Pesatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan disertai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar

BAB I. PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

BAB I PENDAHULUAN. segar sampai produk-produk olahan yang berbahan baku susu sapi.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Susu olahan adalah salah satu jenis minuman yang. telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah sejak lama dan dikenal

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein. hewani belum terpenuhi, dan status gizi masyarakat yang masih

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN. Swasembada susu nasional saat ini masih sulit tercapai, hal ini terlihat lebih dari 75

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

PENDAHULUAN. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gizi dari susu menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang

Bab 4 P E T E R N A K A N

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

Transkripsi:

T. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan disertai dengan semakin baiknya pendidikan masyarakat telah mendorong peningkatan dan perbaikan mutu kehidupan masyarakat. khususnya dari bidang konsumsi. Gejala ini telah pula mendorong peningkatan permintaan masyarakat akan konsumsi protein hewani seperti daging. telur dan susu. Susu sebagai salah satu sumber protein hewani mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan seimbang. Dari sisi ekonomi. usaha persusuan juga telah mempunyai integrasi ke depan sehingga memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Menurut Biro Pusat Statistik pada tahun 1990 konsumsi susu di Indonesia mencapai 731.000 ton sedangkan produksi di dalam negeri hanya 355.000 ton sehingga kekurangannya harus ditutupi dari susu impor. Secara lengkap perkembangan antara produksi, impor. dan konsumsi susu di Indonesia pada rentang waktu 1979-1992 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Perkembangan Produksi. Impor. dan Konsumsi Susu di Indonesia (Tahun 1979-1990) Tahun Produksi Susu Impor* Konsumsi Total Segar (000 ton) (000 ton) 1000 ton) 1979 585 474, 5327 1980 784 5941 6629 1981 858 521.1 5% 2 1982 1176 <;160 618 I 1983 1746 ]937 5122 1984 178.5 462 1 622 8 1985 1919 353 I 5417 1986 2202 392 7 571 9 1987 2149 179, 6582 1988 2649 4978 729.6 1989 1382 3572 6594 1990 1550 1760 71 1 0 % Pertumbuhan Rata-rata 47.8-2.5 3.1 Sumber: Biro Pusat Statistik, 1992 0) Sctara Susu Segar

2 keseluruhan. Kemajuan unit penghasil SHU dalam suatu koperasi bukan satu-satunya tolok ukur keberhasilan koperasi. Akan tetapi keuntungan tetap diperlukan oleh koperasi guna menjaga kelangsungan usahanya dan juga pengembangan dirinya.. Keberhasilan KPS dalam memperoleh keuntungan menurut Pengurus terutama karena keberhasilan dalam penjualan pakan ke non anggota. Sehubungan dengan hal tersebut,. Pengurus merencanakan untuk lebih meningkatkan penjualannya ke non anggota di tahun mendatang. Unit makanan temak selain sebagai pensubsidi jalannya usaha lain dalam koperasi juga sangat bermanfaat bagi anggota. Anggota dapat membeli pakan secara kredit yang dibayar oleh hasil produksi susu sapi perahnya. Adanya SHU yang besar dan permintaan anggota yang tinggi tidak berarti unit ini tanpa masalah. Sejak tahun 1992, penjualan ini justru mengalami penurunan. Pada tahun 1993 penjualan unit ini turun 2,37 % dibanding tahun 1992. Pada tahun 1992 penjualan mencapai 4.703.440 kg, sedangkan pada tahun 1993 hanya mencapai 4.501.806 kg. Penurunan penjualan ini bukan diakibatkan oleh turunnya permintaan, tetapi disebabkan adanya keterbatasan dana lancar yang dimiliki semakin menyulitkan pihak pengurus untuk dapat memenuhi permintaan yang te~adi. Selama tahun 1993, realisasi produksi produksi untuk KPS A jauh melebihi rencana yang dibuat, sedangkan untuk KPS B justru sebaliknya. Adanya kecenderungan permintaan KPS A yang selalu lebih besar dari yang direncanakan, mengakibatkan Pengurus merencanakan menghapus rencana produksi jenis B di tahun mendatang. Secara lengkap rencana dan realisasi produksi kedua jenis pakan dapat dilihat pada Tabel 1.3.

3 Terjadinya kesenjangan antara konsumsi dan produksi yang sangat besar merupakan peluang bagi produsen susu dalam negeri untuk dapat mengisi kekurangan tersebut, demikian juga bagi anggota Koperasi Petemak Susu Bogor (KPS-Bogor). Adanya ke~rangan produksi susu dalam negeri dibandingkan dengan pennintaan yang ada tidak selalu berarti bahwa usaha memasarkan susu merupakan kegiatan yang menguntungkan. Bagi KPS-Bogor (Koperasi susu pada umumnya), unit usaha ini justru disubsidi oleh unit lain. Hasil evaluasi terhadap masing-masing unit usaha yang dilakukan pada tahun 1993 menunjukkan bahwa unit susu menderita kerugian sebesar Rp 30.079.914,-. Secara lengkap, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Rencana dan Realisasi Sisa Hasil Usaha (SHU) KPS-Bogor Tahun 1992 No. Unit Usaha Rcncana Realisasi 1 Susu 1.366.645 (30.079.914) 2 Pakan Temak 112.157.067 100.066.655 3 Peltemak (6.525.178) (25.734.312) 4 Samoa Temak 982.178 1.108.897 5 Piniaman Uang 4.877.292 8.110.563 Keterangan Sumber : Angka dalam kurung menunjukkan kerugian : Laporan Rapat Anggola Tahunan KPS-Bogor, 1994 Seperti yang terlihat pada Tabel 1.2., unit Susu dan Pelayanan Kesehatan Temak disubsidi oleh unit yang menguntungkan, terutama unit Penjualan Pakan Temak. Unit ini memproduksi makanan temak jenis A (KPS A), jenis B (KPS B) serta Mineral Vitamin. KPS-A diperuntukkan untuk sapi perah yang menghasilkan susu sampai 15 liter per hari, sedangkan KPS-B diberikan jika susu yang dihasilkan di atas 15 liter per hari. Dengan melihat besamya subsidi yang dilakukan oleh unit penjualan pakan temak, maka usaha ini sangat berpengaruh terhadap jalannya usaha koperasi secara

4 menguntungkan koperasi? Apabila hal ini merugikan, maka akan memperkecil keuntungan yang telah dicapai selama ini. Selain itu, peningkatan penjualan pada non anggota yang tidak didasarkan pada perencanaan pemenuhan kebutuhan pakan anggota dikhawatirkan akan menggeser pemenuhan kebutuhan pakan anggota. Pemenuhan kebutuhan pakan anggota merupakan tujuan utama KPS di samping tujuan lainnya. Hal ini sesuai dengan misi KPS-Bogor yang selalu berusaha meningkatkan pelayanan pada anggota melalui usaha yang efisien. Bagi unit usaha produksi pakan temak, tujuan peningkatan pelayanan pada anggota dapat dicapai melaiui pemenuhan kebutuhan pakan anggota. Sedangkan efisiensi dapat dicapai melalui penyediaan dan alokasi bahan baku yang tepat serta pengguanaan tenaga ke~a dan mesin yang sesuai dengan kapasitasnya. Sehubungan dengan pemenuhan permintaan anggota 1m, hasil wawancara dan pengamatan di lapang menunjukkan bahwa sebagian besar (67,5 %) responden anggota menyatakan pengiriman pakan sering terlambat, meskipun pada akhimya terpenuhi. Keterlambatan ini akan menimbulkan beberapa akibat, di antaranya adalah semakin menurunnya pemberian pakan sapi perah anggota, te~adinya kecenderungan menumpuk persediaan, ataupun memperbesar permintaan jatah kredit di satu sisi, serta semakin banyaknya petemak yang kekurangan pakan di sisi lainnya, serta kehilangan kesempatan penjual tunai pada non anggota yang berarti kehilangan kesempatan memperoleh dana lancar yang selama ini dirasakan kekurangan. Dengan melihat dampak yang akan timbul, maka di masa datang berapakah perkiraan permintaan pakan anggota yang akan te~adi? Jika hal ini merupakan tujuan utama KPS untuk

5 Tabel 1.3. Rencana dan Realisasi Produksi KPS Feed Tahun 1993 (Ton) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Sumber: 727.20 787.44 484.80 ~44.56 818.10 849.64 545.40 291.44 818.10 982.80 545.40 277.56 Laporan Rapal Tahunan KPS-Bogor,1993 Adanya perbedaan yang besar antara rencana dan realisasi produksi akan menyebabkan in efisiensi dalam penyediaan dan alokasi bahan baku. Dalam kaitannya dengan pemenuhan perrnintaan, keadaan ini akan mengurangi kemampuan koperasi dalam melayani anggotanya di samping kehilangan sumber utama dana lancar (tunai) yang berasal dari non anggota. Dengan demikian, untuk meningkatkan efisiensi penyediaan dan alokasi bahan baku serta peningkatan pemenuhan permintaan anggota diperlukan suatu perencanaan produksi yang baik. 1.2. Perumusan Masalah Sebagaimana dikemukakan di dalam latar belakang, bahwa di tahun 1995 KPS merencanakan untuk meningkatkan pemasaran pakan temak ke non anggota. Peningkatan pemasaran dengan target non anggota ini direncanakan akan menggunakan polar jatah umum agar tidak mengganggu pemenuhan kebutuhan pakan anggota yang diproduksi dengan menggunakan polar jatah koperasi. Harga polar jatah koperasi selama periode Januari sampai Juni 1994 adalah Rp 135/kg, sedangkan jalah umum Rp 25D/kg. Dengan adanya selisih harga yang cukup besar ini, perlu dikaji apakah kebijakan menambah ketersediaan polar dengan jatah umum tetap

6 memenuhinya di samping tujuan lainnya, bagaimanakah perencanaan produksi optimal yang hams dilakukan? Selain itu, adanya rencana Pengurus untuk hanya memproduksi satu jenis pakan temak saja memerlukan adanya pengkajian apakah rencana Inl mengakibatkan perubahan terhadap pencapaian tujuan yang telah ditargetkan. 1.3. Tujuan dan Kegunaan Geladikarya Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka Geladikarya ini bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan KPS membeli polar deng:m jatah harga umum serta membllat perencanaan produksi pakan temak yang optimal, baik untuk jenis A dan B ataupun jenis A saja, dengan mempertimbangkan berbagai tujuan koperasi, yaitu pemenuhan kebutuhan pakan temak anggota, pencapaian rencana keuntungan, serta pemanfaatan tenaga keija dan peralatan yang dirniliki. Adapun kegunaan hasil Geladikarya ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menajemen Koperasi Peternak Susu Bogor dalam menetapkan perencanaan produksi pakan temak.