ini akan dihimpun pendapat pakar dan stakeholder yang terlibat dalam pengembangan minapolitan berbasis budidaya lele. Adapun tahapan yang dilakukan pada analisis prospektif (Bourgeois dan Yesus, 2004) adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang di kaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor variabel, menganalisis pengaruh dan kebergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan kebergantungan dari masing-masing faktor ke dalam empat kuadran utama; (2) Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama; dan (3) Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan (state) pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Adapun untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, pada tahap pertama digunakan matriks pada Tabel 7. Sedangkan tingkat
39 pengaruh dan ketergantungan antar faktor di dalam sistem disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan hasil analisis tersebut selanjutnya akan dibuat skenario pengembangan minapolitan di Kabupaten Boyolali. Tabel 7. Matriks pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengembangan minapolitan berbasis budidaya lele Dari Terhadap A B C D E F G H I A B C D E F G H I Sumber: Godet et al. (1999). Keterangan: A - I = Faktor penting dalam sistem Pengaruh Kuadran I Faktor penentu INPUT Kuadran II Faktor penghubung STAKES Kuadran IV Faktor bebas UNUSED Kuadran III Faktor terikat OUTPUT Ketergantungan Gambar 6. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Selanjutnya setelah didapat faktor kunci dirumuskan prioritas kebijakan pengembangan kawasan minapolitan Kampung Lele di Kabupaten Boyolali.