BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara multikultural baik dari adat, budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan. Hal itu ada karena Indonesia adalah Negara kepualauan. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah muncul-muncul kebiasaan yang menjadi adat tradisi dan budaya sejak jaman sebelum mengenenal tulisan. Demikian pula dengan masyarkat jawa pada khusunya yang memiliki sejarah panjang berbagai macam budayasebelum mengenal agama. Masyarakat jawa di masa itu masih menganut animisme dan dinamisme. Masyarakat Jawa berunsur pada Animisme dan Dinamisme dari zaman prasejarah sampai sekarang, termasuk tentang kepercayaan makhluk halus, roh leluhur yang mendiami tempat tertentu. Hal itu sudah menjadi tradisi kebiasaan bahkan turun temurun sampai saat ini. Sebagai contoh suku Tengger orang percaya bahwa Gunung Bromo ditempati oleh roh leluhur yang bernama Dewa Kusuma dan Gunung Bromo adalah penengah antara dunia manusia dan dunia gaib. Di daerah Gunung Merapi didiami oleh kerajaan makhluk halus, penduduk di daerah keduanya punya kepercayaan tentang dunia akhirat. penduduk percaya waktu manusia meninggal dunia jiwanya menjadi roh leluhur setelah 40 hari. Kemudian roh leluhur itu akan mendiami sesuatu tempat menurut kepercayaan masyarakat setempat. Banyak orang Jawa percaya, bahwa hantu-hantu menggangu manusia dan mendiami tempat-tempat tertentu. Semua 1

2 2 juga harus ditingkatkan secara terarah, terencana, terpadu dan efektif. Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan kerjasama kepariwisataan regional dan global. (Nyoman S. Pendit, 2002 : 15). Indonesia adalah negara multikultural baik dari adat, budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan. Hal itu ada karena Indonesia adalah negara kepualauan. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah muncul-muncul kebiasaan yang menjadi adat tradisi dan budaya sejak jaman sebelum mengenenal tulisan. Demikian pula dengan masyarakat Jawa pada khusunya yang memiliki sejarah panjang berbagai macam budayasebelum mengenal agama. Masyarakat Jawa di masa itu masih menganut animisme dan dinamisme. Masyarakat Jawa berunsur pada animisme dan dinamisme dari zaman prasejarah sampai sekarang, termasuk tentang kepercayaan makhluk halus, roh leluhur yang mendiami tempat tertentu. Hal itu sudah menjadi tradisi kebiasaan bahkan turun temurun sampai saat ini. Sebagai contoh suku Tengger orang percaya bahwa Gunung Bromo ditempati oleh roh leluhur yang bernama Dewa Kusuma dan Gunung Bromo adalah penengah antara dunia manusia dan dunia gaib. Di daerah Gunung Merapi didiami oleh kerajaan makhluk halus, penduduk di daerah keduanya punya kepercayaan tentang dunia akhirat. penduduk percaya waktu manusia meninggal dunia jiwanya menjadi roh leluhur setelah 40 hari. Kemudian roh leluhur itu akan mendiami sesuatu tempat menurut kepercayaan masyarakat setempat. Banyak orang Jawa percaya, bahwa hantu-hantu menggangu manusia dan mendiami tempat-tempat tertentu. Semua kepercayaan di atas berasal dari kepercayaan animisme dinamisme dan berunsur kepercayaan manusia Jawa terhadap Gunung (Endraswara Suwardi, 2003 : 77-78).

3 3 Animisme dan dinamisme masih tetap berkembang sampai datangnya agama Islam ke Indonesia. Meskipun ajaran Islam melarang perbuatan syirik, kenyataanya sampai sekarang masyarakat Jawa pada umumnya masih melaksanakan tradisi-tradisi leluhur masyarakat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Kebiasaan ini tidak dapat dilepaskan dari pemeluk agama Islam sampai saat ini, dalam satu sisi pemeluk agama Islam percaya pada ajaranajaran Islam, tetapi secara sadar atau tidak sadar bahwa ajaran agama Hindu- Budha telah menjadi adat istiadat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa (Dyah Ivana Sari, 2010 : 2). Agama Islam masuk ke Jawa antara abada VII sampai abad XV. Pada saat kedatangan agama Islam masyarakat Jawa masih memeluk agama Hindu- Budha. Agama Hindu- Budha yang berasal dari India datang ke Indonesia umumnya dibawa para Brahmana, sehingga agama Hindu-Budha hanya berkembang di kalangan raja dan kaum bangsawan. Sedangkan di kalangan masyarakat pedalaman masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993 : ). Masyarakat Islam masih melaksanakan upacara-upacara magis dan pemujaan roh nenek moyang untuk mendekatkan diri pada pusat-pusat kekuatan hidup (Fernandes, 1990 : 13). Masyarakat pedalaman terutama di Jawa mempercayai benda-benda gaib seperti keris mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan diri dari serangan musuh. Untuk dapat lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan upacara ziarah dan pemujaan terhadap roh nenek moyang biasanya dilaksanakan di makam yang dianggap keramat dengan menggunakan sesaji-sesaji dan mengucapkan mantra-mantra agar bisa berhubungan dengan alam gaib.

4 4 Masyarakat Indonesia menganggap bahwa tempat tempat suci keramat dan sakral, seperti makam merupakan tempat yang cocok untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena masyarakat masih mempunyai kepercayaan bahwa orang yang berpengaruh semasa hidupnya walaupun sudah mati tetap berpengaruh sehingga dianggap tempat yang cocok untuk berdoa. Ziarah ke tempat yang di anggap suci, sakral dan keramat saat ini berkembang pesat. Terbukti dengan semakin banyaknya maasyarakat berkunjung ke makam-makam orang-orang yang di tokohkan seperti Wali Songo dan para tokoh yang sederajad denga wali. Masyarakat yang datang ke makam suci, sakral dan keramat dapat meminta apa yang di inginkan seperti ngalap (berharap,mendapat) berkah, untuk memperoleh kekuatan, popularitas stabilitas pribadi, mencari rezeki, maupun mencari kebahagian untuk anak cucu atau keselamatan, minta sembuh dari rezeki, minta sembuh dari sakit, minta di jauhakan dari segala bahaya di dunia dan untuk tujuan yang lain melalui perantara makam tersebut. Hal-hal inilah yang umum di harapkan oleh orang apabila berziarah ke tokoh mitos terkenal. (Magrhobi Hasan, 2011:4) Pelaksanaan ziarah pada umumnya diadakan pada bulan-bulan tertentu misal bulan Muharam atau suro (dalam kalender jawa) dan permulan bulan Ramadhan serta hari-hari biasa yang dianggap sebagai hari penting seperti malam Jumat Kliwon (penanggalan jawa). Pada bulan Muharam dan permulan bulan Ramadhan biasanya diadakan upacara magis dengan memanjatkan doa dan mantra-mantra yang diyakini bisa berhubungan dengan alam gaib. Pelaksanaan seperti ini mengakibatkan pada bulan Muharam dan permulaan bulan Ramadhan

5 5 tempat-tempat keramat seperti makam sangat ramai di kunjungi. Oleh pemerintah daerah, tempat-tempat tersebut dijadikan obyek wisata religi. Wisata religi yaitu salah satu wisata yang berkaitan dengan keagamaan yang dianut oleh umat manusia. Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat-tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya berupa tempat ibadah yang memiliki kelebihan misalnya dapat dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut ataupun keunikan dan keunggulan arsitekturnya. Kota Solo adalah salah satu kota di Jawa Tengah dengan semboyan berseri yang memiliki wilayah 44 kilometer persegi. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo. Solo memiliki daya tarik yang besar dibidang pariwisata karena memiliki event di setiap bulan. Hal itu adalah kebijakan dari pemerintah Kota Solo yang ingin menjadikan Solo sebagai salah satu kota pariwisata di Indonesia. Dengan menjadikan budaya sebagai ujung tombak daya tarik wisatanya. Selain itu kota Solo juga memiliki beberapa obyek wisata sejarah dan religi. Wisata religi di Kota Solo saat ini mulai berkembang dengan manfaatkan media elektronik dan media cetak sebagai sarana informasi untuk setiap maasyarakat yang akan berwisata di Kota Solo. Obyek wisata religi di Kota Solo antara lain Masjid Agung Surakarta, Masjid Laweyan, Makam Habib Ali Al- Habsyi dan yang tidak kalah menariknya adalah makam salah satu Pahlawan Nasional Indonesia K.H. Samanhudi.

6 6 Makam K.H. Samanhudi yang berada di perkampungan pengrajin batik di Laweyan, Surakarta. Makam pesohor yang cukup menarik perhatian, karena memiliki cerita dan sejarah panjang yang berkaitan dengan sejarah Indonesia. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengangkat makam K.H Samanhudi sebagai potensi obyek wisata religi di Kota Solo. B. Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berbagai permasalahan yang biasa dihadapi dalam pengembangan Situs Makam K.H. Samanhudi. Adapun berbagai permasalahan tersebut diantaranya: 1. Bagaimana potensi komplek Makam K.H. Samanhudi agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Makam K.H. Samanhudi? 2. Bagaimana pengelolaan komplek Makam K.H. Samanhudi sebagai wisata religi di Kota Solo? 3. Bagaimana kendala yang dihadapai dalam pengelolaan makam K.H. Samanhudi sebagai wisata religi? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh Makam K.H. Samanhudi agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung 2. Untuk mengetahui pengelolaan yang dilakukan di Makam K.H. Samanhudi sebagai tempat wisata religi di Kota Solo

7 7 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi jika Makam K.H. Samanhudi dibuka untuk tempat wisata religi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Yaitu penulis ingin menjadikan laporan ini sebagai bahan perbandingan antara materi dan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama mengikuti perkuliahan dengan realisasi kerja di lapangan. 2. Manfaat akademis Manfaat akademis, yaitu untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia kepariwisataan pada umumnya serta untuk mempresentasikan teori-teori yang didapat selama di bangku kuliah, khususnya tentang potensi makam K.H. Samanhudi sebagai wisata religi di kota Solo. Sehingga dapat di jadikan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya E. Kajian Pustaka 1. Pariwisata. Pariwisata adalah satu industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan

8 8 transportasi secara ekonomis dipandang sebagai industri (Salah Wahab, 2003 : 5). 2. Kepariwisataan. Kepariwisataan adalah kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas seperti: hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman, yang berhubungan dengan pariwisata dan dalam bahasa Inggris disebut dengan tourism. 3. Wisatawan. Orang yangmemelakukan perjalanan dalam ahasa Inggris dapat disebut dengan istilah traveller, sementara untuk orang yang lebih banyak atau orang-orang dalam bahasa Inggris dapat disebut travellers. (I Ketut Suwena, I Gst Ngr Widyatmaja, 2010:13) 4. Wisata. Wisata adalah perjalanan dalam bahasa inggris dapat disamakan dengan perkataan travel. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dalam bahasa inggris dapat disebut traveler. Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain dan dalam bahasa inggris disebut dengan istilah tourist. Kepariwisataan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pariwisata dan dalam bahasa inggris di sebut dengan istilah tourism (Oka. A Yoeti, 1996:112)

9 9 5. Wisata Religi. a. Wisata Religi yaitu jenis pariwisata di mana motivasi wiatawan untuk melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan upacaraupacara keagaaman. (I Ketut Suwena, I Gusti Ngurah Widyatmaja, 2010:20) b. Obyek wisata/daya tarik wisata adalah wilayah/tempat yang memiliki potensi bebagai macam yang dapat dilihat, dilakukan, dan dirasakan yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. (Argyo Damartoto, 2008:16) 6. Pengelolaan Istilah pengelolaan pada dasarnya merupakan padanan kata dari pengurusan, pembinaan, kepemimpinan, penguasaan. Kesemua istilah tersebut mengarah pada satu istilah yang di wasa ini biasa digunakan untuk menggantikanya yaitu manajemen. Menurut G. R Terry manajemen sebagai proses yang khas, yang terdiri dari tindakan tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain. (materi perkuliahan manejemen usaha perjalanan wisata) 7. Potensi. Potensi pariwista adalah daya atau kekuatan/ kemampuan unntuk mengembangkan kepariwisataan. (H. Kohdiyat. Ramini,1992:86). Objek wisata segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia

10 10 menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. (UU. No. 10 tahun 2009). 8. Pengembangan. Pengembangan adalah suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk mempertahankan kelangungan hidupnya terhadap ancaman yang ada untuk dapat berkembang mencapai tujuan (H. Kohdyat dan Ramini, 1992:86) 9. Makam Makam menurut kamus besar bahasa Indonesia sama hanya denga kubur. Yaitu tempat untuk memakamkan jenazah atau lubang dalam tanah yang digunaan sebagai tempat untuk menyimpan atau menguburkan jenazah yang telah meninggal. F. Metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kulitatif yang menjelaskan data data yang diperoleh melalui observasi selama melakukan praktek kerja lapangan dan membandingkan dengan teori yang telah didapat di bangku perkuliahan serta literatur penunjang lainnya. 1. Lokasi. Penilitian dilakukan di komplek makam K.H. Samanhudi yan terletak di Desa Banaran Kecamatan Grogol, Sukoharjo. 2. Teknik pengumpulan data

11 11 Guna keperluan analisa yang dilakukan maka diperlukan data yang relevan maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut : a) Observasi Dalam penyusunan laporan ini,metode yang dilakukan observasi secara langsung dengan mengamati, mempelajari halhal mengenai makam K.H. Samanhudi. b) Wawancara Penulis melakukan wawancara secara langsung dengan menentukan nara sumber sebagai informan yang dapat memberikan informasi yang relevan mengenai K.H. Samanhudi Sebelum melakukan wawancara dibuat daftar pertanyaan terlebih dahulu agar wawancara dapat dilakukan secara bebas dan terfokus. Sumber-sumber tersebut antara lain dari masyarkat sekitar makam, pengelola kompleks pemakaman, keluarga yang bersangkutan, Suwardi, S.Pd sebagai narasumber kunci karena beliau ketua dari LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) yang sekaligus pemerhati dan tokoh masyarakat yang memberikan banyak informasi mengenai K.H. Samanhudi. c) Dokumen Dokumen yang penulis pergunakan adalah mencari data mengenai hal-hal yang dibahas. Dokumen tersebut berupa arsip sejarah, perjalanan hidup,biografi mengenai K.H. Samanhudi dan dokumen lain yang dibutuhkan diambil secara langsung dari

12 12 dokumentasi pribadi ataupun yang sudah ada baik dari media cetak maupun elektronik. d) Studi Pustaka Metode pengumpulan data dan informasi dengan cara mengumpulkan data secara langsung ke Puro Mangkunegaran dimana penelitian dilaksanakan. Sebagai pelengkap juga dilakukan studi pustaka dengan mengunjungi perpustakaan Radya Pustaka, Museum Samanhudi, perpustakaan Sekolah SDn Soeropadan, perpustakaan laboratorium tour Universitas Sebelas Maret, dan perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret. 3. Teknik analisis Data akan dikumpulkan dan setelah semua data terkumpul, kemudian dilalukan analisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan menjabarkan apa yang menjadi permasalahan serta menganalisis data yang ada. Data yang ada baik yang diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung dianalisis secara interpretatif dengan melihat kaitan data yang diperoleh dengan teori yang ada. Sehingga nantinya data yang dipakai sabagai bahan pembahasan masalah lebih lanjut merupakan data data yang berkualitas sehingga dapat memberikan sumbangan pikiran guna memecahkan masalah yang ada.

13 13 G. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari empat bab yang mana dalam setiap bab terdiri dari beberapa sub bab beserta penjelasannya. Adapun bab-bab tersebut adalah: BAB I Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat yang dapat diperoleh dari kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Berisi tentang profil dari K.H Samanhudi sebagai Tokoh Pergerakan Nasional dan Pelopor Pengusaha Batik, Sejarah komplek makam K.H Samanhudi serta riwayat berdirinya, tujuan didirikanya, dan pengelolaan dari komplek Makam K.H Samanhudi. BAB III Pembahasan mengenai potensi Makam K.H Samanhudi, melalui analisis 4A, Potensi dan Daya Tarik Makam K.H. Samanhudi, makam K.H. Samanhudi dalam pembangunan pariwisata di Solo. BAB IV : Penutup yang berisi kesimpulan,saran dan lampiran-lampiran.