BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

dokumen-dokumen yang mirip
LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER

Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta

BAB II KERANGKA TEORI. dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990: 180). Salah satu unsur kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam

PERSEPSI MASYARAKAT, TATA CARA, DAN DAMPAK RITUAL NGALAP BERKAH PADA OBJEK WISATA GUNUNG KEMUKUS KABUPATEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya para peziarah mendatangi makam orang tua, kakek/ nenek, saudara, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

INFORMASI ACARA UPH SURABAYA FESTIVAL 08 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor)

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

BAB I PENDAHULUAN. dan situs sejarah adalah Situ Lengkong yang berada di desa Panjalu, Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

BAB III PROSESI UPACARA PENGASIHAN DI MAKAM PUTRI CAMPA. Pengasihan merupakan kepercayaan untuk melancarkan jodoh, pekerjaan

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB PADA ABDI DALEM. (Studi Kasus di Astana Mangadeg Matesih Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI

Hengga Priambodo K Pendidikan Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan

SINOPSIS. Kyai Ageng Sutawijaya merupakan keturunan Raja Majapahit Brawijaya. V, pada waktu kerajaan Majapahit runtuh beliau meninggalkan istana dan

ASAL MULA NAMA PANTARAN

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

INFORMASI ACARA UPH SURABAYA FESTIVAL 06 TAHUN 2013

RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

INFORMASI ACARA UPH FESTIVAL 19 TAHUN /UPHFes19/VII/2012

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB II DESA SENDANGDUWUR. Sebelah Selatan Wilayah Kecamatan Paciran serta memiliki Luas Wilayah + 22,5

KULTUS PANEMBAHAN SENOPATI DI LINGKUNGAN MASJID BESAR MATARAM KOTAGEDE

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB IV. Kesimpulan dan Saran

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Kerajaan Mataram Islam. Dhani Ahmad K. ( 08 ) Fahira Rahma N. ( 11 ) Pradana Raditya ( 21 ) Qanita Ciesa ( 22 ) Rachmad Agung W.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diterapkan nilai-nilai asli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

BAB III ANALISIS OBJEK

BATHOK BOLU DAN TRADISI MASYARAKAT SAMBIROTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA PERSPEKTIF AGAMA DAN BUDAYA 1. Oleh: Marzuki 2

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

MUSEUM KARETA KARATON NGAYOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang berpenduduk

PENDAHULUAN. satu dengan yang lain (Utama, 2014; Samaji, 2015; Setiawan, 2013).

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makam Kotagede atau sering disebut juga dengan Sargede adalah sebuah makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar Sutawijaya, pendiri kerajaan Mataram Islam yang kemudian diberi gelar Panembahan Senopati beserta dengan beberapa kerabatnya. Staf Jurusan Arkeologi UGM (1983: 77) menyatakan bahwa Di Indonesia, khususnya di daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya banyak peninggalan bersejarah berupa bangunan, baik yang berasal dari periode Indonesia-Hindu maupun dari periode Indonesia-Islam. Pada umumnya peninggalan bersejarah dari periode Indonesia-Islam berupa kraton, masjid, makam, termasuk rangkaiannya yang merupakan kelengkapan bangunan tersebut. Akibat pergolakan politik pada abad ke enam belas, pada tahun 1755 Masehi maka kerajaan Mataram mengalami perpecahan, yang pada akhirnya membuat kerajaan Mataram terbagi menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Namun demikian, meskipun kerajaan Mataram ini telah terbagi menjadi dua, keberadaan makam Panembahan Senopati tetap menjadi tempat yang memiliki nilai penting bagi keduanya karena 1

merupakan makam pendiri kerajaan Mataram Islam. W.L. Olthof (1941: 113) menyatakan bahwa Mataram Islam ketika di bawah Senopati sebagai pimpinannya, terkenal dengan sebutan Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama. Di dalam Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa Senopati menggantikan Pemanahan, dan ketika meninggal dunia dimakamkan di sebelah barat masjid. Hal ini tampak ketika keluarga keraton akan mengadakan sebuah acara besar, para keluarga keraton harus terlebih dahulu sowan atau ziarah ke makam ini guna meminta berkah dan restu. Hal ini menunjukkan bahwa makam Panembahan Senopati sangat berarti bagi hidup kerajaan Mataram. Selain makam Panembahan Senopati, ada juga makam yang mempunyai arti yang sangat penting bagi keluarga keraton, yaitu makam Imogiri, Bantul. Makam Imogiri adalah makam raja-raja kerajaan Mataram ketiga beserta anak cucunya di masa mendatang yang dibangun oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Makam Panembahan Senopati mempunyai arti penting bagi masyarakat di sekitar makam Panembahan Senopati. Sampai saat ini, makam Panembahan Senopati banyak dikunjungi wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara. Para wisatawan yang datang berkunjung memiliki banyak tujuan. Ada yang hanya sekedar mengunjungi sebagai tempat wisata bersejarah, tetapi ada juga yang yang melakukan nenepi di makam untuk mendapatkan sesuatu. Wisatawan yang banyak berkunjung ke makam Panembahan Senopati ini memancing peran serta masyarakat di sekitar makam Panembahan Senopati untuk memanfaatkannya sebagai ladang mencari nafkah 2

3 dengan cara menyediakan jasa parkir motor, sepeda maupun mobil, berjualan cindera mata khususnya yang terbuat dari perak karena Kotagede telah terkenal mendunia akan kerajinan peraknya, makanan-makanan kecil, warung makan yang dapat ditemukan dengan mudah di sekitar makam Kotagede. Hal ini memberikan sumbangan yang tidak sedikit bagi masyarakat di sekitar Kotagede sebagai mata pencaharian dan memberikan kontribusi yang cukup menguntungkan bagi Yogyakarta khususnya kabupaten Bantul sebagai penambah pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Makam Kotagede menjadi tempat disemayamkannya raja pertama Mataram Islam atau pendiri kerajaan Mataram (Panembahan Senopati) yang meninggal dunia. Bagi orang Jawa, raja merupakan orang yang sangat dijunjung tinggi dan dihormati, sehingga meskipun raja sudah meninggal tetap saja rakyat masih memberi penghormatan yang mendalam. Bahkan ada anggapan bahwa makam raja Panembahan Senopati bukanlah makam sembarangan melainkan makam yang sangat keramat. Oleh karena itu banyak masyarakat yang masih percaya melakukan laku nenepi di makam Panembahan Senopati untuk dapat mewujudkan keinginannya. Untuk melakukan nenepi para pelaku nenepi harus memasuki makam dengan memakai busana khusus yaitu pakaian adat Jawa, surjan lurik, jarik, dan blangkon untuk pria dan kemben dan jarik untuk wanita. Pakaian ini dapat disewa dari juru kunci makam yang sedang berjaga seharga sepuluh ribu rupiah per potong. Ketika berada di dalam makam tidak diperkenankan berbicara jorok, berlaku tidak sopan, tertawa keras-keras atau

4 melakukan hal-hal yang tidak terpuji lainnya. Memasuki makam harus berada dalam kondisi yang bersih, wanita yang sedang menstruasi dilarang memasuki makam ini. Selain itu juga tidak diperbolehkan memakai perhiasan emas di dalam makam. Dilihat dari segi kesakralannya makam Panembahan Senopati juga memiliki peranan penting bagi masyarakat Jawa. Hal ini dapat ditemukan di harihari tertentu dimana banyak orang-orang yang datang untuk berbagai alasan. Nilai-nilai Jawa yang berbau Hindu-Budha masih terus hidup pada masa timbulnya kerajaan-kerajaan Islam, walaupun Majapahit telah runtuh (Koentjaraningrat, 1984: 59). Salah satunya adalah nenepi. Banyak orang percaya bahwa makam Panembahan Senopati mempunyai kharisma tertentu sehingga jika melakukan nenepi di tempat itu dengan kesungguhan maka permohonan dan permintaannya akan dikabulkan. Tetapi apabila melakukan nenepi ada larangan- larangan atau tata cara yang berlaku di dalam area makam. Tidak sembarangan orang dapat melakukan nenepi ini. Semua ada teknik dan caranya masing-masing. Selain nenepi, ada yang hanya sekedar ziarah atau ngalap berkah. Orang yang berkunjung untuk ngalap berkah, biasanya hanya duduk- duduk di sekitar area makam. Ada yang ngalap berkah di bawah pohon beringin, ada yang berdoa di area Masjid Agung Kotagede, ada yang mandi di Sendang Kakung dan Sendang Putri, dan lain-lain. Hari-hari yang paling banyak mengundang masyarakat untuk ngalap berkah adalah malam Selasa Kliwon, malam Jumat Kliwon, malam Jumat Pon, dan malam satu Sura. Sedangkan untuk

5 laku nenepi hanya diperbolehkan pada hari Minggu, Senin, Kamis, dan Jumat pada jam-jam tertentu saja. Untuk pasaran tidak mempengaruhi prosesi laku nenepi. Di sekitar makam Panembahan Senopati ini muncul cerita-cerita yang berhubungan dengan makam yang dianggap keramat itu. Cerita-cerita itu mengisahkan tentang kekeramatan yang disebabkan karena kesaktian raja yang dimakamkan di situ. Selain itu ada cerita-cerita tentang makhluk halus yang ada di sekitar makam Panembahan Senopati yang tugasnya adalah menjaga makam raja Jawa tersebut. Hal ini juga memicu terjadinya laku nenepi di makam. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu diadakan penelitian agar dapat diperoleh kejelasan informasi dan pemaknaan yang lebih akurat dan nyata dari warga Kotagede tentang pelaksanaan laku nenepi tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pelestarian budaya. B. Fokus Permasalahan Penelitian ini hanya akan membahas masalah yang mempunyai hubungan dengan latar belakang masalah tersebut. Penelitian ini dalam lingkup budaya yang membahas tata cara dan tujuan nenepi di makam. Selain itu juga membahas bagaimana prosesi laku nenepi dan apa saja ubarampe yang digunakan pada laku nenepi di makam Panembahan Senopati serta fungsi laku nenepi makam Panembahan Senopati terhadap masyarakat pendukungnya.

6 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tata cara dan tujuan laku nenepi yang dilakukan para pelaku nenepi di makam Panembahan Senopati? 2. Bagaimana prosesi dari tindak laku nenepi yang dilakukan para pelaku nenepi di makam Panembahan Senopati? 3. Apa saja ubarampe yang digunakan untuk laku nenepi di makam Panembahan Senopati? 4. Apa fungsi laku nenepi di makam Panembahan Senopati terhadap masyarakat pendukungnya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tata cara atau larangan- larangan serta tujuan para pelaku nenepi dalam melakukan nenepi di makam Panembahan Senopati Kotagede. Sekaligus memdeskripsikan prosesi dan ubarampe yang digunakan dalam laku nenepi di makam Panembahan Senopati serta fungsi laku nenepi di makam Panembahan Senopati terhadap masyarakat pendukungnya. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya ilmiah ini adalah: 1. Secara teroritis, hasil termasuk metode dan bagian-bagian lain dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian-

7 penelitian Folklor sejenis. Penelitian laku nenepi di Kotagede memuat nilainilai yang dapat di manfaatkan untuk mendukung usaha-usaha pembinaan bagi pengembangan kebudayaan nasional yang unsur-unsurnya terdiri atas kebudayaan daerah. 2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan data untuk menambah referensi tentang tradisi yang ada di Kabupaten Bantul. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk pengembangan potensi peristiwa sehingga dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).