ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG"

Transkripsi

1 Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (Agustus 2017): ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN SOREANG KABUPATEN BANDUNG Sustainable of Rice Farming in Soreang District of Bandung Regency Gilang Fauzi Dzikrillah a, Syaiful Anwar b, Surjono Hadi Sutjahjo c a Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor gilangfauzi78@yahoo.co.id b Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor c Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor Abstract. Rice farming in Soreang district of Bandung Regency face problems that pose a threat to the sustainability of food security. This research objectives is to analyse and assess the sustainability of rice farming in Soreang District with Rapid Appraisal Usahatani Padi (RAP-FARM) using Multidimensional Scaling (MDS) method. Results shows rice farming in Soreang District assessment using RAP-FARM yield in sustainability index which can be categorized as less sustainable. Leverage analysis results showed that out of 48 existing attributes, 21 sensitive attributes proven to have influence on the rice farming sustainability index. The perspective analysis shows that there are 6 key factors that have significant influence on wetland rice farming which are: (1) conformity of land usage to the land properties, (2) farmers motivation, (3) organic material usage and utilization of farm waste, (4) freedom from pest infestations and diseases, (5) land fertility, and (6) usage of chemical pesticides. The efforts for improving rice farming in Soreang Regency require a sustainability index value by way of managing and repairing sensitive attributes with attribute 21 focus on improvements of the sensitive 6 key factors attribute against the rice farming. Keywords: sustainability, rice farming, Soreang (Diterima: ; Disetujui: ) 1. Pendahuluan Indonesia sebagai Negara yang berdaulat, berkomitmen untuk mewujudkan ketahanan pangan, hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang ketahanan pangan dan gizi yang mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat. Ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Padi adalah komoditas pangan strategis nasional dan memiliki sensitivitas yang tinggi ditinjau dari aspek politis, ekonomi, dan kerawanan sosial. Peran strategis padi dalam perekonomian nasional adalah: (1) merupakan bahan pangan pokok bagi 95% lebih penduduk Indonesia dengan pangsa konsumsi energi yang berasal dari beras lebih dari 55%; (2) sekitar 30% total pengeluaran rumah tangga miskin dialokasikan untuk beras; dan (3) usahatani padi menyediakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi lebih dari 25,6 juta rumah tangga petani (Suryana, 2005). Produksi padi sawah di Kabupaten Bandung tahun cenderung berfluktuatif, pada tahun 2004 produksi padi sebesar ton, menurun menjadi ton pada tahun 2005, kemudian pada tahun 2006 meningkat menjadi ton dan pada tahun 2011 meningkat menjadi ton (Hadinata dan Sugiyanto, 2013). Kabupaten Bandung merupakan bagian dari wilayah pengembangan metropolitan Bandung yang merupakan hiterland serta daerah penyangga Kota Bandung dan salah satu Kabupaten yang mempunyai ketahanan pangan yang baik, namun perkembangan kegiatan Kota Bandung memaksa terjadi pergeseran kegiatan ekonomi ke Kabupaten Bandung. Tantangan utama dalam penyediaan pangan dihadapkan pada ketersediaan sumberdaya lahan yang semakin langka (lack of resources), baik luas maupun kualitas serta konflik penggunaan (conflict of interest) (Pasandaran, 2006). Kelangkaan tersebut disebabkan semakin meningkatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian yang bersifat permanen (irreversible). Alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Bandung selama adalah sebesar 1.898,32 Ha atau 4,96% dari seluruh sawah di Kabupaten Bandung. Alih fungsi lahan di Kecamatan Soreang sendiri sebesar 112,98 Ha atau 0,30% berdampak signifikan pada hilangnya produksi padi yaitu sebesar 1.669,36 ton/tahun (Hadinata dan Sugiyanto, 2013). Usaha untuk meningkatkan produksi padi melalui peningkatan produktivitas juga terhambat oleh keterbatasan teknologi dan infrastuktur, telah dicapainya batas maksimum potensi hasil varietas, penurunan kualitas lahan karena terdegradasi dari penggunaan pupuk inorganik secara berlebihan, 107 doi: /jpsl

2 JPSL Vol. 7 (2): , Agustus 2017 semakin terbatasnya sumber daya air, variabilitas iklim, dan meningkatnya serangan organisme pengganggu tanaman yang resisten terhadap penggunaan pestisida kimiawi (Sumarno, 2006). Saat ini kontribusi Kabupaten Bandung terhadap produksi padi Jawa Barat kurang lebih mencapai 7% setiap tahunnya, dan lebih kurang memasok ton per hari ke pasar induk Cipinang Jakarta (Pemkab Bandung, 2014). Kabupaten Bandung menetapkan kebijakan pada salah satu kecamatan yaitu kecamatan Soreang. Permasalahan yang timbul dapat memperlemah ketahanan pangan nasional, mengingat Kecamatan Soreang termasuk wilayah pengembangan Soreang-Kutawaringin-Katapang sebagai salah satu lumbung beras andalan di bumi priangan. Tujuan penelitian ini, menilai dan menganalisis status keberlanjutan usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung berdasarkan 5 dimensi keberlanjutan (Suyitman et al., 2009), yaitu: dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, teknologi-infrastuktur, dan hukum-kelembagaan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mengidentifikasi faktor kunci penentu keberlanjutan untuk pengembangan usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung pada masa depan. 2. Metode Penelitian 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penetapan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) sebanyak 10 (sepuluh) desa yaitu Desa Sadu, Desa Sukajadi, Desa Sukanagara, Desa Panyirapan, Desa Karamatmulya, Desa Soreang, Desa Pamekaran, Desa Parungserab, Desa Sekarwangi, dan Desa Cingcin. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi) dan hasil wawancara mendalam (in depth interview) dengan 129 petani dan 20 stakeholders. Informan dipilih menggunakan purposive sampling dan identifikasi stakeholders dilakukan dengan metode snowball sampling yaitu stakeholders merekomendasikan stakeholders lainnya sebagai responden (Wildemuth 2009). Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dipublikasikan oleh Pemerintah Kecamatan Soreang, Dinas Pertanian Kota Soreang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung baik berupa profil desa, monografi, buku sensus pertanian, laporan hasil penelitian, dan dokumen lainnya mengenai peraturan perundang-undangan, tupoksi, dan rencana strategis pengelolaan yang dimiliki oleh setiap instansi yang terkait Metode Analisis Status keberlanjutan usahatani padi sawah dinyatakan dalam bentuk indeks keberlanjutan berdasarkan pendekatan Rap-Farm dengan menerapkan teknik MDS (Multidimensional Scaling) (Fisheries, 2002). Pendekatan Rap-Farm dimodifikasi dari program Rapfish (Rapid Assessment Techniques for Fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia (Fauzi dan Anna, 2005). Metode MDS merupakan teknik analisis statistik yang mentransformasi setiap dimensi dan multidimensi pada dimensi keberlanjutan usahatani padi sawah (Rao and Rogers, 2006). Menurut Nurmalina (2008), teknik MDS memetakan dua titik atau objek yang sama dalam satu titik yang saling berdekatan. Sebaliknya, obyek atau titik yang berbeda digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. Nilai skor pada setiap atribut akan membentuk suatu matriks X (n x p), dimana n adalah jumlah wilayah beserta titik-titik acuannya dan p adalah jumlah atribut yang digunakan. Nilai skor tersebut kemudian di standardisasi untuk setiap nilai skor atribut, sehingga setiap atribut memiliki bobot seragam dan perbedaan antarskala pengukuran dapat dihilangkan. Metode standardisasi tersebut, sebagai berikut : X ik sd = X ik X k S k keterangan: X ik sd = Nilai skor standar wilayah (termasuk titik acuannya) ke i = 1,2, n, pada setiap atribut ke k = 1,2, p; X ik = Nilai skor awal wilayah (termasuk titiktitik acuannya) ke i = 1,2, n, pada setiap atribut ke k = 1,2, p; X k = Nilai tengah skor pada setiap atribut ke k = 1,2, p; S k = Simpangan baku skor pada setiap atribut ke k = 1,2, p. Menurut Fauzi (2002), teknik MDS dalam Rapfish dilakukan dengan menghitung jarak terdekat dari Euclidian distance berdasarkan persamaan (1) berikut: d 12 = (x 1 x 2 ) 2 + (y 1 y 2 ) (1) Jarak Euclidean antara dua titik tersebut (d 12) kemudian diproyeksikan ke dalam jarak Euclidean dua dimensi (D 12) berdasarkan rumus regresi (2) berikut: d 12 = a + bd 12 + e; e adalah error...(2) Pada Rapfish, proses regresi tersebut menggunakan algoritma ALSCAL dengan prinsip membuat pengulangan (iteration) proses regresi tersebut sehingga mampu menghasilkan nilai error terkecil. Menurut Kavanagh and Pitcher (2004) algoritma ALSCAL pada Rapfish memaksa agar nilai intercept pada persamaan tersebut sama dengan nol (a = 0) sehingga persamaan (2) menjadi persamaan (3) berikut: 108

3 ISSN e-issn JPSL Vol. 7 (2): d 12 = bd 12 + e (3) Proses pengulangan terhenti, jika nilai stress lebih kecil dari Nilai Stress diperoleh berdasarkan persamaan (4). Stress = 1 m [ (D ijk d ijk ) 2 m i j k=1 2 ]...(4) i j d ijk Pengaruh error akan muncul dalam analisis MDS yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti: 1) kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, 2) variasi nilai akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, 3) proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan data atau ada data yang hilang, dan tingginya nilai stress. Nilai stress <25% merupakan nilai stress yang dapat diterima. Evaluasi pengaruh error pada proses pendugaan nilai ordinasi keberlanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Montecarlo. Metode penentuan indeks keberlanjutan usahatani padi sawah dengan teknik Rapfish dilakukan berdasarkan sistematika yang telah ditentukan. Menurut Nababan et al. (2008) penentuan Indeks dan status keberlanjutan berdasarkan tahapan: 1) pengkajian atribut-atribut pada setiap dimensi keberlanjutan dan menilai atribut tersebut berdasarkan data aktual melalui pengamatan lapangan, wawancara bersama pakar, dan kajian pustaka, 2) nilai skor atributatribut setiap dimensi keberlanjutan kemudian dianalisis pada program Microsoft Excell dengan menggunakan template yang telah disiapkan sebelumnya, sehingga diperoleh suatu besaran nilai yang dikenal dengan indeks keberlanjutan, 3) mengkategorikan nilai indeks keberlanjutan berdasarkan selang keberlanjutan untuk memperoleh status keberlanjutan. Selang nilai skor keberlanjutan setiap dimensi, antara lain: buruk (0,00-25,00), kurang (25,01-50,00), cukup (50,01-75,00), dan baik (75,01-100,00). Hasil lain yang diperoleh dalam analisis MDS adalah penentuan faktor pengungkit (leverage factors) yang merupakan faktor-faktor strategis pengelolaan usahatani padi sawah di masa depan (Pitcher and Preikshot, 2001). Faktor pengungkit tersebut, berguna dalam penentuan faktor penting pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Penentuan faktor kunci keberlanjutan dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif (Participatory Prospective Analysis). Analisis tersebut digunakan untuk menentukan faktor penting yang berpengaruh terhadap usahatani padi sawah. Analisis prospektif melibatkan responden pakar untuk berpartisipasi dalam rangka mengetahui, menyelidiki, dan mengantisipasi perubahan terhadap sistem yang mampu memberikan hasil cepat (Bourgeois and Jesus, 2004). Penilaian faktor penting dilakukan dengan mempertimbangkan dampak langsung faktor pengungkit terhadap faktor pengungkit lainnya. Menurut Godet (1999) pengaruh antar faktor diberikan skor oleh responden pakar, antara lain: (a) skor 0 apabila tidak ada pengaruh, (b) skor 1 apabila berpengaruh kecil, (c) skor 2 apabila berpengaruh sedang, dan (d) skor 3 apabila berpengaruh sangat kuat. Menurut Burgeois and Jesus (2004) hasil analisis berbagai faktor atau variabel seperti pada Gambar 2 menunjukkan bahwa faktor-faktor atau variabelvariabel yang berada pada: (1) kuadran I (input) memuat faktor penting atau penggerak (driving variabels) yang paling kuat dalam sistem karena memiliki pengaruh kuat dengan ketergantungan rendah, (2) kuadran II (stakes) memuat faktor peubah kuat karena mempunyai pengaruh dan ketergantungan yang kuat (leverage variables), (3) kuadran III (output) memuat faktor-faktor berpengaruh kecil dengan ketergantungan tinggi, dan (4) kuadran IV (unused) memuat faktorfaktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan kecil. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Status Keberlanjutan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Soreang Hasil analisis Rap-Farm (Gambar 1) menunjukkan bahwa usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Bandung memiliki nilai indeks keberlanjutan sebesar 49,07, sehingga status kerberlanjutan berkategorikan kurang berkelanjutan. Nilai indeks keberlanjutan tersebut dihasilkan berdasarkan penilaian terhadap atribut yang tercakup dalam 5 dimensi keberlanjutan, antara lain: dimensi ekologi (11 atribut), dimensi ekonomi (10 atribut), dimensi sosial-budaya (10 atribut), dimensi teknologi-infrastuktur (8 atribut), dan dimensi hukumkelembagaan (9 atribut). Stress analisis MDS masing-masing dimensi dan rataannya memiliki nilai < 0,25 dimana semakin kecil nilai stress maka output analisis MDS semakin baik. Koefisien determinasi (R 2 ) pada setiap dimensi dan rataannya memiliki nilai yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan besaran nilai yang mendekati 1. Berdasarkan kedua parameter statistik tersebut (Tabel 1), disimpulkan bahwa seluruh atribut yang digunakan pada setiap dimensi mampu menggambarkan keberlanjutan usahatani padi sawah. 109

4 JPSL Vol. 7 (2): , Agustus Hukum- Sosial-Budaya Kelembagaan Keberlanjutan Teknologi- Infrastruktur 100 Ekologi Ekonomi Dimensi Indeks Status Ekologi 49,02 Kurang Ekonomi 55,16 Cukup Sosial-Budaya 45,87 Kurang Teknologi- Infrastruktur 44,57 Kurang Hukum- Kelembagaan 50,73 Cukup Multidimensi 49,07 Kurang Gambar 1. Indeks dan status keberlanjutan usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tabel 1. Parameter statistik (goodness of fit) analisis indeks keberlanjutan usahatani padi sawah Dimensi Parameter Ekologi Ekonomi Sosial- Teknologi- Hukumstatistik Budaya Infrastruktur Kelembagaan Rataan Stress 0,18 0,18 0,17 0,18 0,15 0,17 R 2 0,90 0,88 0,88 0,90 0, Tabel 2. Hasil analisis Monte Carlo nilai Rap-Farm pada selang kepercayaan 95 persen Dimensi MDS Monte Carlo Selisih Ekologi 49,02 49,01 0,01 Ekonomi 55,16 54,56 0,60 Sosial-Budaya 45,87 45,47 0,39 Teknologi-Infrastruktur 45,57 44,62 0,95 Hukum-Kelembagaan 50,73 49,73 1,00 Multidimensi 49,07 48,68 0,39 Tabel 3. Indeks keberlanjutan tiap desa di Soreang Desa Ekologi Ekonomi Sosial- Teknologi- Hukum- Multidimensi Budaya Infrastruktur Kelembagaan Sukanagara 37,56 39,50 35,61 30,48 34,81 35,59 Sadu 50,81 41,60 45,00 50,78 40,48 45,73 Sukajadi 35,48 29,80 65,05 42,03 41,96 42,86 Panyirapan 51,69 40,66 40,55 29,03 40,48 40,48 Karmatmulya 46,37 55,25 36,42 68,01 65,33 54,28 Soreang 42,77 53,54 46,14 50,93 79,13 54,50 Pamekaran 46,62 44,88 38,81 45,81 53,54 45,93 Parungserab 41,16 49,26 46,49 30,35 63,73 46,20 Sekarwangi 39,19 53,30 45,02 29,17 44,22 42,18 Cingcin 45,71 38,73 30,61 51,95 51,41 43,68 Hasil analisis Monte Carlo (Tabel 2) menunjukkan perbedaan nilai yang kecil antara nilai indeks keberlanjutan MDS dan Monte Carlo pada selang kepercayaan 95 persen. Perbedaan nilai yang kecil tersebut, menunjukkan: (1) kesalahan pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, (2) variasi pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, (3) proses analisis MDS yang berulang relatif stabil, dan (4) kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari. Perbedaan ini juga menunjukkan bahwa analisis yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Beberapa parameter hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa metode Rap-Farm cukup baik untuk dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi keberlanjutan usahatani padi sawah secara kuantitatif dan cepat (rapid appraisal) Status Keberlanjutan Usahatani Padi Sawah di Perdesaan Kecamatan Soreang Berdasarkan Tabel 3 hasil analisis Rap-Farm multidimensi menunjukkan nilai indeks keberlanjutan usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang bervariasi. Sebagian besar desa di Kecamatan Soreang memperoleh nilai ikb-rice berkisar 42,18 46,20 termasuk kategori kurang berkelanjutan diantaranya yaitu Desa Sadu, Desa Sukajadi, Desa Panyirapan, Desa Pamekaran, Desa Parungserab, Desa Sekarwangi, dan Desa Cingcin. Terdapat dua desa yang memperoleh nilai indeks keberlanjutan diatas 50,01 yaitu Desa Karamatmulya dan Desa Soreang digolongkan kedalam kategori cukup berkelanjutan. Desa Sukanagara memperoleh nilai indeks terendah dibandingkan sembilan desa lainnya di Kecamatan Soreang dengan perolehan nilai indeks keberlanjutan sebesar 35,59 termasuk kategori kurang berkelanjutan. Desa Karamatmulya dan Desa Soreang secara multidimensi termasuk kategori cukup berkelanjutan, namun hasil analisis Rap-Farm menunjukkan pada dimensi ekologi dan dimensi sosial-budaya masih termasuk kurang berkelanjutan, hal ini ditunjukkan 110

5 ISSN e-issn JPSL Vol. 7 (2): dengan nilai indeks dibawah 50,00. Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi tertinggi diperoleh Desa Panyirapan sebesar 51,69 tergolong cukup berkelanjutan namun secara multidimensi Desa Panyirapan masih termasuk kategori kurang berkelanjutan. Hal ini serupa pada Desa Sukajadi yang memperoleh nilai indeks keberlanjutan tertinggi untuk dimensi sosial-budaya sebesar 65,05 tergolong cukup berkelanjutan, namun secara multidimensi Desa Sukajadi masih termasuk kategori kurang berkelanjutan Keadaan tersebut menunjukkan bahwa, meskipun nilai indeks keberlanjutan multidimensi tergolong kategori cukup berkelanjutan belum tentu secara keseluruhan kelima dimensi yang diamati memiliki nilai ikb-rice tergolong cukup berkelanjutan. Hal ini dikarenakan untuk memperoleh status keberlanjutan cukup berkelanjutan secara multidimensi, diperlukan lima dimensi yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan multidimensi suatu desa atau kecamatan. Oleh karena itu diperlukan pengembangan dan peningkatan tidak hanya pada dimensi tertentu tetapi secara keseluruhan/holistik pada tiap dimensi agar nilai indeks keberlanjutan multidimensi menjadi lebih baik Atribut Sensitif Hasil analisis leverage dimensi ekologi (Gambar 2), menunjukkan dari 11 atribut yang dianalisis terdapat 5 atribut sensitif berpengaruh terhadap usahatani padi sawah. Penentuan 5 atribut sensitif tersebut, ditentukan dengan cara memilah atribut yang memiliki nilai perubahan root mean square (RMS) lebih dari setengah skala nilai pada sumbu x. Kelima atribut sensitif terhadap keberlanjutan tersebut, antara lain: (1) pemakaian pestisida kimia, (2) lahan (kesuburan tanah), (3) penggunaan bahan organik dan pemanfaatan limbah pertanian, (4) kesesuaian lahan dengan tata guna lahan, dan (5) bebas serangan hama dan penyakit. Empat dari lima atribut sensitif tersebut memiliki keterkaitan erat terhadap keberlanjutan ekologi, yaitu atribut pemakaian pestisida kimia, lahan (kesuburan tanah), penggunaan bahan organik dan pemanfaatan limbah pertanian, dan bebas serangan hama dan penyakit. 4 atribut sensitif berpengaruh terhadap usahatani padi sawah. Keempat atribut sensitif terhadap keberlanjutan tersebut, antara lain: (1) transfer keuntungan dari usahatani padi, (2) rataan penghasilan petani relatif terhadap UMR Kabupaten Bandung, (3) Fluktuasi harga, dan (4) Harga Gabah Kering Giling (GKG) tingkat petani. Tiga dari empat atribut sensitif tersebut memiliki keterkaitan erat terhadap keberlanjutan ekonomi, yaitu rataan penghasilan petani relatif terhadap UMR, fluktuasi harga, dan Harga Gabah Kering Giling (GKG) tingkat petani. Gambar 3. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi ekonomi usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Hasil analisis leverage dimensi sosial-budaya (Gambar 4), menunjukkan dari 10 atribut yang dianalisis terdapat 5 atribut sensitif berpengaruh terhadap usahatani padi sawah. Kelima atribut sensitif terhadap keberlanjutan tersebut, antara lain: (1) motivasi petani bertani, (2) pengetahuan dan dukungan terhadap lingkungan pertanian, (3) frekuensi konflik pertanian, (4) tingkat penyerapan tenaga kerja, dan (5) pertumbuhan rumah tangga petani. Tiga dari lima atribut sensitif tersebut memiliki keterkaitan erat terhadap keberlanjutan sosial-budaya, yaitu motivasi petani bertani, tingkat penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan rumah tangga petani. Gambar 4. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi sosial-budaya usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang kabupaten Bandung Gambar 2. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi ekologi usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Hasil analisis leverage dimensi ekonomi (Gambar 3), menunjukkan dari 10 atribut yang dianalisis terdapat 111 Hasil analisis leverage dimensi teknologi-infrastruktur (Gambar 5), menunjukkan dari 8 atribut yang dianalisis terdapat 4 atribut sensitif berpengaruh terhadap usahatani padi sawah. Kelima atribut sensitif terhadap keberlanjutan tersebut, antara lain: (1) kondisi jalan usahatani desa, (2) akses terhadap perkembangan iptek, (3) ketersediaan sarana prasarana usahatani, (4)

6 JPSL Vol. 7 (2): , Agustus 2017 saluran irigasi. Tiga dari empat atribut sensitif tersebut memiliki keterkaitan erat terhadap keberlanjutan teknologi-infrastruktur, yaitu kondisi jalan usahatani desa, ketersediaan sarana prasarana usahatani, dan saluran irigasi. pertanian, (3) frekuensi konflik pertanian, (4) tingkat penyerapan tenaga kerja, dan (5) pertumbuhan rumah tangga petani. d. Dimensi teknologi-infrastruktur: (1) kondisi jalan usahatani desa, (2) akses terhadap perkembangan iptek, (3) ketersediaan sarana prasarana usahatani, dan (4) saluran irigasi. e. Dimensi hukum-kelembagaan: (1) penyuluhan pertanian, (2) jumlah penyaluran kredit, dan (3) keberadaan kelompok tani Faktor Kunci Analisis Prospektif Gambar 5. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi teknologi-infrastruktur usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Hasil analisis leverage dimensi hukum-kelembagaan (Gambar 6), menunjukkan dari 9 atribut yang dianalisis terdapat 3 atribut sensitif berpengaruh terhadap usahatani padi sawah. Kelima atribut sensitif terhadap keberlanjutan tersebut, antara lain: (1) penyuluhan pertanian, (2) jumlah penyaluran kredit, (3) keberadaan kelompok tani. Dua dari tiga atribut sensitif tersebut memiliki keterkaitan erat terhadap keberlanjutan hukum-kelembagaan, yaitu penyuluhan pertanian dan keberadaan kelompok tani. Gambar 6. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi hukum-kelembagaan usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Berdasarkan hasil analisis leverage pada masingmasing dimensi keberlanjutan, dari 48 atribut diperoleh 21 atribut sensitif dari 5 dimensi keberlanjutan, yaitu: a. Dimensi ekologi: (1) pemakaian pestisida kimia, (2) lahan (kesuburan tanah), (3) penggunaan bahan organik dan pemanfaatan limbah pertanian, (4) kesesuaian lahan dengan tata guna lahan, dan (5) bebas serangan hama dan penyakit. b. Dimensi ekonomi: (1) transfer keuntungan dari usahatani padi, (2) rataan penghasilan petani relatif terhadap UMR Kabupaten Bandung, (3) fluktuasi harga, dan (4) Harga Gabah Kering Giling (GKG) tingkat petani. c. Dimensi sosial-budaya: (1) motivasi petani bertani, (2) pengetahuan dan dukungan terhadap lingkungan Konsep pembangunan berkelanjutan bertujuan menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi (dimensi ekonomi), pelestarian lingkungan (dirnensi ekologi), pemerataan (dimensi sosial-budaya). Beberapa pendapat menambahkan dimensi teknologi-infrastruktur (pengembangan dan penerapan teknologi pada infrastruktur yang lebih baik), hukum-kelembagaan (pematuhan hukum dan berfungsinya kelembagaan) bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada sistem nyata memerlukan komitmen kuat pelaku utama sistem (stakeholders) untuk menjamin keberhasilan pembangunan. Analisis prospektif mampu mengeksplorasi kemungkinan masa depan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan. Tahap penentuan indeks dan status keberlanjutan bertujuan memberikan gambaran keadaaan usahatani padi sawah aktual (existing condition). Analisis prospektif bertujuan mempersiapkan tindakan strategis di masa depan dengan cara menentukan faktor kunci yang berperan penting terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Berdasarkan penilaian 21 atribut sensitif tersebut, teridentifikasi 6 faktor kunci/dominan yang memiliki berpengaruh kuat. Tiga faktor kunci diantaranya merupakan faktor kunci yang mempunyai pengaruh kuat antar faktor walaupun dengan ketrgantungan yang kurang kuat, yaitu (1) kesesuaian lahan dengan tata guna lahan, (2) motivasi petani bertani, dan (3) penggunaan bahan organik dan pemanfaatan limbah pertanian. Sementara itu, tiga atribut lainnya merupakan faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan yang kuat yaitu: (1) bebas serangan hama dan penyakit, (2) lahan (kesuburan tanah), dan (3) pemakaian pestisida kimia. Dengan demikian, keenam faktor tersebut perlu dikelola dengan baik di masa yang akan datang agar keberlanjutan usahatani padi sawah dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. 4. Kesimpulan Berdasarkan kondisi eksisting, hasil analisis usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, secara multidimensi menunjukkan kategori kurang berkelanjutan. Terdapat dua desa di Kecamatan Soreang yang tergolong cukup berkelanjutan yaitu Desa Karamatmulya dan Desa 112

7 Pengaruh ISSN e-issn JPSL Vol. 7 (2): Soreang. Secara agregat, atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan usahatani padi sawah dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu: 1) subsistem hulu (on farm) dan 2) sumberdaya manusia petani. Rendahnya motivasi petani untuk bertani dan rendahnya kesadaran petani akan penggunaan input pertanian yang berasal dari lingkungan menyebabkan usahatani padi sawah kurang berkelanjutan. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yaitu kesadaran tentang pentingnya usahatani padi sawah terpadu, baik bagi instansi pemerintah khususnya Dinas Pertanian, petani dan masyarakat, dukungan sarana prasarana input pertanian berbasiskan pertanian organik, serta penyuluhan pertanian untuk meningkatkan keberlanjutan usahatani padi sawah di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Kesesuaian lahan dengan tata guna lahan Motivasi petani bertani Penggunaan bahan organik dan pemanfaatan limbah pertanian Bebas serangan hama dan penyakit Pemakaian pestisida kimia Lahan (kesuburan tanah) 1.00 Pengetahuan pertanian Transfer keuntungan Pertumbuhan rumah Harga Gabah Kering tangga petani Saluran irigasi 0.50 (GKG) Penyerapan tenaga penghasilan petani Ketersediaan sarana Kondisi jalan kerja relatif prasarana Fluktuasi harga Keberadaan kelompok Akses terhadap iptek Jumlah penyaluran - Penyuluh pertanian tani kredit - Frekuensi 0.50 konflik Ketergantungan Gambar 7. Faktor kunci/dominan yang berpengaruh pada usahatani padi sawah di kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Daftar Pustaka [1] Bourgeois, R. and F. Jesus, Participatory Prospective Analysis, Exploring and Anticipating Challenges with Stakeholders. Center for Alleviation of Poverty through Secondery Crops Development in Asia and The Pacific and French Agricultural Reasearch Center for Internasional Development. Monograph (46) : [2] Fauzi, A. dan S. Anna, Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Lautan untuk Analisis Kebijakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. [3] Fauzi, A., Penilaian depresiasi sumberdaya perikanan sebagai bahan pertimbangan penentuan kebijakan pembangunan perikanan. Jumal Pesisir dan Lautan Vol. 4 (2). pp: [4] Fisheries Centre, Attributes of Rapfish Analysis for Ecological, Technological, Economic, Social and Ethical Evaluation Fields. Institute of Social and Economic Research Press. St John s Canada. [5] Godet, M., Scenarios and Strategies, A Toolbox for Scenario Planning. Librairie des Arts et Meiters. Paris. [6] Hadinata C dan Sugiyanto, Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian dan Alih Fungsi lahan Pertanian di Kabupaten Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB 2 (2): [7] Kavanagh, P. and T. J. Pitcher, Implementing Microsoft Excel Software for Rapfish : A Technique for The Rapid Appraisal of Fisheries Status. University of British Columbia. Fisheries Centre Research Reports 12(2). [8] Nababan, O. B, Y. D. Sari, dan M. Hermawan, Tinjauan Aspek Ekonomi Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Buletin Ekonomi Perikanan 8(2). [9] Nurmalina, R., Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras di Beberapa Wilayah Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi 26(1) : [10] Pasandaran E., Alternatif Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan Sawah Beririgasi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(4): [11] Pitcher, T. J. and D. Preikshot Rapfish: A Rapid Appraisal Technique to Evaluate The Sustainability Status of Fisheries. Fisheries Research 49 (2001) : [12] Rao N. and Rogers P., Assessment of Agricultural Sustainability. Current Science. 91(41): [13] Sumarno, Sistem Produksi Padi Berkelanjutan dengan Penerapan Revolusi Hijau Lestari. Buku I. Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, September [14] Suryana A., Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Andalan Pembangunan Nasional. Makalah pada Seminar Sistem Pertanian Berkelanjutan untuk Mendukung Pembangunan Nasiosinal 15 Februari Universitas Sebelas Maret Solo. [15] Suyitman, S. H. Sucahyo, C. Herison, dan Muladno, Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan di Kabupaten Situbondo untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jurnal Agro Ekonomi 27(2) : [16] Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan. Jakarta. [17] Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta. [18] Wildemuth B. M., Application of Social Research Methods to Question in Informan and Library Science. Grennwood Publishing Group, London. 113

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN SISTEM BUDI DAYA TERNAK SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR

KEBERLANJUTAN SISTEM BUDI DAYA TERNAK SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR KEBERLANJUTAN SISTEM BUDI DAYA TERNAK SAPI PERAH PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR Dear Rahmatullah Ramadhan, Sri Mulatsih, dan Akhmad Arif Amin 51 KEBERLANJUTAN SISTEM BUDI DAYA TERNAK SAPI PERAH

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan mulai bulan Februari 2011 hingga Oktober 2011. Lokasi penelitian dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK BULETIN PSP ISSN: 251-286X Volume No. 1 Edisi Maret 12 Hal. 45-59 ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN Oleh: Asep Suryana

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA Analysis of Sustainability Index and Status of Rice Availability System in Several Regions in Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA Iis Arsyad¹, Syaiful Darman dan Achmad Rizal² iis_arsyad@yahoo.co.id ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

Pengukuran Indeks Keberlanjutan Industri Gula

Pengukuran Indeks Keberlanjutan Industri Gula Manajemen IKM, Februari ( - ) Vol. 1 No. ISSN 2085- http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Measurement of Sugar Industry Sustainability Index Hartrisari Hardjomidjojo *, Sapta Raharja, dan Muti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai bulan Oktober 2006. Penelitian dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana :

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pemerintah daerah yang diterapkan telah cukup mengandung aspek pembinaan dan penerapan kelestarian lingkungan. Wilayah yang

Lebih terperinci

STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP Abdul Rauf Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

Status Keberlanjutan Wilayah Peternakan Sapi Potong untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bondowoso

Status Keberlanjutan Wilayah Peternakan Sapi Potong untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bondowoso Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2014 Vol. 16 (2) ISSN 1907-1760 Status Keberlanjutan Wilayah Peternakan Sapi Potong untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bondowoso Sustainability Status

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Marlenny Sirait Abstrak Kabupaten Kupang merupakan salah satu perairan yang secara

Lebih terperinci

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2, 188-192 (Oktober 2013) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00042

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENENTU DALAM PENGELOLAAN BERKELANJUTAN ESTUARIA DAS TALLO

ANALISIS FAKTOR PENENTU DALAM PENGELOLAAN BERKELANJUTAN ESTUARIA DAS TALLO ISSN 0216-0897 Terakreditasi e-issn 2502-6267 No. 537/AU2/P2MI-LIPI/06/2013 ANALISIS FAKTOR PENENTU DALAM PENGELOLAAN BERKELANJUTAN ESTUARIA DAS TALLO (Driven Factors Analysis on Sustainable Management

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 3 No. 3, Desember 2016: 175-187 ISSN : 2355-6226 E-ISSN : 2477-0299 http://dx.doi.org/10.20957/jkebijakan.v3i3.16250 KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI,

Lebih terperinci

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3 Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3 1. Alumni Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Pascasarjana,

Lebih terperinci

ABSTRAK 1. PENGANTAR 2. METODOLOGI

ABSTRAK 1. PENGANTAR 2. METODOLOGI Indeks Status Keberlanjutan Kota Batu Sebagai Kawasan Agropolitan Ditinjau dari Aspek Ekologi, Ekonomi, Sosial dan Infratruktur Ami Rahayu 1, Azis Nur Bambang 2, Gagoek Hardiman 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU

ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU (Index Sustainability Analysis of Mangrove Forest Ecosystem Management in Western Part of Seram,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 4). Wilayah ini berada di bagian utara Kabupaten Nunukan,

Lebih terperinci

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI Sumbu Y setelah Rotasi: Skala Sustainability Attribute VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI 6. Keberlanjutan Rawa Lebak Masing-masing Dimensi Analisis status keberlanjutan pemanfaatan

Lebih terperinci

STATUS KEBERLANJUTAN DIMENSI EKOLOGI BUDIDAYA IKAN PATIN (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN

STATUS KEBERLANJUTAN DIMENSI EKOLOGI BUDIDAYA IKAN PATIN (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN STATUS KEBERLANJUTAN DIMENSI EKOLOGI BUDIDAYA IKAN PATIN (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN 1) Yoyo Wiramiharja 2) Eddy Supriyono 1,3) Ernik Yuliana 1) Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Sigit Pranoto F34104048 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro 2

Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro 2 STATUS KEBERLANJUTAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK KOMUNAL DI KECAMATAN KREMBANGAN KOTA SURABAYA SUSTAINABILITY STATUS OF DOMESTIC COMMUNAL WASTEWATER TREATMENT PLANT IN KREMBANGAN DISTRICT

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : sustainability index, sustainability status, agropolitan, border area ABSTRAK

ABSTRACT. Key words : sustainability index, sustainability status, agropolitan, border area ABSTRAK ANALISIS KEBERLANJUTAN WILAYAH PERBATASAN KALIMANTAN BARAT- MALAYSIA UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus Kecamatan Dekat Perbatasan Kabupaten Bengkayang) SUSTAINABILITY ANALYSIS OF WEST

Lebih terperinci

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 2 Desember 2008)

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 2 Desember 2008) Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 2 Desember 2008) 65 KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS NASIONAL : PENDEKATAN TEKNIK ORDINASI RAP-RICE DENGAN METODA MULTIDIMENSIONAL SCALING (MDS)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN POTENSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Lahan Pertanian (Sawah) Luas (km 2 ) Lahan Pertanian (Bukan Sawah) Luas (km 2 ) 1. Irigasi Teknis 15.250 1. Tegal / Kebun 30.735 2. Irigasi Setengah Teknis

Lebih terperinci

Program Diploma, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Cilibende, Jl. Kumbang No 14 Bogor **)

Program Diploma, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Cilibende, Jl. Kumbang No 14 Bogor **) Optimalisasi KeberlanjutanPengembangan Usaha Padi Organik Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Anita Ristianingrum *)1, M. A. Chozin **), Machfud ***), Sugiyanta **) dan Sri Mulatsih ****) *) Program Diploma,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. i i

Ringkasan Eksekutif. i i Ringkasan Eksekutif Dalam rangka meningkatkan peranan dalam usaha konservasi DAS yang rusak, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian melaksanakan program Pilot Project Optimasi Lahan responsif

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a.

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Juni hingga Desember 2006. Lokasi penelitian adalah beberapa desa di wilayah Kabupaten Tangerang dan Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan komoditas strategis nasional dan memiliki sensitivitas yang tinggi ditinjau dari aspek politis, ekonomi, dan kerawanan sosial. Peran strategis padi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

BAB V. kelembagaan bersih

BAB V. kelembagaan bersih 150 BAB V ANALISIS KEBERLANJUTAN 5.1 Analisis Dimensional Analisis keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencakup empat dimensi yaitu dimensi

Lebih terperinci

Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat

Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2012 Vol. 14 (1) ISSN 1907-1760 Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat The Sustainability

Lebih terperinci

STATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH

STATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH STATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH SUSTAINABILITY STATUS FISH LOMPA (THRYSSA BAELAMA) IN THE AREA OF STATE SASI HARUKU CENTRAL MALUKU

Lebih terperinci

STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN BONDOWOSO UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DEAR RAHMATULLAH RAMADHAN

STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN BONDOWOSO UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DEAR RAHMATULLAH RAMADHAN STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN BONDOWOSO UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DEAR RAHMATULLAH RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) IPB Departemen Tanah dan Pengelolaan Sumber Daya Lahan IPB. Departemen Ekonomi Manajemen IPB.

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) IPB Departemen Tanah dan Pengelolaan Sumber Daya Lahan IPB. Departemen Ekonomi Manajemen IPB. EVALUASI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT POLA INTI-PLASMA DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN (Evaluation and Status of Sustainable Palm Oil Management in PT.Perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DAN STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN AGROPOLITAN PERPAT BELITUNG

EVALUASI KINERJA DAN STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN AGROPOLITAN PERPAT BELITUNG EVALUASI KINERJA DAN STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN AGROPOLITAN PERPAT BELITUNG Hariyadi *, Catur Herison **, Edi Suwito *** * Staf Pengajar Fakultas pertanian IPB, e-mail : - ** Staf Pengajar Fakultas pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

VII. STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO. Abstrak

VII. STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO. Abstrak VII. STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO Abstrak Pemerintah Kabupaten Situbondo masih belum menetapkan untuk pengembangan kawasan agropolitan. Untuk itu sebelum program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN The Status of Livestock-Based Regional Sustainability in Situbondo Regency for Agropolitan

Lebih terperinci

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agus Hasbianto, Aidi Noor, dan Muhammad Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk

Lebih terperinci

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH BINTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU (Sustainability Analysis of Coral Reef Ecosystem Management in Regional Marine

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Sigit Pranoto F34104048 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan mempunyai potensi yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

KAWISTARA. VOLUME 5 No. 2, 17 Agustus 2015 Halaman APPRAISAL KEBERLANJUTAN MULTIDIMENSI PENGGUNAAN LAHAN UNTUK SAWAH DI KARAWANG - JAWA BARAT

KAWISTARA. VOLUME 5 No. 2, 17 Agustus 2015 Halaman APPRAISAL KEBERLANJUTAN MULTIDIMENSI PENGGUNAAN LAHAN UNTUK SAWAH DI KARAWANG - JAWA BARAT KAWISTARA VOLUME 5 No. 2, 17 Agustus 2015 Halaman 99-220 APPRAISAL KEBERLANJUTAN MULTIDIMENSI PENGGUNAAN LAHAN UNTUK SAWAH DI KARAWANG - JAWA BARAT Widiatmaka, Khursatul Munibah, dan Santun R.P. Sitorus

Lebih terperinci

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran

Lebih terperinci

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Deli Serdang) Faoeza Hafiz Saragih* Khairul Saleh Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Sustainability Analysis of Cocoa Smallholders in the Border Area of Sebatik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara. 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yaitu di Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK DALAM MEWUJUDKAN KAWASAN INDUSTRI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

ANALISIS KEBERLANJUTAN PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK DALAM MEWUJUDKAN KAWASAN INDUSTRI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5 No. 2 (Desember 2015): 199-209 e-issn: 2460-5824 Available online at: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl/ doi: 10.19081/jpsl.5.2.199 ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU Jurnal AgribiSains ISSN 2442-5982 Volume 1 Nomor 2, Desember 2015 27 ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kelompok Tani Nanggeleng Jaya Desa Songgom

Lebih terperinci

STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SITU BERKELANJUTAN: STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, KOTA TANGGERANG SELATAN

STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SITU BERKELANJUTAN: STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, KOTA TANGGERANG SELATAN LIMNOTEKPerairan Darat Tropis di Indonesia Vol. 23, No. 2, Tahun 2016 : 50-60 Strategi Kebijakan Pengelolaan Situ Berkelanjutan: Studi Kasus Situ Kedaung Url : https://www.limnotek.or.id Nomor Akreditasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten

Lebih terperinci

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY) AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT KINERJA KELOMPOK TANI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN RASANAE TIMUR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KOTA BERKELANJUTAN: STUDI KASUS DI DKI JAKARTA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KOTA BERKELANJUTAN: STUDI KASUS DI DKI JAKARTA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KOTA BERKELANJUTAN: STUDI KASUS DI DKI JAKARTA Sustainable Urban Agriculture Development Policy: A Case Study in Jakarta Sostenis Sampeliling 1, Santun R.P. Sitorus 2,

Lebih terperinci